This blog is my library, mostly from other people's articles and only few are mine. I will re-read when I have time or whenever I want to
Wednesday, June 17, 2015
Lihat, Betapa Ajaibnya Rumus Matematika Ini
TRIBUNJOGJA.COM - Semua ilmu datangnya dari Tuhan, begitu juga Matematika di bawah ini. Kalau tidak percaya, silakan hitung sendiri !
1 x 8 + 1 = 9
12 x 8 + 2 = 98
123 x 8 + 3 = 987
1234 x 8 + 4 = 9876
12345 x 8 + 5 = 98765
123456 x 8 + 6 = 987654
1234567 x 8 + 7 = 9876543
12345678 x 8 + 8 = 98765432
123456789 x 8 + 9 = 987654321
1 x 9 + 2 = 11
12 x 9 + 3 = 111
123 x 9 + 4 = 1111
1234 x 9 + 5 = 11111
12345 x 9 + 6 = 111111
123456 x 9 + 7 = 1111111
1234567 x 9 + 8 = 11111111
12345678 x 9 + 9 = 111111111
123456789 x 9 + 10 = 1111111111
9 x 9 + 7 = 88
98 x 9 + 6 = 888
987 x 9 + 5 = 8888
9876 x 9 + 4 = 88888
98765 x 9 + 3 = 888888
987654x 9 + 2 = 8888888
9876543 x 9 + 1 = 88888888
98765432 x 9 + 0 = 888888888
Sumber : http://jogja.tribunnews.com/2014/12/22/lihat-betapa-ajaibnya-rumus-matematika-ini
Mengharukan! Kisah Pilu Si Pakar Matematika Jalanan Cari Ilmu
Tribun Jogja/Hamim Thohari
Subagyo sejak bulan November 2014 yang lalu mencoba menawarkan jasa yang terbilang unik yakni jasa garap soal matematika.
Laporan Reporter Tribun Jogja, M Resya Firmansyah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Keterbatasan fisik tidak membuat Subagyo, penyedia jasa penggarapan soal matematika lantas malas berusaha. Hanya beralasa sebuah meja, ia biasa menghabiskan waktu berjam-jam untuk melahap soal matematika yang disenanginya itu.
Saat ditemui Tribun Jogja, Rabu malam (21/1/2015) di rumahnya, Subagyo menceritakan kisah panjang hidupnya.
Subagyo (60) sejak kecil memang sudah hidup dalam keterbatasan. Ayahnya meninggal ketika ia masih anak-anak, sedang ibunya hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Untuk dapat sekolah, awalnya ia dibiayai oleh nenek dan pamannya.
Ia mengenyam pendidikan menengah dasarnya di SMP Negeri 1 Kutoarjo. Saat itu ia tinggal bersama neneknya. Namun karena suatu hal, ia putus sekolah dan memutuskan untuk ke Yogyakarta. Di Yogya, ia tinggal bersama pamannya dan bekerja sebagai perajin perak.
“Dulu apa aja saya lakuin, Mas. Tujuannya cuma satu, supaya saya dapat melanjutkan sekolah,” ungkapnya.
Saat ia bekerja di toko perak itu, ia sempat berkenalan dengan Kepala SMP Muhammadiyyah 7 Yogyakarta. Pada suatu ketika, Subagyo kepada Kepala SMP Muhammadiyyah 7 mengungkapkan ingin melanjutkan sekolahnya. Namun karena usia Subagyo telah menginjak 21 tahun serta memiliki keterbatasan fisik, kepala sekolah itu sempat menolak.
Tetapi karena Subagyo setiap hari gigih dan menunjukkan semangat belajarnya yang tinggi, alhasil kepala sekolah itu luluh. Subagyo pun diizinkan mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah itu.
Kesempatan ini ia gunakan sebaik-baiknya. Walaupun di sekolah ia kerap diejek dan dijauhi, Subagyo tidak mempedulikan. Tujuannya di sana untuk sekolah, Subagyo tetap mengesampingkan ejekan dan tetap belajar.
“Pernah suatu ketika mental saya down. Saya bilang ke kepala sekolah kalau saya sering dihina. Tetapi, kepala sekolah bilang ke saya kalau digodhok (direbus) itu ya panas. Tapi nanti kamu bakal menikmati sendiri hasilnya di akhir,” kenangnya.
Dengan berpegang teguh perkataan kepala sekolahnya itu, Subagyo akhirnya lulus dari sekolah itu dengan status nilai tertinggi kedua di sekolah. Setelahnya, ia melanjutkan pendidikan menengah atasnya tanpa kendala dan mengantongi ijazah SMA Negeri 8 Yogyakarta dengan nilai tertinggi.
