Saturday, May 31, 2014


You still make me smile, even if you are the main reason why I'm sad.

Taklimakan Desert, Xinjiang, China


Top 10 Desert Tourist Zones in China, NO.1 - Taklimakan Desert, Xinjiang

Detail : 

The 330,000-square-kilometer Taklimakan Desert is the largest desert in China and the 10th largest in the world. A pyramidal sand dune is usually 300 meters high. When fierce wind blow onto the sand dune the height of the sand dune can reach 1000 meters! Unlike other hot desert, the highest temperature in the desert is only 39 centigrade degrees, but the annual rainfall is less than 100 mini meters. In a word, the Taklimakan Desert is only reachable for adventurers!

 
 

Source : https://www.facebook.com/ChinaTravelDotCom/photos/a.525119817545662.1073741845.140427052681609/708535995870709/?type=1&relevant_count=1
 

We need more light about each other.
Light creates understanding,
understanding creates love,
love creates patience
and patience creates unity.


~ Malcolm X ~


Ada ruang kosong di hatiku
Diisi oleh kesunyian
Dan aku merasa kehilangan
Lalu aku mencari
Mencari ke semua tempat

Lalu..
Aku semakin tersesat ke dalam
Merasa kelelahan

Ruang kosong dalam hatiku..
Apakah benar2 ada?

Suatu ketika tiba2 aku tersadar..
Ruang itu hanya ada dalam pikiranku..
Yang belum melepaskanmu

Aku kemudian berhenti mencari..

Lalu diam

Dan lalu..

Kesunyian tak lagi menakutkanku

Belitung Timur : Pantai dan Vihara Dewi Kwan Im


Wisatawan yang datang ke Belitung biasanya memiliki untuk pergi ke Tanjung Tinggi, Tanjung Kelayang, dan Tanjung Pandan, dengan tur ke Pulau Lengkuas dan pulau-pulau kecil lainnya. Namun, di sini timur terbentang potensi wisata yang belum dikembangkan.

Pantai Tambak Belitung Timur
Pantai Tambak Belitung Timur

Bulan lalu kami ke Belitung – pertama kali bagi Puput dan Oliq. Sehari kami menghabiskan waktu dengan menjelajah pantai-pantai di bagian barat dan pulau-pulau sekitarnya. Sebuah agenda yang mainstream.
Baru keesokan harinya kami memantapkan diri untuk pergi ke Belitung Timur. Manggar, ibukota Kab Belitung Timur terletak sekitar 90 km dari Tanjung Pandan. Perjalanannya menyenangkan karena bebas macet. Kanan kiri jalan masih berupa pedesaan, hutan lindung yang masih lestari, dan beberapa perkebunan kelapa sawit. Yang terakhir ini menurut saya adalah pemandangan paling membosankan dari sebuah perjalanan.

Hari Minggu tersebut kota Manggar yang dikenal dengan kota 1001 warung kopi terlihat senyap. Kebanyakan warung kopi dan toko tutup. Di sini hanya ada dua buah SPBU dan saat itu menjelang sore hari pun tutup. Tapi banyak penjual bensin eceran di sepanjang jalan.
Kami datang memang tanpa persiapan yang matang, tanpa riset lokasi wisata mana yang akan dikunjungi. Sakparan-paran wae, pikir kami, artinya semacam sesampai-sampainya.  Pantai pertama yang kami kunjungi bernama Tambak. Letaknya masih di luar pusat kota. Waktu itu hanya melihat plang ke arah kiri, jadilah kami membelok.

Pantai Tambak ini sangat panjang dengan pasir yang sangat putih. Sama sekali tidak dikembangkan. Ada beberapa warung di seberang jalan, namun kebanyakan tutup. Tidak ada wisatawan sama sekali. Sepi.
Padahal pantai ini bagus terutama karena pasirnya yang putih bersih. Memang pemandangannya tidak sedramatis di bagian barat dengan bebatuan besar.

Pantai Nyiur Melambai tak jauh dari pusat kota Manggar
Pantai Nyiur Melambai tak jauh dari pusat kota Manggar

Ketika sampai pusat kota, kami melihat plang menuju ke Pantai Nyiur Melambai. Namanya agak lebay ya, saya jadi kebayang pohon-pohon kelapa melambai-lambai, sepasang muda-mudi pijetan di bawahnya diiringi lagu “Sway”.

Setelah bertanya dua kali karena petunjuk yang tidak jelas akhirnya kami sampai juga di Pantai Nyiur Melambai. Pantainya ternyata mepet pemukiman penduduk. Tampaknya pantai ini adalah salah satu lokasi wisata keluarga setempat, terlihat ada beberapa keluarga dengan anak-anak mereka. Pantai ini cukup hidup karena ada banyak warung yang beberapa di antaranya menyediakan ikan bakar.
Di sini kami sempat mampir untuk makan ikan terisi bakar dengan sambal dan lalap. Nyammm, nyammm.

Menjelang pulang, Puput niat banget mampir ke pelabuhan biar Oliq bisa lihat wawu, katanya. Baru beberapa langkah ujug-ujug mak bressss, hujan deras. Kami bertiga pun berlarian kembali ke mobil. Batal sudah foto-foto dengan kapal di pelabuhan Manggar.

Perahu nelayan di Pantai Burung Mandi
Perahu nelayan di Pantai Burung Mandi

Menjelang pulang kami pun nekat ke satu pantai lagi, yaitu Pantai Burong Mandi (burung mandi). Entah mengapa dinamakan demikian karena sama sekali kami tidak lihat ada burung mandi di sana. Pantai ini sangat hidup dengan jajaran perahu-perahu nelayan berwarna-warni. Di seberang jalan pun berderet warung-warung makan yang menjual ikan bakar. Tampak mobil-mobil berjajar di bawah pohon sementara para penumpangnya sedang asyik makan.

Menjelang pulang, kami mampir ke Vihara Dewi Kwan Im yang memang terletak di Burong Mandi. Vihara ini dibangun oleh kaum Kong Hu Chu pada tahun 1474, letaknya berada di atas bukit langsung menghadap Selat Karimata.

Warna merah sangat dominan sehingga membuat kompleks ini sangat menonjol. Vihara Dewi Kwan Im terdiri dari 3 bangunan tempat berdoa kepada Buddha, Dewi Kwan Im, dan Toapekong atau Dewa Laut.

Vihara Dewi Kwan Im
Vihara Dewi Kwan Im

Ternyata di sini kami menemukan tulisan “KKN UGM 2013” yaaaaa enak banget yang KKN sampai Belitung. Saya dulu cuma di Desa Sembukan, Wonogiri, desa paling ujuuuuuung. Tidur di rumah pak Kades tapi sering harus nebeng mandi di rumahnya mbah-mbah tetangganya. Nah kamar mandinya ini ga punya pintu. Horor kan! #curcol #abaikan

Vihara Sun Go Kong
Vihara Sun Go Kong

Di jalan pulang ada sebuah vihara yang lebih kecil bertuliskan Vihara Sun Go Kong. Pasti langsung teringat film Kera Sakti – film favorit adikku yang sampai nonton berulang-ulang. Delin ini tiap kali mendapat masalah langsung bilang, “Ah, ini nggak seberat perjalanan Tong Sam Cong ke barat untuk mencari kitab suci.”


Sumber : http://backpackology.me/page/7/

“Kalau memang terlihat rumit, ragu2, kesana-kemari, tidak jelas, plintat-plintut, bikin sebal, sakit hati, lupakanlah. Segera lupakan. Urusan perasaan yg sejati selalu sederhana."

--Tere Liye, novel 'Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah'