Tuesday, September 29, 2015

Jembatan Kaca Tertinggi Dunia di Zhangjiajie, Provinsi Hunan, China


Berani Coba, Ini Lho Jembatan Kaca Tertinggi Dunia di China

Selasa, 21 Juli 2015 13:18

Kapanlagi.com - Bagi penggemar wisata ketinggian tampaknya bakal dimanjakan dengan kehadiran sebuah jembatan kaca di Zhangjiajie pada bulan Oktober depan. Jembatan yang diklaim sebagai jembatan kaca tertinggi di dunia ini kabarnya bakal jadi wisata paling dinantikan oleh turis lokal maupun internasional.

Jembatan yang dibangun sepanjang 430 meter dengan lebar 6 meter ini akan memanjakan pecinta wisata ketinggian karena lantai bangunan bakal dihiasi dengan kaca. Sehingga, selain pengunjung bisa menikmati pemandangan sekitar, mereka bisa melihat bagian dasar lembah dari lantai jembatan yang transparan tersebut.

Tidak hanya didukung dengan lapisan kaca yang tebal saja, namun jembatan ini juga dilengkapi dengan beton dan baja yang kuat. Di mana menurut pengembang, jembatan ini mampu bertahan atas angin pada ketinggian tersebut serta gempa sekalipun, seperti dilansir melalui Shanghaiist.

Jembatan kaca ini tawarkan pemandangan super indah plus tantangan bagi yang bernyali ©Shanghaiist
Jembatan kaca ini tawarkan pemandangan super indah plus tantangan bagi yang bernyali ©Shanghaiist

Konon, kabarnya jembatan kaca ini bakal mampu menahan berat beban 800 pengunjung sekaligus tahan dengan cuaca dingin yang menimbulkan kebekuan. Jembatan yang terletak di lembah dalam wilayah Provinsi Hunan ini telah dilengkapi juga dengan elevator untuk mengangkut wisatawan hingga ke puncak. Wah, enak juga nih. Jadi tak perlu capek-capek mendaki ya.

Selain menawarkan pemandangan alam yang indah di sekitar lembah Zhangjiajie, pengelola kabarnya akan membangun fasilitas olahraga ekstrem 'Bungee Jump" tertinggi di dunia dan panggung hiburan untuk beberapa acara tertentu.

Jembatan yang dirancang oleh seorang arsitek terkenal berkebangsaan Israel, Haim Dotan ini tampaknya bakal jadi lokasi wisata paling ramai dikunjungi di Provinsi Hunan tahun ini. Meskipun, tak sedikit pula pengunjung yang sanksi dengan ketahanan jembatan tersebut. Wah, bagaimana menurutmu soal jembatan kaca tertinggi ini? Berani berkunjung ke sana dan mencobanya pada bulan Oktober nanti? (sha/vit)


Sumber : http://plus.kapanlagi.com/berani-coba-ini-lho-jembatan-kaca-tertinggi-dunia-di-china-aedb94.html
 

Jembatan Kaca di Shiniuzhai National Geological Park, Provinsi Hunan, China


Dijamin Bikin Kaki Gemetar, Ini Lho Jembatan Kaca Paling Ngeri

Minggu, 27 September 2015 18:18
Dijamin Bikin Kaki Gemetar, Ini Lho Jembatan Kaca Paling Ngeri
2 Cewek Cantik Sedang Ketakutan Jajal Jembatan Paling Ngeri di China ©Shanghaiist


Kapanlagi.com - Bagi yang tidak suka atau phobia soal ketinggian, pasti nggak bakal menikmati lokasi wisata yang hanya bisa dinikmati di atas ketinggian tertentu. Ini berlaku seperti menikmati wisata di pegunungan, bukit atau malah di sebuah wahana hiburan yang menguji adrenalin dari tempat yang tinggi. Itu sih masih lazim, bagaimana lagi dengan lokasi wisata yang baru dibuka di Hunan ini ya? Sudah jelas para turis yang nggak doyan ketinggian bisa-bisa nyerah duluan deh kalau melihat tempat wisata yang baru dibuat di Provinsi Hunan, China ini.

Memang wisata ini bisa dibilang gila. Bagaimana tidak, belum menjajal fasilitasnya saja para pengunjung harus berjalan kaki dan mendaki sebuah bukit yang tingginya berkisar 180 meter. Di mana pendakian ini melewati tebing-tebing curam yang terletak di Shiniuzhai National Geological Park, seperti dilansir melalui Shanghaiist.

