This blog is my library, mostly from other people's articles and only few are mine. I will re-read when I have time or whenever I want to
Tuesday, June 19, 2012
Membebaskan diri dari obsesi menikah
Boleh juga...
Tp yg nulis ini besar kemungkinan perempuan yg masih sendiri jg :)
Gw jg dl gitu, came up dgn berbagai "teori" in order to raise our
single women dignity ; bahwa better alone dan gimana..gimana..
Well, 70% yg ditulis disini juga benar ; drpd stuck sama orang yg salah
better sabar, wait.
Tapi jgn terlalu "idealis" juga, tidak ada orang yg sempurna...(seperti
kata orang tua) akhirnya benar juga !
Trust me d, lama2 temen makin sedikit.., semua tmn hilang satu per satu
pada berkeluarga.
Main sama yg umurnya lebih kecil juga sedikit menyiksa, mereka yg masih
in the stage ; Clubbing tiap weekend, ..while kita sih occasionally aja
(dan itu juga stay later than 2 o'clock in the morning mulai masuk
angin bo! Udh tuir..hehe).
Bagaimanapun, lebih nikmat berpasangan. Ya tapi memang jangan cari
orang yg nga cocok! Hehe Give a try, kadang point of view org yg opposite
kita jadi "enriched" our soul, in the end.
But never afraid to end a relationship when it comes to point of nowhere.
Good luck find your mates, smart gals ! ;)
-M-
Membebaskan Diri dari Obsesi Menikah
======================================
Setelah menyelesaikan kuliah S2 nya di Australia, Becky (29)
memutuskan untuk bekerja di Indonesia dan melanjutkan salah satu "tujuan
hidupnya" yaitu mencari suami. Namun pencariannya ternyata tidak mudah,
akhirnya ia menerima cinta teman sekantornya meski sebenarnya tidak ada
kecocokan di antara mereka. Tidak mengherankan kalau hubungan mereka
dipenuhi pertengkaran, tapi Becky tetap bertahan sambil berharap
kekasihnya itu segera melamar. Sang kekasih akhirnya melamar, tapi
bukan ke Becky, melainkan wanita lain yang selama ini juga dikencaninya.
Mungkin kita akan bertanya-tanya, mengapa seorang wanita
berpendidikan tinggi seperti Becky melakukan hal bodoh dengan
menghabiskan waktu dengan seseorang yang salah. Masih banyak Becky lain
di sekitar kita, meski dunia semakin canggih, tetap saja menikah masih
menjadi tujuan hidup banyak perempuan. Sebenarnya apa yang menjadi
motivasi orang-orang yang terobsesi untuk menikah ? yuk, simak uraian
berikut :
1. Sindrom "Butuh Pria"
Banyak wanita berusia pertengahan dua puluhan yang merasa
hubungan dengan pacarnya tidak seperti yang didambakan. Tapi banyak
dari mereka memutuskan tetap menikah dengan pasangannya karena merasa
tidak bisa hidup tanpa pria. Akibatnya terjadi semacam shock di awal
pernikahan. Menurut Mary Jo Fay, konsultan di situs
helpfromsurvivor.com, jika Anda memiliki sindrom "butuh pria", ingatlah
bahwa orang tua Anda telah mengurus Anda dengan baik, berpikirlah dua
kali karena berada di bawah "asuhan" pasangan yang sebenarnya tidak
cocok hanya akan membawa Anda dalam hubungan yang tidak sehat.
2. Target hidup
Biasanya perempuan selalu menetapkan target pencapaian
berdasarkan umur, dan dibuat sangat spesifik. Misalnya menikah di usia
23, punya anak paling lambat 25 tahun. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh beberapa psikolog, sebenarnya perempuan, sama halnya
dengan pria juga takut untuk
berkomitmen, tetapi "target-target" tadi menekan mereka. Semakin dewasa
dan makin luasnya wawasan, biasanya mereka akan melupakan target tadi.
Bukankah lebih baik menunda pernikahan daripada terperangkap dengan
orang yang salah ?
3. Tik Tok
Jam biologis masih menjadi salah satu faktor mengapa banyak
perempuan muda memutuskan cepat menikah. Ketika seorang wanita menjalin
hubungan dengan seorang pria, yang mereka inginkan adalah sebuah
hubungan yang serius, dalam arti dilanjutkan ke jenjang pernikahan.
Terlebih jika usia sudah masuk kepala tiga, bayangan menggendong bayi
sudah menari-nari di kepala.
