Saturday, January 17, 2015

”Taman Yosemite” di Padalarang, Mungkinkah?


Pikiran Rakyat
Minggu, 30 Maret 2003

oleh: Eko Yulianto dan Budi Brahmantyo

BAGI Anda yang pernah berkunjung ke ”Yosemite National Park” di Kalifornia Tengah Amerika Serikat, tahukah Anda bahwa potensi keindahan ”Taman Yosemite” pun sebenarnya ada di sekitar Bandung? Tepatnya di perbukitan Citatah Padalarang!

Yosemite National Park, AS (sumber: geoimages.berkeley.edu)

Bagi yang tahu tentang keindahan ”Taman Yosemite”, mungkin akan mencibir, bagaimana mungkin Padalarang yang gersang dan terpolusi asap pabrik dan debu kapur dikatakan menyimpan potensi keindahan seperti ”Taman Yosemite”?

Sebaliknya, sebagian orang yang pernah menyaksikan alam Padalarang sebelum tahun 1980-an, mungkin sedikit mengiyakan pernyataan itu. Sebelum tahun 1980-an, banyak para pengguna jalan yang rela meminggirkan kendaraannya di celah-celah bukit batu gamping Padalarang sekadar menikmati keelokan panorama perbukitan kapur yang masih menghijau dan menghirup udara segar.

Meskipun pesona kehijauan panorama dan kesegaran udara itu bisa dikatakan sudah tidak ada lagi saat ini, bukan berarti semua pesona perbukitan batu gamping Padalarang hilang sama sekali.

Perbukitan Padalarang tersusun oleh batuan utama berupa batu gamping yang terbenuk selama kurun lebih dari 30-20 juta tahun lalu. Di dalam batu gamping-batu gamping itu tersimpan jutaan fosil binatang laut yang sekaligus menjadi saksi bisu atas keberadaan laut yang menggenangi daerah itu puluhan juta tahun lalu pada Kala Oligosen hingga Miosen Awal.

Fosil-fosil itu dapat dilihat dengan jelas pada pecahan-pecahan batu gamping yang tersebar di daerah ini. Proses geologi kemudian mengangkat batu gamping itu dari dasar laut sampai ke ketinggiannya saat ini dan mengerosinya sehingga menghasilkan bentang alam yang unik dan menakjubkan. Unik, karena di sekitar Bandung hanya di Padalaranglah terdapat perbukitan batu gamping. Perbukitan itu dengan kokohnya berperan sebagai ‘gapura alam’ Kota Bandung. Bila menuju Kota Bandung dari arah barat, akan merasa lega begitu melewati lorong jalan berkelok-kelok yang diapit bukit-bukit batu gamping nan megah karena berarti Anda sudah berada di depan gerbang Kota Bandung.

Jika Anda mendaki salah satu bukit yang ada di lokasi ini atau paling tidak berdiri di atas teras jalan antara km 21 hinga 26, ”kegagahan” bukit-bukit batu gamping di antara lorong-lorong, lembah-lembah yang dalam akan dapat disaksikan. Jika udara cerah, Waduk Cirata yang membentang di sebelah utara pun dapat terlihat. Petak sawah berundak-undak, terbentang indah di depan mata, juga dapat disaksikan menghampar di lembah-lembah sungai di sela-sela perbukitan kapur. Kerbau, karib bapak-bapak tani pun masih dapat dijumpai di petak-petak sawah itu.

Kekhasan lorong jalan Padalarang bukan hanya bukit-bukit batu gampingnya semata. Deretan penjual ”peuyeum”, tape khas Bandung, yang memajang dagangannya dengan ikatan-ikatan rapi dalam etalase kaca sederhana, deretan penjual jambu biji merah, dan avokat yang memamerkan dagangannya dengan kios-kios kecil, menambah kekhasan daerah itu. Pada waktu-waktu tertentu juga bermunculan pedagang durian, nangka, sirsak, dan kelapa muda di sepanjang lorong jalan itu. Ciri khas Padalarang saat ini bertambah dengan menjamurnya toko-toko hasil kerajinan batu oniks di sepanjang lorong jalan menuju Bandung.

Beberapa saat sebelum masuk pintu tol pasteur Padalarang dari arah Cianjur, pada sisi sebelah kiri jalan terbentang Situ Ciburuy. Meskipun, terkesan kurang terawat (bahkan sisi situ yang berdampingan dengan jalan provinsi pun sekarang digunakan untuk perhentian kendaraan angkutan umum), situ ini cukup bersejarah. Situ inilah yang mengilhami terciptanya lagu ”Bubuy Bulan” yang melegenda itu.

Hanya itukah keelokan Padalarang? Ternyata tidak! Di pohon-pohon yang tersisa di perbukitan Padalarang ini, ternyata masih banyak bergelantungan monyet-monyet liar dan berjenis-jenis burung liar. Ribuan kelelawar juga dapat kita saksikan bergelantungan di atap Gua Pawon yang berada di Bukit P, salah satu bukit yang dapat kita saksikan dengan jelas dari lorong jalan menuju Bandung ke arah utara dari Km 21 hingga Km 24.

