Saturday, June 14, 2014


JOMBLOlogy adalah ilmu yang membahas tentang JOMBLO. Dalam bahasa
latin 'jomblus' artinya satu, sendiri atau single. JOMBLOlogy mempelajari
sifat, kebiasaan, karakteristik, kelebihan, dan kekurangan berbagai tipe
jomblo. Dimulai dari penampilan mereka dari luar sampai potensi mereka yang
di dalam.

Jomblo dibagi menjadi 4 tipe dasar. Dimana kita akan membahas satu per satu
ke-4 tipe tersebut, dan mungkin kita dapat melihat adanya kesamaan atau
kemiripan di diri kita masing-masing.


Jomblus Underdogus
Yang pertama adalah jomblus underdogus, yang bisa kita sebut sebagai JOMBLO
tipe-A. Jomblo ini cenderung mempunyai nasib buruk dalam segala hal yang
berhubungan dengan perempuan. Ketika ada kesan bahwa nasibnya membaik jangan
buru-buru bahagia sebab nasib baik tersebut akan berputar arah kembali
menjadi buruk. Apa yang dimiliki jomblo ini sangat minim, baik kelebihan
maupun kekurangan. Tidak ada yang terlalu menonjol dari jomblo ini, yang
menyebabkan jarang bagi lawan jenis untuk melirik/melihat. Kunci jomblo ini
dalam mencari pasangan adalah PeDe, karena hanya dengan percaya diri yang
kuat disitu terletak perjalanan cinta yang nikmat.

Karakteristik dari jomblo ini adalah:
. Penampilan pas pas-an
. Aura negatif
. Pribadi menarik
. Harga diri rendah


Jomblus Playboynus
Berikutnya adalah jomblus playboynus, atau kita sebut JOMBLO tipe-B. Jomblo
tipe ini banyak ditemukan di sekitar kita. Jomblo yang terlihat nasibnya
jauh lebih baik dari kita dalam hal mencari pasangan. Berbeda dengan tipe
sebelumnya, jomblo ini mempunyai banyak kelebihan terutama bagian external.
Seringkali kita bisa melihat jomblo tipe ini harus menyaring lawan jenis
yang berdatangan ke arahnya. Kelebihan jomblo ini dimulai dari penampilan
fisik, kemampuan berbicara, kelihaian dalam pendekatan wanita dan lain-lain.
Jomblo ini memilih untuk tidak mencari satu pasangan melainkan beragam
pasangan. Meskipun terlihat serba hoky tapi jomblo ini tetap mempunyai
kelemahan. Ketidakmampuan jomblo ini dalam membina hubungan 'one on one'
mungkin disebabkan karena kurangnya pengalaman berhubungan serius.

Karakteristik jomblo ini adalah:
. Penampilan menarik
. Aura magnetik
. Jago speak-speak
. Takut terikat


Jomblus Misterius
Kepribadian yang tersembunyi adalah sifat jomblus misterrius yang paling
menonjol. JOMBLO tipe-C ini sangat 'introvert'. Dari 100% yang ada di dalam
pikirannya, hanya 10%-20% yang terekspresikan keluar. Jomblo ini kurang
percaya diri hingga menyebabkan banyak sekali keinginan dan tekad yang tidak
terlaksanakan. Sebenarnya potensi jomblo ini besar dan penampilan secara
fisik pun tidak mengecewakan, namun jomblo ini tidak dapat menggunakan
kelebihan-kelebihannya sebagai alat komunikasi yang handal terhadap lawan
jenis. Jomblo seperti ini cenderung menjadi pasangan yang setia karena
perjuangan dan jerih payahnya untuk mendapatkan pasangan yang dia inginkan
sangat berarti, sehingga beruntunglah untuk lawan jenis yang bisa melihat
potensi jomblo yang satu ini.

Karakteristik jomblo ini adalah:
. Potensi tinggi
. Alat komunikasi lemah
. Pemburu jarak jauh
. Plin plan


Jomblus Ditolakterus
Sulit sebenarnya untuk menjelaskan secara detail tipe jomblus ditolaktrus
ini. JOMBLO tipe-D ini adalah tipe jomblo yang paling unik - namun bukan
dalam arti positif. Perilaku dan motivasi jomblo ini sulit untuk
diperhitungkan. Banyak sekali tindakan-tindakan yang tidak masuk akal yang
dilakukan jomblo ini dalam mencari lawan jenis. Apa yang terlihat di luar
kemungkinan itu juga yang akan terlihat dari dalam. Mungkin ini satu-satunya
dimana kita bisa 'judge the book by its cover'. Penampilannya yang kurang
memadai menjadi suatu kelemahan yang mutlak dalam mencari pasangan. Namun
jomblo ini tidak semuanya negatif, secara kepribadian dan sifat dasarnya
jomblo ini adalah manusia yang jujur, setia dan baik hati.

