Friday, December 30, 2011

Beyond Belief

Untuk mengetahui isi pembahasan pada buku Beyond Belief dapat dibaca di  http://pejot1joshy.multiply.com/journal/item/4



AKu dan Segala Ke-ego-anku


Beyond Belief : the translation

KATA PENGANTAR
(Dari penterjemah)
Terima kasih saya ucapkan kepada dukungan teman-teman yang saya hormati dan kasihi, dalam upaya saya untuk menterjemahkan buku Beyond Belief ini ke dalam bahasa Indonesia. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Yang Mulia Bhante A L De Silva, pengarang buku Beyond Belief, dan Three Gem Publications atas ijin yang beliau berikan untuk menterjemahkan karangan beliau ini.
Tujuan menterjemahkan buku Beyond Belief - Di Luar Batas Kepercayaan ini ke dalam bahasa Indonesia adalah untuk semua kalangan dari semua agama, dan dikhususkan untuk teman-teman se-Dhamma.
Semoga versi terjemahan ini dapat membantu saudara-saudari se-Dhamma dalam memperkuat keyakinan akan kebenaran yang diajarkan Sang Tathagata, mengurangi dan atau menghilangkan kesalahpahaman terhadap ajaran Sang Buddha, juga menuntun kita ke kehidupan beragama yang penuh toleransi dan saling menghormati.
Munculnya ketekadan untuk menyebarkan agama Kristiani telah menimbulkan berbagai macam respon dari pihak non-Kristen. Itikad baik untuk menyebarkan agama itu ternyata diwarnai oleh penggunaan cara yang sepihak seperti mengkritik atau bahkan menghina ajaran maupun umat dari agama lain.
Perlu kiranya dimengerti juga oleh kita semua bahwa buku Beyond Belief - Di Luar Batas Kepercayaan ini tidak dimaksudkan untuk menjelek-jelekkan agama-agama yang lain, terutama agama Kristen ataupun Katolik. Dalam skenario terburuk, anggaplah kritik-kritik di dalam buku ini sebagai alat untuk menyeimbangkan kenyataan di mana ajaran Sang Buddha telah dikritik tanpa penyelidikan yang seksama dan objektif. Sekiranya aspek mengkritik dalam buku ini adalah justru penampilan isi Alkitab yang ditanggapi oleh seorang Bhikkhu dengan kemampuan analisa yang sangat objektif dan masuk akal, disertai dengan studi perbandingan isi Alkitab dengan ajaran-ajaran Sang Buddha dalam aspek-aspek yang cukup luas dan teliti.
Saya juga mengikutsertakan catatan-catatan kecil untuk mengiringi dan melengkapi argumen yang ditampilkan oleh Bhante A L De Silva. Sekaligus mengingatkan bahwa Tuhan itu tidak ada, dan penyampaian kata Tuhan ini adalah untuk penjelasan tentang konsep yang dianut oleh orang Kristen tentang Tuhan. Konsep Tuhan bagi orang Buddha adalah lain.
Terjemahan-terjemahan Alkitab tidaklah dilakukan, melainkan dikutip langsung dari Alkitab bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan untuk tidak menciptakan kesalahpahaman dan atau perbedaan antara terjemahan Alkitab dengan terjemahan penterjemah.
Terjemahan-terjemahan ayat-ayat dari Kitab Suci Tipitaka lainnya lebih sulit didapat dalam bahasa Indonesia. Penterjemah dalam hal ini telah berupaya keras untuk menterjemahkan kata
demi kata dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya perpindahan pengartian yang terlalu berlapis.
Kutipan sutta-sutta Sang Buddha juga akan ditampilkan secara penuh dalam bahasa Inggris untuk menghindari kecurigaan. Sehingga para pembaca bisa melihat bahwa arti terjemahan dalam bahasa Indonesia telah dilakukan dengan sangat seksama dan akurat.
Harapan saya, dengan adanya terjemahan ini, semoga tidak dipakai untuk:
Mencela agama-agama lain
Terlibat dalam perdebatan dan atau permusuhan antar umat beragama
Menciptakan ketegangan dan hilangnya rasa hormat satu sama lain.
Tapi lebih diharapkan, buku ini untuk dapat berperan dalam:
Meneguhkan kebenaran prinsip dan pegangan hidup kita
Merangsang keingintahuan yang positif sehingga membuat orang yang membaca (terutama umat Buddha) untuk datang, menyelidiki dan membuktikan kebenaran Dhamma, ajaran Sang Buddha
Munculnya toleransi dan rasa hormat dalam diri kita semua supaya kehidupan di dunia ini lebih damai dan harmonis.
Namo Buddhaya, Halim
Sydney, 20 September 2000
Kalama Sutta
 Pada jaman sekarang, seperti halnya pada masa Sang Buddha Gautama masih hidup, banyak orang yang merasa bingung oleh begitu banyaknya kepercayaan agama yang dibabarkan oleh guru-guru agama yang mengagungkan ajaran-ajaran masing-masing. Dan masing-masing dari guru-guru agama tersebut pulalah yang mencela ajaran -ajaran satu sama lain. Ceramah di bawah ini diberikan oleh Sang Buddha ketika Beliau ditanya oleh para Kalama (penduduk dari Kesaputta) yang merasa bingung oleh banyaknya jumlah agama pada waktu itu.
Sang Buddha mengatakan:
Janganlah menerima sesuatu berdasarkan desas-desus (misalnya: berpikir bahwa apa yang kita dengarkan adalah benar karena sudah sering di dengar dalam jangka waktu yang lama)
Janganlah menerima sesuatu atas dasar tradisi (misalnya: tradisi yang disalurkan dari generasi yang satu ke generasi yang lain)
Janganlah menerima sesuatu atas dasar kabar angin (misalnya: mempercayai kata-kata orang lain tanpa penyelidikan yang benar)
Janganlah menerima sesuatu hanya karena sesuatu itu tertera di dalam kitab sucimu
Janganlah menerima sesuatu hanya karena anggapan/perkiraan belaka
Janganlah menerima sesuatu hanya karena kesimpulan belaka
Janganlah menerima sesuatu hanya karena mempertimbangkan penampilan belaka
Janganlah menerima sesuatu hanya karena sesuatu itu sesuai dengan pemahamanmu dari awal
Janganlah menerima sesuatu hanya karena sesuatu itu dianggap bisa diterima (misalnya: harus diterima)
Janganlah menerima sesuatu karena sesuatu itu diucapkan oleh orang yang kita hormati
Akan tetapi, setelah analisa dan penyelidikan yang cermat, kalian menemukan sesuatu yang sejalan dengan, dan mengakibatkan kebaikan serta baik untuk kepentingan satu dan semua, maka terimalah ajaran tersebut dan hiduplah sesuai ajaran tersebut.


DAFTAR ISI
1. PRAKATA
2. KRITIK TERHADAP ARGUMEN ORANG KRISTEN BAHWA TUHAN ITU ADA
3. MENGAPA TUHAN TIDAK MUNGKIN ADA
4. TUHAN ATAU BUDDHA - SIAPA YANG TERTINGGI ?
5. KENYATAAN DAN FIKSI DI DALAM KEHIDUPAN YESUS
6. KRITIK TERHADAP ISI ALKITAB
7. AJARAN SANG BUDDHA - ALTERNATIVE YANG MASUK AKAL
8. BAGAIMANA KITA MENJAWAB PERTANYAAN PARA PENYEBAR INJIL
9. KESIMPULAN



1. PRAKATA

Tujuan dari buku ini ada 3 macam. Yang pertama, buku ini ditujukan untuk menguji pernyataan-pernyataan
yang dibuat oleh para fundamentalis, evangelis (penyebar Injil) dan Kristen karismatik,
dan dengan demikian menyorot problem-problem logika, filosofi, etis yang mereka artikan dalam
kehidupan agama Kristen. Dalam melakukan hal ini saya berharap untuk dapat menampilkan
fakta-fakta kepada umat Buddha, supaya bisa dipakai sebagai pedoman sewaktu anda (umat
Buddha) diajak untuk berpindah agama. Buku ini sebisa mungkin membuat pertemuan antar dua
umat ini menjadi lebih seimbang, dan semoga bisa mempertahankan keyakinan akan ajaran Sang
Buddha. Kenyataannya adalah banyak umat Buddha yang tahu sangat sedikit akan ajaran agama
sendiri, dan juga tidak tahu akan ajaran agama Kristen - yang mana justru menimbulkan kesulitan 
bagi umat Buddha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan orang-orang Kristen atau untuk
menyangkal pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh orang-orang Kristen.


Tujuan kedua dari buku ini adalah untuk membantu umat Kristiani yang mungkin membacanya,
supaya mengerti mengapa ada orang yang tidak, dan tidak akan pernah, menjadi umat Kristen.
Semoga, dengan adanya pengertian ini bisa membantu mereka untuk menerima keputusan umat
Buddha. Semoga pula dengan adanya penerimaan keputusan ini bisa menciptakan persahabatan
yang tulus dengan umat Buddha daripada bersahabat dikarenakan mereka adalah teman yang
berpotensi untuk diajak pindah agama. Dalam upaya untuk mencapai tujuan kedua ini, saya telah
mengajukan sebanyak mungkin pertanyaan-pertanyaan sulit, pertanyaan-pertanyaan itu lebih dari
sekedar pertanyaan yang kita jumpai sehari-hari. Kalau kelihatannya saya terkadang terlalu keras
dalam upaya saya mencapai tujuan ini, saya harap ini tidak diartikan bahwa saya digerakkan oleh
kedengkian. Saya dulunya adalah seorang umat Kristen untuk beberapa tahun dan sampai
sekarang masih mempunyai rasa hormat yang tulus, dan bahkan kekaguman atas beberapa
aspek Kristiani. Bagi saya, ajaran Yesus justru merupakan tahap yang penting dalam kepindahan
saya ke agama Buddha. Dan oleh karenanya saya menjadi umat Buddha yang lebih baik daripada
kalau saya menjadi pemeluk agama Buddha tanpa latar belakang Kristen. Akan tetapi, ketika para
fundamentalis, penyebar Injil dan Kristen karismatik menyatakan bahwa ajaran agama merekalah
yang benar, dan berusaha untuk menanamkan keyakinan mereka kepada orang lain, maka
mereka haruslah bersiap sedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya akan pertanyakan
tentang agama mereka (Kristen).


Tujuan ketiga dari buku ini adalah untuk membangkitkan para umat Buddhis untuk mencapai
keyakinan dan penghargaan yang lebih dalam kepada agama mereka sendiri. Di beberapa
negara Asia, Buddhisme diajarkan sebagai suatu tahyul yang sudah kadaluarsa, sedangkan
agama Kristen dianggap sebagai agama yang mempunyai semua jawaban. Seiring dengan
tumbuhnya pengaruh Barat di negara-negara Asia tersebut, kehidupan Kristen dengan kesan
"modern"-nya mulai kelihatan lebih menarik. Saya yakin buku ini akan menunjukkan secara luas
bahwa ajaran agama Buddha dapat mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan Kristiani yang sulit
dijawab oleh orang Kristen. Dan pada saat yang sama, menawarkan penjelasan-penjelasan
Buddhis tentang teka-teki kehidupan secara jelas, dan membuat jawaban dan penjelasan Kristen
menjadi tidak rasional.


Beberapa kalangan Buddhis mungkin tidak setuju terhadap buku seperti ini, atas dasar keyakinan
bahwa ajaran agama Buddha yang halus dan toleran sudah seyogyanya menahan diri dari upaya
mengkritik agama lain. Akan tetapi Sang Buddha tidaklah mengajarkan demikian. Di dalam
Mahaparinibbana Sutta, beliau mengatakan bahwa murid-muridNya selayaknya "mengajarkan
Dhamma, menyampaikan Dhamma, membangun Dhamma, menguraikan Dhamma, menyelidiki
Dhamma, menerangkan Dhamma, dan dapat bertindak dalam Dhamma untuk menyangkal ajaran-ajaran
yang salah yang telah muncul." Penyelidikan dan kritik yang cermat adalah sangat penting
dalam membantu memisahkan kebenaran dari ketidakbenaran, sehingga kita dapat berada di
dalam posisi yang lebih baik untuk memilih di antara "dua dan enam puluh sekte yang saling
bertentangan." Kritik terhadap agama lain hanyalah menjadi tidak pantas ketika kritik itu
didasarkan atas penyajian keliru yang disengaja, atau kritik itu menurun menjadi suatu upaya
untuk menjelek-jelekkan satu sama lain. Saya harap saya telah menghindari penyajian keliru yang
disengaja dan saling menjelekkan.
A. L De Silva.
 

2. KRITIK TERHADAP ARGUMEN ORANG KRISTEN BAHWA TUHAN ITU ADA.
 
Orang-orang Kristen sering menyatakan bahwa Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Tahu itu
ada dan mengontrol seluruh isi alam semesta. Beberapa argumen dipakai untuk membuktikan ide
ini. Kita akan menguji argumen-argumen tersebut dan menampilkan sangkalan Buddhis terhadap
argumen tersebut.
 

Tingkat Kebenaran dari Alkitab
 

Ketika diminta untuk membuktikan keberadaan Tuhan, seorang Kristen akan membuka Alkitab
dan berkata,"Injil mengatakan Tuhan ada, maka Tuhan pasti ada." Akan tetapi, kenyataannya jika
kita menanyakan pertanyaan yang sama kepada seorang Hindu, Islam, Sikh atau Yahudi, maka
mereka pun akan menunjukkan kitab suci mereka sebagai bukti keberadaan Tuhan. Mengapa kita
harus percaya kepada Alkitab? Mengapa kita tidak bisa percaya pada isi kitab suci agama lain?
Penggunaan Alkitab untuk menunjukkan keberadaan Tuhan hanyalah mutlak JIKA Alkitab berisi
kata-kata Tuhan. Akan tetapi, kita tidak mempunyai bukti nyata bahwa Alkitab berisi firman Tuhan.
Pada bab-bab yang selanjutnya akan kita buktikan secara kuat bahwa Alkitab adalah dokumen
yang sangat tidak bisa dipercaya.
 

Keberadaan Alam Semesta
 

Dalam usaha mereka untuk membuktikan keberadaan Tuhan, orang Kristen terkadang
berkata,"Alam semesta ini tidak terjadi begitu saja, seseorang pastilah menciptakan alam semesta
ini, maka haruslah ada yang kita sebut Tuhan Sang Pencipta." Argumen ini memiliki kesalahan
yang sangat besar. Ketika hari mulai hujan, kita tidak pernah bertanya,"Siapa yang membuat
hujan ini?" karena kita tahu bahwa hujan ini tidak dikarenakan oleh seseorang, akan tetapi hujan
ini dikarenakan oleh sesuatu - fenomena alam seperti panas, penguapan, pengendapan dalam
bentuk awan, dsb. Ketika kita melihat batu yang halus di sungai, kita tidak bertanya,"Siapakah
yang memoles batu-batu itu?" karena kita tahu bahwa permukaan batu yang halus itu tidak
dikarenakan oleh seseorang, akan tetapi dikarenakan oleh sesuatu - kejadian-kejadian alam
seperti gesekan pasir dan air.


Semua kejadian-kejadian alam (hujan, batu halus) ini terjadi oleh sesuatu atau beberapa sebab,
tapi sebab itu bukanlah sebuah mahluk. Sama halnya dengan alam semesta ini - tidak diciptakan

oleh Tuhan, tapi oleh fenomena alam seperti gravitasi, kelembaman, pembelahan bintang, dsb.
Akan tetapi, meskipun kalau kita percaya perlunya keberadaan mahluk yang lebih tinggi untuk
menerangkan terjadinya alam semesta, bukti apa yang bisa dipakai untuk menjelaskan bahwa
mahluk yang lebih tinggi itu adalah Tuhan orang-orang Kristen? MUNGKIN SAJA, alam semesta
ini diciptakan oleh Tuhan Hindu, Tuhan Islam atau salah satu Tuhan yang dipuja oleh
agama-agama lain. Pada akhirnya, semua agama mengklaim bahwa tuhan mereka yang
menciptakan alam semesta ini. Jadi bukan hanya orang Kristen saja yang bisa mengklaim seperti
itu.


Bagian 2
 

Argumen Tentang Penciptaan dan Rancangan
 

Untuk menjawab sangkalan di atas, orang Kristen akan mempertahankan pendapatnya bahwa
alam semesta ini tidak terjadi begitu saja, tetapi keberadaan alam semesta ini adalah hasil
penciptaan dan desain yang sempurna. Orang Kristen juga mungkin akan mengatakan bahwa
adanya mahluk Maha pintar yang disebut Tuhan yang mendesain dan menciptakan alam semesta
ini berikut semua urutan penciptaan dan keseimbangannya. Akan tetapi seperti sebelumnya, ada
beberapa masalah yang muncul dari argumen di atas.


Pertama, bagaimana seorang Kristen bisa tahu bahwa Tuhan-nya yang melatarbelakangi
penciptaan seluruh isi alam semesta ini? Mungkin saja tuhan-tuhan lain yang bukan Kristen yang
menciptakan dan mendesain alam semesta ini.


Kedua, bagaimana seorang Kristen bisa tahu bahwa hanya 1 Tuhan yang mendesain semua ini?
Kenyataannya, alam semesta ini begitu kompleks dan ruwet sehingga kita boleh saja berpendapat
bahwa beberapa, atau berlusin-lusin tuhan terlibat dalam rancangan alam semesta ini. Kalau
sekiranya ada argumen tentang penciptaan alam semesta, maka banyak tuhan yang terlibat lebih
masuk akal daripada hanya 1 tuhan saja seperti yang diutarakan oleh orang Kristen.


Yang berikutnya, kita juga harus menanyakan, apakah alam semesta ini dirancang secara
sempurna? Kita harus menanyakan ini karena kalau Tuhan yang Maha Sempurna yang
merancang dan menciptakan alam semesta ini, maka alam semesta ini juga harus sempurna.


Marilah kita teliti secara seksama fenomena benda tak hidup. Hujan memberikan kita air murni
untuk diminum, akan tetapi terkadang hujan yang terlalu deras menimbulkan banjir dan
menyebabkan orang kehilangan nyawa, rumah, dan mata pencaharian. Terkadang malahan tidak
hujan sama sekali sehingga jutaan orang meninggal karena kemarau dan kelaparan yang
berkepanjangan. Apakah ini yang disebut rancangan yang sempurna? Gunung-gunung menjulang
ke angkasa yang indah sedap dipandang mata. Akan tetapi tanah longsor dan gunung meletus
yang terjadi dari abad ke abad telah menimbulkan banyak kerugian dan kematian. Apakah ini
yang disebut rancangan yang sempurna? Hembusan angin yang sejuk memang menyenangkan,
akan tetapi badai dan topan telah seringkali menyebabkan kehancuran dan hilangnya banyak
nyawa. Apakah ini yang disebut rancangan yang sempurna? Hal-hal di atas dan malapetaka alam
membuktikan secara nyata bahwa fenomena benda tak hidup tidak mencerminkan kesempurnaan
rancangan alam semesta sehingga mereka tidak diciptakan oleh satu tuhan yang sempurna.


Sekarang marilah kita lihat fenomena benda hidup untuk membuktikan apakah mereka juga
mencerminkan rancangan yang sempurna. Sekilas pandangan yang dangkal memperlihatkan
bahwa alam kelihatan indah dan penuh harmoni; semua mahluk hidup berkecukupan dan masingmasing
mempunyai tugas di dunia ini. Akan tetapi, semua ilmuwan biologi menyatakan dan
membenarkan bahwa alam ini sangatlah kejam. Untuk bertahan hidup, mahluk hidup yang satu
harus memakan mahluk hidup yang lain, dan harus berusaha untuk menghindarkan diri dari
menjadi mangsa mahluk yang lain. Di alam ini, tidak ada secuilpun waktu untuk berbelas kasihan,
cinta kasih ataupun pengampunan. Kalau Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang
merancang semua ini, mengapa Ia menciptakan rancangan yang demikian kejamnya? Dunia
binatang bukanlah satu-satunya rancangan yang tidak sempurna dari sudut pandang etis. Mahluk
hidup juga tidak sempurna karena seringkali terjadi kesalahan yang tak masuk akal.


Setiap tahun jutaan bayi dilahirkan dengan cacat mental dan atau anggota tubuh, atau meninggal
dalam kandungan, atau bahkan meninggal di saat baru saja dilahirkan. Mengapa Tuhan yang
Sempurna mau menciptakan hal-hal buruk itu?


Jadi, kalau ada rancangan di alam semesta ini, kebanyakan dan sebagian besar dari rancangan
itu adalah tidak sempurna dan kejam. Kenyataan di atas menandakan bahwa alam semesta ini
tidak diciptakan oleh Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Sempurna.


(Catatan dari penterjemah: Baca juga ayat Kejadian 6:5-7 yang mencantumkan bahwa TUHAN
menyesal atas ciptaanNya. Dan bahwa Ia akan menghapus manusia yang telah Ia ciptakan
maupun hewan-hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara karena Ia
menyesal bahwa Ia telah menjadikan mereka.)
 

Argumen Sebab Yang Pertama

Terkadang orang-orang Kristen akan mengatakan bahwa semuanya terjadi pasti ada penyebab
utamanya, dan Tuhan adalah penyebab utama semua itu. Argumen yang sudah tua ini justru
menunjukkan kelemahanNya sendiri. Karena jika semuanya yang terjadi mempunyai sebab
utama, maka sebab utama itu sendiri juga harus mempunyai sebab utama.


Problema berikutnya dari argumen ini adalah secara logika, kita tidak mempunyai alasan untuk
berasumsi bahwa segala sesuatu memiliki sebab utama. Mungkin enam, sepuluh atau tiga ratus
sebab terjadi secara bersamaan yang menyebabkan semuanya ini.


Keajaiban-keajaiban


Orang-orang Kristen mengklaim bahwa keajaiban dan mukjizat seringkali dilakukan dalam nama
Tuhan membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Argumen ini sangat menarik dan mempesona, sampai
kita lihat secara lebih dekat lagi.


Orang-orang Kristen akan dengan cepat menyatakan bahwa doa-doa mereka telah membuat
orang buta untuk bisa melihat kembali, yang tuli bisa mendengar, dan yang pincang bisa berjalan
normal. Akan tetapi mereka tidak dengan segera memperlihatkan bukti-bukti nyata untuk
mendukung pernyataan mereka tersebut. Bahkan, beberapa orang-orang Kristen sangat ingin
membuktikan bahwa doa-doa mereka menimbulkan mukjizat, mereka mengutarakan banyak
klaim-klaim kosong, omong besar dan secara sadar berbohong, tanpa memperhatikan kenyataan
dan kebenaran yang ada.


Memang mukjizat terjadi di beberapa upacara keagamaan - akan tetapi mukjizat itu tidak terjadi di
dalam agama Kristen saja. Orang-orang Hindu, Islam, Taoisme dan semua orang dari berbagai
agama juga menyatakan Tuhan atau tuhan-tuhan mereka juga menampilkan keajaiban-keajaiban.
Tentu saja kaum Kristen tidak memonopoli terjadinya mukjizat maupun keajaiban. Kalau mukjizat
yang dilakukan dalam nama Tuhan orang Kristen membuktikan bahwa Tuhan itu ada, maka
mukjizat yang dilakukan oleh agama lain juga sudah secara logika membuat kita berkesimpulan
bahwa tuhan-tuhan dari agama lain juga juga ada.


Orang-orang Kristen bisa mencoba untuk mengatasi kenyataan ini dengan mengklaim bahwa,
ketika mukjizat terjadi di dalam agama lain, mukjizat itu dilakukan dalam nama Iblis. Mungkin cara
terbaik untuk menjawab klaim ini adalah untuk mengambil salah satu isi Alkitab. Ketika Yesus
menyembuhkan orang sakit, lawan-lawanNya menuduhNya melakukan penyembuhan itu melalui
perantaraan Iblis. Yesus menjawab bahwa menyembuhkan orang yang sakit menimbulkan
kebaikan, dan jika Iblis berbuat kebaikan, maka Iblis akan menghancurkan dirinya sendiri. (Markus
3:22-26). Maka hal yang sama juga bisa dikatakan bahwa keajaiban-keajaiban dalam agama lain
adalah untuk kebaikan, bagaimana mungkin keajaiban itu dilakukan dalam nama Iblis?


Argumen Tentang Pentingnya Tuhan


Orang-orang Kristen akan sering berkata bahwa hanya dengan percaya kepada Tuhanlah, orang
akan mempunyai kekuatan untuk menghadapi banyak problema kehidupan, dan dengan demikian
kepercayaan kepada Tuhan itu adalah sangat penting. Klaim-klaim seperti ini ternyata didukung
oleh banyak buku yang ditulis oleh orang-orang Kristen yang telah bebas dalam mengatasi
berbagai macam krisis kehidupan melalui nama Tuhan. Beberapa dari buku itu memuat inspirasi
bagi si pembaca. Pernyataan bahwa hanya dengan pertolongan Tuhanlah seseorang dapat
mengatasi semua masalah hidup kedengarannya sangatlah meyakinkan - sampai akhirnya kita
selami lebih dalam.


Kalau klaim di atas benar, kita akan siap untuk melihat bahwa orang-orang yang tidak beragama
Kristen hidup dalam kesulitan emosional, kebingungan dan keputusasaan, sedangkan semua
orang Kristen yang percaya pada Tuhan akan selalu sukses mengatasi semua kendala tanpa
perlu bantuan dari dokter jiwa atau konsultasi. Akan tetapi kenyataan yang tidak bisa dihindari
bahwa pemeluk-pemeluk agama-agama lain, bahkan orang-orang yang tidak mempunyai agama
sama sekali juga bisa hidup dengan tabah dan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan hidup
seperti halnya orang Kristen. Bahkan banyak dari orang non-Kristen itu yang lebih mampu
melewati masalah-masalah hidup dengan lebih baik daripada orang Kristen. Juga sering kita
temui orang-orang Kristen yang kehilangan kepercayaannya kepada Tuhan setelah terkena
begitu banyak persoalan pribadi yang serius. Sehingga kita bisa berkesimpulan bahwa
kepercayaan kepada Tuhan merupakan suatu hal yang penting, adalah hal yang tidak punya
dasar sama sekali.


Argumen "Setelah Mencoba Lalu Menyangkal Diri Sendiri"


Ketika orang-orang Kristen tidak bisa membuktikan keberadaan Tuhan dengan bukti-bukti lemah
yang meragukan, mereka akan merubah taktik mereka dan berkata,"Mungkin memang tidak bisa
dibuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi anda juga tidak bisa membuktikan bahwa Tuhan itu tidak
ada." Tentu saja pernyataan ini benar adanya. Anda tidak bisa membuktikan keberadaan
tuhan-tuhan dari banyak agama lain juga. Dalam kata lain, meskipun telah banyak omong besar,
pernyataan yang penuh keyakinan, klaim-klaim luar biasa, tetap saja tidak ada bukti nyata bahwa
Tuhan orang Kristen itu ada, maupun tuhan-tuhan dari agama lain.


Bagian 3


Pengakuan Yang Dibuat


Setelah semuanya gagal, orang-orang Kristen akhirnya akan mencoba untuk meyakinkan kita
bahwa Tuhan itu ada dengan pernyataan-pernyataan yang mengharukan. Orang-orang yang
menyatakan dengan penuh haru tersebut akan berkata,"Saya dulunya sangat tidak bahagia, tapi
setelah saya menyerahkan hidup saya ke tangan Tuhan, hidup saya menjadi bahagia dan penuh
ketenangan." Pengakuan-pengakuan seperti ini sangatlah menyentuh hati, tapi apakah
pengakuan-pengakuan itu bisa buktikan? Jutaan orang non-Kristen hidup dalam kehidupan yang
bahagia dan berarti setelah mereka menjalankan ajaran agama Buddha, Hindu atau Islam.


Bahkan pula, tidak bisa disangkal bahwa banyak orang yang hidupnya tidak berubah lebih baik
sedikitpun meskipun mereka menjadi Kristen, begitu pula dengan hidup yang tidak lebih baik bagi
beberapa orang-orang yang menganut agama lain. Pada akhirnya, pendapat atau argumen ini
tetap tidak membuktikan keberadaan Tuhan orang Kristen.


3. MENGAPA TUHAN TIDAK MUNGKIN ADA.


Kita telah melihat bahwa argumen-argumen yang digunakan untuk membuktikan keberadaan
Tuhan itu tidaklah pantas. Sekarang kita akan menunjukkan bahwa Tuhan yang Maha Tahu,

 Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Kuasa seperti yang dimiliki oleh orang Kristen itu tidak
mungkin ada.


Problema Kebebasan Kehendak


Untuk menghidupi kehidupan beragama yang berarti, kita harus memiliki kebebasan kehendak,
kita harus bisa memilih yang baik dan yang buruk. Kalau kita tidak memiliki kebebasan kehendak,
kita tidak dapat bertanggungjawab atas kelakuan kita sendiri.


Menurut orang-orang Kristen, Tuhan itu Maha Tahu. Dia tahu masa yang lampau, masa
sekarang, dan semua di masa yang akan datang. Kalau benar demikian, maka Tuhan pasti sudah
tahu semua yang kita mau kerjakan jauh sebelum kita perbuat. Ini berarti seluruh hidup kita sudah
di tentukan sebelumnya, dan kita bertindak bukanlah atas dasar kebebasan kehendak, tetapi kita
telah ditentukan untuk berbuat apa yang kita perbuat. Kalau kita sebelumnya sudah ditentukan
untuk menjadi orang baik, maka kita akan menjadi baik, dan bila kita sebelumnya ditentukan untuk
menjadi buruk, maka kita akan menjadi orang buruk/jahat. Kita tidak akan berbuat atas dasar
kebebasan kehendak kita, akan tetapi kita berbuat atas dasar apa yang telah Tuhan tentukan.
Meskipun orang Kristen tetap memaksakan bahwa adanya kebebasan kehendak, ke-Maha
Tahu-an Tuhan justru membuat hal ini mustahil untuk dimengerti. Injil (Alkitab) pun menyatakan
bahwa orang hanya akan berbuat apa yang telah ditentukan oleh Tuhan.


