Thursday, February 28, 2013

Sikap dan Tata Cara Orang Korea Selatan

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu sifat khas orang tua Korea adalah blak-blakan. Pertanyaan seperti berapa umurmu, apakah sudah menikah, dan mengapa belum menikah adalah pertanyaan yang lumrah yang akan sering kita dengar. Tidak jauh beda dengan sifat orang-orang tua di Tanah Air bukan?

Sansan Hasjim dalam buku Bujet Pas-pasan, Keliling Korea 60 Hari? Bisa! menuliskan adat orang Korea dalam menjamu tamu sangat baik. Mereka memperlakukan tamu bak orang istimewa. Keperluan tamu dipersiapkan semua, mulai dari ruang tidur hingga perlengkapan mandi. Mereka juga akan menyajikan makanan istimewa. Namun jika tidak memasak sendiri, mereka akan mengajak tamunya makan di luar dan memilihkan makanan yang enak-enak.


Lazimnya orang Korea tak memperkenankan tamunya mengerjakan apa pun ketika sedang menumpang, mungkin pengecualian jika keadaan memaksa. Sampai-sampai baju kotor tamunya pun mereka yang mengumpulkan dan memasukkannya ke mesin cuci, dan si tamu terima beres dengan pakaian yang sudah wangi dan terlipat rapi.


Jika diajak makan, lihat dulu siapa yang mengajak. Ada tren baru di Korea saat ini, yaitu going dutch alias makan bayar sendiri-sendiri. Ini biasanya dilakukan anak muda di negeri ginseng itu. Jika mereka menawarkan membayar tagihan makan kita, cobalah untuk menawarkan membayar tagihan sendiri terlebih dahulu.


Apabila ada makan ronde kedua, saat itu giliran kita yang membayar sebagai ganti tagihan pertama yang mereka bayarkan. Nah, lain ceritanya jika yang mengajak makan adalah orang tua. Kali ini, Anda akan menjadi orang yang ditraktir. Karena umumnya, mereka selalu berinisiatif membayar semua tagihan makan.


Di dalam subway tersedia tempat duduk bagi para manula, orang cacat, dan ibu hamil. Tempat duduk itu terpisah dari tempat duduk penumpang lainnya. Walau tempat "spesial" itu kosong, tak ada yang berani mengisinya, kecuali ingin ditatap oleh penumpang lain. Terkadang kalaupun ada orang tua di tempat itu, ia pun tak ingin duduk di situ.


Mengantre juga menjadi budaya penduduk Korea Selatan. Budaya mengantre tidak hanya berlaku ketika hendak naik kendaraan, tapi juga ketika menunggu giliran masuk toilet umum. Tidak akan ada orang yang saling serobot seperti yang sering terjadi di Indonesia.


Para orang tua Korea adalah penolong yang sangat baik, setelah polisi, ketika ada orang tersesat atau kesusahan. Mereka tidak segan-segan mengantar atau menunjukkan jalan. Mereka memang lebih ramah dibandingkan dengan anak muda.



Sumber : http://id.berita.yahoo.com/sikap-dan-tata-cara-orang-korea-selatan-121844933.html;_ylt=AqVf7NGPYMLnNanXGTWBT3q2jPR_;_ylu=X3oDMTRjNGdzN3VsBG1pdANsaXN0IHRyYXZlbCBsdWFyIG5lZ2VyaQRwa2cDYzY0NjIxZDUtODgzNS0zYjU3LTg3ZTMtZjUxODFlZDYzNWExBHBvcwMyBHNlYwNNZWRpYVN0b3J5TGlzdExQVGVtcAR2ZXIDMzVkOTEwYjMtNDRkZi0xMWUyLTlmZmYtM2RhNWY2ZTEyZGIx;_ylg=X3oDMTF2NjJudWdnBGludGwDaWQEbGFuZwNpZC1pZARwc3RhaWQDBHBzdGNhdAN0cmF2ZWx8bHVhcm5lZ2VyaQRwdANzZWN0aW9ucw--;_ylv=3
RINI K

Jelajah Pantai-pantai di Pulau Langkawi

Jelajah Pantai-pantai di Pulau Langkawi


Negara-negara di Asia Tenggara terkenal dengan keindahan pantai-pantainya, demikian juga dengan negara tetangga Malaysia. Pulau Langkawi — salah satu tujuan wisata favorit di negara tersebut — memiliki banyak pantai yang indah, layak untuk dikunjungi.

Pulau Langkawi terletak di bagian barat, tidak terlalu jauh dari Penang (tujuan wisata lainnya). Perairan di sekeliling pulau ini juga berbatasan langsung dengan Thailand. Bahkan dari pelabuhan Langkawi, daratan Thailand dapat terlihat dengan mata telanjang.

