Friday, March 15, 2013

seseorang yg belum dewasa akan tampak dari perilakunya sehari-hari. Mau menang dan benar sendiri. Suka marah. Benci dan pendendam. Merasa paling pandai dan berkuasa.
Rapuh dlm menghadapi tantangan.

Sungguh bahagia menjadi seorang yg dewasa dlm menjalani hidup ,penuh senyum syukur dan jalani hidup dgn tenang dan damai.

PERBEDAAN ANTARA MENJADI "TUA" DAN "DEWASA"

Menjadi. "Tua" adalah factor alami, karena semua akan menjadi "tua!". Tapi, menjadi dewasa adalah factor "pilihan!"

Menjadi "tua" tak otomatis org itu dewasa. Tapi untuk "dewasa," tak harus menunggu anda tua!

Org dewasa punya tanda-tanda :
1. Mudah memaafkan, sekalipun dilukai tanpa alasan

2. Tidak membiarkan dirinya "terikat dgn luka hati"

3. Berpikir dan dewasa dlm menanggapi berbagai hal

4. Terbuka dgn setiap koreksi

5. Berpikir panjang dlm menilai sesuatu

6. Org dewasa bukan "manusia super," - masih tetap manusia biasa, tapi terus mau belajar untuk bertambah dewasa

7. Bukan pendendam, tak menyimpan kepahitan, tak mau trs dlm kekecewaan!
Mereka memilih berdamai karena mereka tahu bahwa "kedewasaan" adalah pilihan hidup bijak!

Sekalipun kita tak memilih untuk menjadi "tua," - kita pasti akan tua, karena factor alamiah...!

Tapi mari menjadi bijak, untuk memilih DEWASA!
 

SIAPA YANG TAK MATI


Suatu ketika ada seorang janda yang sangat berduka karena anak satu-satunya mati. Sembari membawa jenasah anaknya, wanita ini menghadap Sang Guru untuk meminta mantra atau ramuan sakti yang bisa menghidupkan kembali anaknya.

Sang Guru mengamati bahwa wanita di hadapannya ini tengah tenggelam dalam kesedihan yang sangat mendalam, bahkan sesekali ia meratap histeris. Alih-alih memberinya kata-kata penghiburan atau penjelasan yang dirasa masuk akal, Sang Guru berujar:
“Aku akan menghidupkan kembali anakmu, tapi aku membutuhkan sebutir biji lada.”

“Itu saja syaratnya?” tanya wanita itu dengan keheranan.
“Oh, ya, biji lada itu harus berasal dari rumah yang anggota penghuninya belum pernah ada yang mati.”
Dengan “semangat 45?, wanita itu langsung beranjak dari tempat itu, hatinya sangat antusias, “Guru ini memang sakti dan baik sekali, dia akan menghidupkan anakku!”

Dia mendatangi sebuah rumah, mengetuk pintunya, dan bertanya: “Tolonglah saya. Saya sangat membutuhkan satu butir biji lada. Maukah Anda memberikannya?” “Oh, boleh saja,” jawab tuan rumah. “Anda baik sekali Tuan, tapi maaf, apakah anggota rumah ini belum pernah ada yang mati?” “Oh, ada, paman kami meninggal tahun lalu.” Wanita itu segera berpamitan karena dia tahu bahwa ini bukan rumah yang tepat untuk meminta biji lada yang dibutuhkannya.

Ia mengetuk rumah-rumah berikutnya, semua penghuni rumah dengan senang hati bersedia memberikan biji lada untuknya, tetapi ternyata tak satu pun rumah yang terhindar dari peristiwa kematian sanak saudaranya. “Ayah kami barusan wafat…,” “Kakek kami sudah meninggal…,” “Ipar kami tewas dalam kecelakaan minggu lalu…,” dan sebagainya.

Ke mana pun dia pergi, dari gubuk sampai istana, tak satu tempat pun yang memenuhi syarat tidak pernah kehilangan anggotanya. Dia malah terlibat dalam mendengarkan cerita duka orang lain. Berangsur-angsur dia menyadari bahwa dia tidak sendirian dalam penderitaan ini; tak seorang pun yang terlepas dari penderitaan.

Pada penghujung hari, wanita ini kembali menghadap Sang Guru dalam keadaan batin yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Dia mengucap lirih, “Guru, saya akan menguburkan anak saya.” Sang Guru hanya mengangguk seraya tersenyum lembut.

Mungkin saja Sang Guru bisa mengerahkan kesaktian dan menghidupkan kembali anak yang telah mati itu, tetapi kalau pun bisa demikian, apa hikmahnya? Bukankah anak tersebut suatu hari juga akan mati?
Sang Guru membuat wanita yang tengah berduka itu mengalami pembelajaran langsung, dan menyadari suatu kenyataan hidup yang tak terelakkan bagi siapa pun: bahwa setiap orang pasti akan mati.
Mati berarti ‘tiada’. Dari ada menjadi tiada inilah proses kehilangan yang menyakitkan, yang meninggalkan jejak luka dan kesedihan. Sedih karena kehilangan orang yang dikasihi…. sedih mengenang memori indah bersamanya….
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk melepas kepergian seseorang yang kita kasihi? Nasihat bijak mengatakan, “Ikhlaskan kepergiannya, tabahkan hatimu dan teruslah berdoa agar Tuhan mengampuni segala dosa dan memberikan jalan tenang baginya ke surga….”

Ajarkan padaku bagaimana caranya ikhlas? Ajarkan padaku artinya tabah? Tapi tahukah kamu bahwa kesedihan ini bisa berubah menjadi motivasi dan harapan hidup bagi keluarga yang ditinggalkan?
Sedih adalah hak setiap orang yang kehilangan. Dan airmata adalah buah kesedihan sekaligus. Tapi sertailah ia dengan pikiran yang rasional sesudahnya. Ingatlah akan harapannya kepadamu, ingatlah akan segala nasihat/petuah/ pengalaman suka duka yang pernah dibagikannya bersamamu dulu. Laluilah proses ini secara perlahan maka kesedihan akan berubah menjadi motivasi hidup untukmu. Dan berjanjilah di dalam hati untuk memenuhi segala harapan-harapannya itu sambil mengenang kebaikkannya, dan bukan lagi mengenang ketiadaannya.


Sumber : https://www.facebook.com/notes/lily-lim/-siapa-yang-tak-mati-/338576186207016

14 sila Engaged Buddhism - Ven. Thich Nhat Hanh



‎1. Jangan mengidolakan atau terikat pada doktrin, teori, ideologi apa pun, termasuk dalam agama Buddha sendiri. Sistem-sistem pemikiran buddhis adalah alat untuk panduan/bimbingan; tidak sama dengan kebenaran absolut itu sendiri.

2. Jangan berpikir bahwa pengetahuan yang kamu peroleh sekarang adalah kebenaran absolut yang tidak dapat berubah. Hindari pikiran sempit dan terikat pada pandangan yang kamu miliki sekarang. Belajar & berlatih Ketidakmelekatan terhadap pandangan dengan tujuan membuka diri akan pandangan orang lain. Kebenaran ditemukan dalam hidup dan bukan hanya berdasarkan pengetahuan konseptual belaka. Siaplah untuk belajar dalam seluruh kehidupanmu dan mengamati realitas dalam dirimu sendiri dan dalam dunia setiap saat.

3. Jangan memaksa orang lain, termasuk anak-anak, dengan cara apapun, untuk mengadopsikan pandanganmu, baik berdasarkan kekuasaan, ancaman, uang, propoganda, ataupun pendidikan. Tetapi lakukanlah dengan dialog berdasarkan cinta kasih, menolong orang lain meninggalkan kefanatikan dan pikiran tertutupnya.

4. Jangan menghindar dari penderitaan atau menutup matamu pada penderitaan. Jangan kehilangan kesadaran akan adanya/kehadiran penderitaan di dalam kehidupan di dunia. Carilah cara untuk bersama dng mereka yang menderita, termasuk dng kontak personal, gambar dan suara. Dengan cara demikian, bangkitkan dirimu sendiri dan orang lain akan realitas penderitaan di dalam dunia.

5. Jangan hanya mengumpulkan kekayaan sementara berjuta-juta orang menderita kelaparan. Jangan mengambil sebagai tujuan hidupmu kemasyuran, keuntungan, kekayan dan kenikmatan sensual. Hiduplah sederhana, dan bagilah waktu, energi, dan sumber material dengan mereka yang membutuhkan.

6. Jangan menyimpan kemarahan dan kebencian. Belajarlah mempenetrasikan dan mentransformasikannya saat kemarahan dan kebencian itu masih berupa bibit yang berada dalam kesadaranmu. Segera setelah mereka muncul, alihkan perhatianmu kepada nafasmu untuk melihat dan memahami sifat sejati dari kemarahanmu.

7. Jangan kehilangan dirimu karena keteralihan pada sekelilingmu. Praktekkan perhatian penuh pada nafas untuk kembali pada apa yang terjadi pada saat ini. Berhubunganlah dengan apa yang menakjubkan, menyegarkan dan menyembuhkan baik di dalam maupun di sekelilingmu. Tanamlah bibit keriangan, kedamaian, dan pemahaman dalam dirimu sendiri dng tujuan memfasilitasikan usaha mentransformasikan kedalaman dari kesadaranmu.