Kalau orang berbuat jahat, ini dikarenakan Tuhan telah memilih mereka untuk berbuat jahat
(Roma 1:24-28) dan Tuhan pulalah yang membuat mereka untuk tidak menuruti perintahNya
(Roma 11:32). Kalau mereka tidak mengerti firman-firman Tuhan, itu dikarenakan Tuhan telah
membuat otak mereka tumpul dan bodoh (Roma 11:8) dan menyebabkan mereka untuk
membandel (Roma 9:18). Tuhan mencegah penyebaran ajaran Nasrani di beberapa tempat
(Kisah Para Rasul 16:6-7) dan Dia menentukan segala sesuatu jauh hari sebelum semuanya
terjadi, kapan seorang itu akan dilahirkan, kapan orang itu akan mati. (Kisah Para Rasul 17:26).
Mereka yang akan diselamatkan telah terpilih sebelum asal mulanya waktu.(2 Timotius 1:9;
Efesus1 ayat 11). Jika seorang mempunyai keyakinan dan kemudian diselamatkan, keyakinan itu
berasal dari Tuhan, bukan dari usaha mereka sendiri (Efesus 2:9-10). Salah satu dari kita akan
bertanya,"Kalau Tuhan telah secara sebelumnya menentukan apa yang kita lakukan. Bagaimana
mungkin Tuhan menjatuhkan tanggungjawab tindakan kita ke atas diri kita sendiri?" Tetapi Alkitab
mempunyai jawaban untuk pertanyaan ini.


"Sekarang kamu akan berkata kepadaku: "Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkan-Nya?
Sebab siapa yang menentang kehendak-Nya?" Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu
membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah
engkau membentuk aku demikian?" Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah
liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia
dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?


Jadi kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya,Allah menaruh kesabaran
yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang disiapkan untuk kebinasaan." (Roma
9:19-22)


Jadi ternyata di dalam ajaran Kristiani, jalan hidup seseorang dan takdir adalah sepenuhnya ulah
Tuhan. Dan sebagai manusia kita tidak punya hak untuk mengeluh tentang apa yang telah Tuhan
putuskan untuk kita. Ide di mana semuanya telah ditentukan dengan ide bahwa Tuhan itu Maha
Tahu memang tampak sejalan, tetapi ide tersebut tidak masuk akal ke dalam konsep usaha untuk
berbuat kebaikan atau menghindari kejahatan.


Problema Tentang Kejahatan


Mungkin argumen yang paling kuat untuk menangkis keberadaan Tuhan yang Maha Pengasih
dan Maha Tahu adalah kenyataan yang tak bisa dipungkiri bahwa dunia ini terlalu banyak
penderitaan. Kalau Tuhan yang penuh cinta itu benar-benar Maha Kuasa, mengapa Dia tidak
membinasakan semua kejahatan dan iblis? Orang-orang Kristen akan mencoba untuk menjawab
pertanyaan ini dengan berbagai cara.


Yang pertama, mereka akan mengatakan bahwa kejahatan itu disebabkan oleh manusia, bukan
oleh Tuhan. Dan jika saja manusia mau mengikuti firman-firman Tuhan, maka tidak mungkin akan
ada yang menderita kesakitan ataupun kejahatan. Meskipun memang benar jika kejahatan seperti
perang, pemerkosaan, pembunuhan dan eksploitasi dapat disalahkan kepada mahluk manusia,
akan tetapi manusia tidak mungkin bisa disalahkan akan jutaan nyawa yang melayang setiap
tahun yang disebabkan oleh gempa bumi, banjir, penyakit menular, dan bencana alam yang mana
adalah kejadian alam. Bahkan kenyataannya, menurut Alkitab, kuman-kuman yang menyebabkan
penyakit yang mengerikan seperti TBC, polio, kolera, lepra, dan semua kesedihan, kecacatan dan
penderitaan yang ditimbulkan telah diciptakan Tuhan sebelum Tuhan menciptakan manusia.
(Kejadian 1:11-12) (Catatan dari penterjemah: Lihat juga Kejadian 1:24)


Cara lain yang orang-orang Kristen akan coba terangkan tentang kejahatan adalah semua
kejahatan yang menimbulkan penderitaan itu adalah hukuman Tuhan atas dosa manusia yang
tidak mau mengikuti perintah-perintahNya. Ini berarti semua hal-hal buruk hanya terjadi kepada
orang-orang yang jahat. Tentu saja ini tidak benar! Kita sering mendengar banyak wabah
penyakit yang parah atau bencana menimpa orang-orang baik, termasuk orang Kristen yang taat.
Begitu juga kita sering sekali mendengar bahwa banyak orang-orang jahat yang sering
mendapatkan keberuntungan dan keberhasilan. Maka tidak mungkin bisa dikatakan bahwa
kejahatan dan penderitaan yang ditimpakan adalah cara Tuhan menghukum manusia yang
berdosa.


Selanjutnya, orang-orang Kristen akan mengatakan bahwa Tuhan membiarkan kejahatan untuk
muncul di dunia karena dia mau memberikan kebebasan kepada semua orang untuk memilih
antara kebaikan atau kejahatan. Bagi yang memilih kebaikan, akan terselamatkan. Maka mereka

akan berdalih, kejahatan itu diciptakan untuk mencoba umat manusia. Dalam pandangan sekilas,
pernyataan di atas terlihat cukup masuk akal.


Jika seseorang (katakan si A) melihat orang lain yang dipukuli oleh orang jahat, A mempunyai
pilihan untuk membiarkan kejadian pemukulan itu terjadi (A berbuat kejahatan) atau memutuskan
untuk menolong si korban pemukulan (A berbuat kebaikan). Jika A bersedia menolong si korban,
maka A telah melewati pencobaan itu dengan melakukan perbuatan baik. Seperti yang telah
dibahas sebelumnya, Tuhan yang Maha Tahu sudah tahu perbuatan apa yang A akan pilih (baik
atau buruk), untuk apa lagi Tuhan menguji A atau kita semua? Dan juga, jika penderitaan dan
kejahatan diciptakan untuk menguji kita manusia, tidak bisakah Tuhan yang Maha lembut dan
Pengasih memikirkan cara yang lebih lembut dan yang tidak begitu menyakitkan? Mengapa
Tuhan yang Maha Adil dan Penyayang tega menimbulkan penderitaan kepada seseorang hanya
untuk menguji kebaikan atau keburukan orang lain?


Beberapa orang Kristen akan berusaha membebaskan Tuhan dari kesalahan karena menciptakan
kejahatan dengan mengatakan kejahatan itu tidak diciptakan oleh Tuhan, melainkan diciptakan
oleh Iblis. Pernyataan ini mungkin saja benar, tetapi jika Tuhan begitu Maha Pengasih dan
Penyayang, mengapa Tuhan tidak mencegah Iblis menyebarkan kejahatan? Perlu juga diketahui,
siapa yang menciptakan Iblis? Tentu saja Tuhanlah yang menciptakan Iblis.


(Catatan dari penterjemah: Pernah diceritakan bahwa Iblis adalah bekas malaikat di surga yang
melawan perintah Allah, sehingga dibuang dari surga, ke manakah Iblis di buang? Hanya ada 2
tempat, neraka dan bumi. Kalau Tuhan Maha Sempurna, mengapa Tuhan bisa menciptakan
malaikat yang membelot? Kalau Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang, mengapa Tuhan
membiarkan Iblis berkeliaran di dunia - yang notabene adalah tempat hidup ciptaanNya yang
paling Dia kasihi? Kalau Tuhan Maha Kuat, mengapa Iblis itu tidak dimusnahkan saja? Dan hanya
dibuang? Sangatlah tidak masuk akal, Tuhan akhirnya harus mengutus anakNya untuk mati dan
menebus dosa manusia akibat ulah iblis yang Dia biarkan berkeliaran di dunia.)


Sampai ke tahap seperti ini, orang-orang Kristen akan merasa putus asa dengan mencoba
berpindah dari argumen logika ke argumen fungsi/pragmatik. Orang Kristen tersebut dalam upaya
terakhirnya akan mengatakan meskipun penderitaan itu ada di dunia ini, kita bisa menggunakan
penderitaan itu untuk membangkitkan keteguhan hati dan kesabaran. Pernyataan ini memang
benar, tetapi tetap saja pernyataan ini tidak bisa menjelaskan mengapa Tuhan yang Maha
Pengasih dan Pencinta membiarkan banyak bayi tak berdosa untuk mati, pemakai jalan yang tak
bersalah untuk tertabrak mati dalam kecelakaan, dan penderita penyakit kusta untuk menderita
kesakitan dan cacat? Kenyataan yang ada adalah, telah muncul terlalu banyak penderitaan yang
tidak perlu ada. Semua penderitaan yang ada di dunia (penyakit, bencana alam, bayi yang
meninggal, kelaparan berkepanjangan) membuktikan sekali lagi bahwa Tuhan yang Maha
Pengasih, Penyayang, Adil, Sempurna itu tidak pernah ada.


Bagian 4


Untuk Apa Mencipta? Apa Tujuan Dari Penciptaan?


Orang-orang Kristen mengklaim bahwa Tuhan itu Maha Sempurna, dan Dia itu Sempurna dalam
segala hal. Tapi, jika Tuhan memang benar Sang Pencipta, pernyataan di bawah akan
membuktikan bahwa Tuhan itu tidak sempurna. Marilah kita lihat dan buktikan bersama.
Sebelum Tuhan menciptakan alam semesta ini, yang ada hanyalah kekosongan dan kehampaan -
tidak ada matahari, tidak ada bumi, tidak ada orang, tidak ada kebaikan maupun kejahatan, tidak
ada penderitaan. Yang ada hanyalah Tuhan yang Maha Sempurna di mata orang Kristen. Jadi,
jika Tuhan itu sempurna dan hanya ada kesempurnaan sebelum diciptakannnya alam semesta,
apa gerangan yang menggerakkan Tuhan untuk menciptakan alam semesta dan
ketidaksempurnaan ke dalam seluruh ciptaanNya? Apakah karena Tuhan itu bosan dan tidak
punya kerjaan? Apakah karena Tuhan merasa kesepian dan ingin didoakan dan dipuja?


Menurut orang-orang Kristen, Tuhan menciptakan semuanya karena cintaNya yang besar kepada
manusia. Tapi ini adalah mustahil! Tuhan tidak mungkin bisa mencintai manusia sebelum manusia
itu tercipta. Sama halnya seorang wanita tidak mungkin bisa mencintai anaknya jika wanita itu
tidak mengandung dan melahirkan anaknya. Keinginan dan kebutuhan Tuhan untuk mencipta
telah menjelaskan bahwa Tuhan sangat tidak puas dengan segala sesuatu sebelum penciptaan.
Ketidakpuasan Tuhan itu telah membuktikan bahwa Tuhan itu tidak sempurna (kalau Tuhan ada).


Orang-orang Kristen mungkin akan mengatakan Tuhan menciptakan secara spontan tanpa
keinginan ataupun kebutuhan untuk mencipta. Pernyataan seperti ini hanyalah membuktikan
bahwa penciptaan alam semesta ini sama sekali tidak ada tujuannya, dan tidak ada rencana
dibalik penciptaan alam semesta ini. Tuhan macam apa yang menciptakan segala sesuatu tanpa
perencanaan dan tujuan? Tentu saja bukan Tuhan yang Maha Pengasih dan Pencipta.


Problema Tuhan Yang Tak Terlihat


Orang-orang Kristen selalu mengklaim bahwa Tuhan menginginkan kita untuk percaya
kepadaNya sehingga kita bisa terselamatkan. Kalau Tuhan mau kita percaya, mengapa Tuhan
tidak membuat mukjizat sehingga bisa terlihat oleh semua orang supaya semua orang bisa
percaya? Mungkin orang Kristen akan menjawab, Tuhan ingin kita percaya dengan iman, bukan
dengan pandangan mata. Tetapi Alkitab sendiri mengatakan bahwa di masa yang lampau Tuhan
melakukan mukjizat yang paling luar biasa dan sering kali memunculkan diriNya di dalam
kehidupan manusia dengan tujuan supaya manusia bisa melihat dan percaya kepadaNya. Kalau
Tuhan menampakkan diriNya atau mukjizatNya di masa lampau, mengapa Tuhan tidak
menampakkan diriNya atau mukjizatNya di masa kini?


(Catatan dari penterjemah: Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan begitu banyaknya
pertentangan antara ilmu pengetahuan dan isi Alkitab, maka sudah lebih masuk akal bila Tuhan

lebih memperlihatkan diriNya dan melakukan mukjizat di jaman sekarang. Tapi mukjizat dan
diriNya tidak pernah muncul. Ini membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada sama sekali.)


Orang-orang Kristen akan berkata bahwa Tuhan melakukan mukjizat dan keajaiban di masa
sekarang, misalnya dengan penyembuhan, membantu memecahkan masalah pribadi, dan
sebagainya. Tapi manusia yang bandel dan jahat menolak untuk percaya. Sedangkan keajaibankeajaiban
yang dikumandangkan itu bersifat kecil dan pribadi, sehingga lebih menimbulkan
keraguan daripada kepercayaan. Kalau Tuhan melakukan mukjizat yang luar biasa dan luas,
manusia mau tidak mau harus percaya. Tapi mukjizat itu tidak pernah ada
Bahkan menurut Alkitab, orang-orang Israel berkelana di gurun pasir selama 40 tahun lamanya,
dan Tuhan memberi mereka makan dengan menjatuhkan makanan dari langit (Keluaran 16:4). Di
tahun 1980-an, jutaan umat Kristen di Ethiopia mati secara perlahan-lahan karena kemarau yang
panjang. Tuhan mempunyai kesempatan emas untuk kembali menjatuhkan makanan dari langit,
seperti yang diutarakan di Alkitab, untuk membuktikan keberadaan diriNya dan membuktikan
cintaNya yang besar kepada manusia. Orang-orang Buddha akan mengatakan bahwa Tuhan
tidak ada sama sekali.


4. TUHAN ATAU BUDDHA - SIAPA YANG PALING TINGGI?


Orang-orang Kristen memandang Tuhan sebagai pencipta dan penguasa. Sedangkan umat
Buddha memandang Buddha sebagai panutan dan teladan untuk dicontoh. Meskipun umat
Kristen belum pernah melihat Tuhan, mereka mengklaim bahwa mereka mengenal Tuhan melalui
percakapan mereka dengan Tuhan lewat doa dan lewat perasaan bahwa Tuhan itu hadir. Umat
Kristen juga mengklaim mereka bisa mengetahui kehendak Tuhan dengan membaca firmanfirmanNya
yang tercantum di Alkitab.


Orang Buddhis tidak berdoa kepada ataupun mengakui adanya Tuhan. Satu-satunya cara orang
Buddhis mendengar faham ketuhanan adalah melalui Alkitab. Akan tetapi kalau orang-orang
Buddhis membaca Alkitab tentang Tuhan, mereka seringkali terkejut. Mengapa terkejut? Karena
Tuhan yang tercantum di Alkitab sangat berbeda dengan Tuhan yang disebut-sebut oleh orang
Kristen.


Umat Buddha menolak faham ketuhanan yang ditawarkan oleh orang Kristen karena faham itu
tidak masuk akal dan tidak bisa ada buktinya. Faham itu ditolak oleh umat Buddhis juga karena
Tuhan yang mereka baca melalui Alkitab dan yang mereka dengar melalui orang Kristen itu
terlihat lebih rendah daripada panutan dan teladan mereka, Sang Buddha. Kita akan membuktikan
secara tuntas Tuhan yang tercantum di dalam Alkitab, dan membandingkan Tuhan orang Kristen
dengan apa yang dicantumkan oleh Tipitaka (Kitab suci umat Buddha) tentang Sang Buddha.
Pembuktian ini akan menunjukkan secara nyata dan jelas, tanpa keragu-raguan, superioritas
moral Sang Buddha.


Perbandingan Rupa


Tuhan itu rupanya seperti apa? Dalam Alkitab tertulis bahwa Tuhan menciptakan manusia sesuai
dengan rupa Tuhan (Kejadian 1:26) oleh karena itu kita bisa mengasumsi bahwa rupa Tuhan
adalah seperti manusia. Tertulis pula di Alkitab bahwa Tuhan mempunyai tangan (Keluaran
15:12), lengan (Ulangan 11:2), jari (Mazmur 8:4) dan wajah (Ulangan 13:17). Dia tidak suka
manusia melihat wajahNya, akan tetapi dia tidak keberatan jika manusia melihat punggungNya.
"Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku
tidak akan kelihatan." (Keluaran 33:23)


Akan tetapi meskipun Tuhan kelihatannya mempunyai rupa manusia, pada beberapa kesempatan,
Tuhan sering terlihat tidak berbeda dengan rupa buruk dari patung-patung yang sering kita lihat di
pintu masuk kelenteng Chinese maupun India. Contohnya, api keluar dari badan Tuhan.
"Api menjalar di hadapan-Nya, dan menghanguskan para lawan-Nya sekeliling" (Mazmur 97:3)
"Allah kita datang dan tidak akan berdiam diri, di hadapan-Nya api menjilat, sekeliling-Nya bertiup
badai yang dahsyat." (Mazmur 50:3)


"Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut di hadapan TUHAN tentang nasib buruk mereka,
dan ketika TUHAN mendengarnya bangkitlah murka-Nya, kemudian menyalalah api TUHAN di
antara mereka dan merajalela di tepi tempat perkemahan." (Bilangan11:1)
Ketika Tuhan marah yang mana tampaknya dia seringkali marah, asap dan api keluar dari
tubuhNya.


"Ketika aku dalam kesesakkan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta
tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke
telinga-Nya. Lalu goyang dan guncanglah bumi, dan dasar-dasar gunung gemetar dan goyang,
oleh karena menyala-nyala murkanya. Asap membumbung dari hidung-Nya, api menjilat keluar
dari mulut-Nya, bara menyala keluar dari pada-Nya." (Mazmur 18:7-9)


Bagian 5


Ketika Nabi Yehezkiel melihat Tuhan yang disertai oleh malaikat disampingNya, dia
menggambarkan mereka terlihat seperti yang tertulis di bawah ini (Yehezkiel 1:4-21)
"Lalu aku melihat, sungguh, angin badai bertiup dari utara, dan membawa segumpal awan yang
besar dengan api yang berkilat-kilat dan awan itu dikelilingi oleh sinar; di dalam, ditengah-tengah
api itu kelihatan seperti suasa mengkilat. Dan di tengah-tengah itu juga ada yang menyerupai
empat makhluk hidup dan beginilah kelihatannya mereka: mereka menyerupai manusia, tetapi
masing-masing mempunyai empat muka dan pada masing-masing ada pula empat sayap. Kaki
mereka adalah lurus dan telapak kaki mereka seperti kuku anak lembu; kaki-kaki ini mengkilap
seperti tembaga yang baru . Pada keempat sisi mereka di bawah sayap-sayapnya tampak tangan

manusia. Mengenai muka dan sayap mereka berempat adalah begini: mereka saling menyentuh
dengan sayapnya; mereka tidak berbalik kalau berjalan, masing-masing berjalan lurus ke depan.
Muka mereka kelihatan begini: Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka singa di
sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di belakang. Sayap-sayap mereka
dikembangkan ke atas; mereka saling menyentuh dengan sepasang sayapnya dan sepasang
sayap yang lain menutupi badan mereka. Masing-masing berjalan lurus ke depan; ke arah mana
roh itu hendak pergi, ke sanalah mereka pergi, mereka tidak berbalik kalau berjalan. Ditengah
makhluk-makhluk hidup itu kelihatan seperti bara api yang menyala, seperti suluh, yang bergerak
kian ke mari di antara makhluk-makhluk hidup itu, dan api itu bersinar sedang dari api itu kilat
sabung-menyabung. Makhluk-makhluk hidup itu terbang ke sana ke mari seperti kilat. Aku melihat,
sungguh, di atas tanah di samping masing-masing dari keempat makhluk-makhluk hidup itu ada
sebuah roda. Rupa roda-roda itu seperti kilauan permata pirus dan keempatnya adalah serupa;
buatannya seolah-olah roda yang satu di tengah-tengah yang lain. Kalau mereka berjalan mereka
dapat menuju keempat jurusan; mereka tidak berbalik kalau berjalan. Mereka mempunyai lingkar
dan aku melihat, bahwa sekeliling lingkar yang empat itu penuh dengan mata. Kalau makhluk-makhluk
hidup itu berjalan, roda-roda itu juga berjalan di samping mereka; dan kalau makhluk-makhluk
hidup itu terangkat dari atas tanah, roda-roda itu turut terangkat. Ke arah mana roh itu
hendak pergi, ke sanalah mereka pergi, dan roda-rodanya sama-sama terangkat dengan mereka,
sebab roh makhluk-makhluk hidup itu berada di dalam roda-rodanya. Kalau makhluk-makhluk
hidup itu berjalan, roda-roda itu berjalan; kalau mereka berhenti, roda-roda itu berhenti; dan kalau
mereka terangkat dari tanah, roda-roda itu sama-sama terangkat dengan mereka; sebab roh-roh
makhluk-makhluk hidup itu berada di dalam roda-rodanya."


Umat Kristen seringkali melihat rupa dewa-dewa yang berwajah dan bertangan banyak di
kelenteng Taois dan pura Hindu, dan mencibir bahwa dewa-dewa itu lebih menyerupai iblis dan
setan daripada menyerupai dewa. Tapi ternyata apa yang tertulis di Alkitab tentang rupa Tuhan
ternyata mirip dengan rupa dewa-dewa Hindu dan Taois. Lebih lanjut, dewa-dewa atau
tuhan-tuhan ajaran Hindu dan Taois membawa senjata, demikian juga halnya Tuhan orang
Kristen juga menghunus senjata.


"Pada waktu itu TUHAN akan melaksanakan hukuman dengan pedang-Nya yang keras, besar
dan kuat"(Yesaya 27:1)


"Matahari, bulan berhenti di tempat kediamannya, karena cahaya anak-anak panah-Mu yang
melayang laju, karena kilauan tombak-Mu yang berkilat. Dalam kegeraman Engkau melangkah
melintasi bumi, dalam murka Engkau menggasak bangsa-bangsa" (Habakuk 3:11-12)


"Karena sinar di hadapan-Nya hilanglah awan-awan-Nya bersama hujan es dan bara api. Maka
TUHAN mengguntur di langit, Yang Maha tinggi memperdengarkan suara-Nya. Dilepaskan-Nya
panah-panah-Nya, sehingga diserakkan-Nya mereka, kilat bertubi-tubi, sehingga dikacaukan-Nya
mereka." (Mazmur 18:13-15)


"Tetapi Allah menembak mereka dengan panah; sekonyong-konyong mereka terluka." (Mazmur
64:8)


"TUHAN akan menampakkan diri kepada mereka, dan anak panah-Nya akan melayang keluar
seperti kilat. Dan TUHAN Allah akan meniup sangkakala dan akan berjalan maju dalam angin
badai dari selatan." (Zakaria 9:14)


Satu cara yang menarik untuk menyimak rupa Tuhan orang Kristen adalah dengan melihat
adanya kemiripan cara Tuhan orang Kristen bergerak dengan cara dewa-dewa non-Kristen
berpindah tempat. Alkitab menyatakan bahwa Tuhan berpindah dari satu tempat ke tempat lain
dengan cara duduk di atas awan (Yesaya 19:1) atau membonceng di punggung malaikat (Mazmur
18:10). Sangatlah jelas sekali bahwa dari kutipan-kutipan Alkitab bahwa Tuhan mempunyai
penampilan yang mengerikan dan ganas.
"Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar" (Mazmur
2:11)
"Itulah sebabnya hatiku gemetar menghadapi Dia, kalau semuanya itu kubayangkan, maka aku
ketakutan terhadap Dia." (Ayub 23:15)
Yesus seringkali berkata bahwa kita harus takut akan Tuhan (misalnya yang tercantum di Lk
12:4-5). Alkitab juga telah dengan sangat akurat menunjukkan bahwa dimana ada ketakutan, di
situ tidak akan ada cinta dan kasih sayang (1 Yohanes 4:18) dan jadi jika Tuhan menciptakan
ketakutan dalam diri semua orang, bagaimana mungkin orang-orang yang ditakuti itu bisa
mencintai Tuhan?


Lalu bagaimana dengan rupa Buddha? Menjadi seorang manusia, Sang Buddha memiliki tubuh
seorang manusia biasa. Akan tetapi Tipitaka seringkali menunjukkan keindahan wujud Sang
Buddha yang luar biasa.
Dia (Sang Buddha) tampan, rupawan, sedap untuk dipandang, memiliki rona wajah yang paling
indah, wujud dan air mukaNya seperti wujud dan air muka sorang Brahma, wujudNya sangatlah
indah. (Digha Nikaya, Sutta No.4)


"He is handsome, good-looking, pleasant to see, of most beautiful complexion, his form and
countenance is like Brahma's, his appearance is beautiful" Digha Nikaya, Sutta No.4
Dia tampan, menginspirasikan keyakinan, dengan indera-indera yang kalem dan pikiran yang
tenang, sabar, seperti seekor gajah yang dijinakkan secara sempurna (Anguttara Nikaya, Sutta
No.36)
"He is handsome, inspiring faith, with calm senses and mind tranquil, composed and controlled,
like a perfectly tamed elephant" Anguttara Nikaya, Sutta No.36


 Setiap kali orang melihat Sang Buddha, penampilanNya yang kalem dan tenang mengisi hati
mereka dengan kedamaian, dan senyuman lembut Sang Buddha meyakinkan kedamaian itu.
Seperti yang telah kita ulas dan lihat bersama, suara Tuhan itu keras dan menakutkan seperti
petir (Mazmur 68:33) sedangkan suara Buddha itu lembut dan menenangkan hati.


Ketika berada di dalam biara, Sang Buddha mengajarkan Dhamma. Beliau (Sang Buddha) tidak
mengagungkan ataupun menghina dewan majelis biara itu. Bahkan, Sang Buddha menerangkan,
mengangkat (memajukan pikiran), menginspirasi dan membuat senang dewan majelis dengan
pembicaraan Dhamma. Bunyi dari suara Gautama yang baik mempunyai 8 karakteristik; jelas dan
dapat dimengerti, manis dan dapat didengar, fasih dan jelas, dalam dan bergema
(Majjhima Nikaya, Sutta No. 19)


"When in a monastery he is teahing the Dhamma, he does not exalt or disparage the assembly.
On the contrary, he delights, uplifts, inspires and gladdens them with talk on Dhamma. The sound
of the good Gotama's voice has eight characteristics; it is distinct and intelligible, sweet and
audible, fluent and clear, deep and resonant" Majjhima Nikaya, Sutta No. 19


Tuhan orang Kristen membawa senjata karena dia harus membunuh musuh-musuhNya dan
karena dia mengatur tindakan manusia dengan kekerasan dan ancaman. Sang Buddha, di sisi
yang lain, tidak menunjukkan permusuhan dan kebencian kepada siapapun. Sang Buddha juga
dapat mengatur tindakan orang dengan memberikan paham yang masuk akal. Raja Pasenadi
menceritakan kisah tentang Sang Buddha:
Saya (Raja Pasenadi) seorang raja, dapat menghukum mereka yang patut dihukum, mendenda
mereka yang patut didenda, atau mengasingkan mereka yang patut diasingkan. Tetapi ketika
saya duduk di meja pengadilan orang-orang seringkali mengusik, dan usikan itu bahkan
mengganggu saya. Saya tidak bisa mendapatkan kesempatan sekalipun untuk berkata: "Jangan
mengusik saya! Tunggu sampai saya selesai berbicara."


Tetapi ketika Tuan sedang mengajarkan Dhamma, tidak ada satu suara batuk pun yang keluar
dari dewan majelis. Suatu ketika, ketika saya duduk mendengarkan Tuan mengajarkan Dhamma,
salah satu murid terbatuk dan salah satu temannya menepuk lututnya dan berkata,"Janganlah
ribut, tuan, jangan keluarkan suara. Tuan kita sedang mengajarkan Dhamma", dan saya berpikir
dalam diri saya, memang benar sangatlah memukau, dan hebat murid-murid yang terlatih baik
tanpa harus menggunakan tongkat pemukul ataupun pedang. (Majjhima Nikaya, Sutta No.89)
"I am a king, able to execute those deserving execution, fine those deserving to be fined, or exile
those deserving exile. But when I am sitting on a court case people sometimes interrupt even me. I
can't even get a chance to say:"Don't interrupt me! Wait until I have finished speaking." But when
the Lord is teaching Dhamma there is not even the sound of coughing coming from the assembly.
Once, I sat listening to the Lord teach Dhamma a certain disciple coughed and one of his fellows
tapped him on the knee and said,"Silence, sir, make no noise. Our Lord is teaching Dhamma", and
I thought to myself, indeed it is wonderful, marvellous how well trained these disciples are without
stick or sword" Majjhima Nikaya, Sutta No.89


Dapat kita bayangkan bagaimana Tuhan orang Kristen akan bereaksi jika ada seorang yang
mengganggu ketika Tuhan sedang berbicara. Kita bisa melihat dari apa yang telah tertulis di atas
bahwa rupa dan penampilan Sang Buddha mencerminkan ketenangan dalam hati yang sangat
dalam (tenang) dan belas kasihan. Semua orang selalu terinspirasi oleh pancaran damai yang
mengelilingi Sang Buddha.


Rancangan Mental


Seringkali kita lihat bahwa orang-orang Buddhis tidak percaya kepada Tuhan karena bagi
mereka, ide adanya Tuhan itu tidak masuk akal dan berlawanan dengan kenyataan yang
ada. Orang Buddha juga menolak Tuhan orang Kristen karena, kalau Alkitab itu benar adanya,
Tuhan Kristen itu sangat tidak sempurna. Semua jenis emosi yang negatif, yang mana
orang-orang beradab pada umumnya akan menganggap emosi semacam ini tidak bisa diterima,
justru ditemukan di dalam diri Tuhan. Marilah kita perhatikan bagaimana Alkitab menerangkan isi
pikiran Tuhan.