Di bawah ini ada beberapa pantai di Langkawi yang dapat Anda kunjungi, bila berkesempatan untuk berkunjung ke pulau cantik ini. 

Pantai Cenang
Keramaian di Langkawi berpusat di sekitar Pantai Cenang, yang terletak di pesisir bagian barat dan biasanya menjadi tujuan pertama para turis. Pantainya memiliki pasir putih yang sangat lembut.

Pantai Cenang merupakan destinasi pertama bagi wisatawan yang berkunjung ke Langkawi. (Olenka Priyadarsani)

Ombak di Pantai Cenang juga tidak tinggi dan keras sehingga tidak terlalu membahayakan. Pada saat surut, Anda bahkan dapat menyeberang dengan berjalan kaki ke pulau kecil tak jauh dari bibir pantai.

Pantai Cenang memiliki beragam akomodasi, mulai dari penginapan murah hingga resor mewah. Pada malam hari, jalan utama di pinggir pantai dipenuhi wisatawan asing yang sedang asyik di kafe dan restoran yang berjajar sepanjang jalan.

Pantai Tengah
Pantai Tengah berada tidak jauh dari Cenang, hanya dipisahkan oleh sebuah semenanjung kecil. Pantai ini juga memiliki pasir putih yang halus. Pantai Tengah memiliki  bentangan terpanjang di antara semua pantai di Langkawi. Sangat cocok untuk Anda yang menginginkan tempat agak sepi, namun tidak terlalu jauh juga dari pusat keramaian.

Pantai Kok
Pantai Kok berada sekitar 12 km dari Pantai Cenang, masih di pesisir barat. Pantai ini juga memiliki pasir yang bersih dan air yang jernih. Pinggir pantai didominasi oleh beberapa resor mewah dan memiliki marina yang modern. Pantai yang berbentuk teluk ini dikelilingi bukit-bukit kapur dengan hutan hujan tropis yang masih hijau. Pantai Kok terletak tidak jauh dari beberapa lokasi wisata lain, yaitu kereta layang menuju ke Gunung Mat Cincang dan Air Terjun Telaga Tujuh. 

Pantai Tanjung Rhu
Pantai ini mungkin salah satu yang terbaik di Langkawi karena pasirnya yang sangat halus. Untuk menuju ke pantai ini Anda harus melewati jalanan yang kanan-kirinya masih berupa hutan. Suasana di sini sangat tenang dan  pohon-pohon kasuarina membuat pantai terlindung dari teriknya matahari. Di sini ada beberapa resor mewah yang dapat dijadikan pilihan tempat berbulan madu.

Pantai Pasir Hitam
Sesuai dengan namanya, pantai ini memiliki pasir berwarna hitam. Ini bukan berarti bahwa keseluruhan pasir berwarna hitam, melainkan pasir yang alami bercampur dengan kandungan mineral dan timah yang berwarna hitam. Bila Anda berkunjung ke sini, jangan lewatkan untuk berfoto dengan sebuah dermaga yang dibangun pada masa silam, yang masih berdiri di pantai ini.

Pantai Pasir Hitam memiliki pasir yang bercampur dengan mineral dan timah yang berwarna hitam. (Olenka Priyada)

Pantai Pasir Tengkorak
Pantai ini merupakan lokasi piknik favorit masyarakat lokal. Pantai ini terlihat seperti tersembunyi di antara pohon-pohon besar di sekelilingnya. Di kanan dan kiri pantai terdapat batu besar, yang membuatnya bagai tempat persembunyian bajak laut. Tidak jauh dari pantai terdapat Museum Ibrahim Hussein.

Beberapa lokasi di Langkawi cukup sepi sehingga cocok untuk menjadi tujuan berbulan madu. (Olenka Priyadarsani)

Selain itu ada beberapa pantai lain di Langkawi yaitu Pantai Batu Hampar, Pantai teluk Burau, Pantai Datai, Pantai Teluk Yu, dan Pantai Teluk Baru.


Sumber : http://id.berita.yahoo.com/jelajah-pantai-pantai-di-pulau-langkawi.html
Kunjungi juga blog perjalanan Olenka di www.backpackology.me

Tat Kuang Xi, Kesejukan di Laos Utara

Tat Kuang Xi, Kesejukan di Laos Utara


Negeri kecil Laos mungkin belum banyak dikunjungi oleh wisatawan Indonesia, padahal ada beberapa lokasi wisata yang menarik di sini. Salah satu yang paling mengesankan adalah air terjun Kuang Xi, yang dalam bahasa setempat disebut Tat Kuang Xi. Air terjun ini berada di kota Luang Prabang, di bagian utara negeri.