8. Jangan menuturkan kata-kata yang membawa pertentangan dan menyebabkan komunitas menjadi terbelah. Lakukanlah semua upaya untuk mendamaikan dan menyelesaikan semua konflik, betapa pun sangat kecil sifatnya.

9. Jangan menuturkan kata-kata yang tidak benar untuk kepentingan pribadi atau untuk membuat orang lain terkesan. Jangan menuturkan kata2 yang menyebabkan perpecahan dan kebencian. Jangan menyebarkan berita yang kamu tidak tahu kepastiannya. Jangan mengkritik atau mencela hal-hal yang kamu sendiri tidak tahu kepastiannya. Selalu berbicara kebenaran dan kata2 yang membangun. Beranikan diri untuk membicarakan ketidakadilan, walaupun mungkin hal tersebut dapat mengancam keselamatanmu.

10. Jangan menggunakan komunitas buddhis untuk keuntungan pribadi atau mengubah komunitas ke dalam partai politik. Komunitas keagamaan, seharusnya memposisikan dirinya dengan jelas terhadap tekanan, dan ketidakadilan dan harus berusaha keras untuk mengubah situasi tanpa terlibat dalam konflik partisan.

11. Jangan hidup dengan pekerjaan yang membahayakan manusia dan alam. Jangan berinvestasi dalam perusahaan yang menghilangkan kesempatan orang lain untuk hidup. Pilihlah pekerjaan yang dapat membantu dirimu merealisasikan cita-cita idealmu akan welas asih.

12. Jangan membunuh. Jangan menyuruh orang lain membunuh. Carilah berbagai cara apapun untuk melindungi kehidupan dan menghindari peperangan.

13. Jangan menjadikan milik orang lain menjadi milikmu. Hargailah kepunyaan orang lain, tetapi hindari orang lain dari upaya mengambil keuntungan dari penderitaan manusia atau mahluk lain di dunia.

14. Jangan memperlakukan tubuhmu dengan semena-mena. Belajarlah untuk mengurusnya dengan baik. Jangan hanya melihat tubuhmu hanya sebagai suatu alat. Simpan energi vitalmu (seksual, nafas dan spirit) untuk realisasi "Jalan" (Untuk bhiksu dan bhiksuni). Ekspresi seksual tidak boleh dilakukan tanpa cinta dan komitmen. Dalam hubungan seksual, senantiasa sadarlah akan penderitaan yang akan datang yang mungkin timbul. Jagalah kebahagiaan orang lain, hormati hak-hak dan komitmen orang lain. Sadar dengan penuh akan tanggung jawab dalam membawa kehidupan baru ke dalam dunia ini. Meditasikan dunia ke dalam mana kamu membawa kehidupan baru.



(dari buku 'Interbeing': Fourteen Guidelines for Engaged Buddhism)
https://www.facebook.com/notes/yenyen-chui/14-sila-engaged-buddhism-ven-thich-nhat-hanh/169980466382902
Apakah Umat Buddha Penyembah Berhala?
Oleh: Ven. K. Sri Dhammananda
 
 
Penghormatan Terhadap Objek
 

Dalam setiap agama pasti terdapat objek-objek atau simbol-simbol yang ditujukan untuk penghormatan. Dalam Buddhisme terdapat tiga objek agama yang utama untuk tujuan tersebut, yaitu:
1. Saririka atau relik-relik jasmani Sang Buddha;
2. Uddesika atau simbol-simbol agama seperti rupang (patung, gambar) Sang Buddha dan cetiya atau pagoda;
3. Paribhogika atau barang-barang pribadi yang pernah digunakan oleh Buddha.

Sudah menjadi hal yang biasa bagi semua umat Buddha di seluruh dunia untuk memberikan penghormatan kepada objek-objek di atas. Dan juga merupakan tradisi umat Buddha untuk membangun rupang Sang Buddha, cetiya atau pagoda pagoda serta menanam pohon Bodhi di setiap Vihara sebagai objek penghormatan keagamaan.

Banyak orang salah paham dan menggangap umat Buddha sebagai penyembah berhala. Kesalahpahaman ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang ajaran Buddha serta adat istiadat dan tradisi Buddhis.

Penyembahan berhala secara umum berarti mendirikan patung dewa-dewi di beberapa agama theistik dalam berbagai bentuk oleh pemeluknya untuk disembah, mencari berkah dan perlindungan serta untuk berkah kemewahan, kesehatan dan kekayaan para pemohon. Beberapa pemohon bahkan memohon kepada patung untuk memenuhi bermacam kekuasaan pribadi walaupun kekuasaan itu diperolehi dengan cara yang salah. Mereka juga berdoa agar dosa mereka diampuni.

Pemujaan terhadap rupang (gambar/patung) Sang Buddha sebenarnya berbeda dengan aspek yang diterangkan diatas. Bahkan istilah “menyembah” ini sendiri tidak sesuai dengan sudut pandang Buddhis. “Memberi penghormatan” merupakan istilah yang lebih tepat. Umat Buddha tidak berdoa kepada patung atau berhala; apa yang mereka lakukan adalah memberi penghormatan kepada seorang guru agama yang agung yang layak diberi penghormatan. Rupang-rupang didirikan sebagai tanda penghormatan dan penghargaan untuk pencapaian tertinggi dari Pencerahan dan kesempurnaan yang dicapai oleh seorang guru agama yang luar biasa. Bagi seseorang Buddhis, rupang (gambar/patung) Sang Buddha hanya merupakan suatu tanda, simbol yang membantunya mengingatSang Buddha.

Umat Buddha berlutut dan memberi hormat kepada rupang (gambar/patung) sebenarnya memberi hormat kepada apa yang di wakili dari rupang (gambar/patung) itu. Mereka mencari keinginan duniawi dari rupang (gambar/patung) tersebut. Mereka merenung dan bermeditasi untuk mendapatkan inspirasi dari kepribadian mulia Sang Buddha. Mereka berusaha menyamakan kesempurnaanNya dengan mengikuti ajaran-ajaran mulia Sang Buddha.

Umat Buddha menghormati kebajikan dan kesucian guru agamanya yang diwakili oleh rupang (gambar/patung) tersebut. Faktanya semua penganut agama menciptakan rupang (gambar/patung) yang mewakili guru agama mereka baik dalam bentuk visual atau dalam bentuk penggambaran secara pikiran untuk penghormatan. Oleh karena itu, tidak tepat dan tidak adil untuk mengkritik dan menyatakan bahwa umat Buddha adalah penyembah berhala.

Tindakan memberi penghormatan kepada seorang yang mulia, Sang Buddha, bukanlah suatu perbuatan yang dilakukan atas dasar rasa takut atau perbuatan untuk memohon kebahagiaan duniawi. Umat Buddha percaya bahwa perbuatanmenghargai dan menghormati ciri-ciri suci yang dimiliki oleh guru agama mereka merupakan suatu perbuatan yang berpahala dan membawa berkah. Umat Buddha juga percaya bahwa mereka sendiri yang bertanggung jawab atas keselamatan diri mereka sendiri dan tidak harus bergantung kepada pihak ketiga. Meskipun demikian, ada pihak lain yang percaya bahwa mereka bisa mendapat keselamatan mereka melalui perantaran pihak ketiga dan mereka inilah yang mengkritik umat Buddha sebagai penyembah rupang (gambar/patung) seorangyang sudah tiada lagi di dunia. Fisik seseorang bisa mengalami disintegrasi dan terurai menjadi empat unsur tetapi kebajikannya akan kekal selamanya. Seorang Buddhis menghargai dan menghormati sifat-sifat mulia ini. Oleh itu, tuduhan terus mmenerus terhadap umat Buddha sanagt disayangkan, sama sekali salah serta tidak berdasar.

Ketika kita mempelajari ajaran Sang Buddha, kita dapat memahami Sang Bhagava telah mengatakan bahwa Sang Buddha hanyalah seorang guru yang telah menunjukkan jalan yang benar untuk keselamatan dan berpulang kembali kepada penganutnya untuk menjalani kehidupan beragama dan menyucikan pikiran mereka untuk mendapatkan keselamatan tanpa bergantung kepada guru agama mereka. Menurut Sang Buddha, tidak ada tuhan atau guru agama manapun yang dapat memasukkan seseorang ke dalam surga atau neraka. Manusia menciptakan surga dan nerakanya sendiri melalui pikiran, tindak-tanduk serta perkataan mereka sendiri.