“Saat SMA juga sama seperti SMP, Mas. Saya ikhlas nggak jajan, yang penting bisa sekolah,” katanya.
Masuk UGM
Setelah lulus SMA, Subagyo mengaku sempat diterima di Jurusan Teknik Sipil – Universitas Islam Indonesia dengan sumbangan termurah. Tetapi karena sehari setelahnya ada pengumuman dari UGM bahwa ia diterima, akhirnya Subagyo memilih kuliah di UGM.
Saat kuliah, Subagyo menjalani segala macam profesi untuk memenuhi kebutuhannya. Dari mulai menjadi wartawan lepas, berdagang bakso, hingga membuka jasa iklan. Semuanya ia jalani sendirian.
Namun karena segala keterbatasannya tersebut, Subagyo memilih tidak melanjutkan kuliah dan mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya.
Sampai sekarang, Subagyo masih mempunyai keinginan untuk dapat kuliah lagi. Ketika menyampaikan keinginannya itu kepada Tribun Jogja, mata Subagyo terlihat berair.
“Saya selalu meminjam buku-buku teman saya, baik yang S-2 maupun S-3. Saya bisa mengerjakan kok. Doakan moga bapak bisa kuliah lagi ya,” ujarnya. (tribunjogja.com)
Sumber : http://jogja.tribunnews.com/2015/01/22/mengahurkan-kisah-pilu-si-pakar-matematika-jalanan-cari-ilmu
-o0o-
“Saya ini kan sudah berumur 60 tahun. Jadi saya harus mengasah otak saya supaya masih mau buat mikir. Selain itu, kurikulum sekarang sama dulu kan beda. Jadi saya harus menyesuaikan dengan belajar lagi,” katanya.
Tempat usaha Subagyo hanya berupa meja berukuran setengah meter kali setengah meter yang letaknya di trotoar. Sembari menunggu pelanggan datang, ia mengerjakan soal yang sudah ia bawa dari rumah.
Subagyo mengaku dalam mengerjakan soal kadang ia lupa waktu. Biasanya ia berhenti jika kepalanya mulai pening.
“Saya pernah saking asyiknya menghabiskan 1 buku tulis untuk menulis jawaban soal. Anak saya yang biasanya heran,” ujar pria difabel ini sambil terkekeh.
Sejauh ini, belum ada masyarakat umum yang menggunakan jasa Subagyo. Jika ada yang datang, biasanya hanya tanya-tanya. Meski demikian, pria yang mengidolakan Menteri Susi Pudjiastuti ini tetap sabar. (tribunjogja.com)
Sumber : http://jogja.tribunnews.com/2015/01/21/subagyo-terus-berlatih-dengan-soal-matematika
-o0o-
Laporan Reporter Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Bermodalkan sebuah meja kecil berukuran 1x1 meter, Subagyo (60) dengan sabar menunggu siapa saja yang kesulitan mengerjakan soal metematika dan membutuhkan bantuanya.
Menempati emperan Kantor Pos Kotagede, Yogyakarta, Subagyo sejak bulan November 2014 yang lalu mencoba menawarkan jasa yang terbilang unik yakni jasa garap soal matematika.
Ditengah keterbatasan fisik, Subagyo tidak menyerah terhadap keadaan dan berusaha menghidupi seorang istri dan dua orang anaknya. Diceritakannya, ide untuk menjual jasa mengerjakan soal matematika datang ketika dia mengetahui dari televisi ada penjual jasa penerjemah bahasa Inggris dan Belanda di pinggir jalan.
"Jika ada yang menjual jasa menerjemahkan bahasa asing, kemungkinan jasa mengerjakan soal matematika juga akan ada peminatnya," cerita Subagyo saat di temui di tempatnya menjajakan jasa, Selasa (20/1/2015),
Dijelaskanya, dia memilih jasa pengerjaan soal matematika karena sejak duduk di bangku SMP dirinya menyukai ilmu eksak khususnya matematika. Saat ini dia menerima pengerjaan soal dari pendidikan jenjang SD hingga SMA.
Pekerjaan yang saat ini dilakukanya sebagai salah satu usaha untuk tetap dapat menghidupi keluarga dan dua orang anaknya yang masih sekolah. Apalagi usaha advertising kecil-kecilan yang digeluti sejak tujuh tahun yang lalu sedang lesu.
Kuliah UGM
Kemampuanya dalam ilmu matematika dia dapat dari bangku pendidikan. Bahkan Subagyo pernah mengenyam pendidikan hingga bangku kuliah, yakni di Teknik Kimia UGM.