Kolam-kolam alami di mana wisatawan dapat berenang. (Olenka Priyadarsani)

Kuang Xi merupakan air terjun tiga tingkat yang bermula dari sebuah kolam dangkal di atas bukit. Air terjun utama memiliki tinggi 60 meter. Bukan hanya air terjunnya yang menarik, melainkan juga kolam-kolam di mana air tersebut jatuh. Berbagai gradasi warna antara hijau, biru, hingga putih susu kolam-kolam bertingkat ini menjadi favorit para fotografer.

Jembatan kayu yang membuat suasana Kuang Xi makin terlihat romantis. (Olenka Priyadarsani)

Layak memang apabila lokasi wisata ini merupakan tujuan utama para wisatawan asing yang berkunjung ke kota kecil Luang Prabang. Air terjun Kuang Xi juga hampir selalu muncul dalam brosur-brosur wisata yang mempromosikan pariwisata Laos. Luang Prabang sendiri telah dicanangkan sebagai situs warisan budaya UNESCO.

Wisatawan diperbolehkan untuk berenang dan bermain di kolam-kolam di bawah air terjun, walaupun ada satu kolam yang tertutup karena dianggap keramat. Anda dapat berganti pakaian di pondok-pondok kayu sederhana yang tersedia di dekat lokasi air terjun.

Zona larangan berenang di bawah Air Terjun Kuang Xi. (Olenka Priyadarsani)

Bila Anda ingin sedikit bertualang, Anda dapat mendaki menuju puncak air terjun melalui sebuah jalan setapak. Ingat, bahwa jalan setapak di sini terkadang sangat licin terutama di pagi hari ataupun di musim hujan. Oleh karena itu, sandal gunung atau sepatu olahraga menjadi pilihan alas kaki yang paling tepat. Bahkan ada beberapa wisatawan yang memilih bertelanjang kaki karena sandal jepit terlalu licin.

Pemandangan di sekitar air terjun luar biasa indah. Ini karena letak air terjun yang berada di tengah hutan hijau yang relatif masih perawan. Jalan setapak menuju ke atas pun sangat sederhana dan alami.

Salah satu lokasi favorit wisatawan untuk mengambil gambar adalah jembatan kayu yang menghubungkan satu sisi dengan sisi lainnya. Air terjun utama dapat menjadi latar belakang foto cantik Anda.

Di bagian luar kompleks, di dekat area parkir, terdapat cukup banyak kios yang menjual makanan dan suvenir. Tentu saja Anda harus menggunakan keahlian Anda untuk menawar. Harga suvenir di sini lebih mahal daripada di pasar malam Luang Prabang yang digelar di jalan utama setiap malam.

Air terjun Kuang Xi berada sekitar 29 km dari pusat kota Luang Prabang. Anda dapat menyewa tuktuk untuk pergi ke tempat ini. Bila Anda bepergian sendiri, ada baiknya Anda mencari tumpangan tuktuk di Jalan Sisavangvong, sehingga Anda dapat berbagi dengan wisatawan lain. Harga tiket masuk ke Kuang Xi adalah 20.000 kip.

Air terjun lain yang dapat dikunjungi adalah Tad Sae.


Sumber : http://id.berita.yahoo.com/tat-kuang-xi--kesejukan-di-laos-utara.html;_ylt=Asi9rrwIHy.H6yfrW85hfCO2jPR_;_ylu=X3oDMTRjY2YxOWZzBG1pdANsaXN0IHRyYXZlbCBsdWFyIG5lZ2VyaQRwa2cDNWFiNTgwZjctMjUyNy0zM2QzLWJkZGYtYzkyM2NhM2FhZmE1BHBvcwMyBHNlYwNNZWRpYVN0b3J5TGlzdExQVGVtcAR2ZXIDNTEzYjNlMzMtZmNiNi0xMWUxLWJmMzAtNGM2ODdjN2NkNDVm;_ylg=X3oDMTF2NjJudWdnBGludGwDaWQEbGFuZwNpZC1pZARwc3RhaWQDBHBzdGNhdAN0cmF2ZWx8bHVhcm5lZ2VyaQRwdANzZWN0aW9ucw--;_ylv=3
Kunjungi juga blog perjalanan Olenka di www.backpackology.me

Tak Bat, Ritual Pagi Para Biksu di Laos


Barisan panjang biksu berjubah warna jingga dan berjalan tanpa alas kaki, menjadi pemandangan menarik yang mengawali pagi hari di kota Luang Prabang, Laos utara.

Para rohaniwan Buddha itu melakukan ritual Tak Bat, upacara pengumpulan sumbangan yang menjadi tradisi aliran Buddha Theravada sejak berabad-abad lalu. Sayangnya, kesakralan ritual ini mulai terganggu akibat ulah wisatawan.