Oleh karena itu, berdoa kepada pihak ketiga untuk keselamatan diri tanpa menyingkirkan pikiran jahat merupakan satu perbuatan yang sia-sia. Namun begitu, ada beberapa orang termasuk umat Buddha dalam melakukan sembahyang tradisonal dihadapan rupang (gambar/patung) akan mencurahkan masalah-masalah mereka, nasib malang yang dialami serta kesulitan yang dihadapi dan memohon pertolongan Sang Buddha untuk membantu mereka menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Walaupun perbuatan tersebut bukan suatu praktik Buddhis yang sebenar, tetapi perbuatan demikian dapat mengurangi ketegangan emosi, memberi inspirasi kepada pemohon untuk mendapatkan keberanian dan ketetapan hati untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Hal ini juga umum dilakukan dibeberapa agama lain. Tetapi bagi mereka yang dapat memahami sebenarnya penyebab dasar dari permasalahan mereka, mereka tidak membutuhkan tindakan seperti itu. Ketika umat Buddha menghormati Sang Buddha, mereka menghormatiNya dengan malafalkan kalimat-kalimat yang memuliakan kebajikan murniNya. Kalimat-kalimat ini bukanlah doa-doa dalam hal meminta kepada tuhan atau dewa untuk menghapus dosa mereka. Kalimat-kalimat ini hanya bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada seorang Guru Agung yang telah mencapai Pencerahan dan menunjukkan cara hidup yang benar untuk kebaikan manusia. Umat Buddha menghormati guru agama mereka atas dasar rasa berterima kasih sedangkan penganut agama lain berdoa dan membuat permohonan untuk mendapatkan keuntungan dan manfaat bagi mereka. Sang Buddha juga menasihati kita untuk “menghormati mereka yang pantas dihormati.” Oleh karena itu, seorang Buddhis boleh mengakui dan menghormati guru agama manapun yang pantas dan layak dihormati.

Di tempat puja bakti, umat Buddha melaksanakan meditasi untuk melatih pikiran dan disiplin diri. Untuk tujuan meditasi, sebuah objek diperlukan; tanpa suatu objek untuk dipegang, tidaklah mudah untuk berkonsentrasi. Umat Buddha kadangkala menggunakan rupang (gambar/patung) Sang Buddha sebagai objek dimana mereka dapat berkonsentrasi dan mengontrol pikiran mereka.

Di antara banyak objek meditasi, objek visual (yang bisa dilihat dengan nyata) memiliki efek yang lebih baik dalam pikiran. Di antara lima panca indera, objek yang kita tangkap melalui kesadaran penglihatan (mata) memiliki pengaruh lebih besar pada pikiran dibanding dengan objek-objek yang ditangkap melalui kesadaran indera lainnya. Indera penglihatan dapat mempengaruhi pikiran lebih dari indera lainnya. Oleh karena itu, objek yang dapat ditangkap oleh mata membantu pikiran untuk konsentrasi secara lebih mudah dan lebih baik.

Gambar atau bentuk adalah bahasa bawah sadar (sub-conscious). Jika demikian, rupang (gambar/patung) Sang Buddha tereflesikan dalam pikiran seseorang sebagai penjelmaan seorang yang sempurna, refleksi ini akan menembus pikiran bawah sadar seseorang dan jika cukup kuat, secara otomatis akan bertidak sebagai pengerem keinginan jahat.

Sebagai suatu objek visual, rupang (gambar/patung) Buddha mempunyai dampak yang baik dalam pikiran; perenungan akan pencapaian dari Sang Buddha dapat menghasilkan kegembiraan, kesegaran pikiran dan menghilangkan ketegangan, keresahan dan frutasi di dalam diri seseorang.

Salah satu tujuan dalam meditasi “Buddha – nussati” (Perenungan Terhadap Buddha), yaitu untuk menciptakan rasa bakti dan keyakinan terhadap Sang Buddha dengan menyadari dan menghargai keagungan Beliau. Oleh karena itu, “menyembah” rupang (gambar/patung) Sang Buddha, dimana tidak terdapat doa permohonan, sumpah-sumpah atau ritual tidak bisa dianggap sebagai menyembah berhala, tetapi sebagai suatu bentuk penghormatan yang ideal.

Penghormatan
 

 Beberapa kalimat yang dibacakan oleh umat Buddha untuk mengenang Guru Agung mereka sebagai tanda penghormatan dalam rasa terima kasih dan dalam pujian kepada Sang Buddha berbunyi seperti berikut:
Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma sambuddhassa
Terpujilah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Pencerahan Sempurna.
Selanjutnya mereka membaca kalimat yang menjelaskan ciri-ciri agung dan kebajikan Sang Buddha seperti berikut:
“Iti pi so Bhagava Araham Samma sambuddho vijja carana–sampanno SugatoLokavidu Anuttaro Purisa dammasarathi Sattha Devamanussanam BuddhoBhagava ti”
Keseluruhan kalimat ini didalam bahasa Pali. Jika anda tidak terbiasa dengan bahasa ini, anda d melafalkan kalimat tersebut dalam berbagai bahasa yang anda ketahui. Terjemahannya di dalam bahasa Indonesia seperti berikut:
“Demikianlah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna: Sempurna pengetahuan serta tindak–tandukNya, Sempurna menempuh Sang Jalan (ke Nibbana), Pengenal segenap alam, Pembimbing yang tiada taranya, Guru para dewa dan manusia, Yang Sadar ,Yang Patut Dimuliakan”

Beberapa kalimat yang dibacakan oleh umat Buddha untuk mengenang Guru Agung mereka sebagai tanda penghormatan dalam rasa terima kasih dan dalam pujian kepada Sang Buddha berbunyi seperti berikut:
Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma sambuddhassa Terpujilah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Pencerahan Sempurna. Selanjutnya mereka membaca kalimat yang menjelaskan ciri-ciri agung dan kebajikan Sang Buddha seperti berikut: Keseluruhan kalimat ini di dalam bahasa Pali. Jika anda tidak terbiasa dengan bahasa ini, anda dapat melafalkan kalimat tersebut dalam berbagai bahasa yang anda ketahui. Terjemahannya di dalam bahasa Indonesia seperti berikut:

Sebuah Kisah Buddhis

Ada sebuah kisah yang akan membantu kita memahami mengapa rupang (gambar/patung) Sang Buddha penting untuk memberi inspirasi pikiran kita serta mengenang Sang Buddha dalam pikiran kita. Kisah ini terdapat di dalam kitab suci Buddhis tetapi tidak di dalam Tipitaka Pali.

Beberapa ratus tahun setelah Sang Buddha mangkat, ada seorang bhikkhu yang taat di India bernama Upagupta. Beliau adalah penyebar agama yang paling popular pada masa itu. Setiap kali Beliau menyampaikan ceramah Dhamma, beribu–ribu orang akan datang mendengarkan ceramah Dhamma yang disampaikannya.

Pada suatu hari, Mara, si penggoda, merasa iri hati dengan kemasyhuran Yang Mulia Upagupta. Mara mengetahui bahwa kemasyhuran Upagupta membantu penyebaran ajaran Sang Buddha. Mara tidak menyukai melihat perkataan Sang Buddha memenuhi pikiran dan hati banyak orang. Mara membuat rencana untuk menghentikan orang-orang mendengarkan ceramah-ceramah Upagupta. Suatu hari, ketika Upagupta memulai ceramahnya, Mara mengadakan suatu pertunjukan bersebelahan dengan tempat dimana Upagupta berkotbah. Sebuah pentas yang indah muncul dengan tiba–tiba. Terdapat gadis-gadis penari yang cantik dan musisi yang lincah.

Orang-orang segera melupakan ceramah Upagupta dan beralih ke pertunjukkan untuk menikmati pernampilannya. Upagupta memperhatikan orang-orang perlahan-lahan meninggalkannya. Kemudian Beliau juga memutuskan untuk bergabung dalam kerumunan. Setelah itu ia memutuskan untuk memberikan pelajaran kepada Mara.

Ketika pertunjukkan itu berakhir, Upagupta menghadiahkan sebuah kalung bunga kepada Mara.
“Kau telah menyusun suatu pertunjukkan yang luar biasa,“ kata Yang Mulia Upagupta.
Mara tentu saja merasa senang dan bangga dengan pencapaiannya. Dengan sukacitanya, Mara menerima kalung bunga dari Upagupta dan mengangkat kepalanya tinggi-tinggi.

Tiba–tiba kalung bunga itu berubah menjadi lilitan menyerupai ular. Perlahan-lahan lilitan itu menjadi semakin ketat dan mencekik leher Mara. Lilitan itu mencengkram lehernya begitu sakitnya, sehingga ia mencoba menarik lilitan itu hingga putus. Walau seberapa kuat Mara menariknya, ia tidak bisa melepaskan lilitan itu dari lehernya. Ia pergi mencari Sakka untu membuka lilitan itu. Sakka juga tidak bisa melepasnya. “Saya tidak dapat melepaskan lilitan ini,” kata Sakka. “Pergilah dan temui Maha Brahma yang paling kuat.”
Lalu, Mara pun pergi menemui Maha Brahma dan meminta pertolongannya; tapi Maha Brahma juga tidak bisa berbuat apapun. “Saya tidak dapat melepaskan lilitan ini, satu-satunya orang yang dapat melepaskan lilitan ini adalah orang yang memakaikannya kepadamu,” kata Maha Brahma.