Jenis emosi atau perasaan yang paling sering diutarakan melebihi perasaan yang lain adalah
kedengkian. Bahkan Tuhan sendiri pun mengakui bahwa dia itu pencemburu.
"Sebab TUHAN, Allahmu, adalah api yang menghanguskan, Allah yang cemburu" (Ulangan 4:24)
Tidak ada yang membuat Tuhan lebih cemburu daripada melihat orang-orang menyembah tuhan
lain, dan Tuhan sendiri berkata bahwa kita bahkan harus membunuh anak kita sendiri jika anak
kita menyembah tuhan lain.


(Catatan dari penterjemah: Bacalah juga kitab Ulangan 13:6-9. Tampaknya ayat-ayat seperti ini
telah mengilhami banyaknya perang di antara umat beragama di Indonesia contohnya: di Ambon).


Bagian 6


Di dalam Alkitab juga berisi bahwa Tuhan seringkali kehilangan kesabaranNya.
"Sungguh, hari TUHAN datang dengan kebengisan, dengan gemas dan dengan murka yang
menyala-nyala, untuk membuat bumi menjadi sunyi sepi dan untuk memusnahkan daripadanya
orang-orang yang berdosa." (Yesaya 13:9)


"Perisai bagiku adalah Allah, yang menyelamatkan orang yang tulus hati; Allah adalah Hakim yang
adil dan Allah yang murka setiap saat." (Mazmur 7:11)


"Dan TUHAN akan memperdengarkan suara-Nya yang mulia, akan memperlihatkan tangan-Nya
yang turun menimpa dengan murka yang hebat dan nyala api yang memakan habis, dengan hujan
lebat, angin ribut dan hujan batu." (Yesaya 30:30)


 "sebab TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu di tengah-tengahmu, supaya jangan bangkit
murka TUHAN, Allahmu, terhadap engkau, sehingga ia memusnahkan engkau dari muka bumi."
(Ulangan 6:15)


Tuhan menganjurkan kita untuk saling mengasihi akan tetapi dia sendiri digambarkan sebagai
pembenci dan penuh dengan kebencian.
"Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang
pada-Mu. Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau membenci semua orang yang
melakukan kejahatan." Mazmur 5:5-6


Lebih jauh, Tuhan digambarkan sebagai pembenci dari banyak hal yang lain dan juga pembenci
manusia. (Lihat Ulangan 16:22, Maleakhi 2:16, Imamat 26:30). Tuhan mempunyai kebencian
khusus kepada agama-agama lain, yang mungkin menjelaskan kepada kita mengapa agama
Kristen sering dikenal sebagai agama yang tidak toleran. Tuhan juga sering diutarakan
mempunyai kebencian khusus terhadap mereka yang tidak memujaNya.
"Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, aku benci
melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya."
(Yesaya1:14)


Sang Buddha memiliki belas kasihan kepada mereka yang kejam, memaafkan mereka yang
berbuat salah, dan memberikan hormat kepada agama-agama lain. Kita bisa mengharapkan
Tuhan, yang bisa merasa dengki dan benci, untuk penuh dengan dendam, dan sangatlah sering
Alkitab menjelaskan kedendaman Tuhan.
"Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: "Kuatkan hati, janganlah takut! Lihatlah,
Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang
menyelamatkan kamu!" (Yesaya 35:4)


"TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas, TUHAN itu pembalas dan penuh kehangatan
amarah. TUHAN itu pembalas kepada para lawan-Nya dan pendendam kepada para musuh-Nya."
(Nahum 1:2)


Kita juga tahu bahwa Tuhan pernah berkata "Sebab kita mengenal Dia yang berkata:
"Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan
menghakimi umat-Nya." Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup."(Ibrani
10:30-31). (Lihat juga Roma 1:18, 2:5-6, 12:19)


Untuk apa orang menyembah Tuhan yang penuh dengan kekotoran bathin, yang mana kita
sendiri juga sedang berusaha untuk mengatasi?


Selama empat puluh lima tahun setelah mencapai pencerahan sempurna, Buddha menganjurkan
orang untuk menghindari rasa marah, iri hati dan sifat tidak toleran. Sang Buddha mempraktekkan
secara sempurna apa yang beliau ajaran kepada orang lain.
Sang Guru bertindak sesuai dengan apa yang beliau ucapkan, dan mengucapkan sesuai
dengan apa yang dia lakukan. Kita tidak menemukan guru lain selain Sang Buddha, yang bisa
secara konsisten seperti beliau, meskipun telah kita cari di (catatan penterjemah: guru-guru) dari
masa lampau maupun masa sekarang. (Digha Nikaya, Sutta No.19)
"The Lord acts as he speaks and speaks as he acts. We find no teacher other than the Lord who
is so consistent as this whether we survey the past or the present." (Digha Nikaya, Sutta No.19)
Di dalam seluruh isi Tipitaka, tidak pernah ada satu pun yang tertera Buddha mengeluarkan
amarah, kebencian, kedengkian, dsb, karena dengan kesempurnaan beliau, beliau telah terbebas
dari perasaan-perasaan negatif.


Sikap Terhadap Perang


Injil (Alkitab) memberitahu kita bahwa ada waktu untuk membenci, ada waktu untuk perang
(Keluaran 13:8). Pada jaman sekarangpun, telah terbukti bahwa kejahatan-kejahatan itu (perang
dan kebencian) bergantung satu sama lain. Seperti yang telah kita buktikan, Tuhan bisa
membenci dan janganlah terkejut bila ternyata Tuhan sering terlibat dalam perperangan.
"TUHAN itu pahlawan perang; TUHAN, itulah nama-Nya" (Keluaran 15:3)


"TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang
karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak
karena engkau dengan sorak-sorai" (Zefanya 3:17)


"TUHAN keluar berperang seperti pahlawan, seperti orang perang Ia membangkitkan
semangat-Nya untuk bertempur; Ia bertempik sorak, ya, Ia memekik, terhadap musuh-musuh-Nya
Ia membuktikan kepahlawanan-Nya." (Yesaya 42:13)


"apabila Aku mengasah pedang-Ku yang berkilat-kilat, dan tangan-Ku memegang penghukuman,
maka Aku membalas dendam kepada lawan-Ku, dan mengadakan pembalasan kepada yang
membenci Aku.
Aku akan memabukkan anak panah-Ku dengan darah, dan pedang-Ku akan memakan daging:
darah orang-orang yang mati tertikam dan orang-orang yang tertawan, dari kepala-kepala musuh
yang berambut panjang." (Ulangan 32:41-42)


Selama beberapa abad orang-orang Kristen telah terilhami oleh ayat-ayat Alkitab di atas, yang
mendukung dan memuliakan perang, menggunakan kekerasan untuk menyebarkan agama
mereka. Bahkan sampai hari inipun, banyak kita temui unsur-unsur militer di dalam agama Kristen.
Organisasi Salvation Army (Laskar Keselamatan) memakai semboyan "Darah dan Api"; hymne
yang mengumandangkan "Majulah laskar Kristen berjalan menuju perang"; ucapan seperti
"Pujilah Tuhan dan serahkan amunisi (senjata)" dan lain-lain. Di dalam Alkitab juga berisi lusinan


contoh di mana Tuhan membantu pengikutNya untuk menguasai kota-kota, membunuh penduduk
dan mengalahkan laskar perang (misalnya Bilangan 21:1-3, Bilangan 31:1-2, Ulangan 3:3-7,
Yosua 11:6-11, dll).


(Catatan dari penterjemah: Kembali lagi kita diingatkan bahwa ayat-ayat di atas telah
menggerakkan kekerasan. Bisa kita lihat sendiri dengan situasi kerusuhan di berbagai tempat di
dunia, dan di negeri kita sendiri. Ambon adalah salah satu contoh paling nyata dan paling baru
yang kita lihat sendiri.)


Mengenai tawanan perang, Tuhan berkata:
"dan TUHAN, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka
kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengadakan
perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka." (Ulangan 7:2)
"Engkau harus melenyapkan segala bangsa yang diserahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu;
janganlah engkau merasa sayang kepada mereka dan janganlah beribadah kepada allah mereka,
sebab hal itu akan menjadi jerat bagimu." (Ulangan 7:16)
Bahkan orang Kristen sering terkejut ketika mereka membaca ayat-ayat tersebut. Orang-orang
Buddha justru merasa bahwa ayat-ayat tersebut mengukuhkan penolakan mereka terhadap
Tuhan Kristen, dan keyakinan mereka dalam ajaran Sang Buddha.
Apa sikap Sang Buddha terhadap perang? Tidak ada satu contoh pun di mana Sang Buddha
menyetujui peperangan, mendukung peperangan, atau bahkan ikut berperang. Justru sebaliknya,
Sang Buddha mengajak semua untuk hidup dalam kedamaian dan kerukunan, seperti yang
diutarakan di pernyataan berikut:
Sang Buddha adalah seorang pemersatu bagi mereka yang bermusuhan dan pendukung mereka
yang telah bersatu, turut bergembira dalam damai, mencintai perdamaian, menyukai perdamaian,
beliau adalah seorang yang memuji perdamaian (Digha Nikaya, Sutta No.1)
"He is a reconciler of those who are in conflict and an encourager of those wha are already united,
rejoicing in peace, loving peace, delighting in peace, he is one who speaks in praise of peace"
Digha Nikaya, Sutta No.1


Sang Buddha Menjadi Contoh Perdamaian


Meninggalkan pembunuhan, bhikkhu Gautama hidup menghindari diri dari membunuh, beliau
tidak menggunakan tongkat ataupun pedang, beliau hidup dengan penuh perhatian, belas
kasihan dan simpati kepada yang lain (Digha Nikaya, Sutta No.1)


"Abandoning killing, the monk Gotama lives refraining from killing, he is without stick or sword, he
lives with care, compassion and sympathy for others" Digha Nikaya, Sutta No.1


Sang Buddha tidak hanya puas (Catatan dari penterjemah: puas dalam arti: Buddha lebih suka)
dengan omongan dan ucapan tentang perdamaian. Buddha juga tidak puas kalau hanya diriNya
yang hidup dalam damai. Beliau secara aktif mendukung kedamaian dengan berusaha
menghentikan peperangan. Ketika saudara-saudaraNya hendak pergi perang untuk merebut
bagian air sungai Rohini, Sang Buddha tidak memihak siapapun. Sang Buddha tidak mendukung
saudara-saudaraNya untuk ikut perang, tidak membantu dalam taktik peperangan, atau tidak
menyuruh saudara-saudaraNya untuk tidak memberi ampun kepada musuh,- berbeda dengan apa
yang akan dilakukan Tuhan. Akan tetapi, Sang Buddha berdiri di antara kedua pihak dan
berkata,"Mana yang lebih berharga? Darah atau air?" Para tentara menjawab,"Darah lebih
berharga, Tuan." Lalu Sang Buddha berkata,"Lalu bukankah sangat tidak masuk akal
untuk mengorbankan darah demi air?" Kedua belah pihak akhirnya meletakkan senjata
dan tercapailah perdamaian. (Dhammapada Atthakata Book 15,1)


"The Buddha was not content with merely speaking in favour of peace or being peaceful himself.
He actively promoted peace by trying to stop war. When his relatives were about to go to war over
the waters of the Rohini River, the Buddha did not take sides, urge them on, give them advice on
tactics, or tell them to show no mercy to their adversaries, as God would have done. Instead he
stood between the two factions and said,"What is more valuable, blood or water?" The soldiers
replied,"Blood is more important, sir." Then the Buddha said,"Then is it not unbecoming to spill
blood for water?" Both sides dropped their weapons and peace was restored." Dhammapada
Atthakata Book 15,1.


Sang Buddha telah menyingkirkan kebencian dan mengisi pikiranNya dengan cinta dan belas
kasihan. Menyetujui peperangan adalah hal yang mustahil bagi Sang Buddha.


Ide Tentang Keadilan


Keadilan adalah kualitas (catatan penterjemah: kemampuan) untuk menjadi adil, dan seorang
yang adil bertindak secara adil dan sesuai dengan nilai-nilai kebaikan. Akan tetapi ide-ide tentang
keadilan dan kebenaran berbeda dari jaman yang satu ke jaman yang lain, juga berbeda dari
sudut perorangan. Orang Kristen menyatakan bahwa Tuhan itu Maha Adil, maka dengan meneliti
tindakan-tindakan Tuhan, kita akan bisa tahu konsep keadilan bagi Tuhan.


Tuhan memberi tahu kita bahwa semua orang yang tidak patuh kepadanya akan dihukum "tujuh
kali lebih berat" (Imamat 26:18), yang berarti satu kali berbuat dosa dihukum tujuh kali. Tuhan
tentunya menganggap hal ini sebagai sesuatu yang sangat adil dan sepadan.
Dia juga memberitahu kepada kita bahwa dia akan menghukum anak-anak tak berdosa,
cucu-cucu, dan cicit-cicit dari mereka yang berdosa.
"Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu,
adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan
kepada keturunan yang ketiga dan kempat dari orang-orang yang membenci Aku." (Ulangan 5:9)


 Ini juga dikenal sebagai menghukum sekaligus banyak; menghukum seluruh anggota keluarga
atau kelompok atas kesalahan yang dilakukan oleh salah satu dari anggota keluarga atau
kelompok tersebut. Menghukum sekaligus banyak justru dikecam di jaman sekarang karena
menghukum sekaligus banyak itu tidak adil dan tidak sepadan. Akan tetapi Tuhan ternyata
menganggap hukuman itu cukup adil.


Tuhan juga memberitahu kita bahwa bahkan kesalahan yang sangat kecil sekalipun haruslah
dihukum mati. Contohnya, mereka yang bekerja pada hari Minggu harus dilempari batu sampai
mati. Pernah sekali seorang ditemukan mengumpulkan kayu bakar pada hari Minggu, dan Tuhan
berkata kepada Musa dan orang-orang yang menangkap orang itu:
"Ketika orang Israel ada di padang gurun, didapati merekalah seorang yang mengumpulkan kayu
api pada hari Sabat. Lalu orang-orang yang mendapati dia sedang mengumpulkan kayu api itu,
menghadapkan dia kepada Musa dan Harun dan segenap umat itu. Orang itu dimasukkan dalam
tahanan, oleh karena belum ditentukan apa yang harus dilakukan kepadanya. Lalu berfirmanlah
TUHAN kepada Musa: "Orang itu pastilah dihukum mati; segenap umat Israel harus melontari dia
dengan batu di luar tempat perkemahan." Lalu segenap umat menggiring dia ke luar tempat
perkemahan, kemudian dia dilontari dengan batu, sehingga ia mati, seperti yang difirmankan
TUHAN kepada Musa." (Bilangan 15:32-36)


Hukuman yang adil seharusnya setimpal dengan kejahatan yang diperbuat. Ide Tuhan tentang
keadilan tidaklah menjunjung tinggi ide di atas. Kita diberitahu bahwa semua yang tidak mencintai
Tuhan akan menderita hukuman abadi di neraka. Banyak orang di dunia ini yang baik hati, jujur
dan bermurah hati yang tidak percaya kepada Tuhan, dan menurut Tuhan mereka akan ke
neraka. Apakah ini adil? Menurut Tuhan, iya ini adil.


Apakah Buddha adil? Sang Buddha telah mencapai kebebasan dan pencerahan sempurna, dan
dia mengajarkan kepada orang banyak untuk mencapai kebebasan itu. Tidak seperti Tuhan,
Sang Buddha bukanlah pencipta hukum, bukanlah seorang hakim atau seorang pemberi
hukuman. Beliau adalah seorang guru. Dalam berhubungan dengan banyak orang, beliau
sangatlah adil, lembut dan penuh maaf dan menganjurkan pengikut-pengikutNya untuk mengikuti
jejak tingkah laku beliau. Kalau seorang berbuat salah, dia berkata orang lain tidak perlu
menghukum orang yang berbuat salah itu.


Ketika kita hidup bersama di dalam kerukunan, seorang rekan Bhikkhu mungkin akan melakukan
kesalahan, sebuah pelanggaran. Akan tetapi janganlah kamu secara berbondong-bondong
mengutuk dia, kesalahan itu haruslah diteliti secara seksama terlebih dahulu. (Majjhima Nikaya,
Sutta No. 103)
"When you are living together in harmony, a fellow monk might commit an offence, a
transgression. But you should not rush to condemn him, the issue must be carefully examined
first" Majjhima Nikaya, Sutta No.103


Content managed by the Etomite Content Management System.


Bagian 7


Sebagai tambahan, ketika seorang sedang diusut, orang lain hendaknya tidak terpengaruh oleh
prasangka atau berpihak pada pihak tertentu, dan perlu melihat kedua sisi dari kasus tersebut.
Bukan dengan memberi keputusan yang terburu-buru seseorang menjadi adil. Seorang yang
bijaksana adalah seorang yang menyelidiki kedua belah pihak. Barangsiapa yang tidak membuat
keputusan secara sewenang-wenang, tetapi menyampaikan keputusan secara tidak memihak dan
sesuai dengan kenyataan yang ada, orang itulah yang menjadi pelindung hukum, dan bisa kau
sebut adil. (Dhammapada 256-257)


(Catatan dari penterjemah: Kebetulan saya memiliki buku Dhammapada yang berbahasa
Indonesia. Dalam kesempatan ini saya akan tampilkan teks asli Dhammapada yang berbahasa
Indonesia)


(Catatan dari penterjemah: Bukanlah seorang adil, ia yang membuat keputusan tergesa-gesa
(terpengaruh oleh keinginan, kebencian, ketakutan dan kebodohan). Orang bijaksana hendaknya
memeriksa dengan teliti, mana yang benar dan mana yang salah. (Dhammapada 256))
(Catatan dari penterjemah: Orang pandai yang memimpin dengan benar dan tidak memihak, serta
selalu berdasarkan aturan, disebut "Orang yang telah mantap di dalam Dhamma". (257))
Sedangkan dalam hal hukuman, Sang Buddha tentunya akan berpendapat bahwa melempari batu
seseorang sampai mati atau segala jenis hukuman mati sebagai sesuatu yang kejam. Beliau
sendiri selalu bersedia memaafkan. Pernah sekali seorang yang bernama Nigrodha bertindak
jahat kepada Sang Buddha, tetapi kemudian menyadari kesalahannya dan menyadari
kesalahannya kepada Sang Buddha. Dengan penuh kasih dan maaf Sang Buddha berkata:
Tentu saja, Nigrodha, pelanggaran telah kau perbuat, ketika melalui kebodohan, ketidaktahuan,
dan kejahatan engkau berkata seperti itu kepadaku. Tapi engkau telah mengetahui pelanggaran
yang kau lakukan dan menebus kesalahanmu dengan kebenaran, saya terima pengakuan
salahmu (Digha Nikaya, Sutta No.25)
"Indeed, Nigrodha, transgression overcame you when through ignorance, blindness and evil you
spoke to me like that. But since you acknowledge your transgression and make amends as is
right, I accept your confession" Digha Nikaya, Sutta No.25)
Sang Buddha memaafkan semua tanpa peduli apakah mereka menerima ajaranNya atau tidak,
dan bahkan jika Nigrodha menolak untuk meminta maaf kepada Sang Buddha, Sang Buddha
tidak akan mengancam untuk menghukum Nigrodha. Bagi Sang Buddha, tanggapan yang layak
kepada kejahatan atau kesalahan adalah untuk tidak mengancam untuk menghukum. Menurut
Sang Buddha, tanggapan yang layak kepada kejahatan atau kesalahan adalah pendidikan


dan sifat memaafkan. Seperti yang Beliau utarakan: Oleh tiga macam hal seorang bijaksana
bisa dikenal. Apakah tiga macam hal itu? Dia melihat kesalahannya sendiri apa adanya. Ketika dia
melihat kesalahan itu apa adanya dia memperbaiki kesalahan tersebut dan ketika orang lain
mengakui kesalahan, orang bijaksana selayaknya memaafkan kesalahan yang diakui itu.
(Anguttara Nikaya, Book of Threes, Sutta No.10)
"By three things the wise man can be known. What three? He sees his faults as they are. When
he sees them he corrects them and when another confesses a fault the wise man forgives it as he
should." Anguttara Nikaya, Book of Threes, Sutta No.10


Sikap Terhadap Penyakit


Penyakit, kesakitan dan wabah penyakit telah menjadi momok manusia selama berabad-abad,
menyebabkan penderitaan dan kesedihan yang tidak bisa dijelaskan. Alkitab menunjukkan
kepada kita bahwa Tuhan selalu menganggap penyakit sebagai cara yang berguna untuk
menyampaikan kemarahanNya dan menyampaikan balas dendamNya. Ketika raja-raja Firaun
menolak untuk melepaskan kaum Yahudi (Catatan dari penterjemah: Raja-raja Firaun yang
berkeras hati itu ternyata adalah atas kehendak Tuhan. Simaklah Keluaran 9:12), Tuhan
menimbulkan nanah busuk ke seluruh orang Mesir (Keluaran 9:8-12). Tuhan menggunakan
penderitaan semacam itu untuk menghukum pria, wanita, anak-anak dan bayi-bayi atas dosa
yang dilakukan oleh satu orang. Selanjutnya Tuhan membuat semua anak laki-laki pertama di
dalam keluarga untuk mati. Dia berkata:
"Maka tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir akan mati, dari anak sulung Firaun yang duduk di
takhtanya sampai kepada anak sulung budak perempuan yang menghadapi batu kilangan, juga
segala anak sulung hewan. Dan seruan yang hebat akan terjadi di seluruh tanah Mesir, seperti
yang belum pernah terjadi dan seperti yang tidak akan ada lagi." (Keluaran 11:5-6)


(Catatan dari penterjemah: Ini juga membuktikan hal lain yang mungkin tidak diulas oleh A L De
Silva tentang ayat di atas. Di dalam ayat tersebut, Tuhan tampaknya begitu sayang kepada orang
Yahudi, sehingga orang-orang Mesir harus menderita ketika orang Yahudi menjadi tawanan.
Seperti yang kita ketahui orang-orang Mesir adalah ciptaan Tuhan juga, lalu mengapa Tuhan pilih
kasih? Ini membuktikan bahwa Tuhan tidak sempurna, penuh kemarahan, penuh dendam, pilih
kasih, tidak adil. Bagi semua yang membaca, setelah membaca ayat-ayat yang mengerikan itu,
janganlah takut, karena jelas tidak mungkin hukuman yang mengerikan itu jatuh kepada Anda.)


Masih ada contoh jelas yang menjelaskan ide Tuhan tentang keadilan dan kasih sayang. Ribuan
pria, anak laki-laki, dan bayi-bayi tak berdosa yang tak terhitung jumlahnya dibunuh oleh Tuhan
hanya karena raja Firaun tidak mau mengikuti perintah Tuhan.


Di beberapa tempat yang tertera di dalam Alkitab, Tuhan menjanjikan bahwa dia akan
menimbulkan penyakit yang menyeramkan kepada semua yang tidak mengikuti hukum-hukum
tauratNya.
"TUHAN akan mendatangkan penyakit sampar kepadamu, sampai dihabiskannya engkau dari
tanah, ke mana engkau pergi untuk mendudukinya. Tuhan akan menghajar engkau dengan batuk
kering, demam, demam kepialu, sakit radang, kekeringan, hama dan penyakit gandum; semuanya
itu akan memburu engkau sampai engkau binasa." (Ulangan 28:21-22)


"TUHAN akan menghajar engkau dengan barah Mesir, dengan borok, dengan kedal dan kudis,
yang dari padanya engkau tidak dapat sembuh." (Ulangan 28:27)


"maka TUHAN akan menimpakan pukulan-pukulan yang ajaib kepadamu, dan kepada
keturunanmu, yakni pukulan-pukulan yang keras lagi lama dan penyakit-penyakit yang jahat lagi
lama. Ia akan mendatangkan pula segala wabah Mesir yang kau takuti itu kepadamu, sehingga
semuanya itu melekat kepadamu. Juga berbagai-bagai penyakit dan pukulan, yang tidak tertulis
dalam kitab Taurat ini, akan ditimbulkan TUHAN menimpa engkau, sampai engkau punah."
(Ulangan 28:59-61)


Terkadang Tuhan bahkan menimbulkan wabah penyakit yang ganas kepada orang hanya untuk
menguji iman orang tersebut. Untuk menguji Ayub, Tuhan membiarkan semua anak Ayub untuk
mati (Ayub 1:18-19) dan Ayub sendiri dikenai penyakit yang parah (Ayub 2:6-8). Begitu dalamnya
penderitaan Ayub, Ayub sendiri bahkan berharap dia tidak pernah di lahirkan (Ayub 3:1-26)
Tuhan bahkan membuat orang menjadi buta dan membiarkan mereka hidup mengemis dan
meraba-raba dalam kegelapan, supaya Tuhan bisa menyembuhkan mereka dan memamerkan
keajaiban akan kekuatan Tuhan (Yohanes 9:1-4). Tentunya Tuhan melihat bahwa membuat
orang sakit, menciptakan penyakit adalah cara yang berguna untuk menghukum orang dan
menunjukkan kekuasaanNya.


Sekarang marilah kita lihat sikap Sang Buddha kepada penyakit. Sang Buddha melihat penyakit
dan kesakitan sebagai bagian dari penderitaan, yang mana beliau ajarkan cara-cara untuk
terbebas dari penderitaan itu. Beliau juga disebut sebagai "dokter yang penuh kasih sayang".
Tidak pernah ada contoh di mana Sang Buddha menyebabkan penderitaan untuk menghukum
orang-orang atau karena Sang Buddha marah kepada mereka. Sang Buddha sangat mengerti
bahwa selama kita mempunyai tubuh, kita akan bisa terkena penyakit. Beliau mengajak kita untuk
mencapai Nibbana dan terbebas dari penderitaan selamanya. Di saat beliau mencoba untuk
memecahkan masalah sampai ke akar-akarnya, beliau juga melakukan hal-hal yang nyata untuk
menyembuhkan orang sakit supaya sembuh kembali. Tidak seperti Tuhan yang justru
menimbulkan penyakit, Sang Buddha memberikan nasihat-nasihat yang berguna untuk membantu
dan meringankan penderitaan si sakit.


(Catatan dari penterjemah: Paragraf di atas justru menjadi inti pertama dan utama dari ajaran
Sang Buddha yang sering di sebut Empat Kesunyataan Mulia atau dalam bahasa Inggrisnya The
Four Noble Truths. Keempat itu adalah: Dukkha (penderitaan), Dukkha Samudaya (sumber

penderitaan), Dukkha Nirodha (terhentinya Dukkha atau pencapaian Nibbana), dan Magga (jalan
menuju terhentinya Dukkha))


Dengan lima unsur seseorang bisa merawat si sakit. Apa Lima Unsur itu? Pertama adalah
menyiapkan pengobatan yang benar; seorang yang tahu apa yang baik untuk si pasien dan
menyediakannya, apa yang tidak baik, tidak disediakan; seseorang merawat dengan penuh kasih
dan tanpa ada keinginan dibalik perawatannya itu; seseorang yang tidak jijik terhadap
pengeluaran yang keluar dari tubuh pasien, air kencing, muntahan dan air ludah; dan dari waktu
ke waktu dapat mengarahkan, membangkitkan semangat, membuat ceria dan memuaskan si sakit
dengan pembabaran Dhamma (Anguttara Nikaya, Book of Fives, Sutta No.124)
"With five qualities one is worthy to nurse the sick. What five? One can prepare the correct
medicine; one who knows what is good for the patient and offers it, and what is not good one does
not offer; one nurses the sick out of love not out of desire for gain; one is unmoved by exlcrement,
urine, vomit and spittle; and from time to time one can instruct, inspire, gladden and satisfy with
the talk of Dhamma (Anguttara Nikaya, Book of Fives, Sutta No.124)


Beliau tidak hanya mengajarkan hal di atas, tapi juga mempraktekkannya sesuai apa yang
diajarkan oleh beliau sendiri. Ketika sekali waktu, beliau menemukan seorang bhikkhu yang
sakit, terlantar dan berbaring di atas kotoran sendiri, Sang Buddha memandikannya,
menenangkannya dan memanggil bhikkhu yang lain dan berkata kepada mereka, "Kalau
kamu bersedia merawat saya, rawatlah juga mereka yang sakit." (Vinaya, Mahavagga 8).


Ketika Tuhan marah, dia akan menimbulkan penyakit-penyakit kepada orang dan melihat mereka
menderita. Ketika Sang Buddha melihat orang yang sakit, dengan penuh kasih sayang, beliau
melakukan semua yang bisa beliau lakukan untuk merawat mereka sampai sembuh.


Bagian 8


Menciptakan Kejahatan


Tuhan menciptakan semua yang baik, tetapi karena Tuhan menciptakan segalanya, dia juga
menciptakan yang jahat. Tuhan sendiri yang berkata:
"yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan
nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini." (Yesaya 45:7-8) (Lihat juga Roma
11:32)


Ketika kita merenungkan tentang alam, kita ingat bahwa Tuhan telah menciptakan segalanya,
berarti kita sudah harus tahu maksud dari kata-kata di atas. Kuman lepra menyebabkan
penderitaan yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata, dan kuman lepra itu diciptakan oleh
Tuhan. Kuman penyakit paru-paru (TBC) membunuh dan membuat menderita jutaan manusia
setiap tahun, dan kuman itu diciptakan oleh Tuhan. Tuhan menciptakan bakteri penyebab wabah,
kutu dan serangga, tikus-tikus beserta penyakit pes yang mana selama beratus-ratus tahun telah
membunuh ratusan juga nyawa. Di tahun 1665, 68 ribu orang mati oleh karena wabah di London.
Tak diragukan lagi, contoh-contoh di atas adalah arti yang dimaksud oleh Tuhan ketika Tuhan
bilang dia menciptakan kegelapan dan kejahatan. Tetapi Tuhan juga menciptakan kejahatan yang
lain. Tuhan sendiri berkata:
Adakah sangkakala ditiup di suatu kota, dan orang-orang tidak gemetar? Adakah terjadi
malapetaka di suatu kota, dan TUHAN tidak melakukannya? (Amos 3:6)


(Catatan dari penterjemah: Terlintas begitu banyak malapetaka yang melanda manusia di segala
penjuru dunia, dan juga peristiwa 14 Mei 1998 di Jakarta yang mana menelan banyak korban
pembunuhan, pemerkosaan, dan kejahatan-kejahatan lain.)