Barisan panjang biksu dan warga Luang prabang yang memberi persembahan. (Hairun Fahrudin)

Menurut kepercayaan Buddha Theravada, para biksu tidak diperkenankan bertani dan memasak makanan sendiri. Satu-satunya cara menunjang kelangsungan hidupnya adalah dengan mengumpulkan sumbangan dari umat berupa makanan atau terkadang uang. Para biksu makan sekali sehari lewat pemberian itu, lalu hanya minum air sampai keesokan pagi.

Sebagian besar penduduk negara-negara Indocina seperti Thailand dan Laos merupakan penganut aliran Buddha Theravada. Jadi ritual Tak Bat ini tak hanya bisa dijumpai di Luang Prabang, tapi juga di kota-kota lainnya di Indocina seperti Bangkok dan Chiang Mai. Namun Tak Bat di Luang Prabang terlihat lebih hidup dan spektakuler karena kota kecil ini memiliki banyak biara dengan ratusan biksu yang setiap pagi melakukan upacara tersebut.

Keunikan ini pula yang mengundang wisatawan dari seluruh penjuru dunia mengunjungi Luang prabang. Tak pelak lagi, ritual Tak Bat sekarang menjadi atraksi wisata yang masuk dalam daftar wajib lihat bagi pelancong, bahkan turut dijual oleh agen wisata.

Seorang turis membeli nasi ketan di pinggir jalan untuk diberikan pada biksu. (Hairun Fahrudin)

Sejak pukul 05.30, kerumunan turis yang sebagian besar berbahasa Mandarin sudah terlihat di beberapa sudut jalan Luang Prabang. Rupanya kota kecil itu sedang kebanjiran wisatawan dari Cina yang memanfaatkan liburan panjang National Day Week setiap awal Oktober. Turis bule juga cukup banyak, namun mereka hanya membentuk kelompok kecil-kecil sehingga tak terlalu mencolok.

Di sudut lainnya, pedagang lokal menawarkan dagangannya dengan agresif. Mereka merayu semua turis yang lewat supaya membeli nasi ketan dan buah-buahan untuk diberikan pada biksu. Perlengkapan ritual Tak Bat seperti alas duduk dan selendang tradisional Laos tak lupa pula turut disewakan. Singkat cerita, ritual Bak Bat sudah menjadi lahan bisnis yang menggiurkan.

Aksi jual beli ini sebenarnya bertentangan dengan aturan ritual Tak Bat. Umat harusnya memasak sendiri makanan yang akan diberikan pada biksu, bukan membeli jadi dari pedagang jalanan. Tetapi para turis rupanya ingin terlibat langsung dalam upacara keagamaan itu, mereka tak puas hanya menonton.

Turis-turis tak hanya menonton, mereka juga ingin terlibat dalam ritual Tak Bat. (Hairun Fahrudin)

Sekitar pukul 6 pagi, sudah mulai terlihat iring-iringan panjang para biksu yang berjalan dengan sikap meditasi, yaitu tidak berbicara dan melakukan kontak mata. Biksu senior berjalan paling depan, lalu diikuti biksu yang lebih muda di belakangnya. Semuanya harus membawa mangkuk yang nantinya akan terisi dengan makanan pemberian umat.

Iring-iringan biksu ini akan berjalan di depan orang-orang yang sudah menyiapkan sumbangan untuk mereka. Lalu tanpa berbicara sepatah kata pun, umat memasukkan sejumput makanan ke dalam mangkuk dan dilakukan terus-menerus sampai makanan yang mereka siapkan habis.

Namun suasana hikmat ini menjadi terganggu dengan keberadaan fotografer amatir yang mengambil foto dari jarak sangat dekat. Beberapa orang bahkan berani memotret biksu dengan jarak kurang dari satu meter menggunakan lampu kilat! Tanpa rasa bersalah, aksi itu dilakukan berulang kali dan tak ada satu orang pun yang menegur mereka.

Banyak warga Luang Prabang mulai enggan mengikuti ritual Tak Bat, mereka tak mau dijadikan tontonan. (Hairun F)

Karena kondisi ini, banyak warga lokal mulai enggan ikut serta dalam ritual Tak Bat, mereka menolak dijadikan tontotan. Para biksu juga sempat mengemukakan rencana mereka untuk menghentikan upacara ini lantaran perilaku wisatawan sudah sulit dikendalikan. Kalau itu benar-benar terlaksana, maka akan hilanglah ciri khas Luang Prabang yang paling unik itu.

Ritual Tak Bat di Luang prabang saat ini terasa sudah lepas dari makna spiritualnya sebagai interaksi yang indah antara biksu dan umat.

Agaknya turis tak perlu ikut-ikutan memberi persembahan, mereka cukup melihat dari jauh saja. Biarkan ritual Tak Bat menjadi milik warga Luang Prabang!