"Kerena beragam hambatan, termasuk hambatan biaya, saya tidak bisa menyelesaikan kuliah saya," ujar Subgyo.
Untuk bisa mengerjakan soal-soal matematika dari jenjang SD hingga SMA, dia harus terus belajar. Tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah, karena sejak awal dirinya sudah mencintai ilmu matematika.
Dengan menggunakan motor tuanya jenis Astrea 700 yang telah dimodif menjadi motor roda tiga, setiap pagi pukul 06:00 Subagyo berangkat dari rumahnya yang terletak di Pleret Bantul.
Hingga hampir dua bulan dirinya mencoba peruntungan tersebut, dirinya masih mengaku belum banyak orang yang memakai jasanya.
Untuk tiap soal yang dia kerjakan dirinya mematok tarif mulai dari Rp5 ribu hingga Rp10 ribu. Karena menggeluti pekerjaan yang terbilang unik, Subagyo pernah diundang di salah satu acara televisi nasional. (tribunjogja.com)
Sumber : http://jogja.tribunnews.com/2015/01/20/pekerjaan-unik-penjual-jasa-garap-soal-matematika
-o0o-
Laporan Reporter Tribun Jogja, M Resya Firmansyah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Subagyo, si penyedia jasa garap soal matematika mengaku sadar punya kemampuan lebih di mata pelajaran matematika sejak masih duduk di bangku SMP.
Saat ujian, ia mendapat nilai 9. Hal itulah yang membuatnya yakin membuat jasa penggarapan soal matematika di samping Kantor Pos Kotagede, Yogyakarta.
“Saya dulu SMP-nya di SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Awalnya saya suka mata pelajaran yang berhubungan dengan bahasa. Tetapi ketika saya mendapatkan nilai 9 ini, mulailah saya bercita-cita menjadi insinyur. Alhamdulillah impian saya terwujud, saya bisa kuliah di Jurusan Teknik Kimia UGM,” ujarnya kepada Tribun Jogja, Rabu (21/1/2015).
Namun Subagyo juga mengaku kecewa tidak dapat melanjutkan studi S-2 karena keterbatasan fisik & finansial. Padahal, ada beberapa teman seangkatannya menjadi doktor dan profesor yang kini mengajar di Fakultas Teknik - Universitas Gadjah Mada.
“Teman-teman saya yang sekarang menjadi Dosen di UGM ada Dr Edia Rahayuningsih, Dr Sarto, dan Prof Arif Darmawan. Mereka contoh teman saya yang sukses karena melanjutkan studi,” kata bapak dua anak ini.
Walaupun teman seangkatannya banyak yang sukses, Subagyo mengaku teman-temannya itu tidak melupakannya. “Waktu ada pertemuan alumni saya diundang. Mereka memberi saya jaket & bantuan uang,” tambahnya. (tribunjogja.com)
Sumber : http://jogja.tribunnews.com/2015/01/21/subagyo-teman-seangkatan-saya-sekarang-jadi-doktor-dan-profesor
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Keterbatasan fisik tidak membuat Subagyo, penyedia jasa penggarapan soal matematika lantas malas berusaha. Hanya beralasa sebuah meja, ia biasa menghabiskan waktu berjam-jam untuk melahap soal matematika yang disenanginya itu.
Saat ditemui Tribun Jogja, Rabu malam (21/1/2015) di rumahnya, Subagyo menceritakan kisah panjang hidupnya.
Subagyo (60) sejak kecil memang sudah hidup dalam keterbatasan. Ayahnya meninggal ketika ia masih anak-anak, sedang ibunya hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Untuk dapat sekolah, awalnya ia dibiayai oleh nenek dan pamannya.
Ia mengenyam pendidikan menengah dasarnya di SMP Negeri 1 Kutoarjo. Saat itu ia tinggal bersama neneknya. Namun karena suatu hal, ia putus sekolah dan memutuskan untuk ke Yogyakarta. Di Yogya, ia tinggal bersama pamannya dan bekerja sebagai perajin perak.
“Dulu apa aja saya lakuin, Mas. Tujuannya cuma satu, supaya saya dapat melanjutkan sekolah,” ungkapnya.
Saat ia bekerja di toko perak itu, ia sempat berkenalan dengan Kepala SMP Muhammadiyyah 7 Yogyakarta. Pada suatu ketika, Subagyo kepada Kepala SMP Muhammadiyyah 7 mengungkapkan ingin melanjutkan sekolahnya. Namun karena usia Subagyo telah menginjak 21 tahun serta memiliki keterbatasan fisik, kepala sekolah itu sempat menolak.