Tentu saja ayat di atas menuju kepada bencana alam seperti gempa bumi, kebakaran,
perselisihan di dalam masyarakat, peperangan dan segala macam bentuk kejahatan yang telah
begitu sering melanda kota-kota yang dibangun oleh manusia. Kita juga membaca di Alkitab
bahwa bahkan roh-roh kejahatan berasal dari Tuhan. Di 1 Samuel 16:14-16, kita diberitahu
bahwa roh kejahatan yang berasal dari Tuhan meyiksa Saul.


Apakah Sang Buddha menciptakan kejahatan? Buddha bukanlah pencipta seperti konsep Tuhan
orang Kristen, maka Buddha tidak mungkin bisa dituduh bertanggungjawab atas "kegelapan dan
kejahatan". Satu-satunya hal yang beliau "ciptakan" adalah Dhamma yang beliau temukan dan
sebarkan ke seluruh dunia. Dan Dhamma yang diajarkan itu telah membawa cahaya kebaikan,
kelembutan di manapun Dhamma di babarkan.


Pengorbanan-pengorbanan


Di dalam Kitab Perjanjian Lama ketika orang-orang melanggar hukum Taurat Tuhan, Tuhan akan
menjadi sangat marah dan satu-satunya cara bagi pelanggar hukum Taurat untuk bertobat dan
meredakan murka Tuhan adalah dengan mempersembahkan kurban binatang. Tuhan sendiri
yang memberitahu bagaimana cara-cara untuk membunuh dan memotong binatang itu.
"Jikalau persembahannya kepada TUHAN merupakan korban bakaran dari burung, maka
haruslah ia mempersembahkan korbannya itu dari burung tekukur atau dari anak burung merpati.
Imama harus membawanya ke mezbah, lalu memulas kepalanya dan membakarnya di atas
mezbah. Darahnya harus ditekan ke luar dari dinding mezbah. Temboloknya serta dengan
bulunya haruslah disisihkan dan dibuang ke samping mezbah sebelah timur, ke tempat abu. Dan
ia harus mencabik burung itu pada pangkal sayapnya, tetapi tidak sampai terpisah; lalu imam
harus membakarnya di atas mezbah, di atas kayu yang sedang terbakar; itulah korban bakaran,
suatu korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi TUHAN." (Imamat 1:14-17)


Tuhan bilang ketika daging, lemak, kulit dan tulang dari kurban binatang itu dilemparkan ke dalam
api dan terbakar, dia menyukai aromanya. (Imamat 1:9, 1:17). Tapi tidak semua kurban yang

Tuhan minta adalah binatang; terkadang Tuhan juga meminta kurban manusia. Tuhan pernah
berkata kepada Abraham:
"Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke
tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung
yang akan Kukatakan kepadamu." (Kejadian 22:2)


Abraham membawa anaknya ke tempat yang telah ditujukan oleh Tuhan, membangun altar,
membaringkan anaknya di atas altar tersebut dan mengangkat pisaunya tinggi-tinggi. Persis
sebelum Abraham menyayat leher anaknya sendiri, Abraham dihentikan oleh seorang malaikat.
(Kejadian 22:12).


Barangkali, Abraham adalah pengikut yang setia karena telah dengan buta dan tanpa
menyanggah rela melakukan apa saja yang diperintahkan Tuhan, bahkan sampai sejauh
mempersiapkan untuk memotong anaknya sebagai kurban kepada Tuhan.


Beberapa abad berikutnya, dosa manusia menjadi begitu buruk sehingga kurban binatang juga
sudah tidak cukup untuk memenuhi tuntutan kemurkaan Tuhan. Tuhan meminta kurban yang
lebih besar, lebih berharga - anakNya sendiri, Yesus. Sekali lagi darah diperlukan untuk menebus
dosa orang berdosa yang mana akan mempersatukan orang berdosa dengan Tuhan. Sehingga
orang Kristen jaman sekarang sering berkata,"dosa kita telah dibersihkan oleh darah Yesus."
(Catatan dari penterjemah: Orang Kristen juga akan mengatakan bahwa kasih sayang Tuhan
kepada manusia begitu besar sehingga Yesus rela mati untuk menebus dosa manusia. Sekilas
pandang, pernyataan ini sangat menyentuh hati. Akan tetapi marilah kita teliti dengan seksama.
Seperti yang telah di ulas, Tuhan sendiri yang berkata bahwa dia sudah memilih siapa yang akan
masuk surga bersamaNya bahkan sebelum alam semesta ini diciptakan. Lalu untuk apa lagi
mengorbankan anakNya, Yesus, untuk menebus dosa manusia? Sangat tidak masuk akal.)
(Catatan dari penterjemah: Hal lain yang perlu kita perhatikan adalah, orang yang mengurbankan
kurban binatang ataupun manusia adalah orang yang berdosa kepada Tuhan. Lalu kepada siapa
Tuhan mengorbankan anakNya sendiri? Tampaknya Tuhan juga telah berdosa kepada "mahluk
yang lebih tinggi" sehingga perlu menyerahkan kurban untuk memuaskan mahluk yang lebih tinggi
itu, seperti yang dia minta dari manusia.)


Apa pendapat Sang Buddha tentang kurban binatang atau manusia? Pada jaman Sang Buddha
masih hidup, dewa-dewa Hindu dipersembahkan kurban binatang seperti Tuhan Kristen,
sehingga Buddha sangatlah sadar akan adanya praktek kurban ini. Tetapi Sang Buddha
menganggap kurban ini sebagai tindakan yang kasar, kejam dan tidak berguna.
Pengurbanan kuda atau orang, Upacara Pembuangan, Minuman Pengurbanan, Upacara
Kemenangan, upacara Penarikan Petir (para dewa), semua jenis upacara tidaklah sepadan
dengan seperenambelas dari batin yang penuh dengan cinta, seperti pancaran bulan yang
mengalahkan sinar-sinar bintang (Anguttara Nikaya, Book of Eights, Sutta No.1)
"The sacrifice of horse or man, the Peg-Thrown Rite, the Sacrificial Drink, the Victory Rite, the
Withdrawn Bolt, all these rites are not worth a sixteenth part of having a heart filled with love,
anymore than the radiance of the moon outshines the stars" Anguttara Nikaya, Book of Eights,
Sutta No.1)


Orang Kristen percaya bahwa kurban darah Yesus bisa membersihkan dosa-dosa mereka seperti
orang Hindu yang percaya bahwa dosa-dosa mereka bisa dibersihkan dengan mandi di sungaisungai
yang dianggap suci. Sang Buddha mengkritik ide Hindu, sama halnya Sang Buddha akan
mengkritik ide Kristen tersebut, kalau Sang Buddha tahu tentang pengurbanan Kristen.
Mempercayai bahwa darah, air atau semua unsur-unsur dari luar bisa menyucikan batin, yang
mana adalah unsur dari dalam, tentu saja merupakan hal yang bodoh.


Di Sungai Bahuka, di Adhikakka, bagian dari Gaya, bagian dari Sundrika, para Sarassati, para
Payaga atau Bahumati, si orang bodoh itu bisa membasuh diri berkali-kali tetapi tidak bisa
membersihkan kelakuan-kelakuan buruk yang diperbuatnya. Apa yang bisa dilakukan oleh
sungai-sungai Sundrika, Payaga atau Bahumati lakukan? Sungai-sungai itu tidak bisa
membersihkan amarah, kelakuan-kelakuan orang jahat. Bagi yang berbatin suci, setiap hari
adalah hari yang beruntung. Bagi yang berbatin suci, setiap hari adalah hari yang suci.(Majjhima
Nikaya, Sutta No.7)
In the Bahuka River, at Adhikakka, at Gaya, in the Sundrika, the Sarassati, the Payaga or the
Bahumati the fool can wash constantly but cannot cleanse his evil deeds. What can the Sundrika,
the Payaga or the Bahumati River do? They cannot clease the angry, for the pure in heart every
day is lucky, for the pure in hear every day is holy. (Majjhima Nikaya, Sutta No.7)


Dengan bermandikan darah atau mandi di sungai suci adalah pengganti yang tidak
sebanding dengan menyucikan diri sendiri dengan berbuat hal-hal yang suci.
Satu-satunya pengorbanan yang Buddha minta dari kita adalah bagi kita untuk
mengorbankan keegoisan (mementingkan diri sendiri) dan mengganti keegoisan itu
dengan cinta kasih, kebijaksanaan dan belas kasihan.


Cinta Kasih


Kita diberitahu bahwa Tuhan itu penuh cinta kasih dan Alkitab seringkali menyebutkan bahwa
cinta kasih adalah salah satu kualitas dari Tuhan. Akan tetapi, ada beberapa macam cinta kasih.
Seseorang bisa saja mencintai anaknya sendiri akan tetapi membenci anak tetangga. Seseorang
mungkin punya cinta yang besar kepada negerinya sendiri, tetapi mempunyai kebencian yang
membara terhadap negara lain. Meskipun kita bisa mencintai seseorang secara mendalam, kita
bisa saja, lewat perubahan situasi, sehingga timbul perbedaan dan bahkan timbul kebencian
kepada orang yang tadinya kita cintai. Cinta yang disebut di atas adalah jenis cinta tingkat


rendah, yang kurang mantap, jenis cinta yang dirasakan oleh orang-orang biasa. Tentu saja ada
jenis cinta yang lebih mulia, lebih menyeluruh. Jenis cinta yang lebih tinggi inilah yang sangat
sering dijelaskan di dalam tulisan-tulisan Buddhis dan juga di dalam Alkitab. Di kitab Korintus kita
bisa membaca:
"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak
sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak
pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain." 1 Korintus 13:4-5


Apakah Tuhan menunjukkan jenis cinta yang lebih tinggi ini? Marilah kita teliti. Kita seringkali
diberitahu bahwa cinta itu penuh kesabaran. Kesabaran diterangkan sebagai kemampuan untuk
menunggu dengan tenang untuk jangka waktu yang lama, untuk mengontrol diri sendiri ketika
marah, khususnya kemarahan terhadap kebodohan dan keterlambatan. Kita telah melihat bahwa
Tuhan marah setiap hari (Mazmur 7:12) dan dia sangat cepat marah (Mazmur 2:11-12). Tentunya
Tuhan mempunyai sedikit sekali kesabaran.


Seringkali juga kita dengar bahwa cinta itu lemah lembut. Apakah Tuhan lemah lembut? Bacalah
Ulangan 28:15-68 dimana Tuhan menjelaskan dalam kata-katanya sendiri sekejam apa dia bisa
berbuat.


Bacaan-bacaan yang mengejutkan ini membuktikan kita dengan tanpa ragu-ragu lagi bahwa
Tuhan sangat mampu berbuat kekejaman yang mengerikan. Tentu saja bisa kita simpulkan
bahwa Tuhan tidaklah selalu lemah lembut.


Juga kita dengar bahwa cinta itu tidaklah iri terhadap yang lain. Iri hati, tentunya, sangat mirip
dengan kedengkian dan Tuhan sering sekali mengaku bahwa diriNya sangatlah dengki. Dia
mengatakan:
"Sebab TUHAN, Allahmu, adalah api yang menghanguskan, Allah yang cemburu." (Ulangan 4:24)
Kita juga diberitahu bahwa cinta itu tidak sombong dan tidaklah angkuh. Apakah Tuhan tidak
sombong dan tidak angkuh? Terlihat jelas sekali bahwa Alkitab tidaklah memberikan pengertian
kepada kita bahwa Tuhan itu rendah hati dan tidak sombong. Tuhan seringkali berkata kepada
Ayub betapa hebatnya diriNya. (Ayub 40:4) dan pada akhirnya menyombongkan dirinya:
"Orang yang nekatpun takkan berani membangkitkan marahnya. Siapakah yang dapat bertahan di
hadapan Aku? Siapakah yang menghadapi Aku, yang Kubiarkan tetap selamat? Apa yang ada di
seluruh kolong langit, adalah kepunyaan-Ku." (Ayub 41:1-2)


Berikutnya kita juga diberitahu bahwa cinta itu tidaklah mudah marah. Telah kita buktikan bahwa
Tuhan itu cepat sekali marah.
"supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murka-Nya menyala."
(Mazmur 2:11)


Akhirnya, kita diberitahu bahwa cinta itu tidaklah menghitung kesalahan yang diperbuat, cinta itu
memaafkan dan melupakan kesalahan. Apakah Tuhan menghitung kesalahan yang diperbuat?
Tuhan berkata bahwa dia akan menghukum anak-anak, cucu-cucu dan cicit-cicit dari mereka
yang berbuat salah. (Ulangan 5:9). Untuk bisa menghukum semua keturunan dari orang bersalah,
Tuhan tentunya mencatat dosa-dosa yang diperbuat dan mengingat kesalahan-kesalahan
tersebut. Yesus berkata bahwa Tuhan tidak akan pernah memaafkan mereka yang menghina Roh
Kudus (Lukas 12:10).


Bagian 9


Kita juga diberitahu bahwa Tuhan memasukkan para pendosa dan mereka yang tidak percaya ke
dalam neraka abadi. Dalam kata lain, tuhan menolak untuk memaafkan mereka. Secara singkat
bisa disimpulkan bahwa Tuhan mencatat dan menghitung dosa manusia untuk selama-lamanya.
Sangatlah jelas sekali lagi bahwa Tuhan tidak menunjukkan kualitas cinta tingkat tinggi.


Bagaimana dengan Buddha? Apakah Beliau menunjukkan jenis cinta yang tertinggi? Ciri-ciri
pertama dari cinta tertinggi adalah kesabaran, dan tidak pernah sekalipun tercatat di dalam
Tipitaka bahwa Buddha tidak sabar. Bahkan ketika Beliau dimaki dan dihina, Beliau tetaplah
tenang dan sabar. Semua tingkah laku Sang Buddha menunjukkan ketenangan, dan kesabaran
yang luar biasa. Ketika Asurinda mengutuk dan mencaci-maki Sang Buddha, Beliau dengan kalem
menjawab:

Barangsiapa yang mencaci-maki orang yang mencaci-maki dia adalah orang yang dua kali lebih
buruk. Untuk menahan diri dari pembalasan adalah untuk memenangkan pertempuran yang sulit
dimenangkan. Jika seseorang tahu bahwa seorang yang lain sedang marah tapi dia sendiri
menahan diri dari kemarahan, orang yang menahan kemarahan itu telah berbuat yang terbaik
untuk dirinya sendiri dan untuk orang yang marah itu. Orang tersebut adalah penyembuh dari
kedua belah pihak. (Samyutta Nikaya, Chapter Seven, Sutta No.3)


(Catatan dari penterjemah: Dalam paragraf di atas, perlu kita ketahui bahwa pertempuran yang
disebut oleh Sang Buddha adalah pertempuran melawan diri sendiri, pertempuran melawan diri
sendiri untuk tidak marah dan menahan kesabaran tidaklah mudah. Bukan pertempuran yang
saling membunuh.)


"He who abuses his abuser is the worse of the two. To refrain from retaliation is to win a battle
hard to win. If one knows that the other person is angry but refrains from anger oneself, one does
what is best for oneself and the other person also. One is the healer of both (Samyutta Nikaya,
Sutta No.3)


Sang Buddha yang selalu sabar, adalah juga Sang Buddha yang terbebas dari kemarahan.
Bahkan ketika sepupu Sang Buddha mencoba untuk membunuhNya, Sang Buddha menunjukkan
rasa kasihan dan pengertian.


Kita juga sering diberitahu bahwa cinta itu lemah lembut. Apakah Buddha lemah lembut? Sekali
lagi, tidak pernah sekalipun Sang Buddha menjadi tidak lemah lembut. Sang Buddha selalu lemah
lembut dan penuh cinta kasih - bukan hanya kepada orang yang menerima ajaranNya, akan tetapi
juga kepada pengikut-pengikut semua aliran kepercayaan, bukan hanya kepada orang yang baik,
tapi juga kepada orang yang jahat, bukan hanya kepada manusia, tapi juga kepada binatang.
Beliau berkata:
Seseorang hendaknya tidak berbuat hal yang tidak mengasihi, yang akan dicela oleh para
bijaksana. Dan dia hendaknya berpikir,"Semoga semua mahluk hidup aman dan berbahagia.
Mahluk apapun yang ada, yang bergerak atau yang tidak, tinggi, sedang atau pendek, besar atau
kecil, terlihat atau tidak terlihat, yang tinggalnya jauh ataupun dekat, yang terlahir, ataupun yang
belum lahir, semoga mereka semua berbahagia." Dia hendaknya tidak menyakiti yang lain atau
memandang hina siapapun juga dengan alasan apapun juga. Hendaknya tidaklah mengharapkan
kesakitan atas orang lain yang disebabkan oleh kemarahan atau kedengkian. Seperti halnya
seorang ibu yang akan melindungi anak satu-satunya meskipun harus mempertaruhkan
nyawanya sendiri, demikian pula, dia hendaknya menumbuhkan cinta yang tak terbatas kepada
semua mahluk di dunia. (Sutta Nipata, Verses 145-149)


"One should do no unkind thing that wise men might condemn and one should think,"May all
beings be secure and happy. Whatever beings there are, moving or still, tall, middle-sized or short,
great or small, seen or unseen, whether living far or near, existing or not yer come into existence,
may they all be happy." One should not harm another or despise anyone for any reason. Do not
wish pain on another out of either anger or jealousy. Just as mother would protect her only child
even at ther risk of her own life, even so, one should develop unbounded love towards all beings
in the world." Sutta Nipata, Verses 145-149


Sang Buddha tidak hanya mengajarkan, tetapi Beliau juga melaksanakan semua yang Beliau
ajarkan. Tuhan mengatakan bahwa Dia pencemburu dan dengan ucapan ini, Dia cemburu kepada
tuhan-tuhan lain dan agama-agama lain. Dia mau semua orang untuk menyembah dan memuja
Dia. Begitu cemburunya Dia, Dia berkata pengikut-pengikutnya harus membunuh bahkan anak
mereka sendiri kalau anak mereka memuja tuhan lain. (Ulangan 13:6) dan Tuhan benci kepada
pengikut-pengikut agama lain.
"Engkau benci kepada orang-orang yang memuja berhala yang sia-sia" (Mazmur 31:7)
"Aku beroleh pengertian dari titah-titahMu, itulah sebabnya aku benci segala jalan dusta."
(Mazmur 119:104)


Apakah Buddha cemburu kepada kepercayaan lain? Tentu saja tidak! Seorang yang bernama
Upali dulunya adalah pengikut agama Jain. Sang Buddha menjelaskan Dhamma kepada Upali
dan sesudahnya Upali memutuskan untuk menjadi seorang Buddhis. Sang Buddha tidak merasa
diagungkan, beliau juga tidak berambisi untuk menarik Upali. Malahan Sang Buddha menasehati
Upali untuk memikirkan secara matang sebelum membuat keputusan yang demikian pentingnya:
Lakukan penyelidikan yang seksama terlebih dahulu, Upali. Penyelidikan yang seksama ada
baiknya untuk orang yang terkenal seperti Anda. (Majjhima Nikaya, Sutta No.56)
"Make a careful investigation first, Upali. Careful investigation is good for well-known people like
yourself" Majjhima Nikaya, Sutta No.56


(Catatan dari penterjemah: Mungkin ada dari kita yang masih tidak yakin akan ajaran Sang
Buddha. Mungkin juga orang-orang Kristen yang setelah membaca buku ini, ingin tahu lebih
banyak tentang ajaran Sang Buddha. Untuk mengetahui dan menyelidiki lebih banyak.
Tema-tema seperti Empat Kesunyataan Mulia (Four Noble Thruths), Pancasila Buddhis, Delapan
Jalan Kebenaran (Noble Eightfold Paths), Empat Keadaan Yang Gilang Gemilang (Brahma-
Vihara: Metta, Karuna, Mudita, Upekkha) adalah tema inti yang sekaligus juga tema awal bagi
semua orang yang memulai penyelidikan terhadap ajaran Sang Buddha. Tema-tema tersebut juga
berguna untuk mengingatkan kita dari berbagai tingkat pengetahuan Buddhis, supaya tetap kita
amalkan daripada hafalkan. Bab 7 dari buku ini juga membahas beberapa dari tema di atas
dengan cukup mendasar dan mudah dimengerti.)


Sang Buddha kemudian menyarankan Upali untuk tetap menawarkan derma kepada agama Jain.
Beliau mengatakan karena Beliau bisa melihat kebaikan di semua agama, dan karena beliau telah
terbebas dari kedengkian dan iri hati.


Vacchagotta berkata kepada Sang Buddha,"Saya telah mendengar yang dikatakan orang bahwa
Kamu pernah berkata bahwa derma baik hendaknya hanya diberikan kepada Kamu dan muridmuridMu,
bukan kepada guru-guru dan murid-murid ajaran lain." Kemudian Sang Buddha
berkata,"Mereka yang berkata hal seperti itu tidaklah menyebarkan ucapan-ucapan Saya, mereka
tidak mewakili Saya dan berbohong. Sebenarnya, siapapun yang menghasut orang untuk tidak
berbuat kebaikan, menghalangi dalam tiga cara.
Dia telah menghalangi si pemberi untuk berbuat kebaikan, dia telah menghalangi si penerima
untuk bisa terbantu, dan dia menghalangi dirinya melalui kekejiannya. (Anguttara Nikaya, Book of
Threes, Sutta No.57)
Vacchagotta said to the Lord,"I have heard it said that you say that charity should only be given to
you, not to other teachers, to your disciples, not to the disciples of other religions." Then the Lord
said,"Those who say this are not reporting my words, they misrepresent me and tell lies. Truly,
whoever discourages anyone from giving charity hinders in three ways. He hinders the giver from
doing good, he hinders the receiver from being helped and he hinders himself through his
meanness." Anguttara Nikaya, Book of Threes, Sutta No.57)


Bahkan sampai jaman sekarangpun, para Kristen karismatik dan penyebar injil yang fundamental
akan menolak untuk berhubungan dengan orang non-Kristen. Kalau sampai menolak untuk


berhubungan dengan orang non-Kristen, tentu saja mereka tidak juga mau membantu orang
non-Kristen.


Sang Buddha tidaklah sombong ataupun tinggi hati, Beliau tidak kasar ataupun pamer diri, Dia
penyabar dan tidak mencatat kesalahan-kesalahan yang diperbuat kepadaNya. Dari hari pertama
Beliau mencapai pencerahan sempurna, semua pikiranNya, ucapanNya, dan perbuatanNya
adalah penuh dengan kasih sayang dan belas kasihan. Salah satu orang yang hidup pada masa
Sang Buddha berkata:
Saya pernah mendengar pepatah ini,"Untuk hidup di dalam kasih sayang adalah sangat mulia"
dan Sang Buddha adalah bukti dari ucapan tersebut karena kita bisa melihat Beliau hidup di
dalam kasih sayang. (Majjhima Nikaya, Sutta No.55)
"I have heard this said,"To abide in love is sublime indeed", and the Lord is proof of this because
we can see that he abides in love" Majjhima Nikaya, Sutta No.55)


Beberapa ayat Alkitab yang dikutip di bab ini sangatlah mengejutkan; bahkan orang-orang Kristen
menemukan ayat Alkitab itu menggelisahkan hati. Ketika kita menunjukkan ayat-ayat tersebut
kepada mereka, mereka akan berkata bahwa ayat-ayat tersebut kebanyakan berasal dari
Perjanjian Lama dan tidaklah menggambarkan Tuhan yang sebenarnya, akan tetapi ayat tersebut
adalah apa yang penulis kitab-kitab itu kira tentang Tuhan. Sangatlah membingungkan untuk
membahas Alkitab dengan orang-orang Kristen! Pada satu saat, Perjanjian Lama adalah firman
Allah yang abadi, dan pada saat yang lain, Perjanjian Lama bukanlah firman Allah. Ketika
orang-orang Kristen mengutip ayat-ayat dari Perjanjian Lama untuk membuktikan ajaran
agamanya, Perjanjian Lama menjadi sumber injil yang mutlak. Ketika kita umat Buddha yang
mengutip ayat-ayat Perjanjian Lama yang mengejutkan itu, mereka berkata ayat tersebut
hanyalah cermin dari pengertian manusia yang terbatas tentang Tuhan.


Bagian 10


5. KENYATAAN DAN FIKSI DALAM KEHIDUPAN KRISTEN.


Hal satu-satunya yang membentuk Kristen seperti apa adanya hari ini, pondasi yang mana Kristen
berdasar adalah Yesus Kristus, atau lebih tepat, klaim orang-orang Kristen tentang Yesus.
Orang-orang Kristen yang fundamental selalu membuat pernyataan yang dibesar-besarkan
tentang orang ini: "Yesus adalah satu-satunya orang di dalam sejarah yang mengklaim dirinya
Tuhan"; "Hanya dengan percaya kepada Yesus dapat memberikan kehidupan kehidupan yang
damai dan bahagia";"Kalau Yesus bukan Tuhan, dia pasti pembual terbesar yang pernah hidup
dalam sejarah"; "Ribuan saksi telah melihat dia bangkit dari mati, maka kebangkitannya itu
pastilah benar"; "Yesus adalah manusia paling sempurna yang pernah hidup"; dan sebagainya,
dan sebagainya, dan sebagainya. Klaim-klaim tersebut terdengar sangat hebat, sampai akhirnya
kita lihat bukti-bukti nyata.


Ramalan-Ramalan Tentang dan Oleh Yesus


Setiap kali ada perubahan di dalam gejolak politik Timur Tengah, orang-orang Kristen yang
fundamental akan segera membuka Alkitab dan berkata dengan lantang bahwa krisis terbaru
yang terjadi ini telah dinubuatkan sebelumnya. Nubuat adalah ramalan yang tercantum di dalam
Alkitab yang diharapkan untuk meramalkan kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa depan.
Nubuat-nubuat itu dijadikan buah pembicaraan untuk sementara waktu kemudian dilepaskan
secara diam-diam ketika nubuat itu tidak terjadi seperti yang diramalkan untuk terjadi.
Orang-orang Kristen mengklaim bahwa banyak dari kejadian-kejadian yang terjadi di dunia ini
pada jaman sekarang, telah dinubuatkan jauh sebelumnya di dalam Alkitab. Ketika seseorang
bertanya untuk melihat "nubuat-nubuat yang luar biasa" ini, seseorang bisa melihat bahwa nubuat
itu sangatlah luas dan umum sehingga nubuat itu bisa saja diartikan ada hubungannya dengan
kejadian-kejadian yang terjadi.


Salah satu contohnya adalah, mereka akan mengatakan dunia ini akan segera berakhir karena
Alkitab menubuatkan pada hari terakhir,"Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar
tentang perang." (Matius 24:6.) Masalahnya adalah nubuat ini bisa saja dihubungkan dengan
jaman apa saja dalam sejarah, karena selalu ada peperangan di dalam sejarah dunia karena
selalu ada perang di salah satu bagian di dunia.


Orang-orang Kristen juga mengklaim bahwa semua kejadian dalam kehidupan Yesus telah
dinubuatkan di dalam Alkitab jauh sebelum Yesus dilahirkan. Dan semua yang dinubuatkan itu
terjadi, maka Yesus pastilah seorang Mesias. Maka marilah kita bersama-sama melihat nubuatnubuat
tersebut dan buktikan apakah ada kebenaran dalam klaim tersebut. Di kitab Yesaya di
Perjanjian Lama tertuliskan:
"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang
pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang
Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." Yesaya 9:5


Ayat di atas seharusnya merupakan nubuat yang meramalkan kelahiran Yesus. Tapi apakah
benar? Selain kejadian dilahirkan, tidak ada satupun nubuat yang tercantum di ayat itu yang
terjadi kepada Yesus. Lambang penguasa tidaklah berada di bahunya, Yesus tidak pernah
dipanggil maupun memanggil dirinya sendiri dengan gelar yang ada di ayat tersebut, dan tidak
ada bukti bahwa dunia lebih aman sesudah kelahiran Yesus dibandingkan sebelum kelahirannya.
Ini adalah satu contoh "nubuat luar biasa" yang mana orang Kristen selalu mendasarkan
agamanya. Sebelum kelahiran Yesus, seorang malaikat dikatakan seharusnya telah menubuatkan
bahwa:
"Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan
mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum


keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerjaan-Nya tidak akan berkesudahan." (Lukas
1:32-33)


Akan tetapi jika apa yang dikatakan Alkitab itu benar, Daud tidaklah mungkin menjadi nenek
moyang dari Yesus, karena Tuhanlah, bukan Yusuf, ayah Yesus yang sebenarnya. Lagipula,
Daud adalah raja dalam arti politik, sedangkan Yesus tidak pernah menjadi raja dalam arti politik
maupun dalam arti apapun yang mirip dengan Daud. Akhirnya, para keturunan Yakob
(orang-orang Yahudi) tidak pernah menerima Yesus sebagai raja mereka, secara politik maupun
secara spiritual ataupun dalam arti yang lainnya - dan orang Yahudi pun menolak untuk menerima
Yesus bahkan sampai hari ini. Maka seperti nubuat sebelumnya, nubuat di atas juga terbukti
salah dari segi manapun. Sekali lagi di dalam kitab Yesaya tercantum:
"Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita
kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia
tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan
kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas
Allah." (Yesaya 53:3-5)


Ayat diatas seharusnya menubuatkan tentang ketika Yesus diserang oleh lawan-lawannya, Yesus
tidak akan membalas. Akan tetapi di dalam ajaran Kristen Yesus digambarkan sebagai seorang
yang secara tegas membela dirinya sendiri terhadap kritik dan dengan lantang mengutuk musuhmusuhnya.
Dia mengutuk dan mengkritik orang-orang Farisi ketika mereka melawannya dan
menurut Yohanes 18:33-37, Yesus tidak pernah diam ketika sedang diadili.