Sumber : http://id.berita.yahoo.com/tak-bat--ritual-pagi-para-biksu.html;_ylt=Ao4KTrvR.WzUQ.FHsxvDxM.2jPR_;_ylu=X3oDMTRjcmduc2huBG1pdANsaXN0IHRyYXZlbCBsdWFyIG5lZ2VyaQRwa2cDYWU4MDU3MmUtMjQ4MS0zNzRjLWE4NTMtMTZjMzE0ODU5MGViBHBvcwM0BHNlYwNNZWRpYVN0b3J5TGlzdExQVGVtcAR2ZXIDZDM3MjcyMzMtMmQ1MS0xMWUyLWFmYWQtMGFiODU1NWQwYTQy;_ylg=X3oDMTF2NjJudWdnBGludGwDaWQEbGFuZwNpZC1pZARwc3RhaWQDBHBzdGNhdAN0cmF2ZWx8bHVhcm5lZ2VyaQRwdANzZWN0aW9ucw--;_ylv=3
Kunjungi juga blog Hairun Fahrudin di easybackpacking.blogspot.com

Jalan Sehat Menyusuri Tembok Raksasa Cina

Jalan Sehat Menyusuri Tembok Raksasa China


Tembok Raksasa Cina adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi saat berkunjung ke Beijing. Lokasinya yang agak jauh di pinggir kota memang merepotkan. Awalnya, saya sempat kebingungan karena tidak tahu transportasi apa yang nyaman untuk mencapai Tembok Raksasa ini.

Setelah cek-cek ombak lewat internet dan konsultasi dengan beberapa teman di komunitas perjalanan, akhirnya saya memilih menggunakan jasa tur. Beruntung, pilihan jasa tur keliling satu hari banyak. Malah, bisa pesan langsung di tempat. Baik hotel mewah maupun kecil menyediakan jasa ini.

Struktur tembok pun mengikuti bukit. (Syanne Susita)

Kisaran harganya sekitar Rp300 ribu. Harganya cukup terjangkau, mengingat harga itu mencangkup transportasi keliling tidak hanya ke Tembok Raksasa, tetapi beberapa tempat lain. Dan sudah termasuk tiket masuk ke tempat wisata dan makan siang dan malam di restoran.

Hal menyenangkan lainnya adalah selama perjalanan kita akan bertemu dengan tamu lain yang biasanya datang dari berbagai negara. Jadi, selama perjalanan, obrolan pun pasti akan lebih menarik.

Sekitar jam 8 pagi, mobil van berisikan sekitar 12 penumpang sudah menunggu di depan hotel. Di hotel ini, ternyata yang mendaftar tur cukup banyak. Jadi, begitu jalan, van langsung penuh. Hanya mampir satu hotel lagi untuk menjemput peserta tur dan semua bangku terisi penuh.

Bagi yang menjelajah Tembok Raksasa di musim dingin, bersiaplah dengan topi wol sebagai penghangat kepala. (Syanne)

Tujuan pertama adalah Badailing. Sepanjang jalan menuju tembok, pemandangan di kanan dan kiri cukup menakjubkan. Bukit yang berundak-undang dan kadang-kadang terlihat penampakan Tembok Raksasa. Berhubung saya berkunjung pada musim gugur, ranting-ranting pepohonan di sekitar bukit pun gundul tanpa dedaunan. Di beberapa tembok pun terlihat gumpalan salju.

Berhubung Badailing adalah titik wisata untuk menjelajah Tembok Raksasa yang paling populer, setiba di sana saya agak terkejut melihat betapa ramainya turis yang berkunjung. Sebelum turun dari mobil, pemandu tur yang sekaligus sopir van ini langsung memberi wanti-wanti kalau jika ingin menjelajah tembok sampai di titik terakhir yang diperbolehkan harus yakin kalau fisiknya kuat.

Rupanya, karena tembok dibangun di atas bukit, maka struktur tembok pun mengikuti bukit. Termasuk naik turunnya. Jadi, judulnya kaki harus kuat menapaki tangga yang kadang menukik tinggi atau undakan tangga satu dengan yang lain cukup jauh.

Hampir sebagian rombongan memutuskan untuk menjelajah tembok. Saat menyelusuri tembok, saya akhirnya bisa mengerti kenapa tembok ini bisa masuk dalam tujuh keajaiban alam di dunia. Dengan postur tubuh orang Cina yang lebih kecil dan ramping, sangatlah menakjubkan mereka bisa membuat tembok sebesar dan sekokoh ini.