Bagi Anda yang gemar memanjat tebing, tidaklah asing ungkapan ”tebing 125”, satu jalur panjat tebing yang paling menantang yang berada di perbukitan batu gamping Padalarang ini. Banyak sekali kelompok panjat tebing yang memanfaatkan ”tebing 125” ini dan daerah sekitarnya sebagai ”kawah candradimuka” untuk para anggotanya. Bahkan, seringkali kesatuan khusus dari TNI juga terlihat berlatih di sini.

Lokasi untuk panjat tebing bukan di situ saja. Di dinding Gua Pawon yang sudah runtuh atapnya sehingga membentuk lubang menyerupai kawah ini pun sering digunakan sebagai ajang latihan panjat tebing. Bukan saja untuk panjat tebing, Gua Pawon juga beberapa kali digunakan untuk latihan dasar penelusuran gua.

Penggemar olah raga air — baik sekadar bersampan atau bahkan arung jeram — juga dapat menjadikan Padalarang sebagai alternatif petualangannya. Berada di sekitar perbatasan Padalarang (tepatnya termasuk daerah Rajamandala), satu ruas Sungai Citarum dari sekitar Sanghyang Tikoro hingga Jembatan Kuning, menantang untuk digeluti oleh para pengarung jeram. Seperti juga ”tebing 125”, ruas Sungai Citarum itu juga sering digunakan oleh kelompok pecinta alam sebagai ajang latihan arung jeram. Tebing sungai yang tinggi dan tegak di kanan-kiri ruas itu juga memunculkan pesona tersendiri bagi yang melihatnya.
**
DI sekitar jembatan tol Citarum, air terjun kecil juga terlihat indah menyembur di salah satu tebing Sungai Citarum yang berdinding tegak. Tidak sedikit pengguna jalan sengaja menghentikan kendaraannya untuk menikmati pesona itu dari pinggir jembatan dan berpotret ria. Tidak heran jika pemerintah daerah membangun perhentian mobil di sisi jalan, di sebelah jembatan.

Namun sayang, fasilitas yang disediakan hanya sebatas perhentian mobil dengan beberapa warung makanan sederhana saja sehingga kurang memberikan kenyamanan kepada pengunjung atau pun penghasilan ke pemda. Padahal, alangkah bagusnya jika terdapat fasilitas untuk berbungee jumping dekat jembatan itu. Sudah pasti bukan di jembatannya karena akan mengganggu lalu lintas dan membahayakan pengunjung. Di samping jembatan itu cukup tinggi jaraknya dari muka air Citarum, Sungai Citarum di bawahnya juga cukup dalam sehingga cukup aman. Dengan demikian, orang-orang yang kadar adrenalinnya cukup tinggi dan menjadi penggemar olah raga ini tidak perlu terbang ke luar negeri untuk melepaskan hasratnya berbungee jumping ria.

stone garden di puncak Pr. Pawon

Padalarang juga menyediakan tantangan bagi para mountain biker, dan hiker. Di samping medannya yang menantang kalau tidak boleh dikatakan berat, bentang alamnya pun mempesona. Tentara pun sering terlihat melakukan latihan longmarch di daerah ini. Bagi hiker dan mountain biker yang menyukai pemandangan yang hijau dan gemericiknya suara air maka mengikuti alur sungai anak-anak Sungai Citarum hingga ke hilirnya adalah pilihan jalur yang menggiurkan. Sepanjang jalur terlihat kehijauan kebun-kebun penduduk.

Kadang-kadang kita harus melewati undak-undak sawah yang cukup tinggi atau persawahan yang terbentang rata. Di sepanjang jalur itu, bentuk rumah-rumah panggung tradisional juga masih banyak ditemui di sela rimbunnya pepohonan.

Sesampai di Sungai Citarum yang telah tergenang tenang sebagai bagian dari Waduk Cirata, kalau beruntung kita bisa bertemu dengan tukang sampan tradisional yang mau mengayuh sampannya untuk menyeberangi Sungai Citarum yang lebar dengan imbalan sekadarnya, sebagaimana yang biasanya ada di bawah jembatan Citarum.

Untuk hiker dan mountain biker yang menyukai medan yang lebih berat, bisa memilih jalur naik turun bukit gamping. Saat ini, jalan-jalan setapak selalu tersedia hingga ke puncak-puncak bukit itu. Salah satu bukit yang menantang untuk ditaklukkan adalah Bukit Pawondan Bukit Gunung Masigit. Kedua bukit itu terlihat dari lorong jalan Jakarta-Bandung. Dari arah itu kedua bukit mungkin tidak memunculkan pesona yang cukup atraktif, selain sekadar penampakan lapisan-lapisan batuan yang ada di Gunung Masigit.

Namun, jika kita lihat dari arah sebaliknya, pesona Bukit Gunung Masigit dan Bukit Pawonyang menghadap ke lembah Sungai Cibukur akan membuat kita berdecak kagum. Tidak akan kalah jika dibandingkan dengan bentang alam yang menjadi lokasi pembuatan iklan salah satu produk rokok yang sering muncul di televisi.

