Wednesday, April 23, 2014

TERBELENGGU MASA LALU



⌣̊⌣̊⌣̊⌣̊⌣̊⌣̊⌣̊⌣̊⌣̊⌣̊⌣̊⌣̊⌣̊⌣̊⌣̊⌣̊⌣
Tidak sedikit orang yg secara fisik hidup pada masa sekarang, tetapi hati & pikirannya masih berada pada masa lalu.
Banyak orang masih terbelenggu dgn apa yg dialami di masa lalu. Karena itu mereka tidak bisa mengungkapkan potensi mereka secara maksimal.

Seorang gadis yg terus terkenang dgn pacar lamanya, sehingga ia tidak bisa bahagia dgn pacarnya yg sekarang.

Seorang pemuda yg terus dikejar penyesalan karena pada masa lalu ia pernah melakukan tindakan sangat tercela.

Sungguh, betapa tidak nyamannya hidup dalam “PENJARA MASA LALU”. Sangat menyesakkan.
Kadang masa lalu itu memang terlalu menyakitkan atau kadang terlalu menyenangkan sehingga membuat kita sulit untuk melupakannya.
Membuat kita tergoda untuk melihat lagi ke belakang, padahal seharusnya kita terus melangkah & menatap ke depan.

Betapa pun masa lalu yg telah kita alami, manis atau pahit, semuanya sudah berlalu. Dan hidup kita tidak pernah surut ke belakang.
Masa lalu baik untuk kita jadikan cermin, tetapi akan tidak baik kalau terus-menerus kita “pegang”.

Sebuah ungkapan bijak :
Kemarin adalah kenangan, esok adalah misteri, hari ini adalah kenyataan.
Nah sobat,
Jangan sia-siakan masa kini hanya untuk sebuah masa lalu yg sudah mati.

LEARN FROM THE PAST..
LIVE IN THE PRESENT..
BELIEVE IN THE FUTURE!


Sumber : Kebajikan ( De εΎ· )
https://www.facebook.com/KebajikanDe/photos/a.231048736958686.59709.152761311454096/698281843568704/?type=1
 

Kalau Hanya Batuk Pilek Biasa Tidak Perlu Antibiotik


TRIBUNNEWS.COM -Benarkah flu tak boleh langsung diobati dengan antibiotik? Dr Alyya Siddiqa, SpFK, dokter spesialis farmakologi klinis dan dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta menjelaskan hal ini benar jika flu yang dimaksud mungkin batuk-pilek biasa yang umumnya disebabkan oleh virus.

Penyakit yang disebabkan virus tidak perlu diobati dengan antibiotik karena fungsi antibiotik adalah mematikan bakteri. Pemberian antibiotik jadi tidak berguna, kecuali dokter menduga telah terjadi infeksi bakteri. Namun, ini pun bukan untuk penyakit common cold.

"Kita baru butuh antibiotik bila terserang flu yang penyebabnya adalah bakteri. Pemberian antibiotik rutin kepada pasien flu biasa, memberikan kontribusi nyata dalam pembentukan resistensi (kekebalan) kuman terhadap antibiotik tersebut. Bila sudah terjadi resistensi, kuman pun lebih sulit mati. Akibatnya, diperlukan antibiotik yang lebih ampuh untuk mematikannya," jelas Alyaa.

Penyakit flu yang diakibatkan virus adalah self-limiting disease, artinya bisa sembuh sendiri. Bila Anda terkena flu biasa atau batuk-pilek, cukup tingkatkan stamina tubuh dengan cara makan makanan bergizi agar tubuh sehat kembali. Juga, minum air putih yang banyak dan cukup istirahat.


Sumber : https://id.she.yahoo.com/kalau-hanya-batuk-pilek-biasa-tidak-perlu-antibiotik-003725111.html

Antibiotik Bisa Sebabkan Radang Usus


Sebuah studi menemukan bahwa orang yang mengonsumsi antibiotik dalam jumlah berlebihan kemungkinan bisa mengganggu bakteri dalam usus dan bisa menyebabkan penyakit radang usus (IBD).


"Ini bukan berarti antibiotik menyebabkan penyakit radang usus, tetapi cenderung bisa merusak usus di dalam tubuh kita," kata penulis Dr Charles N. Bernstein, yang mempelajari gangguan usus di Universitas Manitoba kepada Reuters Health .

Studi sebelumnya telah mengaitkan penggunaan antibiotik dan Crohn dan kolitis ulserativa yang merupakan bentukan dari IBD. Dalam studi saat ini, peneliti Kanada menemukan, 12 persen orang didiagnosis dengan dua kondisi tersebut karena telah diresepkan antibiotik selama dua atau tiga tahun, dibandingkan hanya tujuh persen yang tidak diresepkan antibiotik.

Perbedaan ini konsisten selama periode lima tahun. Dengan kata lain, jika antibiotik bertanggung jawab untuk perbedaan tersebut, maka untuk setiap 20 orang ditentukan tiga atau lebih antibiotik, akan ada satu kasus ekstra IBD.