Lalu, Mara terpaksa kembali ke Yang Mulia Upagupta.
“Tolong bukakan lilitan ini; ia sangat menyakitkan,” Mara memohon.
“Baiklah, saya akan melakukannya tetapi dengan dua kondisi,” kata Upagupta. “Kondisi pertama yaitu kau harus berjanji untuk tidak mengganggu para penganut di masa depan. Kondisi kedua yaitu kau harus menunjukkan kepadaku wujud Sang Buddha yang sebenarnya. Karena saya tahu engkau pernah melihat Sang Buddha dalam beberapa kesempatan, tapi saya tidak pernah melihatNya. Saya ingin melihat wujud sebenarnya dari Sang Buddha sama persis, dengan 32 tanda istimewa yang terdapat pada fisikNya.”
Mara merasa sangat gembira. Ia setuju dengan Upagupta. “Tapi satu hal”, pinta Mara. “Jika saya merubah diri saya menjadi rupa Sang Buddha, kau harus berjanji untuk tidak akan menyembah saya kerena saya bukan orang suci sepertimu.”
“Saya tidak akan menyembahmu,” janji Upagupta.
Tiba-tiba Mara merubah dirinya menjadi rupa yang terlihat persis sama seperti Sang Buddha. Ketika Upagupta melihat rupa itu, pikirannya dipenuhi dengan inspirasi besar; rasa baktinya muncul dari dalam hatinya. Dengan tangan beranjali, dengan segera Beliau menyembah figur Buddha itu.
“Kau telah melanggar janjimu,” teriak Mara. “Engkau berjanji tidak akan menyembah saya. Sekarang, kenapa kau menyembah saya?”
“Saya tidak menyembahmu. Kau harus memahami saya sedang menyembah Sang Buddha,” kata Yang Mulia Upagupta.

Berdasarkan kisah ini, kita dapat memahami mengapa rupang (gambar/patung) Sang Buddha penting untuk memberi inspirasi kepada kita dan mengingat kemuliaan Sang Buddha dalam pikiran kita sehingga kita dapat memuliakannya. Kita sebagai Buddhis tidak menyembah simbol material atau wujud yang hanya mewakili Sang Buddha. Tetapi kita memberi penghormatan kepada Sang Buddha.

Inspirasi dari Rupa Sang Buddha


Sang Buddha telah mangkat dan mencapai Nibbana. Sang Buddha tidak memerlukan penghormatan atau persembahan ,tetapi hasil dari penghormatan akan mengikuti kita dan orang-orang akan mendapatkan manfaat dengan mengikuti teladanNya serta merefleksikan melalui pengorbanan tertinggi dan kualitas agungNya.

Seorang Buddhis tidak melakukan pengorbanan binatang atas nama Sang Buddha.
Ketika beberapa Buddhis melihat rupang (gambar/patung) Sang Buddha, rasa bakti dan kebahagiaan muncul dalam pikirannya. Rasa bakti atau kebahagiaan ini merupakan suatu objek yang menciptakan pikiran luhur di dalam pikiran seorang Buddhis yang berbakti. Rupang (gambar/patung) Sang Buddha ini juga membantu orang untuk melupakan kerisauan mereka, kekecewaan dan masalah-masalah serta membantu mereka mengontrol pikiran mereka.

Beberapa filosof terkenal dunia, para sejarahwan dan sarjana menyimpan rupang (gambar/patung) Sang Buddha di atas meja di dalam ruang baca mereka untuk mendapatkan inspirasi kehidupan dan pemikiran yang lebih tinggi. Kebanyakan dari mereka adalah non-Buddhis. Banyak orang menghormati kedua orang tua mereka yang telah meninggal, guru, para pahlawan besar, para raja dan ratu, pemimpin nasional dan politik serta orang-orang lain yang disayangi dengan menyimpan gambar-gambar untuk menghargai memori mereka. Mereka mempersembahkan bunga untuk menyatakan perasaan kasih, terima kasih, penghargaan, penghormatan dan bakti mereka. Mereka mengenang kembali kualitas mulia dan mengingatnya dengan bangga atas pengorbanan dan pelayanan yang diberikan oleh para tokoh ketika mereka masih hidup.

Orang-orang juga mendirikan patung untuk mengenang beberapa tokoh pemimpin politik tertentu yang telah membantai berjuta nyawa yang tidak bersalah. Karena kejahatan dan ketamakan mereka untuk mendapatkan kekuasaan, mereka menjajah negara-negara yang miski dan menciptakan penderitaan, kekejaman, dan kesengsaraan yang tak terkira dengan tindakan perampasan mereka. Namun, mereka masih dianggap sebagai pahlawan besar; dan peringatan tanda jasa diselenggarakan untuk menghormati mereka, dan memberikan bunga-bunga di atas makam dan kuburan mereka. Jika perbuatan tersebut dapat dibenarkan mengapa sebagian orang mengejek umat Buddha sebagai pemuja berhala ketika mereka memberikan penghormatan kepada guru agama mereka yang telah melayani umat manusia tanpa merugikanyang lain dan yang telah menaklukkan seluruh dunia melalui kasih sayang, belas kasih dan kebijaksanaanNya?

Bisakah seseorang dengan pikiran sehat mengatakan bahwa menghormati rupang (gambar/patung) Sang Buddha sebagai sesuatu yang tidak berbudaya, tidak bermoral atau tindakan yang merugikan seperti mengganggu kedamaian dan kebahagiaan orang lain?

Apabila sebuah rupang (gambar/patung) sama sekali tidak penting bagi manusia dalam menjalankan agama makasimbol-simbol agama tertentu dan tempat-tempat beribadat juga tidak diperlukan. Umat Buddha dikecam oleh beberapa orang sebagai penyembah batu. Tetapi menyembah batu tidak berbahaya dan lebih terhormat dibandingkan dengan umat agama lain yang melakukan pelemparan batu.

Pentingnya Praktek


Bagaimanapun juga, untuk mempraktekkan ajaran-ajaran Sang Buddha, keberadaan rupang (gambar/patung) Sang Buddha bukanlah suatu keharusan . Seorang Buddhis dapat mempraktekkan agama mereka tanpa rupang (gambar/patung) Sang Buddha; mereka bisa melakukan hal ini kerena Sang Buddha tidak menganjurkan manusia untuk mengembangkan pengkultusan individu, dimana menurut ajaran Sang Buddha, seorang Buddhis tidak sepatutnya bergantung kepada orang lain bahkan kepada Sang Buddha sendiri untuk keselamatan dirinya.

Semasa kehidupan Sang Buddha, ada seorang bhikkhu bernama Wakkali. Bhikkhu ini selalu duduk di hadapan Sang Buddha dan mengagumi keindahan ciri-ciri fisik Sang Buddha. Wakkali mengatakan bahwa ia mendapat kebahagiaan dan inspirasi yang besar dengan mengagumi keindahan Sang Buddha. Sang Buddha menjawab, “Engkau tidak dapat melihat Buddha yang sebenarnya dengan hanya melihat tubuh fisiknya saja. Mereka yang melihat ajaran saya maka melihatsaya”.
Aspek yang paling penting sekali dalam Buddhisme adalah mempraktekkan nasihat-nasihat yang diberikan oleh Sang Buddha. Di dalam hal ini, tidak ada bedanya antara seorang Buddhis yang memberi penghormatan kepada Sang Buddha dengan yang tidak. Tetapi bagi beberapa umat, penghormatan ini sangat penting. Bagaimanapun juga, Sang Buddha tidak mengatakan bahwa Beliau mengharapkan penghormatan.

Asal Muasal Rupang Buddha

Lalu, Bagaimanakah rupang (gambar/patung) Buddha bermula? Sukar untuk mengetahui apakah ide ini diberikan oleh Sang Buddha atau tidak. Tidak ada satupun dalam kitab suci Buddhis bahwa Sang Buddha meminta untuk membuat rupang (gambar/patung) Nya. Namun, Sang Buddha memberikan ijin untuk menyimpan relik-relik Beliau.

Suatu ketika Yang Mulia Ananda pernah ingin mengetahui mengetahui apakah diijinkan mendirikan pagoda (cetiya) untuk mengenang Sang Buddha sebagai cara menghormati Beliau. Kemudian Yang Mulia Ananda bertanya kepada Sang Buddha, ”Apakah layak, Yang Mulia, untuk membangun sebuah pagoda ketika Sang Bhagava masih hidup?”

Sang Buddha menjawab, “Tidak, adalah tidak layak ketika Saya masih hidup. Engkau bisa membangun objek penghormatan ini hanya setelah Saya tiada.”

Juga dalam kotbah terakhirNya, Maha Parinibbana Sutta, Sang Buddha menasihati para siswaNya bahwa jika mereka ingin menghormati Sang Buddha setelah Ia tiada, mereka boleh membangun pagoda-pagoda untuk menyimpan relik tubuhNya. Nasihat ini sesuai dengan kebiasaan di India pada masa itu: kebiasaan membangun pagoda-pagoda untuk menyimpan relik orang–orang yang suci. Relik ini disimpan sebagai suatu kenangan sebagai tanda penghormatan kepada orang-orang suci. Pada saat yang sama, Sang Buddha sendiri tidak menganjurkan dan juga tidak melarang para siswaNya untuk mendirikan rupang (gambar/patung)Nya setelah Ia meninggal dunia. Idea untuk menciptakan rupang (gambar/patung) Buddha datang dari pengikut-pengikutNya yang ingin memuja pemimpin terkasih mereka dan bertujuan mendapat inspirasi dari pribadi Sang Buddha yang luhur. Mereka juga menggunakannya untuk menyimpan sebagian dari relik Sang Buddha di dalam rupang (gambar/patung) tersebut setelah didirikan.