Berasa banget nggak sih? Kengerian dari jembatan yang terbuat dari kaca di China ini ©Shanghaiist
Berasa banget nggak sih? Kengerian dari jembatan yang terbuat dari kaca di China ini ©Shanghaiist

Gilanya lagi nih, setelah sampai di atas puncaknya. Para pengunjung harus menjajal sebuah jembatan yang sengaja di bangun untuk menghubungkan dua tebing curam sepanjang 300 meter. Cukup sampai di situkah? Nope, ternyata jembatan yang terlihat mengerikan itu terbuat dari kaca lho.

Apakah kamu sudah merasa grogi? Wah, tentu saja bagi para phobia ketinggian sudah jelas ketakutan duluan atau bahkan sampai pingsan nih. Sudah pastinya begitu, meskipun jembatan ini dirangkai dari kaca setebal 24 mm di mana para arsitek yang mengerjakan pun mengklaim kalau kaca tersebut 25 kali jauh lebih kuat daripada kaca pada umumnya.

Coba, gimana kaki rasanya nggak gemetar kalau begini? ©Shanghaiist
Coba, gimana kaki rasanya nggak gemetar kalau begini? ©Shanghaiist
 
Itupun juga didukung dengan tali khusus yang terbuat dari baja dengan diameter 53 mm. Memang sih, masuk akal juga kalau jembatan ini baka kuat menopang puluhan orang sekaligus. Namun, jembatan setinggi itu pasti bikin nyali pengunjung ciut duluan deh. Kalau menurut kamu sendiri gimana?


Sumber : http://plus.kapanlagi.com/dijamin-bikin-kaki-gemetar-ini-lho-jembatan-kaca-paling-ngeri-0780d0.html?ref=yfp

Vaksinasi Penyebab Autis


Semua harus membaca ini , bila masih sayang sama anak dan cucu :

"Vaksin Penyebab Autis"

Buat para Pasangan MUDA. Oom dan Tante yg punya keponakan... atau bahkan calon ibu ... perlu nih dibaca ttg autisme.. Bisa di share kepada yang masih punya anak kecil supaya ber-hati2.

Setelah kesibukan Lebaran yang menyita waktu, baru sekarang saya bisa dapat waktu luang membaca buku "Children with Starving Brains" karangan Jaquelyn McCandless,MD yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Grasindo. Ternyata buku yang saya beli di toko buku Gramedia seharga Rp. 50.000,- itu benar-benar membuka mata saya, dan sayang, sayang sekali baru terbit setelah anak saya Joey (27 bln) didiagnosa mengidap Autisme Spectrum Disorder.

Bagian satu, bab 3, dari buku itu benar-benar membuat saya menangis.
Selama 6 bulan pertama hidupnya (Agustus 2001 -Februari 2002), Joey memperoleh 3 kali suntikan vaksin Hepatitis B, dan 3 kali suntikan vaksin HiB. Menurut buku tersebut (halaman 54 - 55) ternyata dua macam vaksin yang diterima anak saya dlm 6 bulan pertama hidupnya itu positif mengandung zat pengawet
Thimerosal, yg terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder yang meledak pada sejak awal tahun 1990 an. Vaksin yang mengandung Thimerosal itu sendiri sudah dilarang di Amerika sejak akir tahun 2001.

Alangkah sedihnya saya, anak yang saya tunggu kehadirannya selama 6 tahun, dilahirkan dan divaksinasi di sebuah rumah sakit besar yang bagus, terkenal, dan mahal di Karawaci Tangerang, dengan harapan memperoleh treatment yang terbaik, ternyata malah "diracuni" oleh Mercuri dengan selubung vaksinasi. Beruntung saya masih bisa memberi ASI sampai sekarang, sehingga Joey tidak menderita Autisme yang parah. Tetapi tetap saja, sampai sekarang dia belum bicara, harus diet pantang gluten dan casein, harus terapi ABA , Okupasi, dan nampaknya harus dibarengi dengan diet supplemen yang keseluruhannya sangat besar biayanya.