Ketika prajurit-prajurit Romawi mensalibkan orang, mereka akan memaku mereka di atas salib,
membiarkan mereka tergantung di salib untuk beberapa saat dan akhirnya mematahkan kaki
mereka, sehingga menambah penderitaan korban dan akhirnya kesakitan itu membunuh mereka.
Menurut Alkitab, ketika prajurit-prajurit Romawi datang untuk mematahkan kaki Yesus, Yesus
sudah meninggal sehingga mereka tidak jadi mematahkan kakinya (Yohanes 19:31-34). Ayat di
atas menjadi contoh nyata bagi orang Kristen fundamental bahwa nubuat Alkitab telah terjadi.
Karena di Mazmur 34:20-21 dikatakan Tuhan tidak akan membiarkan satu tulangpun di tubuh
Mesias untuk patah (remuk). Sayangnya orang-orang Kristen telah lupa untuk menyadari bahwa
meskipun tulang di kaki Yesus tidak patah, tulang-tulang di telapak kaki Yesus pastilah telah
remuk. Ketika paku itu ditancapkan ke dalam kaki Yesus, paku itu pastilah telah meremukkan
setidaknya satu atau beberapa dari tulang telapak kaki Yesus.


Orang-orang Kristen mengklaim bahwa Yesus meninggal dan pada hari ketiga bangkit dari
kematian. Dan tentunya mereka mengklaim bahwa kebangkitan Yesus telah dinubuatkan
sebelumnya. Nubuat itu berbunyi:
"Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak
Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam." (Matius 12:40)


Akan tetapi seperti nubuat-nubuat yang lain, nubuat yang satu ini juga salah. Yesus dinubuatkan
untuk meninggal pada hari Jumat (Jumat Agung) dan bangkit di antara orang mati pada hari
Minggu pagi (Minggu Paskah). Bahkan seorang anak sekolah dasar bisa melihat bahwa jumlah
hari dari hari Jumat sampai Minggu pagi bukanlah tiga hari tiga malam, melainkan satu hari dua
malam. Masalah lain yang muncul adalah sebelum Yesus meninggal, dia berpaling kepada kedua
orang jahat yang disalibkan bersamanya dan berkata,"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari
ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."(Lukas 23:43). Jadi
menurut nubuat, Yesus akan bangkit dari mati setelah tiga hari; menurut ajaran agama, Yesus
bangkit setelah satu hari dan satu malam; dan menurut perkataan Yesus sendiri, dia bangkit dari
mati dan pergi ke surga dihari dia meninggal. Akan tetapi bukan saja nubuat yang dibuat tentang
Yesus yang salah, nubuat yang dibuat oleh Yesus sendiri juga salah. Orang-orang Kristen yang
fundamental selalu berkata bahwa akhir jaman telah akan tiba. Darimana mereka dapatkan ide
buruk seperti ini? Mereka dapatkan ide buruk ini dari Yesus. Yesus percaya dan dengan lantang
mengajarkan kepada dunia bahwa dunia ini akan berakhir pada masa dia masih hidup atau
secepatnya setelah dia meninggal.
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya
terjadi." Lukas 21:25-33 (Yang diketik adalah persis yang tercantum di dalam buku Beyond Belief,
yaitu hanya ayat 32)


"Angkatan ini" yang diucapkan tentunya Yesus sedang mengacu kepada orang-orang yang dia
ceramahkan. Di kesempatan yang lain, dia kembali mengatakan kepada orang-orang yang waktu
itu berdiri mendengarkan ucapan Yesus bahwa beberapa dari mereka masih akan tetap hidup
ketika akhir dunia ini datang.
"Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu mengunjungi kota-kota Israel Matius, Anak
manusia sudah datang." 10:23


Dalam setiap aspek yang dinubuat oleh Yesus, semuanya terbukti salah. Orang-orang yang hidup
pada jaman Yesus hidup sudah jelas telah mati selama 2000 tahun dan buktinya dunia ini belum
juga berakhir. Yesus juga belum datang kembali seperti yang dia nubuatkan sendiri. Murid-murid
Yesus berhenti mengunjungi semua kota di Israel dalam beberapa tahun setelah kematian Yesus
dan Yesus juga belum kembali.
Bukti ini dan beberapa contoh lain telah membuktikan bahwa nubuat-nubuat tentang dan oleh
Yesus adalah tidak benar.
Bahkan ketika satu nubuat kelihatannya benar, ini tidak berarti bahwa nubuat itu benar. Bisa
dibuktikan bahwa siapa saja yang menulis Alkitab telah dengan sengaja membuat kejadian-kejadian
itu terjadi sesuai yang dinubuatkan supaya nubuat itu terlihat benar.


Kita akan meneliti satu contoh yang cukup terkenal. Beberapa ratus tahun sebelum Yesus,
Perjanjian Lama diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani, bahasa pada waktu
itu. Ketika sebuah ayat di Yesaya mengatakan Sang Mesias akan dilahirkan oleh seorang wanita
muda (almah), dengan salah telah diterjemahkan menjadi seorang perawan (parthenas). Hal ini
telah mempengaruhi nubuat. Ketika para pengarang Injil Perjanjian Baru membacanya, mereka
berpikir bahwa untuk bisa menjadi Mesias, ibu Yesus haruslah seorang perawan sehingga
mereka mengarang-ngarang tentang perawan yang melahirkan bayi Yesus. Kenyataannya adalah
cerita ini perlu dikarang karena adanya salah pengertian. Jadi bukanlah nubuat yang telah
diramalkan sebelum kelahiran Yesus, tetapi kejadian-kejadian yang telah dikarang sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan nubuat-nubuat itu.


Bagian 11


Kelahiran Yesus


Kita akan sering mendengar orang-orang Kristen fundamentalis dan penyebar Injil untuk
membanggakan bahwa tidak ada seorangpun yang pernah menemukan satu kesalahanpun di
dalam Alkitab. Sama halnya kita juga akan mendengarkan dari mereka bahwa Alkitab adalah
firman-firman yang diilhamkan oleh Tuhan, sehingga Alkitab itu tidak mungkin salah. Melihat
bahwa orang Kristen sangat berhati-hati dalam mengutip ayat-ayat dari Injil, akan sangat sulit bagi
kita untuk mengerti mengapa klaim di atas bisa dibuat, apalagi dipercaya.


Marilah kita melihat apa yang diutarakan oleh Alkitab tentang kelahiran Yesus. Pertama, kita
diberitahu bahwa kabar rahasia tentang kelahiran Yesus diberitakan kepada Yusuf, ayah Yesus,
lewat mimpi. (Matius 1:20). Lalu kita diberitahu bahwa kabar itu diberikan kepada Maria, ibu
Yesus, oleh seorang malaikat (Lukas 1:28). Yang mana dari kedua cerita ini yang benar? Apakah
Yusuf yang mendapatkan berita itu ataukah Maria? Orang Kristen akan mengatakan bahwa
kedua-duanya mendapatkan berita itu. Lalu mengapa kitab Matius tidak menceritakan kehadiran
malaikat di hadapan Maria dan kitab Lukas tidak menceritakan mimpi Yusuf?


Di satu pihak kita diberitahu bahwa orang tua Yesus mengadakan perjalanan sebelum bayi Yesus
dilahirkan (Lukas 2:4-7) dan di pihak lain kitab Matius 2:13-14 menceritakan bayi Yesus terlahir
terlebih dahulu barulah perjalanan dilakukan. Yang mana dari kedua cerita ini yang benar? Ketika
kita menyentuh topik tempat Yesus dilahirkan, kita akan menemukan lebih banyak pertentangan di
dalam Alkitab. Apakah Yesus dilahirkan di dalam rumah (Matius 1:24-25) ataukah Yesus
dilahirkan di palungan di belakang sebuah rumah penginapan? (Lukas 2:7) Kemudian kita melihat
nenek moyang Yesus. Kita mempunyai dua daftar tentang nenek moyang Yesus dari pihak
ayahnya, akan tetapi ketika kita melihat nama-nama dari daftar tersebut, kita bisa menemukan
bahwa mereka hampir tidak ada hubungannya sama sekali. Isi Alkitab malahan saling
bertentangan terhadap siapa nama kakek Yesus. Yang satu mengatakan nama kakek Yesus
adalah Yakub. (Matius 1:16) dan yang lain mengatakan namanya Eli (Lukas 3:23). Dan lagi,
adalah hal yang tidak masuk akal untuk membahas nenek moyang Yesus dari pihak ayah dan
Yesus sebagai keturunan Raja Daud (Matius 1:1), yang mana sebenarnya Yusuf bukanlah ayah
dari Yesus, melainkan Yesus anak Allah.


Apakah Yesus Seorang Guru yang Baik?


Pada jaman Sang Buddha masih hidup, ada satu sekte keagamaan yang dinamakan Nigantha
yang terpecah-belah setelah meninggalnya pendiri agama tersebut, Nataputta.


Dan setelah kematiannya, Nigantha terpecah menjadi dua bagian, bertentangan dan saling
mencela, bertengkar dan saling menyerang, dan menggunakan perang kata-kata.... Kamu sudah
akan menduga bahwa mereka merasa jijik, tidak senang, dan menolak setelah melihat ajaran itu
disampaikan dengan sangat buruk, sangat tidak layak untuk dibabarkan, dan sangat tidak
berguna, memadamkan hasrat karena ajaran itu diajarkan oleh seorang yang tidak mencapai
pencerahan sempurna dan sekarang tidak ada yang menjaga ajaran ataupun penengah. (Digha
Nikaya, Sutta No.29)


"And at death the Niganthas split into two parties, quarrelling and disputing, fighting and attactking
each other and using a war of words....You would have thought that they were disgusted,
displeased and repelled when they saw that the doctrine was so badly presented, so poorly laid
out and so ineffective incalming the passions because it had been taught by one who was not fully
enlightened and was now without guide or arbiter" Digha Nikaya, Sutta No.29


Cukuplah menarik, inilah yang terjadi seketika begitu Yesus meninggal dan dengan alasan yang
sama pula. Yesus sangatlah terkenal dengan perumpamaan-perumpamaan yang dia gunakan
untuk menggambarkan ide-idenya, tapi pada saat yang sama dia seringkali gagal menerangkan
maksudnya secara jelas. Terkadang ini dikarenakan Yesus sendiri tidaklah jelas tentang ide yang
dia sampaikan, dan pada beberapa saat yang lain, kelihatannya dia adalah seorang yang tidak
bisa berkomunikasi dengan baik. Dan yang lebih aneh lagi adalah Yesus bahkan mengakui
bahwa dia sengaja membuat pesannya tidak jelas.


Dan ketika para muridnya bertanya apa maksud dari perumpamaan yang diucapkan, dia berkata:
(Lukas 8:9-10, Markus 8:17-18)


"Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka
tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya."
Lukas 9:45


Gabungkan kesengajaan untuk membuat orang lain tidak mengerti, beberapa ide-ide yang
bertentangan dari ajaran Yesus, maka tidaklah sulit untuk dibayangkan mengapa para muridnya
terjerumus ke dalam pertentangan ketika Yesus meninggal. Di dalam Surat-Surat Paulus, sering
disebutkan bahwa adanya percekcokan dan pertentangan di antara beberapa kelompok awal


orang Kristen. Paulus mengkomplain bahwa semua gereja di Asia melawannya (2 Timotius 1:15)
dan mereka menolak untuk berpihak kepadanya dalam beberapa argumen theologi (ilmu
ketuhanan) (2 Timotius 4:14-16).


Dia menjelaskan tentang pertentangannya itu kepada Petrus dan para tetua gereja di Yerusalem
(1 Tesalonika 2:1-20), dan tentunya menuduh saingan-saingannya tidak mempunyai kepercayaan
sejati (2 Tesalonika 3:1-3), mengajarkan "tentang Kristus yang lain" dan tidak mengenal Tuhan
(Titus 1:10-16). Yohanes dengan pahit mengeluh bahwa para lawannya mengusir semua yang
mendukung Yohanes keluar dari gereja (Yohanes 1:9-10). Paulus membuat seruan yang
putus-asa dan sia-sia agar semua orang-orang Kristen pertama untuk bersatu.


"Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya
kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu
erat bersatu dan sehati-sepikir. Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh
orang-orang dari keluarga Kloe tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu. Yang aku
maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari
golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus." (1 Korintus
1:10-12)


Apa yang dipertentangkan oleh orang-orang Kristen pertama itu? Salah satu dari banyak hal yang
dipertentangkan tampaknya adalah pada hal apakah anak-anak pria perlu disunat atau tidak.
(Roma 2:25-29, Galatia 6:12-15, Filipi 3:2-4, Kolose 2:11-13). Paulus menentang persunatan dan
menyebut orang yang setuju akan sunat sebagai "anjing" (Filipi 3:2), dan berkata bahwa dia
berharap mereka yang disunat akan secara menyeluruh mengebiri diri mereka sendiri (Galilea
5:12) dan sesat (Titus 1:10).


Sangat menyedihkan bahwa inilah hal yang sangat mengingatkan kita kepada orang-orang
Kristen modern. Ketika mengaku bahwa mereka adalah pemilik kebenaran sejati, tetapi terjadi
begitu banyak pertentangan di antara mereka tentang apa kebenaran itu. Akhirnya pertentangan
itu telah memecahkan mereka menjadi ratusan golongan agama, sekte, pemujaan, dan gereja,
dan menolak untuk secara bersatu memuja satu Tuhan.


Sama halnya dengan orang-orang Kristen pertama, banyak sekali niat buruk dan kedengkian di
antara mereka yang mana satu kelompok menuduh kelompok yang lain bukan "Kristen sejati",
tidak mengerti isi Alkitab, dan dibimbing oleh Setan. Bagi orang Buddhis dan orang non-Kristen
yang lain, ini sangatlah membingungkan. Kalau benar firman-firman Yesus tentang penyelamatan
itu jelas, dan jika benar Tuhan berbicara dengan dan menuntun orang Kristen melalui doa,
mengapa terdapat begitu banyak pertentangan dan permusuhan di antara mereka.


(Catatan dari penterjemah: Orang-orang Kristen juga mungkin akan mengatakan bahwa adanya
begitu banyak golongan dan sekte dalam ajaran agama Kristen dikarenakan penafsiran yang
berbeda tentang Alkitab. Kalau kita mendengar jawaban seperti itu, ini jelas sangatlah
membingungkan. Bagaimana tidak? Kalau Alkitab benar-benar adalah Firman Allah, dan umat
Kristen dituntun oleh dan berbicara dengan Tuhan yang sama, bagaimana mungkin bisa ada
perbedaan penafsiran? Itu berarti KALAU Tuhan ada, Tuhan tidaklah bisa berkomunikasi dengan
baik, maka Tuhan itu tidaklah sempurna. Kalau berkomunikasi saja tidak bisa, bagaimana bisa
menciptakan alam semesta ini? )


Perjamuan Terakhir


Alkitab telah memberikan kita keterangan yang sangat sedikit tentang kehidupan Yesus sampai
dia berumur 30 tahun. Dan bahkan ketika dia pelayanan kepada umatnya dimulai, terdapat
banyak kebingungan tentang apa yang terjadi dan waktu kejadian.


Misalnya, Kitab Yohanes mengaku bahwa pembersihan tempat jemaah dilakukan pada awal
pelayanan Yesus. (Yohanes 2:13-14) Tetapi di Kitab Lukas dituliskan pembersihan tempat
jemaah dilakukan pada akhir pelayanan. (Lukas 19:45-46). Di satu pihak kita diberitahu bahwa
Yesus tinggal dirumah Petrus dan kemudian menyembuhkan orang sakit kusta (Markus 1-29-45).
Di pihak lain kita membaca dia menyembuhkan orang sakit kusta dan masuk kemudian masuk ke
rumah Petrus (Matius 8:1-2, 8:14). Di satu pihak kita membaca panglima Romawi berbicara
langsung dengan Yesus (Matius 8:5); bertolak belakang dengan Kitab Lukas 7:1, panglima
Romawi mengirim orang-orangnya untuk berbicara kepada Yesus. Di injil Markus kita diberitahu
bahwa Yesus meninggalkan Tyre dan melewati Sidon untuk menuju Laut Galilea (Markus 7:31).
Dengan melihat peta Israel, bisa dibuktikan bahwa perjalanan tersebut cukup mustahil terjadi
karena Sidon berada di bagian yang berlawanan sama sekali.


Orang Kristen akan dengan berat hati mengaku adanya kesalahan-kesalahan di dalam Alkitab,
tetapi juga mereka akan mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan itu tidaklah penting. Mungkin
memang tidak penting, tapi pengakuan itu dan kesalahan-kesalahan itu telah membuktikan bahwa
Alkitab bukanlah tidak pernah salah, dan jika Alkitab ternyata memuat kesalahan-kesalahan
tentang apa yang Yesus perbuat, maka Alkitab juga bisa saja memuat kesalahan-kesalahan
tentang apa yang diucapkan oleh Yesus.


Bahkan ketika kita melihat kepada kejadian-kejadian penting dalam kehidupan Yesus, kita
menjadi bingung sendiri. Marilah kita lihat dan teliti tentang Perjamuan Terakhir. Menurut kitab
Matius, Markus dan Lukas, Perjamuan Terakhir Yesus terjadi pada hari suci Paskah orang
Yahudi (Matius 26:17-20, Markus 14:12-17, Lukas 22:7-14). Kitab Yohanes, di pihak yang lain,
mengatakan bahwa Perjamuan Terakhir terjadi di hari sebelum Paskah (Yohanes 19:14). Matius,
Markus, Lukas dan Yohanes adalah murid Yesus yang berada di Perjamuan Terakhir bersama
Yesus. Mereka juga seharusnya adalah murid-murid Yesus yang ingat secara jelas dan
menuliskan semua ajaran Yesus. Kalau mereka tidak bisa mengingat hari Perjamuan Terakhir
dengan benar, bagaimana kita bisa tahu kalau mereka bisa mengingat ajaran Yesus dengan
benar?


Yesus Diadili

Sekarang marilah kita lihat bagian paling penting dari kehidupan Yesus, pengadilan terhadap
Yesus. Seperti yang dijelaskan di Alkitab, telah bisa kita tebak bahwa pengadilan itu penuh
dengan kontradiksi, tetapi pengadilan tersebut juga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang
sulit untuk dijawab. Pengadilan itu sendiri dan kejadian-kejadian sebelum pengadilan, biasanya
dijelaskan oleh orang Kristen sebagai berikut: Yesus masuk ke kota Yerusalem menunggang
seekor keledai menyambut sorak-sorai dari penduduk kota tersebut. Kemudian Yesus ditangkap
oleh pengikut dari pendeta-pendeta Yahudi yang kemudian memukulnya dan menyerahkannya
kepada prajurit Romawi.


Gubernur Romawi, Pontius Pilatus, tidak bisa menemukan kesalahan pada diri Yesus, tetapi para
pemuka agama Yahudi tetap memaksakan bahwa Yesus bersalah. Karena tidak mampu membuat
keputusan, Pontius Pilatus memutuskan untuk menanyakan kepada orang banyak, lepaskan
Yesus? Ataukah lepaskan seorang pengacau Yahudi? Orang-orang berteriak meminta pengacau
orang Yahudi itu dilepaskan, dan minta Yesus disalibkan. Akhirnya Pilatus dengan terpaksa
menjatuhkan hukuman kepada Yesus.


Apakah benar pengadilan itu berjalan seperti yang diceritakan di atas? Marilah kita lihat. Kita
diberitahu bahwa Yesus menunggang keledai masuk ke Yerusalem dan disambut dengan
sorak-sorai oleh orang banyak, menjulurkan jubah mereka di atas jalan dan memujinya sebagai
raja mereka. (Markus 11:8) Tetapi sehari sesudahnya, orang-orang banyak berteriak menuntut
disalibkannya Yesus (Markus 15:12-14). Perubahan dari puji-pujian yang berlebihan menjadi
kebencian yang tiba-tiba ini sangatlah sulit untuk dijelaskan. Kemudian Yesus dihadapkan kepada
Pontius Pilatus. Alkitab menjelaskan bahwa Pontius Pilatus adalah seorang yang tidak bisa
menemukan kesalahan Yesus, tetapi dipaksa oleh pendeta-pendeta Yahudi untuk
menyalibkannya. Ini jelas saja tidak mungkin. Kerajaan Romawi sangat terkenal akan
pemerintahan yang kuat dan efektif; sistem pengadilan mereka terkenal akan keadilannya dan
tentu saja pemerintah Romawi tidak mungkin mengirimkan seorang pemimpin yang penuh
bimbang untuk memimpin wilayah yang penuh masalah. Siapa yang bisa percaya bahwa seorang
Gubernur Romawi bersedia membiarkan rakyat-rakyatnya untuk membuat keputusan pengadilan
dan memberitahu dia bagaimana menjalankan pengadilan yang benar?


Alkitab mengatakan bahwa Pilatus menanyakan orang banyak tentang apakah mereka mau
Yesus atau Barabas untuk dilepaskan. (Lukas 23:13-18), dan ketika mereka menyebut Barabas,
Barabas dilepaskan dan Yesus yang dihukum. Kredibilitas telah ditarik sampai ujung terjauh. Kita
diminta untuk percaya bahwa seorang gubernur Romawi mau menghukum orang yang dia
temukan tidak bersalah dan membebaskan seorang pengacau yang terlibat dalam pembunuhan
untuk menggulingkan kekuasaan Romawi. (Lukas 23:19). Orang Romawi tidak menaklukkan dan
memerintah Eropa, Afrika, dan Timur Tengah dengan membebaskan pemberontak yang
berbahaya. Mereka sangatlah kuat, adil dan tidak pandang bulu terhadap semua yang melawan
mereka. Maka bisa kita simpulkan bahwa pernyataan orang Kristen tentang pengadilan Yesus
tidaklah meyakinkan.


Kalau kita membaca apa yang Yesus ucapkan di pengadilannya, kita bisa melihat bahwa semua
pernyataan tentang pengadilan itu adalah dibuat-buat. Menurut Injil Matius, ketika sedang diadili
Yesus "tidak memberikan jawaban" (Matius 27:12) dan "tidak menjawab pertanyaan, bahkan tidak
kepada satu tuduhan pun, yang mana mengejutkan sang gubernur." (Matius, 27:1-4). Dalam
pernyataan yang sama sekali bertolak belakang, Kitab Yohanes mengklaim bahwa Yesus
menjawab semua tuduhan, menanyakan pertanyaan dan berbicara banyak selama pengadilan.
(Yohanes 18:33-37). Mana dari kedua ini yang benar? Apakah Yesus diam? Apakah Yesus
berbicara? Seperti halnya kitab Yohanes, kitab Lukas juga mengatakan bahwa Yesus banyak
berbicara selama persidangan. Tetapi jika kita membandingkan pernyataan Yohanes dengan
pernyataan Lukas, kita menemukan bahwa hampir semua kalimat yang diucapkan dalam
ayat-ayat tersebut berbeda. (Bandingkan Yohanes 18:33-37 dengan Lukas 22:66-70). Tentunya,
klaim-klaim orang Kristen bahwa Alkitab itu sangat akurat, dokumen sejarah yang bisa dipercaya
adalah tidak benar.


Bagian 12


Apa Yang Terjadi Kepada Yudas?


Yudas adalah murid yang mengkhianati Yesus. Setelah dia mengkhianati Yesus, diberitakan dia
meninggal tak lama kemudian. Di kisah ini, seperti kejadian-kejadian yang lain, Alkitab
memberikan kepada kita beberapa cerita yang membingungkan.


Matius 27:3-8 menceritakan Yudas merasa berdosa telah menyerahkan Yesus yang dihukum
mati, lalu mengembalikan tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, kemudian
Yudas menggantung dirinya. Tiga puluh perak itu dipakai oleh mereka sebagai tempat pekuburan
orang asing yang disebut Tanah Tukang Periuk.


Di kitab yang lain dilaporkan cerita yang lain pula.
"Yudas ini telah membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup,
dan perutnya terbelah sehingga semua isi pertunya tertumpah ke luar. Hal itu diketahui oleh
semua penduduk Yerusalem, sehingga tanah itu mereka sebut dalam bahasa mereka sendiri
"Hakal-Dama", artinya Tanah Darah." (Kisah Para Rasul 1:18-19)


Apakah Yudas yang membeli ladang itu ataukah para ketua agama? Apakah Yudas menggantung
dirinya ataukah dia jatuh dan seluruh isi tubuhnya menyembur keluar?


Kata-kata Terakhir Yesus


Banyak dari ajaran Kristen yang berdasarkan pada satu kata atau kalimat yang mana dikabarkan

adalah ucapan Yesus. Untuk membuktikan kebenaran dari kepercayaan mereka, orang-orang
Kristen akan cepat-cepat membuka Alkitab mereka dan berkata,"Nah, terbukti Alkitab itu benar!"
Mereka berpendapat bahwa semua frase, semua kalimat, semua kata yang ada di dalam Alkitab
adalah yang diucapkan oleh Yesus. Kita telah melihat bahwa Injil adalah dokumen yang
membingungkan akan apa yang dilakukan dan diucapkan oleh Yesus. Bahkan kenyataannya,
kata-kata terakhir Yesus saja juga teringat dengan akurat. Menurut Matius, kata-kata terakhir
Yesus adalah: "Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:46).
Menurut Markus, Yesus hanya berteriak keras-keras lalu meninggal (Markus 15:37). Menurut
Lukas, Yesus berkata,"Bapa, ditanganMulah saya serahkan rohku" (Lukas 23:46). Menurut
Yohanes, kata-kata terakhir Yesus adalah,"Selesailah sudah." (Yohanes 19:30). Sekali lagi kita
melihat perbedaan-perbedaan dan pertentangan-pertentangan yang membuat kita mustahil untuk
percaya.


Kebangkitan


Apakah benar Yesus meninggal dan bangkit di antara orang-orang mati setelah tiga hari? Laporan
tentang kejadian yang paling penting dari empat kitab awal Perjanjian Baru adalah begitu
membingungkan dan penuh pertentangan. Sehingga usaha untuk membuat orang yang netral
menjadi ragu adalah sangat mudah. Sampai ke tahap ini, para pembaca diminta untuk
mempersiapkan Alkitab untuk memeriksa ayat-ayat yang dikutip. Kita akan melihat keempat
laporan tentang Kebangkitan Yesus berbeda di hampir semua aspek detil.


1. Kapankah Kebangkitan itu terjadi?
Keempat dari Injil awal Perjanjian Baru setuju bahwa kebangkitan terjadi di hari Minggu pagi.
(Matius 28:1, Markus 16:1, Lukas 24:1, Yohanes 20:1)


2. Siapa yang pergi ke kubur?
Di sinilah masalahnya dimulai. Matius berkata bahwa dua Maria pergi ke kubur (Matius 28:1);
Markus berkata bahwa kedua Maria, Salomo pergi ke kubur (Markus 16:1); Lukas berkata kedua
Maria, Joanna dan beberapa wanita lain pergi ke kubur (Lukas 24:10); dan Yohanes berkata
Maria pergi sendiri (Yohanes 20:1). Orang Kristen mengatakan bahwa Alkitab tidak mengandung
kesalahan, tetapi kenyataannya dalam topik ini saja sudah terdapat begitu banyak kesalahan.
Mereka mengklaim bahwa orang-orang yang menulis Injil diilhami oleh Tuhan ketika menulis
kitab-kitab tersebut, tetapi ternyata ilham itu tidak cukup untuk menyajikan kebenaran.


3. Apakah ada gempa bumi?
Matius mengatakan bahwa pada saat itu ada "gempa bumi yang luar biasa" (Matius 28:2), tetapi
mengapa ketiga kitab-kitab yang lain gagal untuk menjelaskan gempa tersebut? Seharusnya
gempa yang luar biasa yang terjadi pada waktu yang begitu penting akan sulit untuk dilupakan.
Adalah jauh lebih mungkin kalau Matius hanya mengarang-ngarang cerita dan menambah kesan
drama di dalam kitabnya, dalam kata lain dia berbohong.


4. Ada berapa malaikat?
Yang berikutnya, Matius mengklaim bahwa malaikat yang hadir di hadapan kedua wanita,
mendorong pintu dari batu dan duduk di atas pintu tersebut. (Matius 28:2). Dia juga mengatakan
bahwa para penjaga kubur itu begitu takut mereka menjadi pingsan (Matius 28:4). Cerita Markus
lain lagi. Dia mengatakan bahwa pintunya sudah terbuka terlebih dahulu sebelum wanita-wanita
itu sampai, sehingga wanita-wanita itu masuk ke dalam kubur dan melihat malaikat di dalam kubur
itu. (Markus 16:4-5). Dan Markus tidak menceritakan adanya penjaga kubur. Cerita Lukas bahkan
lebih berdayacipta tinggi. Dia mengatakan bahwa wanita-wanita itu masuk ke dalam dan melihat
bukan satu, tapi dua malaikat. (Lukas 24:4). Tentunya ada dari penulis Injil itu yang tidak berkata
dengan benar. Yohanes mengklaim bahwa Maria pergi ke kubur itu sendiri, melihat pintu batu
terbuka, lari untuk memberitahu murid-murid yang lain dan ketika murid-murid yang lain masuk ke
dalam kubur, Maria menunggu di luar. Setelah semuanya pulang, Maria menunggu di kubur, dan
ketika sedang menunggu, kedua malaikat muncul di hadapannya, dan Yesus juga hadir meskipun
Maria tidak bisa mengenalnya. (Yohanes 20:12-14). Dan berdasarkan "bukti-bukti" yang
diputarbalikkan inilah para orang Kristen berpijak.