Karakteristik jomblo ini adalah:
. Penampilan tidak memadai
. Invisible bagi lawan jenis
. Perilaku tidak jelas
. Lain dari yang lain



Sekian pelajaran tentang JOMBLOlogy, semoga ilmu ini dapat bermanfaat bagi
para jomblo yang sedang mencari identitas dirinya dan berguna dalam
menentukan cara dalam mendapatkan pasangan. Atas nama para jomblo-ers saya
ucapkan terima kasih.









Jenis-jenis jomblo...




Jomblo Sejati - Jomblo yang satu ini murni belum
pernah pacaran , belum mengerti tentang cinta , fokus
pikirannya hanya belajar dan belum pernah naksir siapa2


Ciri-cirinya : Kacamata tebal , penampilan tidak
terjaga , fashion berantakan dan sering keliatan korek
upil didepan umum .




Jomblo Sniper - Jomblo yang ini belum pernah pacaran
tetapi sudah ada yang sejak lama ditaksirnya hanya
saja blom berani nembak sampe sekarang .

Ciri-cirinya : Sering tidak keliatan di tempat umum
karena kurang PD dan nyali , sering mangkal ditempat
tempat sepi , kadang membawa teropong untuk mengintai
dan terlihat membawa banyak karet gelang untuk nembak
cicak didinding ..




Jomblo Negatif - Yang satu ini baru jadi jomblo
setelah dipecat (dibaca:ditinggal/diputusin) oleh
pacarnya dan berada dalam suasana sedih , desprated ,
dikecewakan , tidak bisa terima kenyataan dan membenci
yang namanya cinta .

Ciri-cirinya : Gampang sirik , sering kesel , bad mood
, emosional dan membenci film film berbau romantis .
So bagi yang lagi mesra mesra nya mohon hindari jomblo
yang satu ini apalagi yang sabet mantan pacarnya .
VERY DANGEROUS !




Jomblo Biru - Jomblo yang satu ini baru putus pacaran
secara resmi (sama sama merestui) karena uda bosan
atau jenuh dan lagi kosong.

Ciri-cirinya : Wajah ceria seperti narapidana yang
baru bebas , menikmati hidup dan menemukan
kehidupannya kembali , sering terlihat hangout rame
rame dan happy happy dan banyak lagi , kesimpulannya
MERDEKA !




Jomblo Final - Jomblo yang satu ini uda lagi dekat
dekatnya dengan seseorang dan hampir melepas status
kejombloannya ..

Ciri-cirinya : Setiap hari tidak terlepas dari cermin
, make up , fashion update , bodycare , rajin rajin
baca zodiak , sering senyum senyum sendiri kalo lagi
baca SMS ....



Jomblo Hunter - Jomblo yang ini menikmati kehidupan
jomblonya dan sering sekali gonta-ganti pasangan dan
jomblo lagi , hunting lagi , jomblo lagi , hunting
lagi dan seterusnya ....jomblo lagi ......

Ciri-cirinya : Punya bakat selebriti , PD abis , daya
tarik yang luar biasa , terlihat sering tebar pesona
sana sini dan makanan sehari-hari : add friend di Friendster ...



Jomblo Impossible - Khusus cowok , yang ini berstatus
jomblo karena yang ditaksirnya adalah seseorang yang
tidak mungkin didekati lagi , seperti selebriti
selebriti (Britney , JLo , Maskot Kensington), istri
tetangga , pacarnya konglomerat , istri simpanan bos , dll

Ciri-cirinya : Selalu sok tampil keren 24 jam sehari 7
hari seminggu , kalo berbicara sok seperti aktor dan
merasa dirinya Tom Cruise (padahal???).



Jomblo Forever - Khusus cewek , yang ini berstatus
jomblo karena menunggu dan berharap bisa menikahi pria
idaman seperti : Andy lau,Jang Dong Gun,Brad Pitt .

Ciri-cirinya : Terlihat menempel foto , poster
idolanya dimana-mana , dikamar tidur , kamar mandi ,
buku tulis , wallpaper handphone dan dalam dompetnya .
Dalam doanya : Jadikanlah aku cinderela dan Jang Dong
Gun Pangerannya ..



Jomblo Error - Jomblo ini belum pernah bisa sukses
pacaran karena asal nembak seseorang gagal terus ,
nembak yang lain ditolak terus dan selalu naksir
seseorang yang sudah ada yang punya . Kaciaaaan deh
loe ...

Ciri-cirinya : Selalu keliatan berapi-api , bernafsu
, kalo kenalan langsung tawarin tunangan besoknya
langsung ngajak merried . Kata-kata pertama sewaktu
kenalan : Hi , kenalin nama gue .............. , married yuk !

Bakat Diri




Disekitar kita; begitu banyak orang hebat yang mengagumkan. Mereka
memiliki kemampuan diatas rata-rata. Sehingga terlihat unggul dari
manusia lainnya. Ketika dihadapkan pada suatu pekerjaan atau tugas
tertentu, mereka selalu bisa menyelesaikannya dengan lebih baik dari
orang lain. Ketika mereka dihadapkan pada situasi sulit tertentu,
mereka selalu bisa menangani kesulitan itu dengan lebih baik dari
orang lain.
Ketika prestasi mereka dievaluasi, track record-nya lebih
cemerlang dari kebanyakan orang. Seolah-olah, mereka benar-benar
manusia paling ideal untuk pekerjaan yang ditanganinya. Itu membuat
kita bertanya; "Mengapa Tuhan memberikan talenta begitu hebatnya
kepada dia? Sedangkan kepada saya tidak. Jika saya diberkahi
kemampuan yang seperti itu, pasti saya akan berprestasi seperti orang
itu." Benarkah demikian?