Apalagi, para tentara yang setiap harinya bertugas menjaga di tiap-tiap menara. Betapa kuatnya stamina mereka karena setiap hari harus menyusuri tembok dan tangga-tangga curam ini. Saya pun langsung menghubungkan ini dengan ilmu meringankan tubuh yang sering ditemui dalam kisah kungfu/silat klasik Tiongkok.

Jika ingin mendapatkan gambar bagus, Tembok Raksasa ini memang ternyata harus berani dan kuat fisik hingga titik terakhir. Soalnya, tidak semua orang yang kuat mencapai titik terakhir itu. Sehingga saat mengambil gambar, komposisi pemandangan pun sepenuhnya bersih pada lekukan tembok tanpa tercemari oleh lalu-lalang pengunjung. Di titik terakhir ini, suhu udara pun lebih dingin.

Jadi, bagi yang menjelajah Tembok Raksasa di musim dingin, bersiaplah dengan topi wol sebagai penghangat kepala dan sarung tangan. Berhubung kita berjalan menyusuri tembok, menggunakan jaket terlalu tebal justru akan merepotkan. Badan akan panas saat jalan sehat menyusuri tembok.

Di sepanjang tembok, banyak juga penjaja minuman dan cendera mata. Untuk yang terakhir ini, sebaiknya dibeli saat mau turun atau kembali ke titik awal saja agar tidak memberatkan. Sebagai tempat yang paling ramai dikunjungi turis, jalur luncur sepanjang 1 kilometer bagi pengunjung yang kelelahan dibangun juga di sisi samping tembok,.

Hanya dengan membayar sekitar 30 yuan, kita bisa kembali tanpa harus menjelajahi tangga-tangga curam tadi dan meluncur cepat hingga tiba di titik awal.


Sumber : http://id.berita.yahoo.com/jalan-sehat-menyusuri-tembok-raksasa-cina.html;_ylt=AnLJ0M1_ZM.ZPL.Ua8HhLQe2jPR_;_ylu=X3oDMTRjbjNuNG0zBG1pdANsaXN0IHRyYXZlbCBsdWFyIG5lZ2VyaQRwa2cDMGE0N2ZmYzItMjljMy0zODQ0LTgwYjYtZjE5ZDY2ZWM0YjI2BHBvcwM1BHNlYwNNZWRpYVN0b3J5TGlzdExQVGVtcAR2ZXIDNDY2NzAyZDMtMWZmOS0xMWUyLWIyZmQtYjQ2OTM2OTUxMGY2;_ylg=X3oDMTF2NjJudWdnBGludGwDaWQEbGFuZwNpZC1pZARwc3RhaWQDBHBzdGNhdAN0cmF2ZWx8bHVhcm5lZ2VyaQRwdANzZWN0aW9ucw--;_ylv=3

Kuil Putih, Mahakarya Sang Seniman Eksentrik di Chiang Rai, Thailand

Pernahkah Anda membayangkan figur Michael Jackson dan Doraemon menjadi ornamen di dinding bagian dalam sebuah kuil Buddha? Barangkali itu terdengar gila, tapi benar-benar ada di Thailand. Segala “keganjilan” kuil itu bisa dikemas dalam karya arsitektur indah yang kata pendirinya baru selesai 60 tahun lagi.

Kalau Anda membaca brosur-brosur wisata Thailand utara, kemungkinan besar Anda akan melihat gambar sebuah kuil putih yang sangat cantik. Itulah Wat Rong Khun yang sering juga disebut Kuil Putih atau White Temple. Kuil ini sudah menjadi ikon wisata Thailand utara dan menjadi objek wisata yang wajib dikunjungi.

Wat Rong Khun, yang sering juga disebut Kuil Putih. (Hairun Fahrudin)

Wat Rong Khun berlokasi sekitar 13 kilometer di sebelah selatan kota Chiang Rai, Thailand utara. Letaknya cukup strategis, berada di pinggir jalan raya yang menghubungkan Chiang Rai dengan Chiang Mai. Banyak agen perjalanan yang menawarkan kunjungan ke sana, tetapi Anda juga bisa mengunjunginya secara mandiri menggunakan kendaraan umum dari Chiang Rai atau Chiang Mai.

Ini adalah kali kedua saya mengunjungi Wat Rong Khun, dan tetap takjub dengan keindahannya meski sudah melihatnya dua tahun lalu. Nampak ada beberapa bangunan baru yang belum saya lihat sebelumnya. Pembangunan kuil ini memang masih terus berlanjut sehingga selalu ada yang baru.

Wat Rong Khun adalah proyek idealis seorang seniman terkenal Thailand bernama Chalermchai Kositpipat. Ia berambisi membuat mahakarya arsitektur yang bisa dikenang sepanjang masa. Pembangunan Wat Rong Khun sudah dimulai sejak 1997, tapi menurut sang pendiri, proyeknya baru akan selesai sekitar tahun 2070, alias 60 tahun lagi!