Apakah Yesus Tuhan?


Orang Kristen sering berkata bahwa Yesus adalah Tuhan. Sekarang marilah kita lihat apakah ada
kebenaran terhadap klaim tersebut. Kalau Yesus adalah Tuhan, sangatlah aneh karena dia tidak
pernah mangaku dirinya Tuhan. Tidak ada satu ayatpun di dalam Alkitab di mana Yesus secara
pasti berkata,"Sayalah Tuhan." Orang Kristen akan tidak setuju terhadap hal ini dan mengatakan
bahwa Yesus sering menyebut dirinya Anak Allah. Tetapi, Alkitab secara jelas menyatakan bahwa
siapapun yang baik dan percaya, layak disebut Anak Allah. Seperti contoh, Yesus menyebut
Adam, anak Allah. (Lukas 3:38)


"Dan di tempat, di mana akan dikatakan kepada mereka: "Kamu ini bukanlah umat-Ku," di sana
akan dikatakan kepada mereka: "Anak-anak Allah yang hidup." (Roma 9:26)


"Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang
menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu di sorga, yang
menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi
orang yang benar dan orang yang tidak benar." (Matius 5:44-45)


"Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus." (Galatia 3:26)


Yesus disebut sebagai Putra Allah yang tunggal (diperanakkan). Bahkan sebutan inipun tidaklah
luar biasa. Di Psalms, Tuhan berkata kepada Daud,"Aku menceritakan tentang ketetapan
TUHAN; Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari
ini."(Mazmur 2:7). Bahkan kenyataannya, Yesus berkata secara jelas bahwa ketika dia

menyatakan dirinya anak Allah, dia tidak memaksudkan dirinya sebagai Tuhan / Allah atau
berhubungan dengan Tuhan dalam arti yang sebenarnya. Ketika para pendeta Yahudi mengkritik
Yesus yang mengklaim dirinya setara dengan Allah, Yesus berkata:


"Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman:
Kamu adalah Allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah -
sedangkan Kitab Suci tidak dapat dibatalkan-, masihkah kamu berkata kepada Dia yang
dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah!
Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?" (Yohanes 10:34-36)


Orang-orang Kristen akan memprotes bahwa kutipan "anak allah" tidaklah ditulis di dalam huruf
besar. Tetapi ketika Yesus mengklaim dirinya, huruf besarlah yang dipakai sehingga tertulis "Anak
Allah". (Catatan dari penterjemah: Kita semua tahu bahwa huruf besar dan huruf kecil tidak ada
bedanya ketika diucapkan. Misalnya: huruf besar "A" tidak diucapkan dengan membuka mulut
lebih besar daripada mengucapkan huruf kecil "a".) Akan tetapi huruf-huruf besar untuk membuat
sebuah frase menjadi luar biasa atau untuk penekanan adalah inovasi dari bahasa Inggris
moderen.


(Catatan dari penterjemah: Dan juga inovasi dari bahasa Indonesia dan banyak bahasa di dunia)
Di dalam bahasa Yunani dan Aramaic, bahasa-bahasa yang dipakai untuk menulis Perjanjian
Baru, huruf-huruf besar tidak pernah dipakai, sehingga perbedaan "anak allah" dan "Anak Allah"
tidak pernah ada. Orang-orang Kristen sangat cerewet terhadap klaim Yesus sebagai Anak Allah,
tetapi seperti yang telah kita lihat, sama sekali tidaklah unik ataupun special terhadap klaim ini.
Orang-orang Kristen akan berdalih bahwa pemakaian "anak Tuhan" digunakan dalam dua cara -
sebagai julukan kepada orang yang suci dan sebagai Anak Allah, Yesus yang tadinya bersama
dengan Allah Bapa di surga dan turun ke dunia. Tetapi di dalam julukan Anak Allah kepada Yesus
juga tidaklah unik. Alkitab menjelaskan bahwa Allah Bapa mempunyai beberapa putra yang
bersama denganNya di surga, yang kemudian turun ke dunia dan hidup bersama manusia seperti
yang dilakukan Yesus, turun ke dunia.


"Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahirlah
anak perempuan, maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu
cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang
disukai mereka, Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam
manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja."
(Kejadian 6:1-3)


Di dalam Alkitab, Jesus dipanggil sebagai Anak Manusia lebih dari 80 kali Akan tetapi di Alkitab
juga tercantum bahwa di mata Allah Bapa, Anak Manusia tidaklah lebih dari sekedar seekor ulat.
(Ayub 25:6). Bagaimana mungkin orang-orang Kristen menganggap Anak Manusia sebagai Tuhan
sedangkan Alkitab sendiri menyatakan Anak Manusia tidak lebih dari seekor ulat?
Content managed by the Etomite Content Management System.


Bagian 13


Kemudian orang-orang Kristen akan bersikeras bahwa Yesus dipanggil Mesias, tapi sekali lagi
tidaklah aneh untuk dipanggil Mesias. Di dalam bahasa Ibrani "mashiah" yang mana bahasa
Yunaninya adalah "yang diurapi", dan istilah ini digunakan untuk menyatakan siapa saja yang
dikirim oleh Tuhan Allah untuk membantu orang Israel. Bahkan seorang yang bukan keturunan
Yahudi juga bisa dipanggil Mesias. Alkitab bahkan memanggil penyembah berhala Raja Persia
Sirus sebagai Mesias karena dia telah membiarkan orang-orang Tuhan untuk kembali ke tanah
asal mereka. (Yesaya 45:1). Hanya karena Yesus dipanggil Mesias tidak membuktikan bahwa
Yesus adalah Tuhan. Kenyataannya, di seluruh isi Alkitab, Yesus selalu menekankan dengan
jelas bahwa dia bukanlah Tuhan. Ketika seseorang memanggil Yesus "seorang guru yang baik"
Yesus berkata:
"Jawab Yesus; "Mengapa kau katakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain daripada Allah
saja." (Lukas 18:19)


Kalau Yesus benar-benar adalah Tuhan, lalu mengapa dia menyangkal bahwa dia itu baik? Kita
diberitahu bahwa Yesus berdoa, akan tetapi kalau Yesus adalah Tuhan, mengapa dia perlu
berdoa kepada dirinya sendiri? Dan ketika Yesus berdoa, dia berkata kepada Tuhan,"bukan
keinginankulah, tetapi keinginanMu" (Lukas 22:42). Cukup jelaslah sekarang Yesus telah
menyatakan dengan jelas adanya perbedaan antara keinginan Tuhan dengan keinginannya.
Yesus berkata bahwa tidak seorangpun pernah melihat Tuhan. (Yohanes 1:18), yang
mengartikan bahwa ketika orang-orang melihat dia, mereka tidaklah sedang melihat Tuhan. Sekali
lagi Yesus berkata dia tidak bisa melakukan segala sesuatu tanpa Tuhan.


"Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu: sesungguhnya Anak tidak
dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya;
sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak." (Yohanes 5:19)


"Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang
Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan
kehendak Dia yang mengutus Aku." Yohanes 5:30


" Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa
Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara
tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku." (Yohanes 8:28).


Kalau Yesus adalah Tuhan, dia bisa berbuat apa saja yang dia inginkan, dan dalam ayat-ayat di
atas, dan lusinan ayat yang lain dia membuat jelas bahwa dia dan Tuhan tidak sama. "Bapa lebih
besar daripada Aku" (Yohanes 14:28) menjelaskan dengan sejelas-jelasnya bahwa dia tidaklah

sebesar Tuhan, maka dia berbeda daripada Tuhan. Dia berkata:
"Setiap orang yang melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh
kudus, ia tidak akan diampuni." (Lukas 12:10)


Sekarang, kalau Yesus dan Roh Kudus adalah sama, untuk mengutuk yang satu sama artinya
dengan seseorang telah mengutuk yang lain. Di dalam Alkitab, kita diberitahu bahwa tidak ada
seorangpun yang lahir daripada wanita bisa menjadi suci. (Ayub 25:4). Yesus dilahirkan dari
seorang wanita, ibunya Maria, maka tentunya Yesus itu adalah tidak suci. Kalau Yesus tidak suci,
bagaimana mungkin Yesus itu Tuhan?


Kita diberitahu bahwa Yesus meninggal selama 3 hari sebelum naik ke surga. Bagaimana
mungkin Tuhan bisa mati? Siapa yang menjaga alam semesta ini ketika dia mati? Yesus berkata
bahwa pada akhir dunia ini, dia akan duduk di sebelah kanan Allah Bapa untuk mengadili dunia ini
(Lukas 22:69). Jika Yesus dan Tuhan adalah sama, bagaimana mungkin? Telah cukup jelas
bahwa keduanya itu terpisah dan berbeda. Dan sekali lagi Daud digambarkan duduk di sebelah
kanan Bapa. Jadi untuk bisa mengadili, seseorang tidaklah harus menjadi Tuhan. (Mazmur 110:1)
Kita diberitahu bahwa Yesus berada di antara manusia dan Tuhan.


"Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu
manusia Kristus Yesus." (I Timotius 2:5)


Ayat tersebut telah jelas menyatakan bahwa Yesus bukanlah Tuhan, dan kalau dia adalah Tuhan,
bagaimana mungkin dia berdiri di antara Tuhan dan manusia? Ayat tersebut juga mengatakan
bahwa Yesus adalah seorang manusia (lihatlah juga Kisah Para Rasul 17:30-31).


Di dalam buku Matius dan Lukas (Matius 1:16, Lukas 3:23) kita diberitahu nama-nama dari ayah
Yesus, ayah dari ayah Yesus, dan seterusnya sampai ke beberapa generasi sebelumnya. Kalau
Tuhan benar-benar adalah ayah Yesus, mengapa di Alkitab tercantum nama-nama nenek moyang
Yesus dari pihak ayah Yesus? Orang-orang Kristen telah mengklaim untuk selamanya bahwa
Yesus itu Tuhan dan pada saat yang sama dia juga adalah anak Tuhan. Bagaimana mungkin bisa
terjadi? Bagaimana mungkin seorang ayah bisa menjadi anaknya dan dirinya sendiri pada saat
yang bersamaan? Dan untuk membuat hal lebih membingungkan lagi, Roh Kudus di bawa ke
dalamnya, dan kita diminta untuk percaya bahwa Yesus, Tuhan dan Roh Kudus adalah berbeda
tetapi sama.


Klaim-klaim orang-orang Kristen bahwa Yesus adalah Tuhan bertentangan dengan apa yang
telah ditulis di Alkitab.


Ide bahwa Yesus adalah Tuhan sangat berlawanan dengan akal sehat dan menimbulkan
masalah-masalah logika. Kalau saja kita melihat Yesus seperti apa adanya, seorang nabi dan
pembaharu, semua problem di atas tidak mungkin muncul.


Apakah Yesus Sempurna?


Kalau seorang guru agama adalah sempurna, kita akan mengharapkan tingkah laku dari orang
yang sempurna itu haruslah juga sempurna, tidak mungkin bisa dipersalahkan. Ajarannya juga
hendaknya sangat manusiawi dan bisa dijalankan, dan adanya kemantapan (konsistensi) antara
apa yang di ajarkan dan apa yang mereka sendiri perbuat. Yesus, tentunya, menyangkal bahwa
dia itu sempurna. (Lukas 18:19) akan tetapi meskipun telah ada penyangkalan ini yang disertai
oleh bukti-bukti Alkitab, orang-orang Kristen tetap saja menyatakan bahwa Yesus itu sempurna.
Mereka harus menyatakan Yesus sempurna, karena mereka telah salah mengartikan, di mana
bagi mereka Yesus adalah Tuhan - bagaimana mungkin Tuhan itu tidak sempurna? Orang-orang
Buddha percaya bahwa Yesus adalah seorang manusia yang baik, seperti halnya juga para
pendiri agama-agama lain di dunia juga adalah orang yang baik. Tetapi Yesus tidaklah mencapai
pencerahan sempurna seperti Sang Buddha, tentunya Yesus tidaklah sempurna. Seperti
orang-orang lain yang tidak mencapai kesunyataan, Yesus terkadang berbuat kesalahan,
beberapa hal yang dia ajarkan itu tidak bisa diterapkan, dan terkadang dia sendiri gagal untuk
menjalankan apa yang dia ceramahkan kepada orang lain. Marilah kita buktikan sendiri.
Ajaran-ajaran etika Yesus sering digambarkan sebagai "sangat agung", "mulia", "sempurna sama
sekali" dan lain-lain. Tapi apakah benar? Marilah kita melihat ajarannya tentang perceraian. Di
dalam Perjanjian Lama, perceraian diperbolehkan atas dasar beberapa keadaan, yang tentunya
ketika dua orang sepasang telah tidak lagi saling mencintai atau sudah saling tidak cocok, adalah
hal yang paling manusiawi. Tetapi Yesus malah mengambil pandangan yang sangat ekstrim
terhadap perceraian, dengan mengatakan bahwa perceraian itu diperbolehkan atas dasar
perzinahan:


"Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia
menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia
berbuat zinah." (Matius 5:31-32)


Ajaran yang buruk ini telah mengartikan bahwa hingga akhir-akhir ini di negara-negara Kristen,
jutaan pasangan telah terperangkap di dalam rumah tangga yang tidak bercinta dan tidak
bahagia, tetapi tidak boleh bercerai. Ini juga telah berarti bahwa begitu banyak wanita yang
akhirnya bisa bercerai dari suaminya tanpa berzinah, dicap sebagai orang yang melakukan
perzinahan kalau mereka menikah lagi. Ajaran Yesus yang satu ini saja telah menyebabkan
banyak penderitaan dan kesakitan hati yang tidak bisa dilukiskan.


Sebuah contoh lain dari ajaran Yesus yang jauh dari sempurna ini adalah sikapnya terhadap
uang. Yesus tampaknya memiliki kebencian terhadap orang kaya:
"Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh
penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah

kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis." (Lukas 6:24-25)
Memang benar orang kaya itu terkadang serakah, tidak berpikir panjang (seperti halnya juga ada
orang miskin yang begitu). Tetapi Yesus tidak menyatakan kalau orang kaya itu serakah dan tidak
berpikir panjang. Orang-orang kaya dikutuk hanya karena mereka kaya. Pernah sekali, seorang
pria muda meminta jawaban dari Yesus tentang bagaimana seseorang bisa mendapatkan
kehidupan abadi, Yesus akhirnya berkata:


"Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan
berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian
datanglah kemari dan ikutlah Aku."" (Matius 19:21)


Yesus bahkan sampai mengatakan sejauh ini, bahwa adalah mustahil bagi orang kaya untuk
masuk surga.


"Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali
bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi aku berkata kepadamu,
lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam
Kerajaan Allah." (Matius 19:23-24)


Tentu saja orang-orang Kristen tidak pernah memperhatikan ucapan Yesus yang satu ini, karena
jika benar mereka memperhatikan dan menjalankan ajaran Yesus ini, semua negara Kristen di
dunia ini akan runtuh ekonominya, dan semua kualitas baik tentang kewirausahaan yang
menghasilkan kebaikan, akan musnah. Ajaran yang tidak bisa dijalankan dan tidak adil dari Yesus
ini sangatlah berbeda dengan sikap Sang Buddha terhadap kekayaan.


Apakah itu kebahagiaan terhadap pemilikan? Di dalam ini, seorang kepala keluarga memiliki
kekayaan yang didapat dengan usaha yang penuh tenaga, yang didapat dari kekuatan tangan
dan keringat dari kening, yang didapat secara adil dan patuh hukum. Ketika dia memikirkan
tentang hal ini, dia merasakan kebahagiaan dan kepuasan.


Dan apakah itu kebahagiaan akan kekayaan? Di dalam ini, seorang kepala keluarga mempunyai
kekayaan yang didapat secara adil dan patuh hukum, dan dengan kekayaannya itu, dia
melakukan banyak perbuatan baik. Ketika dia memikirkan tentang hal ini, dia merasakan
kebahagiaan dan kepuasan. Dan apakah itu kebahagiaan akan kebebasan dari hutang? Di
dalamnya, seorang kepala rumah tangga tidak berhutang kepada siapapun, besar ataupun kecil,
dan ketika dia berpikir tentang hal ini, dia merasakan kebahagiaan dan kepuasan. (Anguttara
Nikaya, Book of Fives, Sutta No.41)


"What is the happiness of ownership? Herein, a householder has wealth acquuired by energetic
striving, won by strength of arm and sweat of brow, justly and lawfully won. When he thinks of this,
he feels happiness and satisfaction.
Content managed by the Etomite Content Management System.


Bagian 14


And what is the happiness of wealth? Herein, a householder has wealth justly and lawfully won,
and with it he does many good deeds. When he thinks of this, he feels happiness and satisfaction.
And what is the happiness of freedom from debt? Herein, a householder owes no debt large or
small to anyone, and when he thinks of this, he feels happiness and satisfaction." Anguttara
Nikaya, Book of Five, Sutta No.41)


Beliau juga mengerti bahwa dengan tingkah laku yang benar, orang-orang yang kaya dapat
melakukan hal-hal yang baik dengan uang yang mereka dapat.


Dengan kekayaan yang didapat dari kerja yang penuh tenaga, didapat dari kekuatan tangan, dan
keringat dari kening secara patuh hukum dan adil, seorang murid yang mulia membuat dirinya, ibu
dan ayahnya, istri dan anak-anaknya, pembantunya dan orang yang bekerja kepadanya dan
teman-teman serta kenalannya senang dan bahagia - dia menciptakan kebahagiaan yang
sempurna. Inilah kesempatan pertama yang diraih olehnya, digunakan untuk kebaikan dan dipakai
secara benar. (Anguttara Nikaya, Book of Fives, Sutta No.41)


"With wealth acquired by energetic striving, won by strength of arm and sweat of brow lawfully and
justly, a noble disciple makes himself, his mother and father, his wife and children, his servants
and workmen and his friends and acquintances cheerful and happy - he creates perfect
happiness. This is the first opportunity seized by him, used for good and appropriately made use
of" (Anguttara Nikaya, Book of Fives, Sutta No.41)


Maka, daripada tidak mengikutsertakan semua orang yang kaya dari kehidupan beragama seperti
yang dilakukan Yesus, Sang Buddha mengajarkan mereka untuk menghasilkan uang dengan jujur
dan menggunakan kekayaan mereka untuk kepentingan orang banyak dan masyarakat pada
umumnya.


Akan tetapi ajaran Yesus yang telah menghasilkan lebih banyak masalah daripada ajaranajarannya
yang lain adalah pernyataan yang dia buat bahwa dia dan hanya dia yang bisa
memberikan penyelamatan. (Yohanes 14:6). Sehingga tak bisa digugat lagi dari pernyataan di
ayat di atas bahwa semua agama lain hanya akan mengakibatkan satu-satunya alternatif lain -
neraka. Pernyataan ini juga telah mengartikan bahwa agama-agama lain mengajarkan kejahatan.
Secara menyedihkan sekali, pernyataan yang dibuat oleh Yesus ini telah menjadi akar ciri khas
utama dari orang-orang Kristen - tidak toleransi. Orang-orang Kristen selalu mempersamakan
orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus sebagai orang jahat, dan telah menuduh orang
yang tidak percaya sebagai orang yang tidak bertuhan, orang jahat, orang keras kepala,
penyembah berhala, orang-orang tercela, pengikut ajaran nabi-nabi palsu, pemuja setan.
(Lihatlah 2 Petrus 2:1-22)















"Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak
percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau
bagaimanakan terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara
Kristus dan Beliau? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak
percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang
hidup menurut firman Allah ini:


"Aku akan diam bersama-sama dengan mereka, dan hidup di tengah-tengah mereka, dan aku
akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku." (2 Korintus 6:14-16)
Paulus menanyakan, kemiripan apa yang muncul antara orang Kristen dan seorang Buddha?
Berhubung Paulus adalah seorang penginjil yang fundamental (keras), bahwa kenyataan ajaran
Buddhis yang penuh kasih sayang, belas kasihan, keikhlasan, kesabaran, kerendahan hati,
kejujuran seperti yang Paulus sendiri perbuat, tidak ada artinya sama sekali. Hanya karena
seorang beragama Buddha tidak percaya bahwa Yesus itu Tuhan, telah menganggap orang
Buddhis tersebut sebagai penuh akan kejahatan dan kegelapan; seorang pemuja setan yang
harus dihindari, dan patut masuk neraka.


Ini adalah tragedi besar tentang Kristiani - semakin kuat iman orang Kristen kepada Yesus,
biasanya orang itu semakin memihak, semakin fanatik dan semakin tidak toleransi. Sangatlah
melegakan bagi kita umat Buddhis untuk bisa berlindung kepada Buddha, dan masih bisa
menghormati dan mengagumi Lao Tzu, Nabi Muhammad, Krishna, Guru Nanak, dan lain-lain.
Alangkah menyenangkan untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain tanpa harus punya
keinginan untuk mengajak pindah agama. Sungguh mulia untuk bisa turut bergembira melihat
kebahagiaan orang lain terhadap agama mereka masing-masing. Orang Kristen tidak toleransi
karena mereka terobsesi kepada Yesus dan menyingkirkan semua yang tidak percaya
kepadanya. Buddhisme adalah ajaran yang toleran, karena Buddhisme mengagungkan
kebijaksanaan dan belas kasihan, dan dapat hidup damai dengan siapapun, apapun agama
mereka, yang melaksanakan kualitas kebijaksanaan, belas kasihan, dan toleransi.


Mukjizat-mukjizat


Beberapa hal yang paling kacau yang tentang Yesus adalah mukjizat-mukjizat yang dia katakan
bisa dia lakukan. Salah satu yang paling terkenal adalah membangkitkan Lazarus dari kematian.
Lazarus telah meninggal setidaknya empat hari dan mungkin telah di surga, ketika keluarganya
sedang sedih dan berduka. Dengan membangkitkan dia dari kematian, Yesus memang telah
menunjukkan kekuatannya, tetapi apa yang Lazarus dan keluarganya dapat dari kebangkitan
Lazarus itu? Lazarus dipindahkan dari surga kembali ke "lembah penuh air mata" ini hanya untuk
mati sekali lagi suatu saat di masa yang akan datang, dan keluarganya akan harus berduka dan
bersedih sekali lagi. (Yohanes 11:1-4)


Untuk orang Buddhis, keajaiban seperti ini, meskipun kalau benar-benar terjadi, tampaknya tidak
perlu, dan bahkan dianggap kejam. Hal yang lebih bisa diterapkan dan manusiawi adalah cara
pandang Sang Buddha tentang kematian.


Pada suatu kesempatan, seorang ibu muda yang bernama Kisagotami datang kepada
Buddha dengan membawa anaknya yang telah mati, hatinya terkacaukan oleh duka yang
dalam, dan memohon kepada Buddha untuk memberi obat kepada anaknya. Penuh
dengan belas kasihan, Sang Buddha meminta ibu tersebut untuk pergi dan mendapatkan
biji mustard dari sebuah rumah yang tidak pernah ada satu anggota keluargapun yang
meninggal. Dalam proses mencari biji mustard tersebut, Kisagotami secara berangsurangsur
sadar bahwa kematian adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan dan dia
dapat meenguasai kedukaannya. (Dhammapada Atthakatta, Book 8,13).


"One occasion a young mother named Kisagotami came to the Buddha with her dead son,
deranged with grief and pleading with the Buddha to give her son medicine. Full of compassion
the Buddha told her to go and get a mustard seed from a house where no one had ever died. In
the process of looking for such a seed, Kisagotami gradually came to realize that death is an
integral part of life and she overcame her grief" Dhammapada Atthakatta, Book 8,13).


Yesus mempertontonkan keajaiban yang tampaknya membuat orang tidak mendapatkan apapun
dari keajaiban itu. Sang Buddha dengan lembut dan pintarnya mengarahkan orang untuk menjadi
mengerti. Inilah yang diartikan oleh Sang Buddha bahwa pendidikan adalah keajaiban
tertinggi. (Digha Nikaya, Sutta No.11) "This is what the Buddha meant when he said that
education is the highest miracle." Digha Nikaya, Sutta No.11


Mukjizat Tuhan yang lain di mana Yesus tampaknya tidak memberikan pemikiran yang matang
terhadap akibat dari apa yang dia perbuat adalah keajaiban yang katanya diperbuat oleh Yesus di
Godara. Seorang telah dirasuki oleh setan, dan sebelum Yesus mengusir setan tersebut, iblis-iblis
meminta Yesus apakah Yesus bersedia mengirim iblis ke peternakan babi terdekat. Yesus
mengabuli permintaan iblis tersebut dan mengirim iblis-iblis tersebut ke dalam tubuh babi-babi,
yang kemudian lari-lari kerasukan menuju tebing danau dan menceburkan diri. (Markus 5:1-13).
Orang yang dirasuki setan itu tentunya sangat berterimakasih kepada apa yang dilakukan Yesus,
tetapi ini membuat kita berpikir, apa yang dipikirkan oleh pemilik babi-babi tersebut. Dengan
matinya ternak bagi tersebut, tentunya menimbulkan kesulitan keuangan bagi pemilik babi
tersebut.


Tidaklah mengherankan, kita dikabarkan bahwa setelah kejadian tersebut, orang-orang dari desa
terdekat datang kepada Yesus dan memohon kepadanya untuk meninggalkan daerah tersebut.
(Markus 5:17). Perhatikanlah bahwa Matius juga menceritakan cerita yang sama tetapi telah
menambah bumbu cerita dengan menyatakan bahwa bukan satu tetapi dua orang yang dirasuki
iblis. (Matius 8:28-32)


Apa yang dianggap keajaiban ini juga telah menonjolkan ketidakpedulian total Yesus terhadap

alam. Dia bisa saja melenyapkan iblis-iblis tersebut tetapi malah memilih untuk menyingkirkan iblis
denga cara yang paling kejam, yaitu dengan menyebabkan kematian dari mahluk-mahluk yang
tidak bersalah. Dalam kesempatan lain, dia menggunakan tenaga ajaibnya untuk membunuh
sebatang pohon ara hanya karena pohon ara tersebut tidak bisa berbuah. (Matius 21:18-20).
Ternyata dia tidak pernah memikirkan bahwa binatang lain bisa saja memakan daun dari pohon
tersebut, burung-burung bisa bersangkar di dahan-dahannya, pelancong-pelancong bisa
beristirahat dan berteduh di bawah pohon itu, dan akar pohon tersebut bisa mencegah erosi
tanah yang disebabkan oleh hujan dan angin - yang mungkin menjelaskan mengapa pohon itu
tidak dibunuh oleh orang-orang. Tidak ada satupun keuntungan yang didapat dari membunuh
pohon - pembunuhan ini tidak lebih dari sekedar perusakan yang sia-sia.


Di saat di mana mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Yesus itu tidak ada gunanya, mukjizat yang
lain tampaknya telah muncul dari hal-hal yang bodoh.


Suatu ketika, Yesus diundang ke perjamuan pernikahan. Setelah beberapa saat, tidak ada anggur
yang tersisa untuk diminum, Yesus mengubah beberapa kendi air menjadi anggur. (Yohanes
2:1-11). Tidak diragukan lagi, tuan rumah sangatlah berterimakasih karena tidak harus pergi
untuk membeli alkohol lagi, tapi mukjizat ini terlihat sedikit tidak pantas bagi Tuhan untuk turun
menjadi manusia, datang ke dunia dan menggunakan kekuatannya demi orang tidak kehabisan
minuman di saat sedang berpesta.


Bagian 15


Ketidakteraturan Ajaran


Apa yang telah kita ucapkan di atas membuktikan bahwa meskipun ada beberapa ajaran Yesus
yang baik, banyak sekali yang kejam, tidak bisa diterapkan, dan di dalam beberapa kasus, bodoh.
Dan mungkin tidaklah mengherankan bahwa bukan orang-orang Kristen saja yang gagal
menjalankan ajarannya, tetapi Yesus sendiri juga sering gagal menjalankan ajarannya sendiri. Dia
mengajarkan kita untuk mencintai tetangga kita, tetapi dia tampaknya mempunyai masalah yang
besar dalam penerapan ajarannya sendiri. Dia yakin bahwa ajarannya bisa membawa manusia ke
surga dan dia juga yang secara khusus memerintahkan murid-muridnya untuk tidak mengajarkan
agama Kristen kepada siapapun selain mengajarkan kepada kaumnya sendiri, orang Yahudi.
"Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu
menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah
kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." (Matius 10:5-6)


Ketika seorang wanita miskin yang sangat bersedih datang kepada Yesus memohon pertolongan,
Yesus menolak untuk menolong hanya dikarenakan wanita miskin itu bukan seorang Yahudi.
Mengajarkan Injil kepada orang Kanaan, kata Yesus, adalah seperti mengambil makanan dari
anak kecil dan melemparkannya kepada anjing-anjing.


(Catatan dari penterjemah: Dalam hal ini makanan itu diumpamakan sebagai ajaran Kristen. Dan
anak-anak yang makannya dirampas itu adalah orang kaumnya sendiri, orang Yahudi. Dan
anjing-anjing yang dimaksud adalah orang Kanaan. Seperti yang bisa kita lihat dari ayat berikut
ini)


"Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya
Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." Tetapi
Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-muridNya datang dan meminta kepada-Nya:
"Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." Jawab Yesus: "Aku diutus hanya
kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." Tetapi perempuan itu mendekat dan
menyembah Dia sambil berkat: "Tuhan, tolonglah aku." Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut
mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." (Matius
15:22-26)


Hanya setelah didesak oleh murid-muridnya, Yesus akhirnya memutuskan untuk membantu
wanita itu. Itukah yang dinamakan mencintai tetanggamu sendiri? Yesus mengajarkan bahwa kita
harus mencintai musuh kita, tetapi dia kelihatannya mengalami kesulitan dalam melakukan hal
tersebut.