Sebenarnya banyak lagi yang bisa disampaikan tentang potensi perbukitan Padalarang yang luar biasa. Jika sekali waktu ada kesempatan berkelana di antara relung-relung perbukitan Padalarang, tentu Anda akan dapat menikmati berbagai keelokannya itu. Akan tetapi, mungkin juga sepuluh tahun ke depan keelokan itu akan lenyap ditelan gemuruh mesin pembelah bukit gamping ynag kian hari kian terasa makin keras suaranya. Sementara itu, debu-debunya juga semakin menyesakan napas.

Dari paparan di atas jelaslah, wilayah perbukitan Padalarang memiliki potensi yang besar untuk dijadikan tujuan wisata terpadu dari berbagai jenis wisata baik wisata petualangan alam dan olah raga, wisata pendidikan, objek fotografi, wisata sejarah dan budaya maupun agrowisata. Dengan potensi pesona alam yang melimpah itu, tentunya bukan suatu kemustahilan jika kita, masyarakat dan pemerintah daerah, dengan ketekunan dan usaha bersama akan mampu menghadirkan pesona ”Taman Yosemite” di kawasan perbukitan Padalarang. Usaha bersama perlu dilakukan karena permasalahan yang menghadang untuk mewujudkan impian di atas tidaklah sedikit.

Permasalahan yang paling jelas terlihat adalah keterlanjuran pengavelingan daerah itu dalam petak-petak konsesi tambang batu gamping. Lepas dari kelaikan AMDAL-nya, sumbangan industri-industri tambang ini — yang notabene termasuk tambang galian C — ke PAD ternyata tidak cukup signifikan jika dibandingkan dengan kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya.

(Eko Yulisanto dan Budi Brahmantyo, Penulis adalah peneliti di Puslit Geoteknologi LIPI dan Departemen Teknik Geologi ITB dan keduanya aktif di Kelompok Riset Cekungan Bandung).***
September 15th, 2009


Sumber : http://blog.fitb.itb.ac.id/BBrahmantyo/?p=24

guha pawon dan stone garden




minggu, 23 november 2014

janjian dari minggu lalu sama wilda, elida, yoga akhirnya jadi juga ini trip terbilang singkat. dimulai dari berangkat bekasi tepatnya di kranggan kita memacu motor menyusuri jalan jonggol, cianjur, dan padalarang eh keterusan sampe bandung. putar balik diterpa gerimis daerah situ.. namanya naik motor ya harus saling tunggu menunggu.
karena dari awal belum ada yang mau nanya alhasil jadi nyasar deh, ternyata kelewatan kan nama gerbangnya guha pawon.

Gua ini terletak di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, dekat dengan Padalarang. Di belakang deretan penjual batu nisan dan marmer (jika dari Jakarta) kita bisa mengambil jalan ke kiri. Di mulut jalan itu terdapat gapura dengan tulisan Gua Pawon. 

Untuk mencapai gua kita masih harus berjalan terus sekitar 2 km hingga sampai ke sebuah tempat parkir yang cukup luas, dan gua itu terletak tidak jauh dari tempat parkir tersebut.

Setelah membayar tiket masuk. namanya gua ya bau khas ee kelelawar, lembab dan gelap, tapi viewnya keren sih..


banyak monyet liat disini. hati hati pada barang bawaan anda mungkin dia sedang mengincar sesuatu..












mulai masuk ke goa, tidak sempet mengeksplore semua isi gua..






lanjut jalan ke stone garden, apasih tuh stone garden?uda mau ujan?ada apasih disitu? *pada nanya ke gua*
gua aja gak tau, hufffff
yang pasti KEREN !! KALO LO SEPEMIKIRAN SAMA GUA

uda ayo jalan ke sana...
jalannya masih tanah merah kalo hujan licin bukan main nih..

jalannya belum bagus ya gak terlalu sulit sih aksesnya mobil masih bisa lewat kok..

gerimis mengiringi jalan ke stone gardennya.
mulai ragu...tapi nanggung uda disini..
sebelumnya ngisi buku tamu macam resepsi nikahan, cukup bayar 3000 atau seiklasnya kita bisa lihat pemandangan yang menyegarkan mata batin dan fikiran.

ajippp kereen

Puncak bukit Stone Garden yang berada di Cipatat, Padalarang, Bandung Jawa Barat ini, ternyata mempunyai pemandangan yang mengagumkan untuk dikunjungi. Dengan ketinggian puncak 907 meter di atas permukaan laut, perlu kondisi prima untuk bisa mendaki puncak bukit ini. Karena rute yang dilalui cukup terjal dan menanjak  hingga sejauh 1,5 km. stone Garden ini berada di atas seluas 2 hektar.
Stone Garden ini memang menjadi tempat wisata yang terbilang baru di kawasan Bandung. Untuk itu, masih banyak perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan oleh pemerintah setempat dan warga sekitar untuk menjadikan tempat wisata ini dikenal dan popular dikalangan wisatawan.
disini ada saung untuk menghindari dari hujan dan panas, disediain tempat sampah juga kok, jadi lo jangan pada buang sampah sembarangan ya , inget tuh lu kayak monyet kalo buang sampah sembarangan.