Tetapi karena Subagyo setiap hari gigih dan menunjukkan semangat belajarnya yang tinggi, alhasil kepala sekolah itu luluh. Subagyo pun diizinkan mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah itu.
Kesempatan ini ia gunakan sebaik-baiknya. Walaupun di sekolah ia kerap diejek dan dijauhi, Subagyo tidak mempedulikan. Tujuannya di sana untuk sekolah, Subagyo tetap mengesampingkan ejekan dan tetap belajar.
“Pernah suatu ketika mental saya down. Saya bilang ke kepala sekolah kalau saya sering dihina. Tetapi, kepala sekolah bilang ke saya kalau digodhok (direbus) itu ya panas. Tapi nanti kamu bakal menikmati sendiri hasilnya di akhir,” kenangnya.
Dengan berpegang teguh perkataan kepala sekolahnya itu, Subagyo akhirnya lulus dari sekolah itu dengan status nilai tertinggi kedua di sekolah. Setelahnya, ia melanjutkan pendidikan menengah atasnya tanpa kendala dan mengantongi ijazah SMA Negeri 8 Yogyakarta dengan nilai tertinggi.
“Saat SMA juga sama seperti SMP, Mas. Saya ikhlas nggak jajan, yang penting bisa sekolah,” katanya.
Masuk UGM
Setelah lulus SMA, Subagyo mengaku sempat diterima di Jurusan Teknik Sipil – Universitas Islam Indonesia dengan sumbangan termurah. Tetapi karena sehari setelahnya ada pengumuman dari UGM bahwa ia diterima, akhirnya Subagyo memilih kuliah di UGM.
Saat kuliah, Subagyo menjalani segala macam profesi untuk memenuhi kebutuhannya. Dari mulai menjadi wartawan lepas, berdagang bakso, hingga membuka jasa iklan. Semuanya ia jalani sendirian.
Namun karena segala keterbatasannya tersebut, Subagyo memilih tidak melanjutkan kuliah dan mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya.
Sampai sekarang, Subagyo masih mempunyai keinginan untuk dapat kuliah lagi. Ketika menyampaikan keinginannya itu kepada Tribun Jogja, mata Subagyo terlihat berair.
“Saya selalu meminjam buku-buku teman saya, baik yang S-2 maupun S-3. Saya bisa mengerjakan kok. Doakan moga bapak bisa kuliah lagi ya,” ujarnya. (tribunjogja.com)
Sumber : http://jogja.tribunnews.com/2015/01/22/mengahurkan-kisah-pilu-si-pakar-matematika-jalanan-cari-ilmu
-o0o-
Subagyo Terus Berlatih Dengan Soal Matematika
Laporan Reporter Tribun Jogja, M Resya Firmansyah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sudah lebih dari sebulan Subagyo Ja’far Shadiq membuka jasa mengerjakan soal matematika di sebelah selatan Kantor Pos Kotagede Yogya. Saat Tribun Jogja mendatangi lapak sederhananya, Rabu (21/1/2015), Subagyo tampak asik mengerjakan soal matematika di hadapannya.“Saya ini kan sudah berumur 60 tahun. Jadi saya harus mengasah otak saya supaya masih mau buat mikir. Selain itu, kurikulum sekarang sama dulu kan beda. Jadi saya harus menyesuaikan dengan belajar lagi,” katanya.
Tempat usaha Subagyo hanya berupa meja berukuran setengah meter kali setengah meter yang letaknya di trotoar. Sembari menunggu pelanggan datang, ia mengerjakan soal yang sudah ia bawa dari rumah.
Subagyo mengaku dalam mengerjakan soal kadang ia lupa waktu. Biasanya ia berhenti jika kepalanya mulai pening.
“Saya pernah saking asyiknya menghabiskan 1 buku tulis untuk menulis jawaban soal. Anak saya yang biasanya heran,” ujar pria difabel ini sambil terkekeh.
Sejauh ini, belum ada masyarakat umum yang menggunakan jasa Subagyo. Jika ada yang datang, biasanya hanya tanya-tanya. Meski demikian, pria yang mengidolakan Menteri Susi Pudjiastuti ini tetap sabar. (tribunjogja.com)
Sumber : http://jogja.tribunnews.com/2015/01/21/subagyo-terus-berlatih-dengan-soal-matematika
-o0o-
Pekerjaan Unik: Penjual Jasa Garap Soal Matematika
Laporan Reporter Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Bermodalkan sebuah meja kecil berukuran 1x1 meter, Subagyo (60) dengan sabar menunggu siapa saja yang kesulitan mengerjakan soal metematika dan membutuhkan bantuanya.