Ketika seorang Faris mengkritik Yesus, dia membalasnya dengan semburan kata-kata kasar yang
berisikan kutukan dan hujatan. (Dapat di baca di Yohanes 8:42-47, Matius 23:13-36)
(Catatan dari penterjemah: Kalau Yesus yang dianggap Tuhan oleh orang Kristen sudah tidak
bisa mencintai tetangga sendiri, bagaimana bisa Yesus mencintai musuh? Sesuatu yang mustahil!
Dan buktinya Yesus membenci tetangganya sendiri, dan juga musuhnya sendiri. Apakah karena
dirinya Tuhan (bagi orang Kristen), dia tidak bisa disalahkan dari kebenciannya kepada musuh
maupun tetangga? Kalau guru yang mengajarkan saja tidak bisa mengamalkan sendiri,
bagaimana murid bisa mengamalkan dengan baik? Teman-teman Buddhis, patutkah Anda dengan
mudah dihasut untuk pindah masuk ke dalam ajaran agama yang membenci?)


Yesus berkata kita hendaknya tidak menghakimi orang lain (Matius 7:12) dan dia juga bilang
bahwa dia sendiri tidak menghakimi siapapun (Yohanes 8:15). Tapi terlepas dari apa yang dia
sendiri ajarkan, dia terus-menerus menghakimi dan mengutuk orang lain, bahkan dalam cara yang
kasar dan dibesar-besarkan. (Yohanes 8:42-47, Matius 23:13-16)


Supaya sesuai dengan Perjanjian Lama, Yesus mengajarkan kita untuk menghormati orang tua
kita (Matius 19:19) tetapi pada kesempatan yang lain dia mengajarkan kita untuk berbuat yang
sebaliknya.
"Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya,
anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak

dapat menjadi murid-Ku." (Lukas 14:26)

Ajaran tersebut meminta bahwa untuk mencintai Yesus, kita harus bersedia untuk membenci
orang lain, bahkan orang tua kita sendiri. Sangatlah bertentangan dengan anjuran untuk
menghormati orang tua - apalagi untuk mencintai tetangga! Pernah sekali ibu Yesus dan saudarasaudaranya
datang untuk melihat dia ketika dia sedang berkotbah, malahan ibunya dan saudara-saudaranya
ditolak secara kasar.


"Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka
menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata
kepada-Nya: "Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau."
Jawab Yesus kepada mereka: "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?" Ia melihat kepada
orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!
Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku
perempuan, dialah ibu-Ku." (Markus 3:31-35)


Suatu ketika ibunya berbicara kepadanya, dia mencela ibunya: "Kata Yesus kepadanya: "Mau
apakah engkau kepada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba." (Yohanes 2:4) Dan Yesus yang melakukan
ini kepada orang tuanya, malahan mengutuk orang Farisi yang mengajarkan orang untuk
menghormati ayah dan ibu. (Matius 15:3-6, Markus 7:10-13)


Di dalam beberapa contoh, adalah tidak mudah untuk menuduh Yesus gagal untuk menjalankan
apa yang dia kotbah atas dasar ajarannya sendiri yang saling bertentangan.


Orang-orang Kristen sudah terbiasa dengan konsep pemikiran bahwa dia adalah "Yesus yang
lemah lembut", karena ajarannya yang "kalau ditampar pipi kiri, diberi pipi yang kanan" dan "untuk
tidak menolak orang jahat" (Matius 5:39). Dan tentu saja, Yesus kelihatannya kadang-kadang
telah melakukan apa yang dia ajarkan. Tetapi pada kesempatan-kesempatan yang lain, dia
jelas-jelas menyatakan peranannya yang kejam.


"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang
bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang
dari ayahnya, anak perempuan ibunya, menantu perempuan ibu mertuanya, dan musuh-musuh
ialah orang-orang seisi rumahnya." (Matius 10:34-36)


Jelas sekali bahwa Yesus tidak melihat adanya kesalahan untuk menggunakan kekerasan, kalau
diperlukan. Ketika dia melihat orang berdagang di depan rumah ibadah, Yesus kehilangan kendali
emosi dan menyerang dengan kekerasan.


"Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing
domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja
mereka dibalikkan-Nya." (Yohanes 2:15)


Sebelum Yesus ditangkap, Yesus meramalkan akan terjadi keributan, maka dia menyuruh muridmuridnya
untuk bersiap-sedia dengan menggunakan senjata.
" Jawab mereka: "Suatupun tidak." Kata-Nya kepada mereka: "Tetapi sekarang ini, siapa yang
mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan
siapa yang tidak mempunyainya hendaklah menjual jubahnya dan membeli pedang."" (Lukas
22:36)


Ketika dia ditangkap, terjadi pertengkaran yang mana "salah satu dari teman Yesus mencabut
pedangnya dan menyerang pembantu pemuka agama dengan memotong telinganya." (Matius
26:51). Sangatlah sulit bagi orang Buddha untuk mempersatukan kelakuan kasar tersebut ke
dalam ide kesempurnaan. Adalah berlawanan dengan seluruh ide tentang kesempurnaan moral,
bagi suatu ajaran untuk membalas melawan orang yang menuduh (dirinya), untuk kehilangan
kendali amarah, dan mendukung orang lain untuk membawa senjata.


Sampai ke tahap ini, adalah ide yang baik untuk menjelaskan bahwa meskipun banyak dari
ajaran-ajaran Yesus yang tidak pantas, dan tidak masuk akal, ada juga ajaran Yesus yang sangat
baik. Ajaran Yesus tentang kasih sayang, untuk memaafkan, kerendahan hati, dan pelayanan
terhadap orang sakit dan miskin pantas mendapat pujian tertinggi. Tetapi semua ajaran yang baik
dari Yesus ini tidaklah unik. Ajaran-ajaran baik seperti yang diajarkan Yesus juga bisa ditemukan
di dalam ajaran Sang Buddha, Konghucu, Mo Tzu, Mahavira, Guru Nanak, dan lain-lain,
terkadang dengan penjelasan yang lebih menyeluruh. Guru-guru ajaran-ajaran di atas juga telah
ada ratusan tahun sebelum Yesus. Apa yang baik di dalam ajaran Yesus tidaklah unik. Dan apa
yang unik di dalam ajaran Yesus tidaklah tentu baik.


Orang-orang Kristen sulit untuk mengerti mengapa orang-orang beragama Buddha dan pemeluk
ajaran lain tidak bisa menerima Yesus sebagai Tuhan, dan penyelamat seperti mereka sendiri
telah menerima Yesus.


Akan tetapi setelah mengetahui kehidupan dan ajaran Sang Buddha - seorang yang tersenyum
terhadap cercaan, tetap tenang ketika diganggu dan selalu menolak kekerasan - alasan mengapa
banyak yang menolak Yesus itu menjadi jelas.


Bagian 16


6. KRITIK TERHADAP ISI ALKITAB.


Ajaran agama Kristen adalah agama yang berdasarkan buku (kitab). Tidak ada satu bukti pun
bagi klaim-klaim dan ajaran agama Kristen selain bukti yang tertulis di Alkitab. Dan kenyataan di
atas telah membuat Alkitab sebagai satu-satunya pegangan bagi agama Kristen. Di masa lalu,
juga di masa sekarang, orang-orang Kristen telah mengutip banyak isi Alkitab dan saling berdebat
tentang arti dari potongan-potongan kalimat dan kata, dan pada saat yang sama mencoba
meyakinkan orang non-Kristen akan kebenaran buku yang sesama orang Kristen sendiri tidak
bisa saling setuju. Tetapi satu hal yang semua orang Kristen saling setuju, yaitu: Alkitab adalah


Firman Tuhan - bukan saja Alkitab berisi Firman Tuhan, tetapi Alkitab ADALAH Firman Tuhan
sendiri yang tidak mungkin salah, pembuktian lengkap dari Tuhan kepada manusia. Kita akan
membuktikan kebenaran (kesalahan) klaim ini dan membuktikan bahwa seperti klaim-klaim yang
lain, klaim yang satu ini juga memiliki isi pokok yang sedikit sekali.


Apakah Alkitab adalah Firman Tuhan?


Kalau Alkitab adalah Firman Tuhan, tentunya ini hanya akan membuktikan bahwa Tuhan adalah
mahluk yang sangat aneh. Seorang akan mengharapkan bahwa Sang Pencipta alam semesta ini
hanya akan berbicara kepada manusia kalau hal yang diucapkan itu penting dan sangat
berpengaruh kepada seluruh isi ciptaanNya. Ternyata tidak demikian halnya. Kitab-kitab Tawarikh
misalnya, terdiri dari nama-nama orang yang kita tahu sedikit atau tidak tahu sama sekali tentang
mereka, dan orang-orang tersebut sudah meninggal ribuan tahun yang lalu. Tidak ada perintah
dari Tuhan, tidak ada prinsip-prinsip etika, tidak ada petunjuk tentang bagaimana hidup secara
benar atau petunjuk menyembah Tuhan - yang ada hanyalah halaman demi halaman dari
nama-nama yang tidak berguna. Mengapa Tuhan mau membuang waktuNya sendiri dan waktu
kita untuk hal seperti ini? Dan bagaimana pula dengan Kidung Agung? Kitab ini berisi tentang
koleksi-koleksi puisi erotis cinta. Sekali lagi, dengan dunia yang penuh dengan kekacauan, orang
sudah selayaknya menganggap bahwa Tuhan bisa mengajarkan sesuatu yang lebih penting
untuk diajarkan kepada manusia daripada hal-hal di atas.


Kemudian kita tiba kepada topik Injil yang membabarkan kehidupan Yesus. Mengapa Tuhan
memutuskan untuk mewahyukan seluruh kehidupan Yesus sampai empat kali? Dan mengapa dia
telah mewahyukan keempat buku yang telah jelas berbeda dan saling bertentangan terhadap satu
cerita? Tidak seperti orang-orang Kristen, ahli-ahli sejarah telah memberikan jawaban yang
sangat masuk akal terhadap pertanyaan-pertanyaan ini. Alkitab bukanlah wahyu dari Tuhan,
melainkan sebuah kumpulan yang tidak rapi yang ditulis oleh orang-orang yang berbeda, dalam
jangka waktu yang berabad-abad, yang telah di ganti isinya, diedit (diperbarui) dari waktu ke
waktu, yang bermuatkan cerita-cerita, urutan keturunan (silsilah), dongeng-dongeng
perumpamaan, tulisan-tulisan suci dan duniawi. Alkitab bukanlah wahyu dari Tuhan dan sama
saja dengan buku-buku cerita-cerita pengembaraan, Ramayana, atau Mahabharata yang mana
lebih mirip dengan Alkitab.


Apakah Alkitab Diwahyukan?


Orang-orang Kristen mengklaim bahwa meskipun kitab-kitab di dalam Alkitab ditulis oleh beberapa
orang, orang-orang yang menulis Alkitab itu diwahyukan dan dituntun oleh Tuhan di saat mereka
menulis. Sementara orang-orang Kristen modern membuat klaim seperti ini, penulis-penulis asli
dari kitab-kitab tersebut tidak pernah berkata demikian. Contohnya Lukas pada awal kitabnya
menuliskan:


"Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwaperistiwa
yang telah terjadi di antara kita, seperti disampaikan kepada kita oleh mereka, yang
semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala
peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk
membukukannya dengan teratur bagimu." (Lukas 1:1-3)


Tidak ada tertulis sekalipun bahwa dia dipenuhi oleh roh Allah sebelum ataupun sewaktu
menuliskan kitab itu. Dia hanya mengatakan bahwa rekan yang lainnya telah menulis tentang
kehidupan Yesus, maka Lukas sendiri berpikir bahwa mungkin adalah ide yang bagus untuk
menuliskan sesuatu juga. Kalau benar dia diwahyukan oleh Tuhan untuk menulis ajaran Yesus,
mengapa tidak dia katakan saja demikian? Tetapi klaim tentang inspirasi (wahyu) bukan saja tidak
bisa dibenarkan, klaim akan wahyu juga menimbulkan sebuah masalah yang serius. Orang
Kristiani selalu mengklaim bahwa di dalam doa, Tuhan berbicara kepada mereka, memberikan
mereka nasihat dan menuntun perbuatan mereka. Mereka mengklaim juga bahwa suara Tuhan
sangat langsung, sangat jelas dan sangat nyata. Alkitab memuat firman-firman Allah kepada
Musa, Yosua, Matius, Markus, Petrus dan Paulus, lalu mengapa firman-firman yang Dia
sampaikan kepada orang Kristen moderen juga diikutsertakan? Orang-orang Kristen akan
menolak keras terhadap usul ini yang hanya menjelaskan kepada kita bahwa mereka sebenarnya
tidak begitu yakin akan kata-kata yang mereka dengar bahwa kata-kata itu berasal dari Tuhan.


Satu Alkitab Atau Banyak Alkitab?


Pada jaman dulu, tidak terdapat versi standard dari Perjanjian Lama. Kelompok-kelompok Yahudi
yang berbeda dan wilayah-wilayah yang berbeda mempunyai versi mereka sendiri. Ada versi
Septuagint, Aquila, Theodosi dan juga versi Symmanchu, semuanya memuat tulisan yang
berbeda dan jumlah kitab yang berbeda. Perjanjian lama yang digunakan oleh orang-orang
Kristen jaman sekarang adalah berdasarkan pada versi Masonetik, yang hanya muncul setelah
Jamnia Synod pada akhir abad pertama Sesudah Masehi. Perjanjian Baru tidak muncul dalam
bentuknya seperti sekarang sampai tahun 404 Sesudah Masehi. Sebelum masa itu, Kitab-kitab
Thomas, Kitab-kitab Nikodemus, The Acts of Peter, The Acts of Paul dan selusin buku lainnya
tidak dimasukkan ke dalam Alkitab. Di tahun 404 SM, kitab-kitab tersebut berisikan ajaran yang
bertentangan dengan ilmu ketuhanan orang Kristen pada waktu itu. Salah satu kitab tertua, Kodex
Sinaitikus, mencantumkan Surat dari Barnabas, Injil yang tidak diikutsertakan di dalam Alkitab
moderen. Kalau buku-buku tersebut dianggap sebagai wahyu Tuhan oleh orang-orang Kristen
pertama, mengapa orang Kristen moderen tidak menganggap buku-buku tersebut wahyu Tuhan
juga?


Ketika kita melihat kepada Alkitab yang digunakan oleh Kristen moderen, kita juga menemukan
ada beberapa versi. Alkitab yang digunakan oleh Gereja Ethiophia, salah satu gereja paling kuno
dari semua gereja, mencantumkan Kitab-kitab Enoch dan Gembala orang-orang Herma, yang
tidak ditemukan di versi yang digunakan oleh Katolik maupun Protestan. Alkitab yang digunakan
di Gereja Katolik mencantumkan Kitab-kitab Yudith, Tobias, Banuch, dll.


(Catatan dari penterjemah: Kitab-kitab tersebut tercantum di dalam dua Kitab yang ditemukan
lebih lanjut yang juga disebut: Deutrokanonika dan Protokanonika) yang mana Kitab-kitab
tersebut tidak diikutsertakan oleh Gereja Protestan. Profesor H.L. Drummingwright dari
Southwestern Baptist Theological Seminary di dalam memperkenalkan Alkitab, menjelaskan
mengapa Injil-injil tersebut tidak diikutsertakan dalam Alkitab orang Protestan.


Injil-injil tersebut katanya,"dalam hampir semua Alkitab Protestan sampai abad ke-19, ketika
pencetak (penerbit) yang dipimpin oleh British and Foreign Bible Society dengan sukarela
mengabaikan Injil-injil tersebut." Sekali lagi, Kitab-kitab tersebut berisi ide-ide yang gereja lain
tidak suka, sehingga mereka dengan seenaknya mengabaikan Kitab-kitab itu. Bagaimana
mungkin Kitab Yudith yang berisi Firman Allah yang tak mungkin salah itu bisa diabaikan?
Mengapa ada begitu banyak versi Alkitab? Dan Alkitab yang mana yang berisi Firman Tuhan yang
sempurna?


Adakah Kesalahan Di Dalam Alkitab?


Kita telah melihat sebelumnya bahwa terdapat banyak sekali kesalahan-kesalahan yang kita
temui di Alkitab. Tetapi kita akan melihat lebih banyak lagi contoh-contoh bahwa Alkitab itu tidak
akurat. Jaman sekarang, bahkan anak-anak sekolah pun tahu bahwa bumi bergerak; berputar
pada porosnya dan pada saat yang sama berputar mengelilingi matahari. Kita juga tahu bahwa
keping-keping tektonik di permukaan bumi juga bergerak. Akan tetapi Alkitab, dengan jelas
menyatakan bahwa bumi tidak bergerak. Dalam 1 Tawarikh 16:30 di Alkitab tertulis,"Gemetarlah di
hadapan-Nya hai segenap bumi; sungguh tegak dunia, tidak bergoyang." (Lihat juga Mazmur
93:1, 96:10, 104:5)


Di banyak bagian dari Alkitab terdapat hal-hal yang berlawanan dengan kenyataan ilmu pasti. Dan
terlebih lagi Alkitab tidak saja berlawanan dengan kenyataan ilmu pasti, tetapi isi-isi Alkitab juga
saling berlawanan. Marilah kita menyorot cerita tentang penciptaan. Di dalam Kitab Kejadian,
dikatakan Tuhan menciptakan tanaman-tanaman dan pepohonan pada hari ke-tiga (Kejadian
1:20-23) dan akhirnya, manusia diciptakan pada hari ke-enam (Kejadian 1:26-27). Tetapi juga
tercantum di kitab yang sama, versi lain dari cerita penciptaan menyatakan Tuhan menciptakan
manusia terlebih dahulu (Kejadian 2:7), kemudian semua tanaman dan pepohonan (Kejadian 2:9),
kemudian burung-burung dan semua binatang (Kejadian 2:19) dan kemudian barulah Tuhan
menciptakan wanita (Kejadian 2:21-22). Kedua versi yang berbeda ini tentunya telah saling
bertentangan.


Sekarang marilah kita lihat pada Kisah Nuh. Di satu bagian dituliskan di dalam Alkitab bahwa Nuh
membawa dua (sepasang) dari semua jenis binatang, lalu memasukkannya ke dalam bahtera
(Kejadian 6:19). Kemudian di bagian lain diceritakan Nuh membawa tujuh pasang binatang yang
bersih, dan burung-burung dan sepasang dari binatang yang lain dan memasukkannya ke dalam
bahtera. (Kejadian 7:2).


Sekali lagi Alkitab yang sama tapi isinya saling bertentangan. Orang-orang Kristen akan
memprotes bahwa kesalahan-kesalahan yang telah kita buktikan ini sifatnya sangat kecil dan
tidaklah penting. Akan tetapi, hanya diperlukan satu kesalahan untuk membuktikan Alkitab tidak
sempurna. Dan juga kalau kesalahan-kesalahan kecil saja sudah terjadi, kesalahan yang sifatnya
besar juga bisa terjadi. Dan akhirnya, hanya diperlukan satu kesalahan untuk membuktikan
bahwa Alkitab bukanlah firman Allah atau Tuhan bisa berbuat kesalahan-kesalahan.


Bagian 17


Apakah Alkitab Merupakan Kesaksian Yang Bisa Dipercaya?


Kita telah melihat bahwa Alkitab berisi banyak kesalahan, sehingga tidak memungkinkan untuk
menjadi wahyu. Lalu kalau bukan firman-firman Tuhan, firman siapakah Alkitab itu? Beberapa dari
injil di dalam Alkitab diberikan nama berdasarkan orang yang dianggap telah menulis injil tersebut.
Maka Injil Matius seharusnya ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus. Injil Markus
seharusnya ditulis oleh Markus, murid Yesus yang lain, dan seterusnya.


Orang Kristen bisa mengklaim bahwa meskipun Alkitab mungkin bukan wahyu yang sempurna,
tetapi Alkitab berisi kesaksian-kesaksian dari orang-orang yang bisa dipercaya. Mereka bisa
mengklaim bahwa Matius, Markus, Lukas dan Yohanes mengenal Yesus dengan baik, mereka
tinggal bersama Yesus untuk beberapa tahun, mereka mendengar ajaran-ajarannya dan tidak ada
alasan bagi mereka untuk berbohong ataupun melebih-lebihkan sesuatu. Maka orang-orang
Kristen bisa mengklaim bahwa Alkitab adalah kesaksian yang sangat terpercaya. Hanya sayang,
supaya kesaksian bisa dipercaya, kesaksian itu haruslah berasal dari orang yang bisa dipercaya
pula, yang mempunyai latar belakang yang baik. Apakah murid-murid Yesus orang yang seperti
itu? Marilah kita lihat.


Beberapa dari murid Yesus adalah pemungut cukai (pajak) (Matius 9:9), seorang yang tidak jujur
dan berasal dari kaum yang hina (Matius 18:17); yang lainnya hanyalah nelayan yang tidak
berpendidikan (Markus 1:16-17). Simon adalah orang Zelot (Lukas 6:15), orang-orang yang
dikenal karena kefanatikannya dan juga perlawanan yang beringas terhadap kekuasaan Romawi,
dan seperti orang lain yang terlibat di dalam politik ilegal, Simon sering menggunakan nama
samaran sehingga dia juga dikenal sebagai Petrus (Matius 10:2). Petrus dan James diberi julukan
"Boanerges" yang berarti "anak-anak petir" (Markus 3:17) sekali lagi telah memberikan ide kepada
kita akan keterlibatan mereka di dalam politik. Ketika Yesus ditangkap, murid-muridnya membawa
pedang dan bersedia menggunakan pedang itu (Matius 26:51). Tentunya mereka bukanlah jenis
orang yang kita akan merasa nyaman untuk mengenal.


(Catatan dari penterjemah: Orang-orang Kristen bisa mengatakan bahwa setelah dipanggil oleh
Yesus, mereka berubah menjadi orang-orang yang baik dan taat akan perintah dan ajaranNya.
Bahkan untuk orang Kristen jaman sekarang, para murid Yesus sering dipanggil nabi, karena

peranan mereka dalam penulisan Injil. Akan tetapi, kalau pun murid-murid Yesus telah berubah
baik, tetap saja tidak mengubah kenyataan bahwa mereka tidak bisa dipercaya, bahkan dengan
julukan nabi sekalipun, mereka tetaplah manusia beringas yang bersiap-sedia menghunus
pedang dan melukai orang lain.)


Satu hal lagi yang hendaknya membuat kita was-was untuk percaya kepada kesaksian
murid-murid Yesus adalah mereka tampaknya seringkali salah mengerti apa yang diajarkan oleh
Yesus. (Markus 4:13, 6:52, 8:15-17, 9:32; Lukas 8:9, 9:45).


Mereka yang seharusnya telah melihat Yesus melakukan mukjizat yang paling luar biasa dan
tetap saja mereka sering ragu-ragu. Yesus memarahi mereka dan memanggil mereka
"orang-orang yang beriman kecil" (Matius 8:26, 17:20). Haruskah kita percaya kepada tulisantulisan
orang-orang yang sering tidak mengerti ucapan yang ditujukan kepada mereka, dan
kepada siapa Yesus memanggil orang yang beriman kecil? Kalau sampai orang yang telah
mengenal dan melihat Yesus memiliki "iman yang kecil" bagaimana mungkin kita, yang tidak
pernah melihat dia, bisa beriman kepada Yesus?


(Catatan dari penterjemah: Orang Kristen akan menggunakan kesempatan ini untuk mengatakan
hal yang sama kepada para umat Buddha. Bagaimana mungkin kalian bisa beriman kepada
Buddha kalau kalian juga tidak pernah melihat Buddha? Jawabannya sangatlah mudah. Kami
umat Buddha TIDAK BERIMAN kepada Sang Buddha. Karena Sang Buddha adalah seorang guru
yang kita hormati dan ikuti ajarannya. Bukan seorang tuhan yang kita sembah.


(Catatan dari penterjemah: Pernah juga dikatakan bahwa iman adalah kepercayaan terhadap
Tuhan, atas sesuatu yang tidak bisa dijawab oleh daya nalar atau daya pikir yang logika
(misalnya misteri penciptaan dan penyelamatan manusia yang sampai sekarang masih belum
terpecahkan), sesuatu yang tidak bisa terlihat oleh mata. Dan oleh karena itulah dibutuhkan iman
untuk percaya kepada Tuhan, sesuatu yang tidak pernah kita lihat.)


(Catatan dari penterjemah: Sang Buddha bukanlah sesuatu yang tidak kita lihat, sehingga harus
kita percaya secara buta (iman). Sang Buddha juga bukanlah pencipta. Meskipun Beliau telah
"meninggal" lebih dari 2000 tahun yang lalu, ajaran Beliau tetaplah masuk akal, baik, berguna,
tidak dirubah sejak pertama kali beliau mengajarkan Dhamma. Itulah penjelasannya, mengapa kita
tidak beriman kepada Sang Buddha. Karena kita menghormati Sang Buddha sebagai guru bukan
sebagai tuhan, berusaha mengamalkan, membuktikan kebenaran ajaran Beliau yang tidak
berubah dari waktu ke waktu.)


Tentang bagaimana tidak bisa dipercayanya dan tidak berimannya orang-orang yang turut
menulis Injil bisa dilihat melalui gambaran tentang apa yang mereka perbuat sebelum Yesus
ditangkap. Dia bertanya kepada mereka untuk berjaga-jaga, tetapi mereka malah tertidur (Matius
26:36-43). Setelah Yesus tertangkap, mereka berbohong dan menyangkal bahwa mereka
mengenal Yesus (Markus 14:66-72), dan setelah Yesus dieksekusi, mereka kembali menjadi
nelayan (Yohanes 21:2-3). Dan siapa yang mengkhianati Yesus? Muridnya Yudas (Matius
26:14-16). Berkumpul dengan para pendosa, pembohong dan orang-orang bodoh untuk
menolong mereka adalah perbuatan Yesus yang mulia. Tetapi haruskah kita percaya dengan apa
yang dikatakan oleh orang-orang seperti itu?


Hal yang lebih mengganggu hati kita tentang murid-murid Yesus adalah berapa seringnya mereka
dirasuki oleh setan atau iblis dari waktu ke waktu. Maria Magdalena, orang yang dikatakan
melihat kebangkitan Yesus, telah dirasuki oleh tujuh iblis (Markus 16:9).


Setan masuk ke tubuh Yudas (Lukas 22:3), mencoba merasuki Simon (Lukas 22:31) dan Yesus
pernah sekali memanggil Petrus, murid utamanya, "Setan" (Matius 16:23) menandakan bahwa
Petrus pun pernah dirasuki oleh setan pada waktu itu. Entah itu dirasuki oleh setan atau gejala
dari kelainan jiwa yang serius seperti yang diyakini oleh psikiater jaman sekarang, kita hendaknya
sangat berhati-hati terhadap kata-kata dari murid Yesus.


Siapa Yang Menulis Injil?


Kita telah membuktikan bahwa Alkitab itu berisi banyak kesalahan, bukanlah wahyu, dan
bukanlah kesaksian dari orang yang bisa dipercaya. Sekarang kita akan menunjukkan bahwa
Alkitab bahkan tidak ditulis oleh orang-orang yang dikatakan telah menulisnya. Marilah kita
melihat lima kitab pertama dari Alkitab: Kejadian, Keluaran, Leviticus, Bilangan, dan Deutronomy.
Kelima buku tersebut menceritakan kisah penciptaan dunia dan alam semesta, wahyu Tuhan
kepada manusia, dan sejarah awal suku orang Israel yang semuanya dikatakan telah ditulis oleh
Musa. Bahkan kenyataannya, kelima buku itu sering disebut "Buku-buku Musa". Akan tetapi,
pengarangnya Musa jelaslah tidak mungkin, karena di dalam buku-buku tersebut terdapat laporan
tentang kematian Musa.


"Lalu matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman TUHAN.
Dan dikuburkanNyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada
orang yang tahu kuburnya sampai hari ini." (Ulangan 34:5-6)


Bagaimana mungkin seseorang menuliskan tentang kematian dan penguburannya sendiri?
Setidaknya buku Ulangan pasti telah ditulis oleh seseorang selain Musa.


Sekarang marilah kita melihat kepada Perjanjian Baru. Injil Matius seharusnya telah ditulis oleh
Matius (pemungut cukai/pajak, orang yang ragu, orang yang beriman kecil), salah seorang murid
Yesus. Dengan mudah kita tunjukkan bahwa Matius tidak mungkin menulis Injil Matius. Kita
membaca:
"Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai,
lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia." (Matius 9:9)
Baik di jaman sekarang maupun di jaman dulu orang menuliskan dirinya sebagai orang ketiga.




Kalau Matius benar-benar telah menulis Injil Matius, kita akan mengharapkan untuk membaca
ayat itu sebagai berikut:
"Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat saya duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata: "Ikutlah Aku."
Maka berdirilah saya mengikut Dia."


Tentunya Injil Matius tidak ditulis oleh Matius, tetapi oleh pihak ketiga. Siapa pihak ketiga ini kita
tidaklah tahu, tetapi sarjana-sarjana Alkitab telah menebak-nebak. Di dalam prakata dari
terjemahan Injil Matius, sarjana Alkitab terkemuka J.B Phillip mengatakan:
Tradisi awal menganggap Injil Rasul Matius berasal darinya tetapi hampir semua sarjana Alkitab
di jaman sekarang menolak nilai tradisi ini. Pengarang tersebut, yang mana supaya lebih mudah
masih kita panggil Matius telah mengumpulkan sebuah koleksi tentang tradisi-tradisi yang
diucapkan. Dia telah menggunakan injil Markus dengan sesuka hati, meskipun dia telah
mengganti urutan-urutan kejadian, dan di dalam beberapa kasus, telah menggunakan kata-kata
yang lain untuk sebuah cerita yang sama.