 



Jalan Jalan Ke Gua Pawon dan Stone Garden



Setelah menjelajah daerah Jonggol, kali ini kami menuju ke arah timur dari Cianjur, yaitu kedaerah Padalarang. Gua Pawon ini terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Seperti juga gua di daerah Jonggol sebelumnya, gua ini juga terbentuk di perbukitan kapur, sehingga termasuk sebagai gua tipe karst. Perjalanan menuju gua ini cukup mudah, dengan jalan yang baik karena gua ini sudah dijadikan tujuan wisata oleh Pemerintah Kab. Bandung Barat.

Dibeberapa bagian gua ini banyak terdapat kelelawar sehingga terdapat juga bau khas dari guano. Beruntung, gua ini memiliki banyak lubang udara, bahkan dibagian tengah dan belakang gua ini terdapat tebing yang cukup dalam. Didalam gua ini juga terdapat fosil manusia purba, yang dipercaya sebagai nenek moyang suku Sunda yang mendiami Propinsi Jawa Barat sekarang ini.

Fosil Manusia Purba ( yang di belakang :) )

Dibagian lain dari bukit gua Pawon ini, tepatnya dibagian atas gua terdapat juga tempat wisata lain yang berupa taman batu atau lebih populer disebut Stone Garden. Untuk menuju taman batu ini membutuhkan tenaga yang besar karena dalam perjalanan kesana kita harus menaiki bukit dengan kemiringan yang curam, tetapi semua itu akan terbayar dengan pemandangan indah yang ada di taman batu tersebut.
Stone Garden

Di gua ini, kami juga menemukan banyak sekali coretan tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Sungguh disayangkan, tempat yang indah tersebut dikotori oleh perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Bukit tempat gua ini berada menurut kami juga perlu dijaga kelestariannya, karena disekitar bukit tersebut terdapat banyak sekali pabrik pengolahan batu kapur dan batu marmer. Semoga dengan ini, Pemerintah dan warga serta pengunjung gua Pawon ini dapat tertus menjaga kelestarian alam di negeri kita tercinta.
 
 
Foto foto dokumentasi;
Team in Action

 Pepohonan di area gua


Mark 4: 8                                        Pose Photographer

Keindahan Stone Garden


 

Jelajah Kawasan Karst Citatah, Padalarang



Bandung, 9 September 2012


Sudah tercatat di agenda saya dari jauh hari sebelumnya. Geotrek adalah bentuk kegiatan jalan-jalan sambil memperkenalkan sudut pandang geologi, yang diselenggarakan oleh mahasiswa teknik geologi ITB. Setelah dua kali gagal ikut kegiatan ini, akhirnya kali ini kesampaian juga. Dan beruntunglah saya karena edisi kali ini adalah tepatnya di lokasi yang memang sudah saya rencanakan akan berpetualang ke sini selama saya masih kuliah di Bandung!

Dengan setelan  kaus lengan panjang, celana jeans yang nyaman, kain tutup kepala, sepatu bertali, dan ransel hitam yang lengkap dengan segala perbekalan, saya pun meluncur ke monumen kubus, di depan Taman Ganesha. Padatnya kegiatan sehari sebelumnya tidak menghalangsi saya bangun pagi-pagi sekali. Saya menuju spot pemberangkatan dan pengumpulan peserta tersebut tepat pukul 6.30. Sepertinya masih cukup sepi. Setelah ngobrol ngalor ngidul dengan peserta lain yang adalah masih teman-teman ITB juga, akhirnya acara dibuka.

Pak Budi Brahmantyo

Setelah sering mendengar cerita seru tentang beliau, membaca buku Wisata Cekungan Bandung, dan beberapa artikel di blognya, akhirnya saya bisa mendengarnya berbagi ilmunya secara langsung! Pak Budi adalah dosen sekaligus kepala program studi Geologi ITB yang terkenal aktif di dunia pergeologian. Salah satu ketertarikan terbesar saya mengikuti Geotrek ini adalah salah satunya karena kehadiran Pak Budi sebagai "pendongeng" kami. Ya memang pada dasarnya saya senang berjalan-jalan ke lokasi dengan bumbu cerita, sejarah, dan budaya di dalamnya. :)


Kami akan mengunjungi deretan Karst Citatah. Sebelumnya saya mengenal tempat ini sebagai salah satu alternatif tempat untuk melakukan olahraga panjat tebing. Nah, saat ini saya akan ikut belajar mengenai asal usulnya dan dari kacamata para geologis!

Karst adalah sebuah bentuk permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed depression),drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batu gamping. (Wikipedia Indonesia)

Ya, sebagian besar batuan di wilayah ini adalah batuan gamping, atau lebih familiar disebut dengan batuan kapur. Kami melewati deretan pabrik batu gamping untuk bahan baku cat tembok sampai bahan pasta gigi.

Deretan bukit batuan ini disebut Formasi Raja Mandala yang jalurnya hingga Pelabuhan Ratu dan Formasi Citarum. Seperti cerita sejarah zaman dahulu bahwa wilayah Bandung sebelumnya adalah sebuah danau, nah begitu pula dengan wilayah ini. Namun bukan saja danau, tetapi lautan sedalam 30 meter! Kondisi itu terjadi pada 20-30 juta tahun yang lalu. Maka selayang pandang kami saat itu adalah deretan tetumbu karang pada zamannya.