Melalui e-mail ini saya hanya ingin menghimbau para dokter anak di Indonesia, para pejabat di Departemen Kesehatan, tolonglah baca buku tersebut diatas itu, dan tolong musnahkan semua vaksin yang masih mengandung Thimerosal. Jangan sampai (dan bukan tidak mungkin sudah terjadi) sisa stok yang tidak habis di Amerika Serikat tersebut di ekspor dengan harga murah ke Indonesia dan dikampanyekan sampai ke puskesmas-puskesmas seperti contohnya vaksin Hepatitis B, yang sekarang sedang giat-giatnya dikampanyekan sampai ke pedesaan.

Kepada para orang tua dan calon orang tua, marilah kita bersikap proaktif, dan assertif dengan menolak vaksin yang mengandung Thimerosal tersebut, cobalah bernegosiasi dengan dokter anak kita, minta vaksin Hepatitis B dan HiB yang tidak mengandung Thimerosal.

Juga tolong e-mail ini diteruskan kepada mereka yang akan menjadi orang tua, agar tidak mengalami nasib yang sama seperti saya.

Sekali lagi, jangan sampai kita kehilangan satu generasi anak-anak penerus bangsa, apalagi jika mereka datang dari keluarga yang berpenghasilan rendah yang untuk makan saja sulit apalagi untuk membiayai biaya terapi supplemen, terapi ABA , Okupasi, dokter ahli Autisme (yang daftar tunggunya sampai berbulan-bulan) , yang besarnya sampai jutaaan Rupiah per bulannya.

Terakhir, mohon doanya untuk Joey dan ratusan, bahkan ribuan teman-teman senasibnya di Indonesia yang sekarang sedang berjuang membebaskan diri dari belenggu Autisme.

"Let's share with others... Show them that WE care!"

(Sungguh, betapa gak berdayanya kita sebagai manusia...sebagai bangsa).


Sumber : https://www.facebook.com/alumnisekolahkatolik.bandaaceh/posts/971904146206110

Jauhkan Anakmu Dari Kemudahan

By : Rhenald Kasali

Seorang mahasiswi mengeluh. Dari SD hingga lulus S-1, ia selalu juara. Namun kini, di program S-2, ia begitu kesulitan menghadapi dosennya yang menyepelekannya. Judul tesisnya selalu ditolak tanpa alasan yang jelas. Kalau jadwal bertemu dibatalkan sepihak oleh dosen, ia sulit menerimanya.

Sementara itu, teman-temannya, yang cepat selesai, jago mencari celah. Ia menduga, teman-temannya yang tak sepintar dirinya itu “ada main” dengan dosen-dosennya. “Karena mereka tak sepintar aku,” ujarnya.

Banyak orangtua yang belum menyadari, di balik nilai-nilai tinggi yang dicapai anak-anaknya semasa sekolah, mereka menyandang persoalan besar: kesombongan dan ketidakmampuan menghadapi kesulitan. Bila hal ini saja tak bisa diatasi, maka masa depan ekonominya pun akan sulit.

Mungkin inilah yang perlu dilakukan orangtua dan kaum muda: belajar menghadapi realitas dunia orang dewasa, yaitu kesulitan dan rintangan.


Hadiah orang tua


Psikolog Stanford University, Carol Dweck, yang menulis temuan dari eksperimennya dalam buku The New Psychology of Success, menulis, “Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan”.

Ya, tantangan. Apakah itu kesulitan-kesulitan hidup, rasa frustrasi dalam memecahkan masalah, sampai kegagalan “membuka pintu”, jatuh bangun di usia muda. Ini berbeda dengan pandangan banyak orangtua yang cepat-cepat ingin mengambil masalah yang dihadapi anak-anaknya.

Kesulitan belajar mereka biasanya kita atasi dengan mendatangkan guru-guru les, atau bahkan menyuap sekolah dan guru-gurunya. Bahkan, tak sedikit pejabat mengambil alih tanggung jawab anak-anaknya ketika menghadapi proses hukum karena kelalaian mereka di jalan raya.

Kesalahan mereka membuat kita resah. Masalah mereka adalah masalah kita, bukan milik mereka.
Termasuk di dalamnya adalah rasa bangga orangtua yang berlebihan ketika anak-anaknya mengalami kemudahan dalam belajar dibandingkan rekan-rekannya di sekolah.

Berkebalikan dengan pujian yang dibangga-banggakan, Dweck malah menganjurkan orangtua untuk mengucapkan kalimat seperti ini: “Maafkan Ibu telah membuat segala sesuatu terlalu gampang untukmu, Nak. Soal ini kurang menarik. Bagaimana kalau kita coba yang lebih menantang?”