Fa-hsien, yang mengunjungi India pada akhir abad keempat menyebutkan dalam catatannya bagaimana rupang (gambar/patung) Sang Buddha yang pertama didirikan. Bagaimanapun, kitab-kitab suci Buddhis tidak menyebut apa-apa tentang pengamatan Fa-hsien tersebut. Meskipun demikian, mitologi mencatat sebagai berikut:
Pada suatu ketika, Sang Buddha menghabiskan waktu selama tiga bulan di surga mengajarkan Abhidhamma atau Dhamma Yang Tertinggi. Selama kepergian Beliau, orang-orang yang pergi kevihara merasa sangat tidak gembira kerena mereka tidak dapat melihat Sang Buddha. Mereka mulai mengeluh. Siswa Utama, Yang Mulia Sariputta, pergi menemui dan melaporkan situasi itu kepada Sang Buddha. Sang Buddha menasihati Beliau untuk mencari seseorang yang dapat membuat rupang (gambar/patung) yang sama persis dengan diri Sang Buddha; kemudian orang-orang akan menjadi gembira melihat rupang Sang Buddha. Sariputta pun kembali dan menemui raja untuk meminta kebaikannya untuk menolong mencari seseorang yang dapat membuat tiruan Sang Buddha. Tidak lama kemudian, orang yang dicari ditemukan; dia mengukir rupang dari kayu cedana. Setelah rupang itu diletakkan di vihara, orang-orang menjadi sangat gembira. Sejak saat itu, selanjutnya, menurut Fa-hsien, orang-orang mulai meniru replika Sang Buddha tersebut.

Tetapi hal yang sukar untuk menemukan bukti di dalam literatur Buddhis dan sejarah untuk mendukung keberadaan Rupang Sang Buddha di India sampai hampir 500 tahun setelah Sang Buddha mangkat. Pada masa itu, para umat biasanya menghormati Sang Buddha dengan menyimpan bunga teratai atau gambar telapak kaki Sang Buddha. Nampaknya,pada permulaan beberapa umat Buddha tidak menyukai membuat rupang Sang Buddha, mengingat memungkinkan terjadinya penyimpangan terhadap ciri-ciri penting Sang Buddha.

Banyak para sejarahwan mengklaim bahwa rupang (gambar/patung) Sang Buddha dibuat pertama kali di India pada masa pendudukan bangsa Yunani. Orang–orang Yunani membantu dan menganjurkan orang–orang India dalam seni membangun rupang Sang Buddha. Sejak saat itu, orang-orang di berbagai negara mulai mendirikan rupang Sang Buddha. Rupang-rupang di berbagai negara diukir dan dibentuk mengikut gaya dan seni yang menggambarkan ciri–ciri fisik orang–orang di negara tersebut. Di dalanm negara Buddhis itu sendiri, gaya dari Rupang Sang Buddha pun berkembang menjadi beragam bentuk dan gaya disesuaikan dengan perubahan jaman dan sejarah.

Pendapat Para Intelektual Mengenai Rupang Buddha

Pendit Nehru, mantan Perdana Menteri India, mengulas tentang rupang (gambar/patung) Buddha seperti berikut :
“MataNya tertutup, tetapi ada suatu kekuatan spiritual yang keluar dari matanya dan energi vital memenuhi strukturnya. Banyak jaman bergulir, dan nampaknya Sang Buddha tidak pergi terlalu jauh; suaranNya berbisik di telinga kita dan memberitahu kita supaya jangan lari dari perjuangan tetapi, menghadapinya dengan pandangan tenang, dan melihat peluang–peluang besar dalam hidup untuk terus berkembang dan maju.” Nehru juga pernah berkata, “Semasa saya berada di dalam penjara, saya sentiasa memikirkan tentang rupang (gambar/patung) Buddha yang merupakan sumber inspirasi yang luar biasa untuk saya.”

Semasa Perang Dunia Kedua, General Ian Hamilton menemukan sebuah rupang Buddha di dalam sebuah reruntuhan vihara di Burma. Ia mengirim rupang tersebut ke Winston Churchill yang pada waktu itu menjadi Perdana Menteri Inggris dengan satu pesanan :
“Ketika anda khawatir, lihatlah rupang yang wajahnya begitu tenang dan tersenyumlah kepadakekhawatiran anda.”

Count Keyserling, seorang filosof berkata :
“Saya tidak mengetahui hal lain yang lebih agung di dunia ini selain dari figur seorang Buddha; yang merupakan suatu penjelmaan spiritual yang sungguh sempurna di dalam dunia nyata (visible domain)”

Sarjana lain berkata :
“Rupang (gambar/patung) Buddha yang kita lihat merupakan suatu simbol yang mewakili kualitas. Pujian dan penghormatan kepada Sang Buddha tidak lain merupakan suatu simbol penghargaan atas keagungan dan kebahagian yang kita ketemui melalui ajaranNya.”
Ketenangan dan ketentraman rupang Sang Buddha telah menjadi konsep umum kecantikan dari keindahan yang ideal. Rupang Sang Buddha merupakan sesuatu yang sangat berharga, aset kebudayaan Asia yang paling berharga dan dipunyai oleh banyak orang. Tanpa rupang Buddha, Asia hanya akan dikenali sebagai suatu kawasan geografi saja mespikun semakmur apapun.

Umat Buddhis menghormati patung Sang Buddha sebagai monumen keagungan, kebijaksanaan, yang paling sempurna, dan penuh belas kasih dari seorang guru agama yang pernah hidup di dunia ini. Rupang ini diperlukan untuk mengingat kembali Sang Buddha dan kualitas agungNya yang memberikan inspirasi kepada jutaan manusia dari generasi ke generasi dalam dunia yang berbudaya. Rupang ini menolong mereka berkonsentrasi kepada Buddha. Mereka merasakan kehadiran Sang Guru di dalam pikiran mereka, dan dengan demikian menjadikan penghormatan mereka lebih jelas dan bermakna.

Sebagai seorang Buddhis, akan sangat tepat sekiranya untuk anda mempunyai rupang atau gambar Buddha di dalam rumah anda. Simpanlah rupang atau gambar ini bukan sebagai pajangan yang dipamerkan tetapi sebagai objek puja, penghormatan, dan inspirasi. Ketentraman rupang Buddha merupakan satu simbol yang memancarkan kasih sayang, kesucian dan kesempurnaan yang menjadi sumber penghibur dan inspirasi dalam membantu anda mengatasi berbagai permasalahan dan kekhawatiran yang harus anda hadapi dalam akitivitas keseharian di dunia yang bermasalah ini.

Ketika anda memberi penghormatan kepada Sang Buddha, anda akan mendapat banyak manfaat apabila anda bermeditasi beberapa saat dengan memfokuskuskan pikiran anda pada kualitas agung dan mulia Sang Buddha. Jika anda memikirkan Guru Agung, anda dapat menyempurnakan diri anda melalui bimbinganNya. Oleh karena itu, bukan hal yang tidak wajar penghormatan ini terekspresikan di dalam bentuk seni dan pahatan yang terbaik dan terindah di dunia.

Seorang penulis terkenal lainnya mengatakan di dalam bahasa filsafatnya mengenai arti sebenarnya di dalam memberi penghormatan kepada Sang Buddha, seperti berikut :
“Kita juga perlu memberi penghormatan meskipun pemujaan itu diarahkan bukan untuk seorang-karena sebenarnya semua personalitas merupakan mimpi, tetapi pemujaan itu diarahkan kepada kesesuaian hati kita. Dengan itu, kita dapat menemui kekuatan baru dan membangun mahligai kehidupan kita sendiri, membersihkan hati kita sampai layak untuk membawa rupang tersebut di dalam tempat perlindungan kasih sayang yang mendalam. Di atas altarnya, kita semua perlu mempersembahkan hadiah bukan cahaya yang padam, bunga-bunga yang layu, tetapi tindakan kasih sayang, pengorbanan dan tanpa keakuan terhadap semua yang berada di sekeliling kita.”

Anatol France, di dalam autobiografinya menulis, “Di awal bulan Mei, 1890, kesempatan membawaku untuk mengunjungi sebuah musium di Paris. Di sana berdiri dewa-dewa Asia dalam kesunyian dan kesederhanaan, pandanganku jatuh pada patung Sang Buddha yang memberi isyarat kepada penderitaan manusia untuk mengembangkan pemahaman dan belas kasih. Jika ada tuhan yang pernah berjalan di atas muka bumi ini, saya merasakan Beliaulah (Buddha) orangnya. Saya merasa seperti berlutut dan berdoa kepadaNya seperti kepada Tuhan.”

Mr. Ouspensky, seorang penulis Barat lainnya, mengekspresikan perasaannya terhadap rupang Buddha yang ia temukan di Sri Lanka. Ia berkata, “Rupang Buddha ini merupakan suatu bagian seni yang sungguh istimewa. Saya tidak mengetahui hasil karya seni lainnya yang sejajar dengan rupang Buddha dengan mata dari batu safir, dimana sepengetahuan saya tidak ada karya seni yang dapat mengekspresikan dengan sempurna idea suatu agama seperti wajah rupang Buddha yang mengekspresikan ide Buddhisme.” Selanjutnya ia berkata, ”Tidak perlu membaca banyak buku tentang Buddhisme atau berjalan bersama dengan para professor yang mempelajari agama–agama Timur atau belajar dengan para bhikkhu. Seseorang harus datang ke sini, berdiri di hadapan rupang Buddha ini dan biarkan pancaran mata birunya menembus kehidupannya, dan dia akan memahami apa itu Buddhisme.”