Gunung Hawu

Natural brigde atau yang lebih beken dengan sebutan Gunung Hawu ini adalah bentuk tebing batuan dengan lubang besar di tengahnya. Mengapa hawu? Hawu dalam bahasa Sunda artinya adalah tungku. Disebut hawu karena bentuknya yang menyerupai tungku.Lubang tersebut terbentuk terbentuk jutaan tahun lamanya, akibat hujan asam dengan pH 4 yang mengakibatkan proses karstifikasi. Karena bentuk reaksi kimia di dalamnya, maka terjadi pelarutan secara vertikal di dalamnya yang mengakibatkan runtuhnya bagian tengah, dan membentuk seperti jembatan di bagian atas.


Gunung Hawu
Di titik ini Pak Budi memberikan sedikit demonstrasi pembuatan sketsa pegunungan batuan ala geologis sambil menjelaskan beberapa detil yang harus dipenuhi dalam membuat sebuah sketsa. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah seperti pengukuran kemiringan bidang dengan kompas, bagaimana mengambil sudut pandang, hingga pentingnya kontrol proporsi vertikal dan horizontal yang biasanya menggunakan pensil sebagai media bantu. Sketsa dalam geologi sangat penting karena di situ terdapat proses berpikir, katanya. 


Pak Budi asyik membuat sketsa
Kemudian kami berjalan naik lagi dan mengitari "lubang" itu dari sisi belakang. Di sini kami beristirahat dan diberi kesempatan untuk membuat sketsa yang nantinya akan dilombakan antar peserta oleh panitia. Dengan mulut penuh kunyahan kue, saya mulai sok tahu corat-coret menggambar salah satu tebing di hadapan saya. Panas terik matahari benar-benar sampai ke ubun-ubun! Namun energi kami tetap terisi penuh.


Menuju Pasir Pawon

Gua Pabeasan

Setelah melewati turunan tajam dengan berpegangan pada tali, sampai juga ke destinasi berikutnya, Gua Pabeasan. Pabeasan dalam bahasa sunda artinya tempat beras. Di dalam gua ini sempat terjadi gempa pada tahun 1910. Hal ini diduga menjadi penyebab jatuhnya batu-batu besar, yang menjadikan asal muasal gua terbentuk. Ada lubang baru tepat di atas kami yang menurut cerita dari Pak Budi, pada tahun 2002 belum ada. Wah pada saat itu saya agak deg-degan karena kalau-kalau terjadi gempa ketika posisi kami sedang berada di dalam situ, tewas tertiban batu-batu besar lah kami. Dari Pak Budi, saya jadi tahu kalau ilmu yang secara khusus menelusuri gua adalah speleologi. Dari analogi bahwa orang zaman dahulu tinggal di dalam gua, maka akhirnya ditemukan pula Gua Pawon, destinasi kami selanjutnya.


Pintu masuk Gua Pabeasan

Stone Garden

Tepat pukul 12 siang, kami digiring ke Taman Batu. Seperti namanya, sejauh mana memandang, kami bisa melihat hamparan batuan yang tersusun tidak beraturan namun tampak apik. Lokasinya terletak di Pasir Pawon. Pasir di sini maksudnya adalah bukit. Dari bukit ini kami diajak untuk melihat sebentar dari lereng pasir pawon. Kami diajak untuk melihat Gunung Masigit. Di sana adalah tempat masyarakat sekitar sini menggali bebatuan. Fakta menyedihkan bahwa mereka hanya dibayar 30 ribu rupiah saja tanpa jaminan keselamatan!

Kami diberi waktu lagi sebentar untuk mengitari Stone Garden yang sangat luas ini. Pergilah ke salah satu sudutnya, maka kita akan menemukan batu yang susunannya menyerupai gerbang. Oleh orang-orang setempat konon dipercaya sebagai gerbang menuju alam gaib. Kemudian ada lagi julukan untuk batu lainnya, yaitu batu mesra, karena 2 buah batu ini saling bersenderan. Hehehe.


Stone Garden

"Gerbang"
Tekstur batuan yang seperti karang. Bukti otentik bahwa wilayah ini dulunya adalah dasar lautan !
Hampir di puncak Pasir Pawon, terdapat sebuah makam. Batu di sekelilingnya membentuk pola melingkar. Kami berspekulasi bahwa lokasi ini digunakan untuk semacam ritual. Batu-batu yang tampak bukan dari bukit ini mungkin sengaja dibawa untuk pemenuhan sebuah ritual.

Nah, makam ini diidentifikasikan sebagai makam seorang muslim, dikarenakan arahnya yang menghadap ke barat, yaitu arah kiblat. Tetapi ada fakta menarik lagi bahwa selidik punya selidik kabarnya ini adalah makam kosong! Kisahnya berawal dari seorang ibu-ibu dari Cianjur yang datang ke tempat ini dan merasa mendapat bisikan. Bisikan itu kemudian direspon dengan ritual yang berhasil membuat ibu itu menjadi kaya. Maka dibuatkan nisan karena diduga lokasi tersebut dihuni oleh leluhur sakti.

"Semua tempat yang memiliki nilai gaib pasti bisa dirasakan oleh semuanya ", kata Pak Budi. Maka mungkin sejak zaman dahulu daerah makam ini mempunyai nilai gaib.