Kositpipat tidak main-main. Ia sudah menyiapkan pengikut supaya proyek ini tetap berlanjut meski sang seniman kelak meninggal dunia. Kelak, kompleks Wat Rong Khun akan dilengkapi museum, krematorium, biara, pagoda, serta bangunan-bangunan pendukung lain.

Bangunan Wat Rong Khun yang dicat serba putih sudah menunjukkan kalau ini bukan kuil biasa. Kuil-kuil di Thailand umumnya berwarna emas yang melambangkan kemurnian dan kemakmuran. Tapi Kositpipat menabrak pakem ini, bahkan dengan berani menggunakan warna putih yang dalam kultur Asia dianggap simbol duka cita.

Kuil ini dengan berani menggunakan warna putih yang dalam kultur Asia dianggap simbol duka cita. (Hairun Fahru)

Menurut Kositpipat, warna emas hanya cocok untuk orang yang takluk dengan godaan setan. Sebaliknya, warna putih disebutnya melambangkan kedamaian dan kemurnian Buddha. Kositpipat juga menggunakan kepingan-kepingan kaca sebagai dekorasi bangunan. Ornamen ini membuat Wat Rong Khon bersinar saat diterpa matahari, seperti kebijaksanaan Buddha yang menyinari semesta.

Toilet kompleks kuil ini dicat warna emas. (Hairun Fahrudin)

Keganjilan Wat Rong Khun juga terlihat dari patung-patung aneh yang menghiasi bangunan utama. Misalnya di bagian depan kuil, bisa ditemukan ratusan patung tangan menjulur yang beberapa diantaranya digambarkan memegang tengkorak dan periuk sedekah. Konon, patung-patung tangan ini melambangkan orang-orang yang berusaha lari dari neraka.

 
Di bagian depan kuil, bisa ditemukan ratusan patung tangan menjulur. (Hairun Fahrudin)

Kositpipat juga berusaha memasukkan unsur budaya pop pada bagian dalam bangunan kuilnya. Bagian ini tidak boleh dipotret, tetapi saya akan sedikit mendeskripsikannya untuk Anda.

Altar kuil dihiasi lukisan mural Buddha bernuansa jingga dan kuning. Sebuah patung lilin seorang biksu yang sudah meninggal juga menghiasi. Yang paling unik, dinding yang menghadap altar dihiasi lukisan mural bergambar Superman, Spiderman, Doraemon, Michael Jackson, serta tokoh dalam film Star Wars dan The Matrix.

Bagian lainnya ada gambar menara kembar WTC lengkap dengan sosok Osama bin Laden dan George W Bush yang dilukis menyerupai setan.

Masih ada bagian yang kosong di dinding bagian dalam ini. Kita tunggu saja, apa ide nyentrik Kositpipat selanjutnya untuk mengisi bagian kosong tersebut.

Bagian lainnya yang tak kalah menarik adalah toilet emas, yang barangkali paling indah dan unik sedunia. Toilet kompleks kuil ini dicat warna emas, membuatnya tampak mencolok diantara bangunan lain yang didominasi warna putih.

Secara keseluruhan, detail arsitektur yang dimiliki Wat Rong Khun benar-benar luar biasa, sangat halus dan digarap dengan cita rasa seni tinggi. Ini menunjukkan keseriusan Kositpipat dalam mewujudkan mimpinya. Kalau sekarang saja kuil ini sudah menakjubkan, bagaimana wujudnya kelak 60 tahun ke depan?


Sumber : http://id.berita.yahoo.com/kuil-putih--mahakarya-sang-seniman-eksentrik.html;_ylt=AsSQcyhwGWdWVsNW.2ZegsW2jPR_;_ylu=X3oDMTRjcnE1ZmU2BG1pdANsaXN0IHRyYXZlbCBsdWFyIG5lZ2VyaQRwa2cDNzFiNzVmYjMtY2M0NC0zNWM4LWE1ZDYtOGJjYzdlNGQ1NjgzBHBvcwMxBHNlYwNNZWRpYVN0b3J5TGlzdExQVGVtcAR2ZXIDYzM0Y2UyZTMtMWUwMi0xMWUyLWJmZDYtNzBkYjQ0MjU1YmQy;_ylg=X3oDMTF2NjJudWdnBGludGwDaWQEbGFuZwNpZC1pZARwc3RhaWQDBHBzdGNhdAN0cmF2ZWx8bHVhcm5lZ2VyaQRwdANzZWN0aW9ucw--;_ylv=3

Wat Chalong, Kuil Bersejarah Terbesar di Phuket


Wat Chalong adalah kuil Buddha paling penting di Phuket. Bila belum mengunjungi Wat Chalong, Anda bisa dikatakan belum sampai di Phuket.