Jadi, dari kecil, saran Dweck, anak-anak harus dibiasakan dibesarkan dalam alam yang menantang, bukan asal gampang atau digampangkan. Pujian boleh untuk menyemangati, bukan membuatnya selalu mudah.

Saya teringat masa-masa muda dan kanak-kanak saya yang hampir setiap saat menghadapi kesulitan dan tantangan. Kata reporter sebuah majalah, saya ini termasuk “bengal”. Namun ibu saya bilang, saya kreatif. Kakak-kakak saya bilang saya bandel. Namun, otak saya bilang “selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan”.

Begitu memasuki dunia dewasa, seorang anak akan melihat dunia yang jauh berbeda dengan masa kanak-kanak. Dunia orang dewasa, sejatinya, banyak keanehannya, tipu-tipunya. Hal gampang bisa dibuat menjadi sulit. Namun, otak saya selalu ingin membalikkannya.

Demikianlah, hal-hal sepele sering dibuat orang menjadi masalah besar.

Banyak ilmuwan pintar, tetapi reaktif dan cepat tersinggung. Demikian pula kalau orang sudah senang, apa pun yang kita inginkan selalu bisa diberikan.


Panggung Orang Dewasa

Dunia orang dewasa itu adalah sebuah panggung besar dengan unfair treatment yang menyakitkan bagi mereka yang dibesarkan dalam kemudahan dan alam yang protektif.
Kemudahan-kemudahan yang didapat pada usia muda akan hilang begitu seseorang tamat SMU.
Di dunia kerja, keadaan yang lebih menyakitkan akan mungkin lebih banyak lagi ditemui.

Fakta-fakta akan sangat mudah Anda temui bahwa tak semua orang, yang secara akademis hebat, mampu menjadi pejabat atau CEO. Jawabannya hanya satu: hidup seperti ini sungguh menantang.
Tantangan-tantangan itu tak boleh membuat seseorang cepat menyerah atau secara defensif menyatakan para pemenang itu “bodoh”, tidak logis, tidak mengerti, dan lain sebagainya.

Berkata bahwa hanya kitalah orang yang pintar, yang paling mengerti, hanya akan menunjukkan ketidakberdayaan belaka. Dan pernyataan ini hanya keluar dari orang pintar yang miskin perspektif, dan kurang menghadapi ujian yang sesungguhnya.

Dalam banyak kesempatan, kita menyaksikan banyak orang-orang pintar menjadi tampak bodoh karena ia memang bodoh mengelola kesulitan. Ia hanya pandai berkelit atau ngoceh-ngoceh di belakang panggung, bersungut-sungut karena kini tak ada lagi orang dewasa yang mengambil alih kesulitan yang ia hadapi.

Di Universitas Indonesia, saya membentuk mahasiswa-mahasiswa saya agar berani menghadapi tantangan dengan cara satu orang pergi ke satu negara tanpa ditemani satu orang pun agar berani menghadapi kesulitan, kesasar, ketinggalan pesawat, atau kehabisan uang.

Namun lagi-lagi orangtua sering mengintervensi mereka dengan mencarikan travel agent, memberikan paket tur, uang jajan dalam jumlah besar, menitipkan perjalanan pada teman di luar negeri, menyediakan penginapan yang aman, dan lain sebagainya. Padahal, anak-anak itu hanya butuh satu kesempatan: bagaimana menghadapi kesulitan dengan caranya sendiri.

Hidup yang indah adalah hidup dalam alam sebenarnya, yaitu alam yang penuh tantangan.
Dan inilah esensi perekonomian abad ke-21: bergejolak, ketidakpastian, dan membuat manusia menghadapi ambiguitas. Namun dalam kondisi seperti itulah sesungguhnya manusia berpikir. Dan ketika kita berpikir, tampaklah pintu-pintu baru terbuka, saat pintu-pintu hafalan kita tertutup.
Jadi inilah yang mengakibatkan banyak sekali orang pintar sulit dalam menghadapi kesulitan.

Maka dari itu, pesan Carol Dweck, dari apa yang saya renungi, sebenarnya sederhana saja: orangtua, jangan cepat-cepat merampas kesulitan yang dihadapi anak-anakmu. Sebaliknya, berilah mereka kesempatan untuk menghadapi tantangan dan kesulitan.