4. Lingkungan dan Keluarga
Hidup dalam masyarakat yang ikatan kekeluargaannya masih kuat
seperti di Indonesia tidak selalu enak. Salah satunya adalah tuntutan
dan desakan dari keluarga besar jika ada salah satu anggota keluarga
yang belum menikah. Ada sebagian keluarga yang menggangap bercerai
masih lebih baik "ketimbang" tidak menikah sama sekali. Usia 30 tahun
adalah angka keramat, jika sampai usia tersebut perempuan belum menikah
dan tidak ada tanda-tanda menjalin hubungan serius, orang akan
berpikir apakah ada yang salah.
5. Uang
Desakan ekonomi ternyata menjadi salah satu alasan sebagian
perempuan untuk menikah. Memiliki suami kaya raya, hidup enak tanpa
perlu bekerja keras masih menjadi impian. Banyak pula yang akhirnya
bercerai ketika usia perkawinan mereka belum berjalan 5 tahun. Pati
(35) seorang ibu satu anak dan sudah bercerai di usia 29 tahun, membagi
pengalamannya : "meski mantan suami saya berasal dari keluarga kaya,
tetapi sejak tahun lalu ia berhenti memberi tunjangan pada anak kami.
Sekarang saya melanjutkan kuliah dan bekerja keras membesarkan anak
saya, kelak ketika ia akan menikah saya akan memastikan ia menikah
karena cinta, bukan uang".
Membuat deadline kapan menikah
Do's
Realistis
Membuat deadline kapan kita akan menikah sah-sah saja, tergantung
apa motivasi yang melatar belakanginya. Dengan adanya deadline kita
akan bekerja keras untuk mencapai tujuan, asalkan bukan menikah hanya
untuk melengkapi tujuan
Tahu apa yang dicari
Tanyalah pada diri sendiri ; bagaimana kita ingin menjalani hidup?
dengan siapa ? di mana ? setelah semua pertanyaan itu terjawab, siapa
tahu Anda akan sadar kalau selama ini hanya membuang waktu karena
berhubungan dengan orang yang salah.
Hargai target pasangan
Jika sekarang Anda sudah menemukan Mr.Right tetapi ia belum ingin
menikah, bersabarlah. Kita tentu tahu kalau pria biasanya takut
berkomitmen, bukan berarti si dia tak ingin serius, bisa jadi itu karena
ia sedang menikmati masa-masa berpacaran. Kebanyakan wanita merasa
dikejar deadline dan takut tidak jadi menikah dengan pasangannya,
justru yang sebenarnya adalah jika kita terlalu menekan bisa-bisa si
dia kabur ketakutan. Pernikahan bisa terjadi jika dua belah pihak
sudah siap bukan ?
DON'T...
Menikah menjadi tujuan hidup
Lebih baik menunda atau bahkan menolak lamaran jika hati kecil
kita mengatakan tidak, daripada menghabiskan hidup tanpa rasa bahagia.
Masih ingat kisah Becky di atas bukan ? karena obsesinya untuk menikah
ia jadi "gelap mata" dengan menjalin hubungan dengan pria yang salah.
Semua dijadikan beban
Mari kita andaikan deadline Anda telah lewat dan Anda masih juga
melajang. Atau misalnya Anda telah menjalin hubungan dengan seorang pria
yang baik tetapi he's not the one, dan Anda merasa kesal karena merasa
membuang waktu dengannya. Sebenarnya tidak ada yang sia-sia, jadikan
pengalaman itu sebagai pelajaran. Itu yang disebut dewasa. Tidak ada
yang bisa menggantikan pengalaman hidup dari kesalahan yang pernah
kita buat, karena dari situ kita justru bisa memilih orang yang lebih baik.
Lupa bersyukur
Seringkali kita jadi kecewa dan merasa jadi orang yang paling
berbahagia dan hidupnya tidak lengkap karena masih melajang. Kita jadi
lupa kalau kita dikelilingi orang-orang yang sayang dan perhatian ;
keluarga, sahabat, teman-teman. Ibarat pepatah, karena nila setitik
rusak susu sebelangga.
Wanita yang percaya bahwa dirinya tetap manusia yang utuh tanpa
pria, tetapi juga menikmati hidup dan membaginya dengan pria telah
terbukti memiliki perasaan yang kuat dan biasanya memiliki hubungan
yang sehat dan menyenangkan dengan pasangannya. Dan wanita-wanita
dalam golongan ini sudah merdeka dari tuntutan deadline. Biarkan semua
mengalir dengan wajar, tak ada yang perlu dikejar. Selama kita tetap
membuka diri untuk bertemu banyak orang, seseorang yang istimewa akan
datang pada saat yang tepat.
Subscribe to:
Posts (Atom)