Beberapa waktu lalu, saya merasakan bahwa kemampuan laptop saya
sudah menurun sangat jauh sekali dari sebelumnya. Padahal, dia
menggunakan processor yang pasti memadai untuk mendukung kinerja
seorang perofesional. Kinerjanya yang semakin memburuk membuat saya
tidak mampu menyembunyikan ketidaksabaran ini, sampai-sampai boss
saya memergoki dan bilang; "Be patience Dadang, it is still
processing…" katanya. "She has to perform faster if she still wants
to work with me," saya menyahut. Tapi, kecaman saya tidak membuatnya
bekerja lebih cepat. Padahal, saya sudah melakukan clean disk, dan
juga defrag. Akhirnya, minggu lalu saya mengirim memo kepada teman-
teman di BT, bahwa saya mau lap top yang bisa bekerja lebih cepat.

Tak lama kemudian, lap top itupun masuk ke dalam klinik untuk
diperiksa para dokter spesialis computer, sebelum kembali keruang
kerja saya beberapa jam berikutnya. Tahukah anda, bagaimana
kinerjanya sekarang? Wuish, she runs like a flash! Sampai-sampai saya
terkejut dibuatnya. Sehingga saya tidak sabar untuk bertanya;"Man,
elo apain tuch lap top gue?"

Teman BT saya berkata;"Ditambah RAM-nya jadi dua kali lipat, Pak."
"Cuma begitu doank?"
"Iya. Hanya itu." Jawabnya. Saya tahu dia bangga dengan hasil
kerjanya. Dan saya sangat menghargai usahanya.
"Nggak elo ganti processornya? "
"Nggak Pak," katanya. "Masih bagus, kok." Lanjutnya.

Saat itu saya menyadari, bahwa processor adalah potensi atau
kapasitas maksimal tentang apa yang bisa dilakukan oleh sebuah
computer. Dalam diri manusia, itulah yang biasa kita sebut sebagai
talenta atau bakat, alias kapasitas terpendam dalam diri seseorang.
Dalam computer, fungsi processor itu penting pada saat kompuetr
sedang diaktifkan untuk bekerja. Ini menentukan sampai sejauh mana
fungsi computer itu bisa dimaksimalkan. Bagi manusia, fungsi talenta
itu penting pada saat kita sedang bekerja atau melakukan suatu
aktivitas. Ini menentukan sampai setinggi apa kita bisa berprestasi.

Sekarang, RAM itu apa? Mengapa meningkatkan RAM dua kali lipat bisa
menaikkan kinerja processor computer itu sedemikan bermaknanya? RAM
adalah sebuah playing ground. Tempat dimana file-file ditarik dari
hard disk dan siap untuk diaktifkan. Dioperasikan. Diolah.
Dieksekusi. Ditambah gambar ini dan itu. Meskipun kemampuan
prosesornya tinggi, namun jika RAM-nya terlampau kecil untuk
menampung file-file yang sedang diaktifkan, maka kinerja computer itu
akan menjadi sangat buruk. Dia tidak bisa menjadi computer canggih.
Manusia juga demikian. Meskipun talentanya besar. Potensi dirinya
tinggi. Namun, jika kapasitas playing ground-nya terlampau kecil
untuk menampung seluruh potensi diri itu, maka kinerjanya akan buruk
juga. Dia tidak akan bisa menjadi manusia unggul.

Ngomong-ngomong, bukankah kita seringkali berbangga hati dengan
menyebutkan bahwa; "manusia adalah super computer?" Jika klaim itu
benar adanya; bukankah seharusnya kita bisa lebih hebat dari computer
tercanggih sekalipun? Mungkin itu benar jika konteks yang kita maksud
adalah talenta atau potensi diri yang kita miliki. Sebab, kita
percaya bahwa kemampuan otak kita saja konon baru digunakan tidak
sampai 5% saja. Tetapi, jika kita berbicara tentang actualized
individual potential, maka kita harus bertanya ulang. Mengapa?
Karena, kita sudah bertemu dengan begitu banyak orang yang
sesungguhnya sangat berbakat, namun pencapaiannya tidak sampai kemana-
mana. Sebab, orang-orang ini telah membiarkan playing ground-nya
menjadi begitu kecil.

Pertanyaannya sekarang adalah; bagaimana caranya memperbesar playing
ground diri kita? Ada banyak cara. Satu, melatih diri untuk sesuatu
yang lebih tinggi. Berapa banyak dari kita yang bersedia menantang
diri sendiri untuk menguasai keterampilan- keterampilan baru?
Kenyataannya kita sudah cukup puas dengan kemampuan yang kita miliki
saat ini. Melatih diri untuk sesuatu yang baru itu menguras tenaga.
Membutuhkan waktu. Dan memerlukan komitment. Mengapa kita harus
bersusah payah begitu jika kita sudah puas dengan keadaan sekarang?

Dua, meninggalkan comfort zone. Ada banyak peluang baru dalam jarak
setengah sentimeter dari diri kita. Namun, untuk meraihnya kita harus
bersedia keluar dari zona kenyamanan kita. Mungkin kita harus
meninggalkan kestabilan menuju kepada hal yang tidak menentu untuk
sementara waktu. Kita perlu menyesuaikan diri kembali. Kita harus
merevisi asumsi-asumsi diri. Dan banyak hal lagi yang mesti kita
ubah. Tetapi, berapa banyak dari kita yang bersedia meninggalkan
comfort zone seperti itu? Jika kondisi sekarang sudah membuat kita
enak, mengapa kita harus meninggalkan kenyamanan ini untuk sesuatu
yang beresiko dan penuh teka-teki?

Tiga, bersedia membayar harganya. Ketika kita melihat orang lain
berprestasi tinggi, seringkali kita hanya melihat hasil akhirnya
saja. Yaitu, berupa pencapaian hebat orang itu. Lalu, kita
berkata; "Beruntungnya dia. Tuhan telah berbaik hati memberinya
talenta yang hebat." Kita tidak pernah tahu bahwa orang itu telah
selama bertahun-tahun mengurangi jam tidurnya. Membuang kesenangannya
bermain-main dengan game computer yang menyita begitu banyak waktu,
tenaga dan biaya itu. Memeras pikirannya. Memaksa diri untuk
berdisiplin tinggi. Dan hanya berfokus kepada hal-hal yang akan
membawanya kepada peningkatan kualitas diri secara progresif.

Kita tidak pernah mengetahui semua kerja keras yang dilakukan oleh
orang itu. Karena kita terlampau silau oleh hasil akhir yang
dicapainya, sambil sesekali menelan ludah. Yang sebenarnya terjadi
adalah; `Hanya setelah orang itu bersedia membayar semua harganya
sajalah, dia baru bisa sampai kepada pencapaian itu.' Lagi pula,
kalau pun kita tahu pahit dan sulit serta terjal berlikunya jalan
yang harus dia tempuh; belum tentu kita mau mengikuti jejak
langkahnya, bukan? Padahal, ketiga hal itulah yang sesungguhnya telah
berhasil menjadikan playing ground-nya menjadi semakin besar.
Sehingga kapasitas dirinya juga menjadi semakin besar. Semakin besar.
Dan semakin membesar. Sehingga tidak heran jika orang itu bisa
meninggalkan manusia-manusia kebanyakan jauh dibelakangnya.

Jika dalam computer kita menyebutnya RAM, bagaimana dengan manusia?
Bolehkah saya menyebutnya HAM? Ya. HAM. Human Activated Memory.
Yaitu, memory yang tersimpan dalam diri kita, yang bisa kita gunakan
untuk berurusan dengan hal-hal yang kita hadapi secara spontan.
Memori itu berbahan dasar talenta. Yaitu, potensi yang tersimpan
didalam diri kita. Betul-betul dilatih dan diolah sampai menjadi
kemampuan actual. Sehingga, kapan saja kemampuan itu dibutuhkan, kita
bisa memanggil dan mendayagunakannya secara spontan.

Anda boleh saja mengklaim diri berbakat bermain piano, misalnya.
Tapi, jika bakat itu tidak diasah dengan sungguh-sungguh. Maka klaim
anda hanya akan menjadi bualan belaka. Permainan piano anda tetap
saja jelek. Anda boleh saja mengklaim bahwa diri andalah yang paling
layak mendapatkan promosi itu, bukan pesaing anda. Karena anda
mengira bahwa anda lebih senior. Lebih pintar. Lebih rajin. Tapi,
jika klaim anda itu tidak didukung oleh kapasitas actual yang bisa
anda tunjukkan; maka anda tetap saja akan menjadi karyawan jelek. Dan
hati anda juga jelek, karena dipenuhi rasa iri.

Anda juga boleh menganggap diri sendiri kurang berbakat. Jadi, wajar
saja jika pencapaian anda biasa-biasa saja. Anda tidak dilahirkan
untuk menjadi pemenang. Karena Tuhan memberi anda begitu banyak
keterbatasan. Hey, wake up! Bangun, bung! Tidak ada manusia yang
dilahirkan tanpa keterbatasan. Dan tidak ada manusia yang dilahirkan
tanpa membawa pesan dan seoles kemampuan. Wake up and realize that
YOU; don't need to be a perfect person to succeed. YOU, just need to
accept yourself just the way you are. And start to enlarge your own
playing ground. Your Human Actualized Memory. Your HAM. Would you?

Hore,
Hari Baru!
Dadang Kadarusman
http://dkadarusman. blogspot. com/
http://www.dadangka darusman. com/

Catatan Kaki:
Bukan ketiadaan bakat yang menimbulkan masalah bagi kita. Melainkan,
kelalaian kita sendiri pada bakat-bakat yang telah kita warisi.

LENTERA JIWA



Banyak yang bertanya mengapa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin redaksi Metro TV. Memang sulit bagi saya untuk meyakinkan setiap orang yang bertanya bahwa saya keluar bukan karena ‘pecah kongsi’ dengan
Surya Paloh, bukan karena sedang marah atau bukan dalam situasi yang tidak menyenangkan. Mungkin terasa aneh pada posisi yang tinggi, dengan ‘power’ yang luar biasa sebagai pimpinan sebuah stasiun televisi berita, tiba-tiba saya mengundurkan diri.


Dalam perjalanan hidup dan karir, dua kali saya mengambil keputusan sulit. Pertama, ketika saya tamat STM. Saya tidak mengambil peluang beasiswa ke IKIP Padang. Saya lebih memilih untuk melanjutkan ke
Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta walau harus menanggung sendiri beban uang kuliah. Kedua, ya itu tadi, ketika saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Metro TV.


Dalam satu seminar, Rhenald Khasali, penulis buku Change yang saya kagumi, sembari bergurau di depan ratusan hadirin mencoba menganalisa mengapa saya keluar dari Metro TV.
‘’Andy ibarat ikan di dalam kolam. Ikannya terus membesar sehingga kolamnya menjadi kekecilan. Ikan tersebut terpaksa harus mencari kolam yang lebih besar.’’ 

Saya tidak tahu apakah pandangan Rhenald benar. Tapi, jujur saja, sejak lama saya memang sudah ingin mengundurkan diri dari Metro TV. Persisnya ketika saya membaca sebuah buku kecil berjudul Who Move My Cheese.
Bagi Anda yang belum baca, buku ini bercerita tentang dua kurcaci. Mereka hidup dalam sebuah labirin yang sarat dengan keju. Kurcaci yang satu selalu berpikiran suatu hari kelak keju di tempat mereka tinggal akan habis. Karena itu, dia selalu menjaga stamina dan kesadarannya agar jika keju di situ habis, dia dalam kondisi siap mencari keju di tempat lain. Sebaliknya, kurcaci yang kedua, begitu yakin sampai kiamat pun persediaan keju tidak akan pernah habis.


Singkat cerita, suatu hari keju habis. Kurcaci pertama mengajak sahabatnya untuk meninggalkan tempat itu guna mencari keju di tempat lain. Sang sahabat menolak. Dia yakin keju itu hanya ‘dipindahkan’ oleh seseorang dan nanti suatu hari pasti akan dikembalikan. Karena itu tidak perlu mencari keju di tempat lain. Dia sudah merasa nyaman. Maka dia memutuskan menunggu terus di tempat itu sampai suatu hari keju yang hilang akan kembali. Apa yang terjadi, kurcaci itu menunggu dan menunggu sampai kemudian mati kelaparan. Sedangkan kurcaci yang selalu siap tadi sudah menemukan labirin lain yang penuh keju. Bahkan jauh lebih banyak dibandingkan di tempat lama.


Pesan moral buku sederhana itu jelas: jangan sekali-kali kita merasa nyaman di suatu tempat sehingga lupa mengembangkan diri guna menghadapi perubahan dan tantangan yang lebih besar. Mereka yang tidak mau berubah, dan merasa sudah nyaman di suatu posisi, biasanya akan mati digilas waktu.
Setelah membaca buku itu, entah mengapa ada dorongan luar biasa yang menghentak-hentak di dalam dada. Ada gairah yang luar biasa yang mendorong saya untuk keluar dari Metro TV. Keluar dari labirin yang selama ini membuat saya sangat nyaman karena setiap hari ‘keju’ itu sudah tersedia di depan mata. Saya juga ingin mengikuti ‘lentera jiwa’ saya. Memilih arah sesuai panggilan hati. Saya ingin berdiri sendiri.


Maka ketika mendengar sebuah lagu berjudul
‘Lentera Hati’ yang dinyanyikan Nugie, hati saya melonjak-lonjak. Selain syair dan pesan yang ingin disampaikan Nugie dalam lagunya itu sesuai dengan kata hati saya, sudah sejak lama saya ingin membagi kerisauan saya kepada banyak orang.


Dalam perjalanan hidup saya, banyak saya jumpai orang-orang yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. Bahkan seorang kenalan saya, yang sudah menduduki posisi puncak di suatu perusahaan asuransi asing, mengaku tidak bahagia dengan pekerjaannya. Uang dan jabatan ternyata tidak membuatnya bahagia. Dia merasa ‘lentera jiwanya’ ada di ajang pertunjukkan musik.
Tetapi dia takut untuk melompat. Takut untuk memulai dari bawah. Dia merasa tidak siap jika kehidupan ekonominya yang sudah mapan berantakan. Maka dia menjalani sisa hidupnya dalam dilema itu. Dia tidak bahagia.