Menempati emperan Kantor Pos Kotagede, Yogyakarta, Subagyo sejak bulan November 2014 yang lalu mencoba menawarkan jasa yang terbilang unik yakni jasa garap soal matematika.
Ditengah keterbatasan fisik, Subagyo tidak menyerah terhadap keadaan dan berusaha menghidupi seorang istri dan dua orang anaknya. Diceritakannya, ide untuk menjual jasa mengerjakan soal matematika datang ketika dia mengetahui dari televisi ada penjual jasa penerjemah bahasa Inggris dan Belanda di pinggir jalan.
"Jika ada yang menjual jasa menerjemahkan bahasa asing, kemungkinan jasa mengerjakan soal matematika juga akan ada peminatnya," cerita Subagyo saat di temui di tempatnya menjajakan jasa, Selasa (20/1/2015),
Dijelaskanya, dia memilih jasa pengerjaan soal matematika karena sejak duduk di bangku SMP dirinya menyukai ilmu eksak khususnya matematika. Saat ini dia menerima pengerjaan soal dari pendidikan jenjang SD hingga SMA.
Pekerjaan yang saat ini dilakukanya sebagai salah satu usaha untuk tetap dapat menghidupi keluarga dan dua orang anaknya yang masih sekolah. Apalagi usaha advertising kecil-kecilan yang digeluti sejak tujuh tahun yang lalu sedang lesu.
Kuliah UGM
Kemampuanya dalam ilmu matematika dia dapat dari bangku pendidikan. Bahkan Subagyo pernah mengenyam pendidikan hingga bangku kuliah, yakni di Teknik Kimia UGM.
"Kerena beragam hambatan, termasuk hambatan biaya, saya tidak bisa menyelesaikan kuliah saya," ujar Subgyo.
Untuk bisa mengerjakan soal-soal matematika dari jenjang SD hingga SMA, dia harus terus belajar. Tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah, karena sejak awal dirinya sudah mencintai ilmu matematika.
Dengan menggunakan motor tuanya jenis Astrea 700 yang telah dimodif menjadi motor roda tiga, setiap pagi pukul 06:00 Subagyo berangkat dari rumahnya yang terletak di Pleret Bantul.
Hingga hampir dua bulan dirinya mencoba peruntungan tersebut, dirinya masih mengaku belum banyak orang yang memakai jasanya.
Untuk tiap soal yang dia kerjakan dirinya mematok tarif mulai dari Rp5 ribu hingga Rp10 ribu. Karena menggeluti pekerjaan yang terbilang unik, Subagyo pernah diundang di salah satu acara televisi nasional. (tribunjogja.com)
Sumber : http://jogja.tribunnews.com/2015/01/20/pekerjaan-unik-penjual-jasa-garap-soal-matematika
-o0o-
Subagyo: Teman Seangkatan Saya Sekarang Jadi Doktor dan Profesor
Laporan Reporter Tribun Jogja, M Resya Firmansyah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Subagyo, si penyedia jasa garap soal matematika mengaku sadar punya kemampuan lebih di mata pelajaran matematika sejak masih duduk di bangku SMP.
Saat ujian, ia mendapat nilai 9. Hal itulah yang membuatnya yakin membuat jasa penggarapan soal matematika di samping Kantor Pos Kotagede, Yogyakarta.
“Saya dulu SMP-nya di SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Awalnya saya suka mata pelajaran yang berhubungan dengan bahasa. Tetapi ketika saya mendapatkan nilai 9 ini, mulailah saya bercita-cita menjadi insinyur. Alhamdulillah impian saya terwujud, saya bisa kuliah di Jurusan Teknik Kimia UGM,” ujarnya kepada Tribun Jogja, Rabu (21/1/2015).
Namun Subagyo juga mengaku kecewa tidak dapat melanjutkan studi S-2 karena keterbatasan fisik & finansial. Padahal, ada beberapa teman seangkatannya menjadi doktor dan profesor yang kini mengajar di Fakultas Teknik - Universitas Gadjah Mada.
“Teman-teman saya yang sekarang menjadi Dosen di UGM ada Dr Edia Rahayuningsih, Dr Sarto, dan Prof Arif Darmawan. Mereka contoh teman saya yang sukses karena melanjutkan studi,” kata bapak dua anak ini.
Walaupun teman seangkatannya banyak yang sukses, Subagyo mengaku teman-temannya itu tidak melupakannya. “Waktu ada pertemuan alumni saya diundang. Mereka memberi saya jaket & bantuan uang,” tambahnya. (tribunjogja.com)
Sumber : http://jogja.tribunnews.com/2015/01/21/subagyo-teman-seangkatan-saya-sekarang-jadi-doktor-dan-profesor
Subscribe to:
Posts (Atom)