Kesenian Buddhis yang indah dari membangun rupang, menciptakan lukisan dinding tentang beragam kisah Buddhis telah memberikan inspirasi yang sangat besar pada kekayaan seni dan budaya di hampir setiap negara Asia lebih dari 2000 tahun.

Apakah yang membuat pesan-pesan Sang Buddha begitu diminati oleh orang yang telah mengembangkan intelektual mereka? Jawabannya mungkin terlihat pada ketentraman rupang Sang Buddha. Bukan hanya dalam warna dan garis manusia mengekspresikan keyakinannya terhadap Sang Buddha dan ajaranNya. Tangan manusia menempa logam dan batu memproduksi rupang Buddha yang merupakan salah satu ciptaan terbesar dari kejeniusan manusia.

Jika umat Buddha benar–benar ingin melihat kehadiran Sang Buddha dalam segala keagungan dan keindahanNya, mereka harus menerjemahkan ajaran-ajaranNya ke dalam tindakan dan situasi praktis pada kehidupan sehari-hari mereka. Dengan mempraktekkan ajaran-ajaranNya mereka dapat mendekatkan diri dan merasakan pancaran yang luar biasa dari kebijaksanaan dan belas kasihNya yang tidak kunjung padam. Hanya menghormati rupang Sang Buddha tanpa mengikuti ajaran muliaNya bukannya cara untuk menemukan keselamatan.

KehidupanNya begitu indah, hatiNya begitu suci dan baik, pikiranNya begitu dalam dan tercerahkan, kepribadianNya begitu menginspirasikan dan tanpa ke-aku-an – kehidupan yang sangat sempurna, hati yang sangat berbelas kasih, pikiran yang sangat tenang, kepribadian yang sangat tentram yang patut di hormati, layak diberi penghormatan dan layak diberi persembahan. Sang Buddha yang merupakan kesempurnaan tertinggi dari umat manusia, dan keindahan dari kemanusiaan.

Sir Edwin Arnold menjelaskan sifat alami Kebuddhaan di dalam bukunya ”Light of Asia” (Cahaya Asia) seperti berikut :
“Ini adalah bunga dari pohon manusia kita yang berkembang dalam beribu–ribu tahun. Takkala berkembang, mengisi dunia dengan harum kebijaksanaan dan menjatuhkan madu kasih sayang.”

Seorang penyair terkemuka India, Rabindranath Tagore menyebutkan hal penting dari penampilan Sang Buddha dalam bahasa puitisnya dengan cara berikut :
Semua makhluk menangis atas kelahiran baru mereka.
Oh, Engkau yang hidup tanpa batas
Selamatkanlah mereka, bangkitkanlah suara harapan abadiMu
Biarkan teratai cinta dengan harta madu yang tak terhingga itu,
membuka kelopaknya dalam cahayanya.
Oh Kedamaian, Oh Kebebasan,
Di dalam belas kasih dan kebaikanMu yang tidak terukur,
Singkirkanlah semua noda gelap dari hati dunia ini.

Namo Buddhaya – Terpujilah Sang Buddha.


-end-
 


Judul Asli: Are Buddhist Idol – Worshippers?
Oleh: Ven. K. Sri Dhammananda
Diterjemahkan oleh: Bhagavant.com

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=429759513772515&set=a.346443935437407.81129.346439915437809&type=1&relevant_count=1
Di sebuah resto pizza hut.....

Cewe : mas, tempat salad di sebelah mana ya ?

Cowo : wah, gak tau mbak... Saya kristen... :/ :D =))

Mas Pur jalan2 ke Mangga Dua mau lihat pameran komputer.

Mas Pur penasaran dgn tulisan “ENTER” di keyboard komputer, trus tanya ke SPG yg bagikan brosur.

“Mbak tanya dong, ‘ENTER’ ini maksudnya apaan sih?”

Ternyata SPG-nya juga gaptek. “Kayaknya utk mempercepat program aja Mas!”

Mas Pur : “Mempercepat gimana maksudnya Mbak?”

SPG : “Ya mempercepat aja mas, kan kalo tulisannya ‘ENTAR’ jadinya lama!”



Kisah Nyata : Ketulusan Berbagi

[Mohon share agar menginspirasi yang lain]

Ini dpt cerita bagus ∂άϞ benar2 di luar dugaan.
Bante Kheminda menceritakan tentang Kejadian memberikan dana di AME"Abhidhamma Made Easy" di Padang.

 
Ada sepasang suami istri Ɣƍ mengikuti AME selama 10 hari. Mereka membawa anak mereka satu satunya turut serta di AME, Ɣƍ menarik perhatian Bhante adalah sepasang suami istri itu membawa anaknya Ɣƍ idiot,walaupun anaknya tdk pernah diam,tetapi mereka tetap membawanya selama 10hari mengikuti AME. Dr warga Ɣƍ ikut AME, Bhante mengetahui bahwa sepasang suami istri ini Ŏ®ªƞg Ɣƍ kurang mampu, pekerjaan mereka hanya membersihkan vihara, Bhante melihat mereka selalu hadir mengikuti AME selama 10 hari.

Di hari ke 10, pas hari terakhir AME adalah kebetulan hari ulang tahun anak ini. Suami istri ini mendanakan makanan kepada semua peserta AME, ada 300 peserta, ∂άϞ di Padang acara AME pakai coffee break yaitu ada waktu istirahat makan ∂άϞ minum. Bhante memperhatikan suami istri ini ∂άϞ anaknya berkongsi makanan di satu pojok, Bhante menghampiri ∂άϞ bertanya, "mengapa tidak mengambil makanan Ɣƍ tersedia?"

Suami istri ini menjawab, "Tidak apa Bhante, kami membawa persediaan makanan dari . Tidak apa, makanan memang disediakan untuk Ɣƍ lain ∂άϞ kami takut tidak mencukupi."

Bhante melihat ini terharu, mereka hanya membawa sebungkus nasi putih tanpa lauk apapun ∂άϞ dikongsi bertiga.Mereka mendanakan makanan pada 300 umat Ɣƍ mengikuti AME di hari ulang tahun anaknya ∂άϞ hanya memakan bekal dari sebungkus nasi putih bertiga.

∂άϞ Bhante lebih terharu lagi ketika Si anak Ɣƍ idiot ini, mendanakan kepada Bhante secangkir milo ∂άϞ biscuit. Anak ini berjalan ke meja Bhante ∂άϞ mendanakan sendiri. Orang tuanya berdiri jauh di ujung. Bante mengatakan,"Ini dana makanan Ɣƍ tdk akan saya lupakan seumur hidup saya selama saya menjadi anggota Sangha."

Sungguh luar biasa, orang tua Ɣƍ bijaksana Ɣƍ bisa memberikan contoh Ɣƍ baik utk anaknya. Walaupun mereka tahu anaknya idiot ∂άϞ tidak akan mungkin bisa memahami Abhidhamma Ɣƍ dibawakan Bhante.
 
 
 
INFO PENIPUAN BERKEDOK TIKET PESAWAT MURAH


 

MODUS AWAL :
Penipu mengirimkan SMS penawaran tiket murah, jika ada yang berminat maka pasti akan memesan tiket sesuai dengan rencana penerbangannya.

Reservasi seperti biasanya (nama, rute, tanggal, jam, maskapai). Bookingan selesai. Sebelum memberikan Kode booking, korban harus mentransfer sejumlah uang sesuai harga tiket. Jika sudah melakukan pembayaran makan Penipu langsung memberikan kode booking yang siap untuk di print ulang di bandara.

Saat Korban hendak melakukan Check in memang benar Kode booking itu ada tapi ternyata belum terbayar atau dibiarkan tercancel.

 

MODUS TERBARU :
Penipu membuka lowongan pekerjaan untuk ditempatkan di luar daerah. Tiket pesawat akan ditanggung oleh perusahaan. Hanya saja calon pekerja yang harus membeli tiket terlebih dahulu, hitung-hitungan nya menyusul jika si calon pekerja sudah berada di perusahaan tersebut. Dan harus berangkat secepatnya.

Anehnya, si calon pekerja diharuskan membeli tiket dari Travel agent yang bekerjasama dengan perusahaan tersebut (tidak diijinkan membeli sendiri di travel terdekat). Karena telah diiming-iming gaji besar dan segala ongkos ditanggung, maka si calon pekerja menuruti.

Saat uang ditransfer, maka penipu akan memberikan kode booking. Yang lebih aneh lagi kode booking tersebut dengan sangat jujur dikatakan belum diissued (dicetak). Penipu meminta korban untuk melakukan aktivasi di bank. Dengan alasan, maskapai yang bersangkutan sedang mengalami gangguan. Caranya: Masukan ATM kemudian pilih menu transfer, setelah itu di nominal yang ada wajib dimasukkan kode aktivasi yang mereka berikan (bukan kode booking). Jika dituruti maka sang korban akan mengalami penipuan untuk kedua kalinya.

 

Silahkan di SHARE buat teman² anda, agar tdk ada lagi korban berikutnya....

Kisah Nyata : Jutawan yang Mengajari Anaknya Hidup Mandiri


 


Adalah Yu Youzhen, seorang jutawan asal Kota Wuhan, China, yang kini menjadi bahasan utama di beberapa surat kabar setempat. Pasalnya, untuk memberikan contoh positif bagi kedua anaknya, Yu rela menjadi tukang sapu jalan yang hanya menerima upah 1.420 yuan per bulan atau sekitar Rp 2,2 juta.

Uang yang didapatkannya dari upah menyapu jalan tentu tidaklah sebanding dengan pendapatannya saat ini. Yu, yang juga dikenal sebagai pemilik puluhan apartemen, tersebut memiliki aset jutaan yuan yang sangatlah cukup untuk menopang semua kebutuhan hidupnya. Namun, Yu tak ingin terlena dengan apa yang dia miliki sekarang.

Alih-alih bermalas-malasan di rumah dan menghitung semua kekayaannya, Yu tetap memutuskan untuk bekerja sebagai pekerja kebersihan. Pekerjaan tersebut rupanya telah ia lakukan sejak tahun 1998. Semua itu dilakukannya bukan tanpa alasan. Yu tidak dilahirkan dari keluarga yang kaya. Pada tahun 1980, ia hanyalah seorang petani sayur miskin di Hongshan, distrik Donghu, desa Huojiawan. Bersama suaminya, Yu harus mau bekerja keras untuk menghemat uang mereka.

Setelah bertahun-tahun bekerja dari fajar hingga senja, mereka berhasil menjadi keluarga pertama yang memiliki rumah 3 lantai. Kala itu, banyak orang yang datang ke Wuhan untuk mencari pekerjaan, dan banyak dari mereka yang membutuhkan tempat tinggal, sehingga Yu mulai menyewakan kamar cadangannya di rumahnya. Setiap kamar sewa menghasilkan sekitar 50 yuan setiap bulan.

Uang itu kemudian digunakan untuk membangun lebih banyak rumah dan menambah lantai. Setelah beberapa tahun, Yu dan suaminya memiliki tiga bangunan 5 lantai, yang sebagian besar disewakan. Beruntung lagi, sesuai dengan kebijakan penggantian dan pembangunan kembali lahan, Yu dan keluarganya mendapat kompensasi 21 apartemen dari pemerintah untuk seluruh rumah yang telah mereka bangun di Huojiawan.Kekayaan itu tak pelak menyilaukan mata Yu dan suaminya.

Ia yang sedari dulu telah bekerja keras tidak ingin kedua anaknya hidup berfoya-foya. Secara pribadi, Yu sangat menyayangkan sikap warga desanya yang sering menyia-nyiakan kekayaan mereka hanya untuk berjudi, minum, dan narkoba. Oleh karenanya, Yu bertekad akan mendidik anak-anaknya dengan memberi contoh yang baik.

Salah satunya dengan menjadi tukang sapu jalan.Ia bekerja sejak pukul 3 pagi selama enam hari dalam seminggu. Untuk membersihkan jalanan sepanjang 3 km, ia bahkan harus menghabiskan 6 jam sehari. Yu tidak hanya menyapu jalan, tetapi juga membersihkan semua tong sampah yang terdapat di sepanjang jalan.

"Saya ingin memberi contoh untuk putra dan putri saya. Seseorang tidak bisa hanya duduk di rumah dan 'menggerogoti' semua kekayaannya," kata Yu ketika ditanya perihal alasannya bekerja sebagai pembersih jalan, sebagaimana dilansir Oddtycentral (10/1). Yu juga memperingatkan kedua anaknya untuk tetap bekerja sebagaimana mestinya.

Jika tidak, ia mengancam untuk menyumbangkan semua hartanya pada negara. Kini, anak laki-lakinya telah bekerja sebagai supir di area Donghu Scenic dan digaji lebih dari 2.000 yuan per bulan, sedangkan putrinya bekerja di sebuah perkantoran dengan upah 3.000 yuan per bulan.

Setiap orang punya cara tersendiri untuk memaknai hidup. Namun, apakah hidup hanya sebatas kepuasan diri untuk apa yang telah kita dapatkan?

Ataukah kita tetap berjuang seperti apa yang dilakukan Yu sepanjang hidupnya?

 


Sumber: http://news.liputan6.com/read/481228/ajari-anak-hakikat-kerja-keras-jutawan-cina-jadi-tukang-sapu
http://www.facebook.com/SL.Buku


LOVE :

Lake of tears
Ocean of emotion
Valley of suffering
Earth oh HELL!
^,^

Choo Hong Eng, adalah seorang perempuan Singapura yang selama 10 tahun terakhir memasak sarapan gratis bagi ribuan orang pada setiap hari ke-6 Imlek.

Kali ini Choo kembali dengan berita baik yang lebih sensasional. Pemilik kedai makanan vegetarian itu secara mengejutkan telah memutuskan untuk menyumbangkan 416.000 dolar Singapura (sekitar Rp 3,3 miliar) hasil kemenangannya di kasino ke yayasan amal.

Tidak satu sen pun uang hasil judi di kasino itu disisakan untuk dirinya.
Asia One, Minggu (24/2), melaporkan, Choo yang juga dipanggil "Jackpot Auntie" memenangkan uang itu dari kasino Marina Bay Sands. Semula, dia berencana untuk menyumbangkan separuh uang itu ke yayasan amal.

Namun begitu menyadari ada sejumlah orang yang terus membututinya untuk mengincar uang yang dimenangkannya, ia akhirnya memutuskan untuk menyumbangkan semua uangnya. "Uang itu tidak berarti ketika hidup saya tidak damai dan terancam" tuturya.
Dia memberikan contoh penguntit yang menggelisahkannya.

Ada tiga orang asing yang terus berada di dekat kedai makanannya selama berhari-hari, sekitar tiga jam sehari, dan membuat gerak-gerik yang mencurigakan. Tiga orang itu bahkan membuntuti mobilnya sehingga memaksa teman Choo untuk mengantar perempuan itu pulang ke rumah. Setelah itu, Choo memutuskan untuk naik taksi, khawatir dengan keselamatannya.

Dia juga mengubah jadwal kerjanya di kedai supaya keberadaannya tidak mudah terlacak. Sudah banyak pula orang yang datang menemui Choo , meminta uangnya dengan sejumlah alasan mulai dari sakit kanker, menolong keluarga, dan alasan lain.

Sejumlah yayasan amal seperti Federasi Buddha Singapura, Yayasan Ginjal Singapura, sekolah, dan panti jompo menerima sumbangan beliau. Teman-teman Choo memuji kemulian hatinya walaupun kaget dia menyumbangkan semua uang tersebut. Salah seorang menyatakan, "Jika kita diberkati Tuhan, kenapa kita harus ragu untuk menyumbang kepada yang membutuhkan."


 


Sumber : Kompas.com
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10151354585467336&set=a.265908937335.144298.256726097335&type=1&relevant_count=1
 
Kisah Nyata Tukang Sampah di Stasiun Kota Jakarta


 

 Kisah mengharukan tentang kehidupan seorang tukang sampah di Jakarta ini diceritakan oleh seorang kaskuser yang merupakan pegawai kantor di daerah sana. Sang tukang sampah tidak banyak bicara, namun perilaku beliau sungguh menusuk hati kita semua. Derajat moralnya jauh lebih tinggi daripada moral tokoh-tokoh politik negeri ini yang terlibat kasus korupsi. Mari kita simak kisah nyata singkat tentang seorang Tukang Sampah ini.

Barusan ane istirahat makan di kantor ane, kebetulan kantor ane di daerah yang lumayan 'minus' sih gan.. kalo agan-agan yang ada di Jakarta mungkin tau daerah Stasiun Kota kaya gimana.

Banyak pengemis, gelandangan dan orang-orang yang tingkat kehidupannya (maaf) dibawah kesejahteraan.

Sebelum nyari makan, ane beli rokok dulu gan biar tar abis makan ga bingung nyari rokok.. Ane nyalain satu batang..

Sambil nge-rokok ane jalan buat nyari tempat yang enak buat duduk dan makan.

sampe akhirnya ane nemu sebuah tempat yang menurut ane enak dan teduh,ane celingukan soalnya semua tempat duduk uda dipake orang-orang.

Di sela-sela celingukan ane, seorang bapak tua bilang ke ane:
"Silakan pak, disini aja duduk sama saya" katanya..

ane iyain aja gan, meskipun rada panas tapi yang ada cuman disitu doang..

Ane perhatiin bapak itu gan, orangnya uda tua banget, kurus, giginya uda ompong,rambutnya uda putih semua, bawa-bawa tas besar ama kresek isinya plastik-plastik gitu. Dimulailah obrolan ane ama bapak itu gan.
A : Ane,
B : Bapak

--------------------------------

A: lagi nunggu apa pak?
B: nggak mas, ini cuma duduk-duduk aja abis cari sampah seharian.. capek..

A: Jalan dari jam brapa pak?
B: dari pagi mas, uda lumayan banyak dapetnya ini..
A: oohhh...

Obrolan sempat brenti bentar gan, ane nikmatin rokok, bapaknya ngerapiin plastik2nya gitu..

Sampe pada akhirnya ane liat si Bapak pijet2in kepalanya gitu sambil hela napas panjang..

A: pusing ya pak? siang2 panas gini emang bikin pusing..
B: (ketawa kecil) iya mas.. agak pusing kepala saya..

A: bapak ngerokok? ini kalau bapak mau.. (sambil ane sodorin rokok ane yang tinggal sebatang)
B: nggak mas makasih, saya nggak ngerokok.. sayang uangnya,mending buat makan daripada beli rokok.. lagian ga bagus juga buat badan.

Dalem ati gw rada tertohok juga gan..

A: iya juga sih pak.. (nginjek rokok ane)

Abis itu gw denger suara perut gan.. *kruuuuukk* gitu. Gw spontan noleh ke arah si bapak.

A: Bapak belum makan pak?
B: (senyum) belum mas, aga nanti mungkin..

A: wah, tar tambah pusing pak?
B: iya mas, saya udah biasa kok..

ga lama, kedengeran lagi bunyi perutnya gan..

A: Bapak beneran ga mau makan pak?
B: iya mas,nanti aja...

gw uda ngerasa kalo bapak ini bukannya ga mau makan gan,tapi beliau ga punya uang buat makan..

A: bentar ya pak, saya ke warung dulu pesen makan..
B: oh.. iya mas, silakan..

ane nyamperin tukang nasi padang terdekat, ane pesen buat ane sendiri ama ane inisiatif beliin nasi ma ayam buat si bapak. Selese pesen, ane bawa tu nasi dua piring ke tempat duduk tadi, trus duduk..

Ane mau langsung ngasi tapi kok ane takut kalo bapaknya salah tangkep ato tersinggung gan, jadi ane akting dikit. Ane pura-pura dapet telpon dari temen ane.

A: (pura2 telpon) yaaah? ga jadi kesini? uda gw beliin nih... ooohh.. gitu... yauda deh gapapa..

*belaga tutup telpon*

A: wah payah nih temen saya,uda dibelikan makanan ternyata ga jadi..
B: (senyum) ya ga papa mas,dibungkus aja nanti bisa dimakan sore..

A: wah, keburu basi pak kalo nanti sore.. dimakan sekarang pasti ga abis.. gimana ya? mmmm... Bapak kan belum makan siang,ini makanan daripada sayang ga ada yang makan gimana kalo bapak aja yang makan pak? nemenin saya makan sekalian pak..
B: waduh mas, saya ga punya uang buat bayarnya..

A: gapapa pak, makan aja.. saya bayarin dah! saya lagi ulang taun hari ini..(bo'ong)
B: wah.. beneran ga papa mas? saya malu..

A: lho? ngapain malu pak? udah bapak makan aja..
B: iya mas, selamat ulang tahun ya mas..

A: iya pak.. bapak mau mesen minum sekalian nggak? saya mau pesen..
B: nggak mas.. nggak usah..

Ane manggil tukang minuman, ane mesen 2 es teh manis..

B: lho mas? saya nggak pesen.
A: iya pak, saya beli dua.. haus banget soalnya..(ane bo'ong lagi gan)

Tanpa gw duga gan, si bapak netes aermatanya.. beliau ngucap syukur berkali kali.. beliau ngomong ke ane..

B: mas, saya makasih sudah dibelikan makanan.. saya belum makan dari kemarin sebetulnya. cuma saya malu mas, saya inginnya beli makan sama uang sendiri karena saya bukan pengemis.. saya sebetulnya lapar sekali mas, tapi saya belum dapet uang hasil nyari sampah..

Ane tertegun denger omongan beliau gan, ga sadar ane ikut ngerasa perih banget dalem ati.. nyesek banget dalem ati ane,ane secara ga sadar hampir netesin aermata.. tapi ane berlagak cool..

A: yauda, bapak makan aja nasinya.. nanti kalau kurang saya pesankan lagi ya pak? jangan malu-malu..

B: (masi nangis) iya mas.. makasih banyak ya mas.. nanti yang diatas yang bales..

A: iya pak makasi doanya..

Akhirnya ane makan berdua ama beliau,sambil cerita-cerita..

Dari cerita beliau ane tau kalo beliau punya dua anak, yang atu uda meninggal karena kecelakaan. yang atunya uda pergi dari rumah ga pulang-pulang udah 3 tahun. istri beliau uda meninggal kena kanker tahun lalu. dan parahnya lagi rumahnya diambil ama orang kredit gara-gara ga bisa ngelunasin uang pinjaman buat ngobatin istrinya..

Miris banget ane dengerin cerita beliau gan, sebatang kara, ga punya rumah, anaknya durhaka, jarang makan.. malah beliau crita pernah dipalak preman waktu mulung di jakarta..

Rasanya ane beruntung banget ama kondisi ane sekarang, ane nyesel pernah ngeluh tentang kerjaan ane, tentang kondisi kosan ane, dsb.. sedangkan bapak ini dengan kondisi yang serba kekurangan masih selalu tersenyum..

rasanya sepiring nasi padang dan segelas es teh yang ane kasi ga setimpal banget ama pelajaran yang ane dapet..

Tadi ane belum ambil uang, jadi ane cuma ngasi seadanya kembalian dari warung padang ke bapak itu,itupun pake eyel2an dulu ma bapaknya soalnya beliau ga mau dikasi uang. tapi akhirnya dengan sedikit maksa ane kasi uang ke beliau. ane didoain banyak banget ama bapak tadi..

Dan ada satu hal yang bikin ane tercengang waktu mau ninggalin tempat tadi..

sambil jalan ane noleh ke belakang, si bapak udah ga ada.. ane cariin bentar,ternyata si bapak ada di depan kotak amal masjid masukin duit ke dalem kotakan itu!

gw makin tersentuh ma beliau.. di tengah-tengah kesulitan yang beliau alami, beliau masi sempet amal! berbagi dengan orang lain..

Ane mewek gan.. ane ngerasa kecil banget sebagai manusia.. ane ngerasa ditunjukin sesuatu yang bener-bener hebat!

Ane berdoa semoga bapak itu dilancarkan segala urusannya, diberi kemudahan dan rejeki berlimpah, dan selalu berada dalam lindungan Tuhan.



 

Semoga kisah nyata ini dapat menginspirasi kita semua.

Klik 'share / bagi' untuk menginspirasi temanmu.





Source : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=523862484321321&set=a.470120273028876.110185.462982233742680&type=1&relevant_count=1


10 Great Benefits of Drinking Green Tea



 

It is used for treatment and prevention of cancer.

It is used to stop Alzheimer’s and Parkinson’s diseases.

It is used to raise the metabolism and increase fat oxidation.

It reduces the risk of heart diseases and heart attacks by reducing the risk of thrombosis.

It reduces the risk of esophageal cancer.

Drinking green tea inhibits the growth of certain cancer cells, reduces the level of cholesterol in blood, improves the ratio of good cholesterol to bad cholesterol.

It is used to treat rheumatoid arthritis and cardiovascular diseases

it is used to treat impaired immune function.

Some researches show that, drinking green tea regularly may help prevent tooth decay by killing the bacteria which causes the dental plaque.



 

Source : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=585744911437846&set=a.449362291742776.109139.449359381743067&type=1&ref=nf
 

Benefits Of Drinking Warm Lemon Water


useful info...MUST READ


 

 Benefits Of Drinking Warm Lemon Water

Start the day out with a mug of warm water and the juice of half a lemon.
It's so simple and the benefits are just too good to ignore. Warm water with lemon:


1. Boosts you're immune system
Lemons are high in Vitamin C and potassium. Vitamin C is great for fighting colds and potassium stimulates brain & nerve function and helps control blood pressure.


2. Balances pH
Lemons are an incredibly alkaline food, believe it or not. Yes, they are acidic on their own, but inside our bodies they're alkaline (the citric acid does not createacidity in the body once metabolized). As you wellness warriors know, an alkaline body is really the key to good health.


3. Helps with weight loss
Lemons are high in pectin fiber, which helps fight hunger cravings. It also has been shown that people who maintain a more alkaline diet lose weight faster. And, my experience is that when I start the day off right, it's easier to make the best choices for myself the rest of the day.


4. Aids digestion
The warm water serves to stimulate the gastrointestinal tract and peristalsis梩he waves of muscle contractions within the intestinal walls that keep things moving. Lemons and limes are also high in minerals and vitamins and help loosen ama, or toxins, in the digestive tract.


5. Acts as a gentle, natural diuretic
Lemon juice helps flush out unwanted materials because lemons increase the rate of urination in the body. Toxins are, therefore, released at a faster rate which helps keep your urinary tract healthy.


6. Clears skin
The vitamin C helps decrease wrinkles and blemishes. Lemon water purges toxins from the blood which helps keep skin clear as well.


7. Hydrates the lymph system —



 

GUYS DONT FORGET TO SHARE IT :)


 Source : www.facebook.com/UsefulInfo4Uth