Ketika diminta untuk menjadi pembicara di kampus-kampus, saya juga menemukan banyak mahasiswa yang tidak happy dengan jurusan yang mereka tekuni sekarang. Ada yang mengaku waktu itu belum tahu ingin menjadi apa, ada yang jujur bilang ikut-ikutan pacar (yang belakangan ternyata putus juga) atau ada yang karena solider pada teman. Tetapi yang paling banyak mengaku jurusan yang mereka tekuni sekarang -- dan membuat mereka tidak bahagia -- adalah karena mengikuti keinginan orangtua.


Dalam episode Lentera Jiwa (tayang Jumat 29 dan Minggu 31 Agustus 2008), kita dapat melihat
orang-orang yang berani mengambil keputusan besar dalam hidup mereka. Ada Bara Patirajawane, anak diplomat dan lulusan Hubungan Internasional, yang pada satu titik mengambil keputusan drastis untuk berbelok arah dan menekuni dunia masak memasak. Dia memilih menjadi koki. Pekerjaan yang sangat dia sukai dan menghantarkannya sebagai salah satu pemandu acara masak-memasak di televisi dan kini memiliki restoran sendiri. ‘’Saya sangat bahagia dengan apa yang saya kerjakan saat ini,’’ ujarnya. Padahal, orangtuanya menghendaki Bara mengikuti jejak sang ayah sebagai diplomat.


Juga ada Wahyu Aditya yang sangat bahagia dengan pilihan hatinya untuk menggeluti bidang animasi. Bidang yang menghantarkannya mendapat beasiswa dari British Council. Kini Adit bahkan membuka sekolah animasi. Padahal, ayah dan ibunya lebih menghendaki anak tercinta mereka mengikuti jejak sang ayah sebagai dokter.

Simak juga bagaimana Gde Prama memutuskan meninggalkan posisi puncak sebuah perusahaan jamu dan jabatan komisaris di beberapa perusahaan. Konsultan manajemen dan penulis buku ini memilih tinggal di Bali dan bekerja untuk dirinya sendiri sebagai public speaker.

Pertanyaan yang paling hakiki adalah
apa yang kita cari dalam kehidupan yang singkat ini? Semua orang ingin bahagia. Tetapi banyak yang tidak tahu bagaimana cara mencapainya.


Karena itu, beruntunglah mereka yang saat ini bekerja di bidang yang dicintainya.
Bidang yang membuat mereka begitu bersemangat, begitu gembira dalam menikmati hidup. ‘’Bagi saya, bekerja itu seperti rekreasi. Gembira terus. Nggak ada capeknya,’’ ujar Yon Koeswoyo, salah satu personal Koes Plus, saat bertemu saya di kantor majalah Rolling Stone. Dalam usianya menjelang 68 tahun, Yon tampak penuh enerji. Dinamis. Tak heran jika malam itu, saat pementasan Earthfest2008, Yon mampu melantunkan sepuluh lagu tanpa henti. Sungguh luar biasa. ‘’Semua karena saya mencintai pekerjaan saya. Musik adalah dunia saya. Cinta saya. Hidup saya,’’ katanya.


Berbahagialah mereka yang menikmati pekerjaannya. Berbahagialah mereka yang sudah mencapai taraf bekerja adalah berekreasi. Sebab mereka sudah menemukan lentera jiwa mereka.


 source : http://www.kickandy .com/?ar_ id=MTEzOA= =#

Temukan Epifani Anda



 Apa itu epifani? Epifani didefenisikan sebagai peristiwa istimewa dalam
kehidupan seseorang yang menjadi titik balik dalam kehidupannya.
Pengaruhnya berbeda-beda, bisa negatif atau positif, bergantung pada apakah
epifaninya besar atau kecil. Contoh menarik dari sebuah epifani adalah
kisah yang dialami oleh Martin Seligman. Martin Seligman adalah seorang
profesor di bidang psikologi. Psikologi yang digelutinya dulu adalah
psikologi yang senantiasa berorientasi pada sifat-sifat buruk manusia.
Bahkan pada saat sekarang ini pun banyak pakar psikologi yang memulai
analisanya pada sifat-sifat negatif manusia. Apa yang menyebabkan manusia
berperangai buruk? Kenapa manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan
negatif? Ini adalah sebagian pertanyaan yang senantiasa menggambarkan
psikologi kita. Pada intinya manusia itu bertabiat buruk, sehingga
perilaku-perilaku aneh manusia, selalu dicari sebab-sebab negatif yang
menyebabkannya.

Psikologi senantiasa berkutat pada kekurangan-kekurangan manusia, dan
penyakit-penyakit kejiwaan. Tidak ada satu pun aliran psikologi yang
membahas dan fokus pada kekuatan-kekuatan manusia. Aliran psikologi yang
berkutat pada kelebihan-kelebihan manusia inilah, yang diusung
oleh Martin Seligman. Seperti yang telah saya gambarkan, bahwa Seligman pun
dulu bergelut dengan psikologi "negatif" hingga beliau menemukan
epifaninya. Martin Seligman kemudian mengisahkan dirinya:

Waktu itu saya sedang menyiangi taman kami bersama putri saya, Nikki, yang
berumur lima tahun. Saya harus mengakui bahwa walaupun telah
menulis sebuah buku dan banyak artikel tentang anak-anak, saya tidak
terlalu pandai menghadapi mereka. Saya berorientasi-tujuan dan hemat
waktu, dan ketika menyiangi taman, saya hanya menyiangi. Namun, Nikki
melemparkan rumput-rumput liar itu ke udara sambil menari dan
menyanyi. Oleh karena dia mengganggu, saya berteriak kepadanya, dan dia
berjalan menjauh. Beberapa menit kemudian dia kembali, dan
berkata, "Ayah, aku ingin bicara dengan Ayah."