Wat Chalong terletak di Tambol Chalong (atau Kecamatan Chalong) di Distrik Mueang Phuket. Kuil ini didedikasikan untuk dua biksu, Luang Pho Chaem dan Luang Pho Chuang. Dibangun pada 1837, kuil ini meyimpan banyak sejarah dan legenda. Diceritakan bahwa kuil dan para biksunya memegang peranan penting dalam pertempuran melawan pemberontakan Angyee di tahun 1876 pada masa pemerintahan Raja Rama V.

Wat Chalong adalah kuil yang paling banyak dikunjungi di Phuket.

Dari kejauhan, kemegahan Wat Chalong sudah terlihat. Kompleksnya terdiri dari banyak bangunan. Hampir semuanya bernuansa warna keemasan, seperti layaknya kuil-kuil lain di daratan Indocina.

Di dalam bangunan ini, orang-orang Thailand berdoa.

Walaupun ada bagian yang merupakan peninggalan masa lalu, ada beberapa tambahan baru di kompleks kuil ini, antara lain chedi atau pagoda berukuran 61,4 meter yang berisi peninggalan Phra Borom Sareerikatat, sepotong tulang Buddha yang dibawa dari Sri Lanka.

Potongan tulang tersebut dibawa pada 1999 dan disimpan di dalam chedi pada 2002 dalam upacara kehormatan yang dipimpin Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn, yang mewakili Raja.

Patung Buddha dalam berbagai posisi.

Memasuki kompleks kuil, saya disambut suara petasan bersahutan. Maklum, banyak wisatawan beragama Buddha yang membeli serta membakar petasan sebagai bentuk doa mereka. Bangunan utama yang saya jumpai pertama adalah aula penahbisan, tempat para biksu baru diambil sumpahnya. Bangunan ini biasanya tidak dibuka untuk umum.

Di depan bangunan penasbihan, ada aula tempat berdoa. Di sini terdapat beberapa patung gajah, yang merupakan binatang nasional Thailand. Di sini biasanya penuh dengan pengunjung berkewarganegaraan Thailand yang tengah berdoa di depan altar. Banyak di antara mereka yang membakar hio sembari berlutut. Saya tak lupa melepas alas kaki ketika masuk ke tempat ini.

Bangunan utama ke dua tentu saja chedi atau pagoda. Di sinilah potongan tulang Buddha disimpan. Saya menaiki chedi ini hingga ke atas, dari sana dapat terlihat pemandangan di sekitar kompleks Wat Chalong.

Interior chedi juga didominasi warna keemasan. Yang paling menarik adalah banyak patung Buddha dengan berbagai posisi. Ada yang tidur, duduk bersila, dan berdiri. Akan terlihat juga banyak pengunjung tengah berdoa. Selain membakar hio, mereka juga membeli bunga untuk diletakkan di atas altar.

Salah satu hal yang harus diingat adalah walaupun sebagai wisatawan, kita tidak boleh lupa bahwa objek wisata yang kita kunjungi adalah tempat ibadah. Oleh karena itu, sebaiknya Anda tidak mengenakan pakaian yang terlalu minim, seperti rok pendek, celana pendek, maupun baju tanpa lengan. Bila memang Anda berniat pergi ke pantai setelah mengunjungi kuil, ada baiknya membawa kain pantai yang dapat dililitkan bila perlu.

Kunjungan ke Wat Chalong dapat digabungkan dengan kunjungan ke Big Buddha, yang hanya berjarak sekitar 6 km. Keduanya merupakan tempat ibadah sekaligus objek wisata penting di Phuket.


Sumber : http://id.berita.yahoo.com/wat-chalong--kuil-bersejarah-terbesar-di-phuket-071822426.html;_ylt=Aq3zZH0El_GgIasPC3djuTC2jPR_;_ylu=X3oDMTRjdHY2bWY3BG1pdANsaXN0IHRyYXZlbCBsdWFyIG5lZ2VyaQRwa2cDZGUyNDhkNDEtNTQ2YS0zZjVmLTg3MjAtN2YwNTFiMjBlNTRmBHBvcwMxBHNlYwNNZWRpYVN0b3J5TGlzdExQVGVtcAR2ZXIDMWZlZjViYzMtM2Y3NS0xMWUyLWFlNGItNjZjZjJkY2U2NDM3;_ylg=X3oDMTF2NjJudWdnBGludGwDaWQEbGFuZwNpZC1pZARwc3RhaWQDBHBzdGNhdAN0cmF2ZWx8bHVhcm5lZ2VyaQRwdANzZWN0aW9ucw--;_ylv=3
Kunjungi juga blog perjalanan Olenka di www.backpackology.me.