Gua Pawon


Kami semua menuruni bukit dengan dipandu Pak Budi yang mencari akses jalan untuk kami semua. Namanya bukit putus asa. Menuruninya cukup bikin lutut gemetar, untung tidak naik lewat sini! Hehehe. Setelah beristirahat sekitar satu jam lamanya, kami lanjutkan perjalanan kami ke Gua Pawon, yang posisinya persis di samping tempat beristirahat kami.

Pak Budi adalah salah satu pencetak sejarah di Gua Pawon ini, sebagai anggota tim penemu fosil manusia zaman prasejarah! Kisahnya adalah pada tahun 1999, tim Pak Budi berencana mengunjungi lokasi ini untuk mencari fosil ikan. Kali pertama masuk ke dalam gua, mereka langsung disambut oleh hujan tai kelelawar. Di dalam Gua Pawon sendiri terbagi dalam tujuh kamar. Untuk memudahkan pemetaan, setiap kamar diberi julukan masing-masing. Dalam penggalian dalam gua tersebut ditemukan artefak dan alat-alat tulang lainnya yang langsung dilaporkan ke balai arkeologi. Namun respon dari balai tersebut sangat lambat.

Akhirnya dibentuklah kelompok riset cekungan bandung, beranggotakan Pak Budi, Pak Eko, dan Pak Bakhtiar. Tahun 2003 balai arkeologi pun memutuskan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian tersebut ditemukannlah rangka utuh homo sampiens, pada tahun 2005. Diduga usianya sudah mencapai 500-1500 tahun, ras mongoloid dan berjenis kelamin wanita.


Fosil homo sapiens. Ini adalah bentuk replika yang diletakkan di dalam gua. Fosil asli dilindungi oleh badan arkeologi
Hal terakhir yang digali adalah gigi ikan hiu! Dari penemuan tersebut dibuat dua kemungkinan, pertama adalah manusia di sini menjelajah sampai ke laut, atau hanya melakukan barter dengan manusia yang tinggal di daerah pesisir.

Sehubungan dengan penemuan ini, masyarakat sudah disosialisasikan untuk menjaga Gua Pawon. Gunung Masigit pun juga sudah dilindungi. Gunung ini menjadi referensi dari formasi rajamandala yang usianya 30 juta tahun yang lalu.


Sudut favorit untuk berfoto di Gua Pawon
Nah, sekarang mari menilik dari kacamata legenda Sunda. Ada hawu yaitu tungku, ada pabeasan yang artinya tempat beras, pawon yang artinya dapur. Terdapat pula Karang Panganten dan Gunung Masigit yang berarti masjid. Ceritanya adalah amarah Sangkuriang yang bukan saja menelungkupkan perahu, tetapi juga mengacak-acak persiapan pesta sehingga segala isi dapur berantakan ke mana-mana! Waduh, serem juga kalau Mas Sangkuriang marah! Hehehe.

Akhirnya pukul 5 sore kami bergegas pulang dengan menumpang mobil dan truk untuk keluar sampai ke jalan raya, tempat bis kami parkir untuk kembali ke Bandung.  Kulit saya terbakar, keringat bercucuran, tapi senangnya bukan main! :D Akhirnya kesampaian juga bermain ke wilayah ini.


Kawasan Karst Citatah
Padalarang, Kabupaten Bandung,Jawa Barat


Sumber : http://adriarani.blogspot.com/2012/12/jelajah-kawasan-karst-citatah-padalarang.html
 

Stone Garden Citatah Padalarang Kab. Bandung Barat (Geowisata Gunung Dasar Laut)


Posted on

Lagi-lagi jika membahas Kota Bandung dan sekitarnya ini tak akan ada habisnya. Sebut saja Tebing Keraton yang kini menjadi primadona wisata di Bandung atau Bukit Moko dengan hutannya yang mirip dengan hutan di Nami Island Korea Selatan. Kini Bandung memiliki primadona geowisata (wisata bumi) lainnya. Bagi pecinta fotografi mungkin tempat ini akan menjadi tujuan destinasi utama untuk kamu. Okee ini adalah cerita saya yang mudah-mudahan sudah kekinian karena telah mengunjungi tempat ini beberapa waktu lalu. Hahaa.. :D. Lihatlah pemandangan foto di bawah ini guys!

Like a Flinstone
Apa yang tersirat pertama kali saat melihat foto diatas? Yang saya rasakan adalah bahwa saya seperti Flinstone yang berada di kota batu dan berasa di zaman purba. Memang benar guys tempat itu adalah tempat purbakala. Tak percaya? Coba perhatikan lebih jelas batuan dalam foto diatas. Batu itu mirip sekali dengan batu karang di dasar lautan. Jika kamu beruntung, kamu akan menemukan batuan dengan cetakan karang, kerang laut, atau fosil tumbuhan laut, dahulu berjuta-juta tahun yang lalu tempat ini adalah dasar lautan dan karena keadaan alam yang menjadikannya terangkat dan menjadi pegunungan yang indah saat ini. Orang-orang menyebutnya STONE GARDEN..

Stone Garden
Seperti namanya stone garden, taman ini tak dipenuhi bunga-bunga yang indah seperti mawar, tulip, bunga matahari atau bunga-bunga indah lainnya. Hamparan tanah itu diisi oleh formasi batuan tak beraturan yang indah dan membentuk taman alam yang sangat keren, dan sangat cocok untuk selfie dan berfoto disini agar kekinian. Hihii

Jika kamu mengenal Flinstone atau manusia purba yang menjadi tokoh kartun yang pernah berjaya pada masanya mungkin tempat tinggalnya seperti ini, banyak taman batu yang menghiasi rumah dan pekarangannya. Ehh ngomong-ngomong tentang manusia purba di bawah stone garden ini juga terdapat fosil manusia purba, masyarakat menyebutnya manusia purba Goa Pawon. Saya sempat berpikir, mungkin saat manusia purba itu hidup sering bermain di stone garden ini kali yaa dan karena belum ada teknologi jadi dia belum bisa update kaya kita sekarang. Hahaa.. :D

Dan ini foto saya saat disana guys. Hihii.. :D
Puncak Stone Garden
Stone Garden_001
Stone Garden_002
Tak puas berfoto disana dengan gaya yang sangat amat biasa dan standar. Saya pun akhirnya berfoto dengan pose ala Syahrini yang tidur di atas bunga-bunga di salah satu gunung Italia.. *Ga mau kalah*

“Banyak batu-batu, aku ingin bobok disini. Aaaahhh I feel free..” *nyanyi ala Syahrini*
PhotoGrid_1410437976106
Lokasi atau Alamat Stone Garden
Stone garden ini terletak di puncak gunung dan tepat berada di atas Goa Pawon yang terdapat fosil manusia purba. Alamat lengkapnya adalah di puncak Gunung Pawon, Kampung Girimulya Desa Gunung Masigit Kecamatan Cipatat Kab. Bandung Barat. Untuk mencapai lokasi ini bisa diakses menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Ada beberapa rute yang bisa diambil seperti dari arah Cimahi atau Kota Bandung. Jika menggunakan mobil jalur yang harus dilalui adalah melewati Tol Purbaleunyi, keluar tol Padalarang menuju arah Cianjur, setelah keluar tol arahkan kendaraan menuju kawasan Tagog Apu lalu kembali berjalan dan di sebelah kanan jalan terdapat gapura berwarna hitam menuju kawasan Goa Pawon.

Jika menggunakan kendaraan motor patokan yang paling mudah adalah Kota Baru Parahyangan, dari sana lurus terus menuju arah Cianjur sampai melewati pusat oleh-oleh Roti Unyil, dari Roti Unyil tersebut kembali berjalan melewati kawasan Tagog Apu (kawasan yang berkelok-kelok dan terdapat oleh-oleh pinggir jalan). Dari kawasan Tagog Apu ini perhatikan arah kanan yang terdapat gapura berwarna hitam yang merupakan pintu gerbang utama menuju kawasan Goa Pawon & Stone Garden.

Untuk mencapai lokasi ini yang harus dilakukan adalah pendakian menuju puncak, mungkin sekitar 200 M lebih dari kaki gunung menuju puncak. Karena letaknya diatas puncak disarankan dengan keadaan yang sehat atau fit, sedikit membawa perbekalan seperti makanan dan minuman. Untuk kamu yang membawa teman/pacar perempuan nampaknya harus ditanya kembali apakah ia siap untuk mendaki ke atas puncaknya, jika teman/pacar wanitamu bersedia ikut sarankan kepadanya agar tak memakai high heels atau wedges karena medan yang sulit dan menanjak akan menghambat perjalannmu. Lebih enak lagi jika perjalananmu ditemai oleh tongkat sebagai alat untuk membantu dalam berpijak.

Tak percaya bahwa Stone Garden ini berada di puncak sebuah gunung? Coba lihat saja foto di bawah ini, kamu akan melihat pemandangan dari atas gunung. Sangat indah dan wonderful. Subhanallah..

Stone Garden_003
Masih kurang percaya juga? Nih lihat foto di bawah ini saat saya masih berada di kaki gunung dan menunjuk ke arah puncak dari Stone Garden ini. Hohoo

Stone Garden_005
Ohh iyaa sedikit informasi, karena tak ada palang informasi saat melakukan pendakian saya sempat tersasar ke arah Gunung Masigit yang berada berhadapan dengan Stone Garden ini. Jadi saat melakukan pendakian teruslah mendaki hingga menemukan persimpangan ke kiri dan ke kanan. Saat menemukan persimpangan yang terdapat “saung” pilihlah jalan ke kiri menuju hutan kecil yang hijau. Ingat jangan pilih jalur kanan dengan banyak ilalalangnya..

Persimpangan
Tiket Masuk Stone Garden & Goa Pawon
Untuk dapat menikmati semua keindahan yang ditawarkan oleh pemerintah Kab. Bandung pada kawasan Goa Pawon ini kamu hanya perlu merogoh kocek sebesar 5500 rupiah/orang. Dan uang parkir kendaraan motor atau mobil yang kamu pakai sebesar 2rb hingga 5rb rupiah saja. Cukup murah kan guys?