"Ya, Nikki?"
"Ayah ingat sebelum ultahku yang ke-5? Sejak berumur 3 tahun sampai 5
tahun, aku suka merengek. Aku merengek setiap hari. Pada hari ultahku yang
ke-5, aku memutuskan untuk tidak lagi merengek. Itu hal tersulit yang
pernah kulakukan. Dan kalau aku bisa berhenti merengek, Ayah juga bisa
berhenti menjadi penggerutu."

Setelah "menemukan" epifani di atas, Martin Seligman kemudian berkata, "Ini
ilham bagi saya. Perkataan Nikki tepat sasaran. Saya memang penggerutu.
Saya telah menghabiskan lima puluh tahun hidup saya sebagian besar dengan
cuaca mendung di dalam jiwa, dan sepuluh tahun terakhir saya bagaikan awan
nimbus yang berjalan di sebuah rumah tangga yang disinari mentari. Nasib
apa pun yang saya dapatkan barangkali bukan karena saya seorang penggerutu,
lebih tepatnya saya tetap bernasib baik walaupun saya penggerutu. Pada saat
itu, saya memutuskan untuk berubah."

Dan pada akhirnya, Martin Seligman kemudian melahirkan sebuah aliran baru
dalam psikologi, yang disebutnya sebagai Psikologi Positif. Jika selama ini
psikologi selalu meneliti penyakit-penyakit kejiwaan pada manusia, maka
psikologi positif ini memfokuskan dirinya untuk meneliti kekuatan-kekuatan
dan kelebihan-kelebihan yang ada pada manusia, yang akan mengantarkan
dirinya untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan.

Kita telah melihat sebuah epifani dari Martin Seligman. Saya ingin mengajak
Anda untuk melihat sebuah epifani yang dialami oleh Malcolm.
Kisah ini dituturkan oleh Mark Victor Hansen:

"Pada suatu akhir pekan, seorang pria bernama Malcolm, bertempat tinggal di
Vancouver, mengajak tunangannya berjalan-jalan melewati hutan utama British
Columbia.

Entah bagaimana mereka terjebak di antara seekor induk beruang dan
anak-anaknya. Induk beruang itu, karena ingin melindungi anak-anaknya,
menarik dan mencengkeram tunangan Malcolm. Tinggi badan Malcolm hanya
sekitar 157 cm, sedangkan beruang itu sangat besar. Namun, dia mempunyai
keberanian dan berhasil membebaskan tunangannya. Kemudian, induk beruang
menangkap Malcolm dan mulai meremukkan setiap tulang pokok di tubuhnya.

Induk beruang mengakhiri serangan dengan menancapkan cakarnya pada wajah
Malcolm dan mencakar lurus hingga ke kepala bagian belakang.

Ajaib, ternyata Malcolm tetap hidup. Selama delapan tahun dia
berulang-ulang menjalani operasi pemulihan. Selama itu, para dokter telah
melakukan semua bedah kosmetik yang mungkin bisa mereka lakukan. Namun,
semua itu tidak cukup menolong Malcolm dan Malcolm
memandang dirinya sebagai si buruk rupa. Dia tidak ingin lagi tampil di
hadapan umum.

Oleh karena itu, pada suatu hari Malcolm naik dengan kursi rodanya ke atap
lantai-sepuluh gedung pusat rehabilitasi. Ketika sedang bersiap-
siap untuk mendorong tubuhnya melintasi batas bangunan, ayahnya muncul.
Sebelumnya, sang ayah mendengar bisikan hatinya yang menyuruh
dia untuk menemui anaknya.

Pada waktu yang tepat, sang ayah muncul di puncak tangga dan berkata,
"Malcolm, tunggu sebentar."
Mendengar suara ayahnya, Malcolm membalikkan badan di atas kursi rodanya.

Ayahnya berkata, "Malcolm, setiap manusia memiliki bekas luka di suatu
tempat yang tersembunyi dalam dirinya. Rata-rata mereka menyembunyikannya
dengan senyuman, kosmetik, dan pakaian indah. Kebetulan kau harus memakai
bekas luka itu di bagian luar. Namun, kita semua sama, Anakku. Kita
sama-sama punya luka."

Malcolm tidak lagi mampu melompat dari atap gedung itu.