Setelah peneliti mengambil faktor lain, mereka menemukan bahwa banyak orang yang diresepkan antibiotik, sebanyak 50 persen lebih mungkin mendapatkan penyakit Crohn dalam waktu dua sampai lima tahun. Diterbitkan dalam American Journal of Gastroenterology, studi ini mengamati 24.000 orang dari salah satu database IBD terbesar di Amerika Utara.

Menurut Crohn dan Colitis Foundation, diperkirakan 1,4 juta orang Amerika menderita IBD, dengan sekitar 30.000 kasus baru didiagnosa setiap tahun.

Kedua penyakit Crohn dan kolitis ulserativa, dua bentuk utama dari IBD menyebabkan peradangan kronis di usus, memicu gejala-gejala seperti sakit perut, diare dan penurunan berat badan.

Penyebab IBD tidak jelas, tetapi beberapa ilmuwan berpikir IBD mungkin hasil dari sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap virus atau bakteri dalam usus.


Sumber : https://id.she.yahoo.com/antibiotik-bisa-sebabkan-radang-usus-063000462.html

Antibiotik Bisa Menjadi Bumerang Bagi Kesehatan


Ketika sedang sakit, tak jarang dokter memberikan antibiotik untuk menyembuhkan kondisi tubuh yang sedang ambruk. Dokter pun berpesan agar antibiotik diminum hingga habis agar penyakit tidak bertambah ganas di kemudian hari. Tapi apa benar setiap sakit harus selalu mengonsumsi antibiotik?

Menurut dr. Andri Setiawan, pada dasarnya antibiotik memang harus dikonsumsi sampai habis karena resep yang diberikan dokter memang sudah diatur dosisnya. Namun demikian, antibiotik pun tidak bisa dikonsumsi secara sembarangan. Pasalnya, tidak semua penyakit membutuhkan antibiotik.

Ia menuturkan, antibiotik adalah senyawa yang dibuat dari biota hidup seperti jamur dan bakteri. Antibiotik biasanya digunakan untuk mengatasi atau melawan infeksi karena bakteri atau kuman. Jadi, antibiotik hanya digunakan jika sesorang terinfeksi bakteri yang umumnya disertai dengan gejala naiknya suhu badan (demam) dan nyeri pada bagian tubuh tertentu.

"Antibiotik itu bukan untuk melawan penyakit yang disebabkan infeksi virus, seperti influenza misalnya," ujar dia saat diwawancarai Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia.

Oleh karena itu, sebelum mengonsumsi antibiotik, dokter yang praktek di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) itu mengimbau masyarakat agar memahami jenis dan kegunaannya. Adapun jenis antibiotik yang biasa digunakan di antaranya, tetracyclin untuk infeksi sakit gigi dan luka, jenis chloramphenicol penyakit tifus, griseofulfin untuk membunuh jamur, serta combantrin untuk membunuh cacing.

Selain itu, lanjut Andri, ada juga antibiotik jenis narrow spectrum yang berguna untuk membunuh jenis bakteri secara spesifik. Antibiotik yang tergolong jenis ini adalah ampicillin dan amoxycilin. Namun, ia menyarankan agar sebaiknya menghindari pemakaian antibiotik jenis narrow spectrum karena bisa membunuh semua bakteri yang ada di tubuh.

"Banyak juga bakteri yang baik buat tubuh. Jadi, kalau sembarangan mengonsumsi antibiotik bisa membunuh bakteri yang baik buat tubuh," papar dia.

Lebih jauh alumni Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi ini juga mengungkapkan, penggunaan antibiotik yang berlebihan dan tidak pada tempatnya bisa menimbulkan efek samping dan membahayakan kesehatan. Mulai dari diare, mual, muntah, sampai mengalami reaksi alergi yang ringan seperti gatal hingga yang berat seperti pembengkakan bibir, kelopak mata, sampai gangguan pernafasan.

Selain itu, pemakaian antibiotik yang berlebihan (irrational use) juga dapat menimbulkan efek negatif yang lebih luas. Jadi, penggunaan berlebihan sangat berbahaya lantaran dapat membunuh kuman yang sebenarnya baik dan berguna di dalam tubuh.

"Akibatnya, tempat yang semula ditempati bakteri baik akan diisi bakteri jahat," tegasnya.

Andri juga menyoroti fenomena penggunaan antibiotik yang belakangan ini mulai salah kaprah. Menurut dia, antibiotik yang seharusnya dibeli dengan resep dokter, sekarang bisa didapat dengan mudah di toko obat ataupun warung-warung kecil pinggir jalan.

Pemakaian antibiotik yang tidak benar, kata dia, dipicu juga oleh penjualan obat tersebut secara bebas di pasar. "Harusnya ada larangan supaya antibiotik hanya bisa didapatkan di apotik dan harus dengan resep dokter agar tidak beredar secara bebas," sesalnya.

Untuk itu, agar antibiotik tidak menjadi bumerang untuk kesehatan, Andri kembali mengingatkan agar masyarakat memahami dengan baik tentang antibiotik. Sebelum mengonsumsi, masyarakat sebaiknya mengetahui aturannya, baik dosis maupun waktu pemakaiannya.

"Dengan demikian, pemakaian antibiotik bisa dilakukan secara tepat dan rasional," ujarnya.



Sumber : https://id.she.yahoo.com/antibiotik-bisa-menjadi-bumerang-bagi-kesehatan-024928041.html