Fasilitas Stone Garden & Goa Pawon
Dan jika kamu ingin jajan, minum atau membeli snack untuk dibawa keatas Stone Garden, di kawasan ini juga ada warung kecil dengan harga yang murah. Jika kamu ingin shalat atau ke toilet ditempat ini juga tersedia mushola dengan toiletnya yang bisa kamu pakai kapanpun. Atau jika kamu ingin beristirahat, kamu bisa berisitirahat dan rehat sejenak di pendopo yang tersedia di kawasan ini.
Dan satu lagi guys, saat berkunjung ke tempat ini jangan hanya main dan berfoto di Stone Garden saja, tapi langkahkan juga kakimu ke situs Goa Pawon yang terdapat fosil manusia purbanya.

Dan sedikit saran, datanglah ke tempat ini pada pagi atau sore hari untuk mendapatkan momen terbaik dengan cuaca yang cerah, tak terlalu panas dan sejuk. Namun, jangan memaksakan mendaki ke puncak Stone Garden apabila mendung atau hujan telah turun. Jalan yang menanjak dan dengan tanah yang tak stabil malah akan membahayakan nyawamu.

So, tunggu apa lagi? Ayoo datang ke Stone Garden dan cobalah berfoto disana dan meng-update di sosial media milikmu agar #Kekinian. Hihii.. :D

HOT NEWS (Anti Mainstream) !!
Selain Stone Garden di Padalarang. Ada juga nih taman batu lainnya yang ga kalah keren dan wonderful yang terletak di kawasan Nagreg. Kaya gini nih fotonya!

Kendan_002
Penasaran ingin ke taman batu di kawasan Nagreg? Lokasi/alamat lengkap & tiket masuk bisa dibaca disini : http://wp.me/p1qhmy-y2

Happy wonderful traveling guys!
HOT NEWS! (#DiBawahLangitBandung)
1. Tempat wisata unik, murah dan hits di Bandung : http://wp.me/p1qhmy-u3
2. Tempat hunting foto unik, murah dan hits di Bandung : http://wp.me/p1qhmy-wq
Suka sama cerita di blog ini? Beli juga yuk kaka novelnya! (Self publishing, ga ada di toko buku dan hanya via online)


 

Dibutakan oleh Emosi



Ketika dua orang saling jatuh cinta, mereka cenderung untuk memperlihatkan hal terbaik dalam sikap dan karakter mereka satu sama lainnya dengan maksud memberikan kesan yang baik dari diri mereka. Cinta dikatakan buta dan karenanya orang yang sedang jatuh cinta cenderung lupa sama sekali dengan sisi buruk dari pasangannya.

Dalam prakteknya, setiap orang akan berusaha untuk menunjukkan kualitas-kualitas luhur dirinya terhadap pasangannya, dan karena sangat terpikat pada cinta, mereka cenderung menerima satu sama lainnya begitu saja. Setiap pasangan tidak akan membuka sisi buruk dirinya karena takut akan kehilangan pasangannya. Setiap kekurangan pribadinya dengan hati-hati disembunyikan di bawah karpet, dengan kata lain, agar tidak membahayakan kesempatan mereka untuk mendapatkan yang lainnya. Orang yang sedang jatuh cinta juga cenderung untuk mengabaikan kekurangan pasangannya dengan pemikiran bahwa mereka akan bisa memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut nanti setelah menikah, atau bahwa mereka dapat hidup dengan kekurangan ini, bahwa “cinta dapat menaklukkan segala hal.”

Namun demikian, setelah menikah, ketika rasa romantisme awal telah memudar, sifat asli dari watak masing-masing akan terungkap. Kemudian, yang sangat menimbulkan kekecewaan di kedua belah pihak, kabut rahasia yang selama ini telah menyembunyikan perasaan terdalam dari setiap pasangan tersingkap dan menunjukkan sifat sebenarnya dari kedua pasangan. Saat itulah kekecewaan mulai timbul.
Selanjutnya >>>
Kebutuhan Materi
 
 
 

R E N D A H H A T I


Sumber : 

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10153057028669540&set=a.10151103664444540.488827.538519539&type=1



Bagaimana aku bisa percaya pada integritasmu bila sudah jelas salah pun kau tak pernah mau sedikitpun mengalah apalagi tampilkan dirimu salah?

Bagaimana aku bisa percaya kau punya cinta bila kau tak percaya bahwa hati manusia bisa terluka?

Bagaimana aku bisa percaya pada ketulusanmu bila untuk soal kecil sekalipun kau mau bersusah payah membesarkannya demi mengesankan seseorang?

Bagaimana pula aku bisa percaya kau akan selalu berpihak pada kebenaran sementara setiap kali dan sepanjang waktu untuk segala sesuatu engkau menuntut harga mati?

Agamaku simple, adil, dan praktis. Aku percaya manusia bisa saja dan oke-oke saja bila salah. Tak masalah pula bila sesekali kalah. Dan mungkin ia banyak tahu tapi tidak selalu paling tahu dan serba tahu tentang segala sesuatu.

Aku menamakannya: Rendah Hati. Dan terus terang, aku hanya bisa takluk dan kesengsem pada pemilik hati yang sanggup merendah. smile emoticon

Namaste!