Tidak lama kemudian, seorang teman membawakan beberapa rekaman kaset
mengenai motivasi. Pada salah satu kaset, dia menyimak kisah Paul
Jeffers, yang kehilangan pendengarannya pada usia empat puluh dua tahun dan
berhasil menjadi salah satu wiraniaga terkenal di dunia. Malcolm mendengar
saat Paul berkata, "Halangan diberikan kepada orang-orang biasa agar mereka
menjadi luar biasa."

Malcolm berkata pada dirinya sendiri, "Itu kan saya. Saya luar biasa!"

Malcolm harus melawan rasa takut ditolak karena fisiknya kini cacat. Dia
bangun setiap hari dengan kesadaran bahwa selalu ada kemungkinan (untuk
ditolak), namun dia tetap melangkah maju sedikit demi sedikit. Malcolm
memutuskan untuk bekerja sebagai wiraniaga asuransi ? suatu
pekerjaan yang akan menghadapkan dia pada penolakan berkali-kali setiap
hari. Dia memutuskan untuk menjadikan kekurangannya yang utama sebagai
modal.

Dia memasang foto diri pada kartu bisnisnya, dan ketika dia memberikannya
kepada orang lain, dia akan berkata, "Saya buruk rupa di luar, tetapi
ganteng di dalam jika saja Anda punya kesempatan untuk mengenal saya."

Setahun kemudian, Malcolm menjadi agen asuransi nomor satu di Vancouver.

Malcolm telah menemukan epifaninya, dan hal itu telah mengubah hidupnya.
Epifani ini adalah sejenis pembimbing. Setiap orang yang ingin sukses,
"haruslah" memiliki pembimbing. Dalam buku The One Minute Millionaire,
dijelaskan bahwa pembimbing itu tidak harus manusia. Apa pun yang membuat
Anda mengubah arah kehidupan Anda bisa berfungsi sebagai pembimbing.

Tiba-tiba saya teringat lagi sebuah epifani yang dialami oleh Huo Yuanji ?
seorang ahli Wu Shu cina, yang memopulerkan Wu Shu di dunia. Peristiwa
pertama yang mengubah hidup Huo Yuanji adalah kekalahan ayahnya ? sebagai
ahli Wu Shu ? pada pertandingan bela diri antar sesama ahli bela diri.
Sebenarnya ayahnya telah menang, akan tetapi pada pukulan terakhir, ayahnya
menahan pukulan, sehingga membuat lawannya memanfaatkan kesempatan ini
untuk membuatnya ke luar arena, hingga dinyatakan kalah. Dan inilah
kekalahan pertama ayahnya.

Kekalahan itu membuat Huo Yuanji terpukul dan bersumpah untuk tidak
terkalahkan dengan mengalahkan lawan-lawannya, dengan menggunakan kemampuan
Wu Shu, yang menjadi tradisi bela diri di keluarganya. Inilah epifani
pertama dalam hidupnya.

Pertandingan demi pertandingan dilewati dan tidak satu pun lawannya yang
mampu mengalahkannya, hingga menjadikan dirinya sombong. Ibunya sering
menasehati bahwa lawan terbesarnya adalah dirinya sendiri. Hingga suatu
ketika, kesombongan dan kepongahannya membawa dendam pada keluarga lawan
yang dibunuhnya. Dan hal ini mengakibatkan kematian ibu dan anak
tercintanya. Inilah epifani kedua dari Huo Yuanji.

Epifani itu telah membawanya ke suatu desa, dimana penduduk desa itu
mengajarkan arti hidup yang sesungguhnya pada dirinya. Huo Yuanji pun
kemudian mengubah lagi hidupnya. Dia tampil sebagai ahli bela diri Wu Shu
yang bijaksana, yang bukan mencari lawan tapi senantiasa mencari teman.
Pertandingan bela diri dijadikan untuk intropeksi diri, melihat
kekurangan-kekurangan dirinya untuk kemudian diperbaiki. Ia
telah memahami nasehat ibunya untuk mengalahkan diri sendiri, dan telah
memahami kenapa ayahnya dulu tidak jadi melanjutkan pukulannya
di saat ayahnya hampir menang.

Huo Yuanji telah beberapa kali mengalami epifani. Dan, setiap epifani telah
menjadi pengubah dan pelajaran bagi hidupnya. Saya sendiri pun
telah mengalami epifani. Menurut saya epifani itu bukanlah peristiwa yang
dicari-cari. Anda tidak harus bertanding dengan beruang untuk menjadi
seperti Malcolm. Anda tidak harus menjadi penggerutu dan memiliki anak yang
menegur Anda untuk menjadi seperti Seligman. Begitu pula Anda tidak harus
menjadi ahli bela diri Wu Shu yang sombong untuk menjadi seperti Huo
Yuanji. Yang perlu Anda lakukan adalah membuka pikiran Anda untuk
senantiasa memperhatikan detil-detil kehidupan Anda. Karena boleh jadi
epifani itu terjadi ketika Anda membaca sebuah buku, atau mungkin ketika
Anda membaca artikel sederhana ini. Temukan Epifani Anda dengan senatiasa
membuka pikiran Anda setiap saat!


<Sumber: Temukan Epifani Anda oleh Syahril Syam>