"Early tradition ascribes this Gospel to the apostle Matthew but scholars nowadays almost all
reject this view. The author, who we still can conveniently call Matthew has plainly drawn on a
collection of oral traditions. He has used Mark's Gospel freely, though he has rearranged the
order of events, and has in several instances used different words for what is plainly the same
story."


Ini tentunya adalah sebuah pengakuan yang sangat mengganggu, apalagi pengakuan ini berasal
dari seorang sarjana Alkitab Kristen yang terkenal. Kita diberitahu bahwa "hampir semua" sarjana
Alkitab moderen menolak ide bahwa Injil Matius ditulis oleh Matius itu sendiri. Kita diberitahu
bahwa meskipun pengarang asli injil Matius itu tidak diketahui siapa, akan "lebih mudah"
(convenient) untuk memanggilnya dengan nama Matius. Berikutnya kita juga diberitahu bahwa
siapapun yang menulis Injil Matius telah "dengan sesuka hati" menjiplak banyak dari Injil Markus.
Dalam kata lain, Injil Matius adalah jiplakan yang tidak bertanggungjawab (plagiarism) yang mana
bahan-bahannya telah "diatur ulang" dan di susun dalam "kata-kata yang berbeda". Maka ternyata
di dalam Kitab Matius, bukan saja kita tidak menemukan kata-kata Tuhan, kita bahkan tidak
menemukan kata-kata dari Matius yang asli.


Berkat tulisan dari sarjana Alkitab seperti Profesor J.B. Phillups, mereka secara terbuka mengakui
hal ini dan keragu-raguan lain tentang pengarang asli dari Alkitab, tetapi pengakuan-pengakuan
tersebut telah membuat klaim bahwa Injil-injil telah ditulis oleh murid-murid Yesus jelaslah tidak
benar.


Kesalahan-kesalahan Dan Perubahan-perubahan Di Dalam Alkitab


Kalau kita melihat di dasar setiap halaman di hampir semua Alkitab, kita akan menemukan
beberapa catatan. Catatan-catatan tersebut menandakan adanya kesalahan, perubahanperubahan
ataupun bacaan-bacaan yang meragukan di dalam tulisan Alkitab. Dan jumlah catatancatatan
tersebut mencapai ratusan. Beberapa dari kesalahan atau perubahan terdiri dari
beberapa kata, tetapi beberapa dari mereka adalah cukup panjang. (seperti contoh, lihatlah
catatan untuk Lukas 9:55-56; Yohanes 5:3, Acts 24:6; I Korintus 8:36-38; 11:4-7; 2 Korintus
10:13-15). Juga perhatikan catatan untuk Markus 16:9-20 yang mengatakan bahwa Markus
16:9-20 di dalam Alkitab ini tidak pernah ada di Alkitab kuno. Dalam kata lain, bagian yang cukup
panjang ini telah ditambahkan pada waktu yang lebih mendekati jaman sekarang. Bagaimana bisa
orang-orang Kristen secara jujur mengatakan bahwa Alkitab itu sempurna dan tidak pernah salah
ketika semua kesalahan yang ada ditunjukkan pada setiap halaman di mana terdapat kesalahan
itu?


Di dalam Perjanjian Baru, Yesus dan murid-muridnya sering mengutip dari Perjanjian Lama
dengan tujuan untuk menjelaskan sesuatu atau, biasanya, untuk berusaha membuktikan bahwa
Perjanjian Lama menubuatkan kejadian-kejadian di dalam kehidupan Yesus.
Tetapi ketika kita membandingkan kutipan-kutipan tersebut dengan isi asli Perjanjian Lama, kita
menemukan bahwa keduanya itu hampir selalu berbeda. Kita akan menggunakan Versi
Internasional Baru dari Alkitab.


Bagian 18


Perjanjian Lama

"Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu
akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak
purbakala, sejak dahulu kala" (Mikha 5:1)


Perjanjian Baru
"Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara
mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang
akan menggembalakan umat-Ku Israel." (Matius 2:6)


Kutipan yang ada di Perjanjian Baru bukan saja berisi kata-kata yang berbeda, kutipan itu juga
mengganti arti dari kutipan asli Perjanjian Lama. Apakah Matius telah salah mengutip Perjanjian
Lama karena dia tidak begitu mengetahui isi Perjanjian Lama sehingga membuat kesalahan? Atau
apakah Perjanjian Lama yang Matius gunakan berbeda dengan Perjanjian Lama yang kita baca
hari ini? Perjanjian Baru mengutip isi-isi Perjanjian Lama berlusin kali seringnya, dan hampir tidak
ada satu kutipan pun yang akurat. Orang Kristen akan memprotes dan mengatakan bahwa
perubahan-perubahan tersebut hanyalah kecil dan tidak penting. Memang mungkin benar tidak
berarti, tetapi ini adalah bukti bahwa Alkitab memuat banyak kesalahan, berlawanan dengan apa
yang orang Kristen katakan tentang Alkitab. Dan juga, sangatlah aneh di mana Matius, Markus,

Lukas, Yohanes dan Paulus, yang menurut orang-orang Kristen telah diilhami Tuhan untuk
menulis Perjanjian Baru, bahkan tidak bisa mengutip Perjanjian Lama dengan benar.


Mengganti Doa Bapa Kami


Yesus mengajarkan kepada murid-muridnya tentang Doa Bapa Kami sebelum dia meninggal dan
sejak itu, generasi demi generasi dari orang Kristen telah mempelajari doa tersebut di luar kepala.
Tetapi siapapun yang telah menghafalnya 20 tahun yang lalu, akan harus belajar menghafalnya
sekali lagi karena Doa Bapa Kami telah diubah. Kita akan membandingkan Doa Bapa Kami yang
asli yang kita temukan di semua Alkitab yang dicetak sebelum 20 tahun yang lalu, dengan Doa
Bapa Kami yang ada di dalam Versi Internasional Baru, dan kita akan melihat bahwa orang-orang
Kristen bahkan telah merusakkan ajaran terpenting dari Yesus.


(Catatan dari penterjemah: Buku ini dikarang pertama kali pada tahun 1994. Maka bisa kita sadari
bahwa maksud dari paragraf sebelumnya adalah isi Alkitab tentang Doa Bapa Kami sebelum
munculnya Versi International Baru (New International Version) berbeda dengan Doa Bapa Kami
yang tercantum di dalam Versi Internasional Baru. Yang mana Versi Internasional Baru muncul
kira-kira 20 tahun sebelum tahun 1994. Jadi bukan persis 20 tahun sebelum tahun 2000.)


Alkitab Versi King James
Our Father who art in heaven, hallowed be thy name. Thy kingdom come, thy will be done on
earth as it is in heaven. Give us this day our daily bread; and forgive us our trespasses as we
forgive those who trespass against us. And lead us not into tempation, but deliver us from evil, for
thine is the kingdom and the power, and the glory forever and ever. Amen. (Lukas 11:2-5)
Alkitab Versi Internasional Baru


Father, hallowed be your name, your kingdom come. Give us each day our bread. Forgive us our
sins, for we also forgive everyone who sins against us. And lead us not into temptation (Lukas
11:2-5)


(Catatan dari penterjemah: Saya juga secara kebetulan mendapatkan Alkitab Versi King James
cetakan tahun 1984 yang dicetak oleh Thomas Nelson, Inc. Isi Doa Bapa Kami yang tertera di
Lukas 11:2-5 berbunyi seperti berikut:
"Our Father which art in heaven, Hallowed by thy name. Thy kingdom come. Thy will be done, as
in heaven, so in earth. Give us day by day our daily bread. And forgive us our sins; for we also
forgive every one that is indebted to us. And lead us not into temptation; but deliver us from evil." )
(Catatan dari penterjemah: Bahkan versi King James sendiri pun sudah berbeda dengan Versi
King James yang dipakai oleh Bhikkhu A L De Silva sewaktu menulis buku Beyond Belief ini.


Dengan terteranya tiga versi Alkitab dari ayat yang sama, kita bisa melihat bahwa tidak satupun
dari ketiganya yang benar kata demi kata. Mana yang paling benar yang diucapkan Yesus?).


Perhatikan frase-frase berikut - "who art in heaven","thy will be done on earth as it is in
heaven","but deliver us from evil, for thine is the kingdom and the power, and the glory forever and
ever. Amen" - telah dipotong dari Doa Bapa Kami.


Kita hendaknya menanyakan teman Kristen kita mengapa frase-frase tersebut telah dipotong
(dibuang), yang mana adalah ajaran paling terkenal dan paling penting dari Yesus. Tanyakan di
antara kedua versi ini, manakah yang merupakan firman Tuhan yang sempurna, firman Tuhan
yang tidak berubah. Tanyakan mereka, siapa yang mempunyai pengetahuan dan kebijaksanaan
yang cukup untuk mengubah isi Alkitab. Anda akan menemukan mereka sulit untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang Anda ajukan. Di sini dan di mana pun juga, para pembaca
disarankan untuk pergi ke perpustakaan dan toko buku, carilah versi-versi Alkitab yang berlainan
dan secara seksama dan hati-hati bandingkan isinya. Kita akan melihat dengan mata kepala
sendiri bagaimana Alkitab-Alkitab itu saling berbeda sebagai hasil dari penggubahan.


Membuang Ayat-Ayat Alkitab


Bukti bahwa Alkitab telah diubah-ubah bisa ditemukan di setiap halaman, jika kita melihat dengan
seksama. Tulisan-tulisan Alkitab diatur ke dalam pasal-pasal yang kemudian di bagi lagi ke dalam
ayat-ayat.


Sewaktu kita membaca Alkitab, kita terkadang akan menemukan satu atau dua ayat yang hilang.
Versi Internasional Baru yang dicetak oleh New York International Bible Society, perhatikan ayat
44-46 telah dihapus dari Markus pasal 9. Ayat 37 telah dibuang dari Act 8, dan ayat 28 telah
dibuang dari Markus 15. Bagaimana mungkin orang-orang Kristen bisa mengklaim bahwa Alkitab
adalah sempurna dan firman Tuhan yang tidak berubah ketika mereka membuang ayat-ayat dan
kata-kata yang tidak sepadan (convenient).


Penterjemahan Yang Memilih (Selektif)


Ketika orang-orang Kristen hendak meyakinkan kita tentang bukti nyata agama mereka, mereka
akan mengutip dari Alkitab, supaya kita percaya seperti mereka bahwa setiap kata di dalam
Alkitab itu benar apa adanya. Tetapi ketika kita yang mengutip dari Alkitab untuk membuktikan
agama mereka primitif, bodoh atau tidak masuk akal (contohnya: asap keluar dari hidung Tuhan
dan api yang keluar dari mulut Tuhan, Psalms 18:7-8; atau keledai yang bisa berbicara, Bilangan
22:28) orang Kristen akan mengatakan: "Hal-hal seperti itu hanyalah simbolis, hendaknya tidak
diartikan apa adanya." Orang Kristen sangatlah memilih di dalam mengartikan Alkitab. Beberapa
ayat adalah "Firman Allah" yang diartikan benar apa adanya, tetapi di bagian-bagian yang lain,
biasanya bagian yang memalukan, tidak bisa diartikan apa adanya. Alkitab haruslah menjadi
Firman Allah atau Alkitab bukan Firman Allah sama sekali, seseorang tidak bisa sekedar memetik
ayat dan memilih cara pengartian seenaknya. Apabila benar beberapa ayat harus diartikan apa
adanya dan ayat lain diartikan secara simbolis, bagaimana seorang Kristen itu tahu dan
memutuskan cara untuk mengartikan ayat tersebut? Kalau cerita-cerita tentang keledai Balaam

yang berbicara, Adam dan Hawa memakan buah apel, atau Musa mengubah tongkat menjadi ular
tidak untuk diartikan apa adanya, mungkin juga, cerita tentang kebangkitan Yesus hanyalah
simbolis (lambang) dan tidak untuk diartikan secara apa adanya.


7. AJARAN SANG BUDDHA - ALTERNATIVE YANG MASUK AKAL


Kalau kamu tidak mempunyai guru yang bisa menjelaskan ajarannya dengan memuaskan, maka
ambillah Dhamma yang pasti ini dan amalkanlah. Dengan kepastian Dhamma, dan dengan
pengamalan yang benar, adalah untuk kesejahteraan dan kebahagiaanmu untuk waktu yang
lama.


Sang Buddha


Agama Kristiani didasarkan kepada beberapa kejadian sejarah yang dianggap terjadi (perawan
yang melahirkan anak, kebangkitan dari mati, dan lain-lain), satu-satunya catatan terhadapnya
adalah Alkitab yang dianggap benar pula. Jika kejadian-kejadian tersebut bisa dibuktikan tidak
pernah terjadi, dan jika dokumen-dokumen yang merekam kejadian tersebut bisa terbukti untuk
tidak bisa dipercaya, maka Agama Kristiani akan jatuh. Di dalam buku ini, telah kita lihat bahwa
klaim-klaim yang dibuat, dalam segi terbaiknya sangatlah meragukan, dan dalam segi terburuknya
adalah telah terbukti salah.


Ketika kita mengamati ajaran-ajaran Sang Buddha, kita menemukan suatu keadaan yang berbeda
secara keseluruhan. Bahkan kalau pun kita bisa membuktikan bahwa Buddha itu tidak pernah ada
ataupun adanya kesalahan-kesalahan dalam tulisan-tulisan Buddhis, kesalahan tersebut tidaklah
meruntuhkan ajaran Sang Buddha. Mengapa? Karena ajaran Sang Buddha tidaklah sekedar
sejarah Sang Buddha ataupun kejadian-kejadian yang terjadi di masa lalu; melainkan Buddhisme
itu adalah mengenai penderitaan manusia, penyebab-penyebab penderitaan, dan bagaimana
penderitaan itu dapat diatasi sehingga manusia bisa menjadi terbebas, bahagia dan
memancarkan kebebasan dan kebahagiaan itu. Kalau kita ingin tahu atau membuktikan
kebenaran atau mengerti ajaran Buddhisme, kita tidak mengutip ataupun mencarinya di dalam
tulisan-tulisan kuno dan saling bertengkar tentang arti dari kata-kata atau potongan kalimat;
melainkan kita menghubungkan ajaran tersebut dengan pengalaman kita sendiri. Marilah kita teliti
keempat prinsip yang menjadi pokok ajaran Sang Buddha.


(i) Setelah kita mati kita dilahirkan kembali
Orang-orang Kristen percaya bahwa ketika orang meninggal mereka hanya mempunyai salah
satu dari dua takdir terakhir - surga atau neraka. Mereka percaya bahwa kedua takdir tersebut
sifatnya abadi dan orang pergi ke salah satu takdir itu menurut pengadilan Allah Bapa.
Buddhisme mengajarkan bahwa ketika orang meninggal, mereka bisa mempunyai berbagai
macam tujuan (surga, neraka, sebagai manusia kembali, sebagai binatang, dan sebagainya).


Buddhisme mengajarkan bahwa tidak satu pun dari tujuan itu bersifat abadi. Dengan selesainya
kehidupan di salah satu alam, berlanjutlah kehidupan itu ke alam yang lain (atau alam yang
sama). Buddhisme juga mengajarkan bahwa tujuan dari seseorang itu di syaratkan oleh kamma
dari orang itu (persisnya: jumlah dari semua kebaikan dan kesalahan yang orang tersebut lakukan
semasa hidupnya). Ini berarti bahwa semua orang baik, tanpa peduli apapun agamanya, akan
mendapatkan nasib yang baik. Ini juga berarti bahwa meskipun ada yang melakukan kesalahan
ataupun kejahatan akan mempunyai kesempatan untuk menjadi baik lagi di kehidupan
selanjutnya.


Orang-orang Kristen mentertawakan pendapat tentang kelahiran kembali dan mengatakan tidak
ada bukti yang kuat terhadap kelahiran kembali. Tetapi pendapat tentang kelahiran kembali ini
tidaklah begitu berbeda dengan pendapat orang Kristen tentang kehidupan sesudah kematian -
kalau setelah orang meninggal bisa menjadi malaikat di surga, mengapa mereka tidak bisa
menjadi manusia di bumi? Dan dalam hal pembuktian, secara jelas tidak ada bukti tentang teori
kehidupan sesudah kematian yang dianut oleh orang Kristen. Sedangkan ada beberapa
pembuktian bahwa orang bisa dilahirkan kembali (bacalah Twenty Cases Suggestive of
Reincarnation, University Press of Virginia, Charlotteville USA, 1975)


(Catatan dari penterjemah: Saya secara kebetulan juga mengetahui dan telah membaca sebuah
buku tentang reinkarnasi (kelahiran kembali) yang berjudul "Reincarnation: The Boy Lama". Saya
juga pernah mendengar bahwa buku tersebut pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
di akhir 1980 atau di awal 1990 yang judulnya lebih kurang sama dengan judul aslinya dalam
bahasa Inggris. Sebagai petunjuk, bocah yang menjadi lama di Tibet ini bernama Osel yang
dilahirkan dari keluarga Mexico atau keturunan Spanyol.)
Content managed by the Etomite Content Management System.


Bagian 19


(ii) Hidup adalah penderitaan
Prinsip berikutnya yang menjadi dasar Buddhisme adalah pendapat bahwa hidup ini adalah
penderitaan. Meskipun orang-orang Kristen menuduh orang-orang Buddhis sebagai orang yang
pesimis setelah mengucapkan pendapat tersebut, ketidakpuasan yang diwarisi oleh hidup ini
sebenarnya dibenarkan oleh Alkitab: "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh
damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah
hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yohanes 16:33) (Ayub 5:7; Pengkhotbah 1:8; Yesaya
24:4). Tetapi sementara kedua agama setuju dengan ide penderitaan ini, kedua agama tidak
setuju terhadap mengapa penderitaan itu ada.


(Catatan dari penterjemah: Orang-orang Kristen yang mempunyai pemikiran yang kritis akan
menanyakan,"Mengapa kalian menyalahkan isi Alkitab, lalu setelah menyalahkan malah sekarang
memakai isi Alkitab untuk melindungi diri kalian sendiri?" Pemakaian ayat-ayat Alkitab di atas

bukanlah berarti setelah kita menyalahkan Alkitab, lalu memakainya kembali untuk melindungi diri
kita sendiri. Perlu diketahui bahwa pemakaian isi Alkitab di dalam buku ini adalah untuk
menunjukkan adanya kesalahan dan ketidaksempurnaan Alkitab, menyangkal Alkitab itu firman
dari Allah, bukan wahyu Allah ataupun ilham ataupun kesaksian yang bisa dipercaya. Tidak
pernah sekalipun di dalam buku ini sang pengarang dan kita mengatakan bahwa isi Alkitab salah
semua. Secara terbuka sang pengarang memuji beberapa ajaran Kristen yang mulia (yang
banyak dari ajaran itu tercantum di Alkitab), yang telah membuat beliau menjadi umat Buddha
yang lebih taat.)


Orang-orang Kristen bergantung kepada mitos yang yang menjelaskan asal mula kejahatan dan
penderitaan sebagai akibat dari Adam dan Hawa yang telah memakan apel (Catatan dari
penterjemah: buah terlarang, buah pengetahuan).


Buddhisme melihat penderitaan itu sebagai kejadian psikologi yang mempunyai sebab psikologis -
kemauan, ketergantungan, dan nafsu. Dan pengalaman kita sendiri menjelaskan bahwa memang
benar begitu. Ketika kita menginginkan sesuatu dan tidak bisa mendapatkannya, kita akan
merasa kecewa, dan semakin kuat keinginan itu, semakin kuat juga kekecewaan itu.


Bahkan kalaupun kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, kita akan menjadi bosan dan
mulai untuk menginginkan hal yang lain. Bahkan penderitaan badan disebabkan oleh
ketergantungan, karena ketergantungan yang kuat untuk hidup membuat kita dilahirkan kembali
dan ketika kita dilahirkan kembali kita bisa menderita sakit, kecelakaan, menjadi tua, terpisah dari
orang-orang yang kita kasihi, dan lain-lain.


Buddhisme mengajarkan bahkan kebahagiaan di surga tidaklah abadi dan tidaklah sempurna,
kenyataan yang disetujui oleh Alkitab. Alkitab memberitahu kita bahwa Setan dulunya adalah
salah satu malaikat di surga, tetapi dia memberontak melawan Tuhan (yang berarti: Setan tidak
puas) dan dibuang dari surga (yang berarti: keberadaan di surga tidaklah abadi). Kalau pernah
berada di surga sekali dan bisa terjatuh dari kehidupan di surga, ini membuktikan bahwa surga
tidaklah sempurna dan tidaklah abadi, yang mana orang Kristen mengklaim sebaliknya. (Bacalah:
Yesaya 14:12-15, 2 Petrus 2:4, Yudea 6, Wahyu 12:9)


(iii) Penderitaan bisa diatasi
Prinsip ketiga yang menjadi dasar Buddhisme adalah pendapat bahwa adalah mungkin untuk
terbebas dari penderitaan. Ketika ketergantungan dan keinginan berhenti, kehidupan seseorang
menjadi lebih sederhana dan bahagia, dan setelah meninggal, ia tidak akan terlahir kembali.
Keadaan yang terbebas sepenuhnya dari penderitaan di sebut Nibbana dan digambarkan oleh
Sang Buddha sebagai "Kebahagiaan Tertinggi" (Dhammapada 203).


"Rasa lapar adalah penyakit yang paling berat, Lima Kandha (yang terdiri dari jasmani, perasaan,
pencerapan, bentuk-bentuk mental, dan kesadaran - manusia sesungguhnya hanyalah komposisi
dari lima kelompok kehidupan ini) adalah keburukan yang paling parah; (dengan) menyadari
kenyataan ini, orang bijaksana mencapai Nibbana, Kebahagiaan Tertinggi." - Dhammapada 203


(Catatan dari penterjemah: Pengartiannya adalah manusia adalah terdiri dari lima kelompok
kehidupan yang disebut di atas - Lima Kandha. Unsur-unsur itulah yang harus kita hilangkan
supaya terlepas dari roda kehidupan (penderitaan). Itulah sebabnya dikatakan Lima Kandha
adalah keburukan yang paling parah karena bisa lapar (memunculkan keinginan, ketergantungan,
dan nafsu - penderitaan). Dengan hilangnya Lima Kandha, kita bisa terbebas dari keburukan yang
paling parah penyebab kehidupan kembali (penderitaan), dan mencapai Nibbana.)


Orang Kristen sering salah mengartikan, bahwa Nibbana adalah kehampaan yang kosong dan
menuduh ajaran Buddha itu penuh dengan kehampaan. Kesalahpahaman ini muncul karena
ketidakmampuan mereka untuk memahami kehidupan sesudah kematian yang lebih halus
daripada surga yang mereka percaya yang "ada di atas sana" (Psalms 14:2, 53:2) dengan
pintu-pintu dan jendela-jendela (Kejadian 28:17, Wahyu 4:1, 2 Raja-Raja 7:2, Malaekhi 3:10),
tempat Allah Bapa duduk di singgasana (Wahyu 4:2) dikelilingi oleh orang-orang Kristen
berbusana indah dengan mahkota tiara (bercabang tiga) bermain trompet (Wahyu 4:4). Sang
Buddha secara pasti mengatakan bahwa Nibbana itu tidaklah hampa.


Ketika seseorang telah membebaskan pikiran, para dewa tidak bisa melacaknya, meskipun
mereka berpikir: "Ini adalah kesadaran yang melekat kepada Sang Kesunyataan (Buddha)." Dan
mengapa? Karena Sang Kesunyataan tidaklah dapat dilacak. Meskipun saya mengatakan hal ini,
ada beberapa pertapa dan guru-guru agama yang telah menyajikan (ajaran) Saya dengan salah,
yang secara tidak sesuai kenyataan, berkata: "Sang Bhikkhu Gautama (Buddha) adalah seorang
yang penuh kehampaan karena Dia mengajarkan pembuangan, penghancuran, dan kehilangan
dari sebuah kesatuan yang ada." Tetapi ini tentulah tidak Saya ucapkan. Baik sekarang dan di
masa lalu, Saya hanya mengajarkan penderitaan dan cara-cara mengatasi penderitaan. (Majjhima
Nikaya, Sutta No.22)


"When one has freed the mind, the gods cannot trace him, even though they think: "This is
consciousness attached to the enlightened one (Buddha)." And why? It is because the
enlightened one is untraceable. Although I say this, there are some recluses and religious
teachers who misrepresent me falsely, contrary to fact, saying:"The monk Gotama (Buddha) is a
nihilist because he teaches the cutting off, the destruction, the disappearance of the existing
entity." But this is exactly what I do not say. Both now and in the past, I simply teach suffering and
the overcoming of suffering." - Majjhima Nikaya, Sutta No.22


Tetapi Beliau juga mengatakan bahwa Nibbana bukanlah "kehidupan abadi" yang mentah dan
sederhana. Nibbana tidaklah seperti yang dilukiskan oleh Kristiani. Nibbana adalah suatu
keadaan yang sama sekali murni dan bahagia yang tidak ada satupun bahasa umum yang bisa
jelaskan secara tepat.


 Orang-orang Kristen kadang mengatakan bahwa Buddhisme bertentangan dengan dirinya sendiri
karena dalam keinginan untuk mencapai*) Nibbana, seseorang telah memperkuat keinginan
(Catatan dari penterjemah: salah satu dari hasil Lima Kandha - yang lainnya adalah
ketergantungan, dan nafsu) yang dapat mencegah orang itu untuk mencapainya. Pendapat ini
dibawakan pada saat Buddha masih hidup, dan dijawab oleh salah seorang murid utama Beliau,
Ananda.


(Catatan dari penterjemah: *) - kata "mencapai" tidaklah mengartikan bahwa Nibbana adalah
suatu tempat. Kata-kata seperti "jalan menuju Nibbana" sering dipakai untuk menggambarkan
ajaran Sang Buddha yang telah ditemukan oleh Sang Buddha, dan diajarkan kepada - juga bisa
dicapai oleh, para murid-murid Dhamma. Catatan ini ada untuk menghindari adanya
kesalahpahaman bahwa ajaran Sang Buddha berisi banyak pertentangan. Perlu kiranya
ditekankan sekali lagi bahwa Nibbana tidak dapat dijelaskan melalui kata-kata umum.
Penggunaan kata "mencapai" "tujuan" "jalan menuju" "kebahagiaan tertinggi" hanyalah untuk
penjelasan yang seiring dengan konsep Nibbana yang disampaikan oleh Sang Buddha.)


Seorang imam menanyakan Yang Mulia Ananda: "Apa tujuan dari kehidupan suci di bawah
bhikkhu Gautama?" - "Tujuannya adalah untuk melepaskan nafsu." - "Adakah caranya, latihan
yang mana bisa melepaskan nafsu?" - "Ada caranya, yaitu dengan usaha kekuatan batin dari
keinginan, energi, pikiran dan perenungan yang bersama-sama dengan konsentrasi (pemusatan
pikiran) dan usaha." - "Kalau begitu adanya, Yang Mulia Ananda, lalu ini sama saja dengan usaha
yang tiada akhirnya. Karena untuk melepaskan satu nafsu untuk dengan menggunakan nafsu
yang lain adalah tidak mungkin." - "Lalu saya akan bertanya kepadamu sebuah pertanyaan;
jawablah sesukamu. Sebelumnya, apakah kamu mempunyai nafsu (keinginan), energi, pikiran dan
perenungan untuk datang ke taman ini? Dan setelah tiba, hilangkah keinginan, energi, pikiran dan
renungan yang kau bawa itu?" - "Ya, semuanya itu hilang." -"Kalau begitu, seseorang yang telah
menghancurkan kekotoran batin, setelah dia mencapai pencerahan sempurna, keinginan itu,
energi itu, pikiran itu, renungan yang dia miliki untuk mencapai pencerahan sempurna sekarang
telah sirna." (Samyutta Nikaya, Book Seven, Sutta No.15)


"A priest asked Venerable Ananda: "What is the aim of living the holy life under the monk
Gotama?" - "It is for the sake of abnadoning desire." - "Is there a way, a practice by whice to
abandon this desire?" - "There is a way - it is by means of the psychic powers of desire, energy,
thought, and consideration together with concentration and effort." - "If that is so, Venerable
Ananda, then it is a task without end. Because to get rid of one desire by means of another is
impossible." - "Then I will ask you a question; answer as you like. Before, did you have the desire,
the energy, the thought and consideration to come to this park? And having arrived, did not that
desire, that energy, that thought and that consideration cease?" - "Yes, it did." - "Well, for one who
has destroyed the defilements, once he ahs won enlightenment, that desire, that energy, that
thought and that consideration he had for enlightenment has now ceased." - Samyutta Nikaya,
Book Seven, Sutta No.15)


Bagian 19


(ii) Hidup adalah penderitaan
Prinsip berikutnya yang menjadi dasar Buddhisme adalah pendapat bahwa hidup ini adalah
penderitaan. Meskipun orang-orang Kristen menuduh orang-orang Buddhis sebagai orang yang
pesimis setelah mengucapkan pendapat tersebut, ketidakpuasan yang diwarisi oleh hidup ini
sebenarnya dibenarkan oleh Alkitab: "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh
damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah
hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yohanes 16:33) (Ayub 5:7; Pengkhotbah 1:8; Yesaya
24:4). Tetapi sementara kedua agama setuju dengan ide penderitaan ini, kedua agama tidak
setuju terhadap mengapa penderitaan itu ada.


(Catatan dari penterjemah: Orang-orang Kristen yang mempunyai pemikiran yang kritis akan
menanyakan,"Mengapa kalian menyalahkan isi Alkitab, lalu setelah menyalahkan malah sekarang
memakai isi Alkitab untuk melindungi diri kalian sendiri?" Pemakaian ayat-ayat Alkitab di atas
bukanlah berarti setelah kita menyalahkan Alkitab, lalu memakainya kembali untuk melindungi diri
kita sendiri. Perlu diketahui bahwa pemakaian isi Alkitab di dalam buku ini adalah untuk
menunjukkan adanya kesalahan dan ketidaksempurnaan Alkitab, menyangkal Alkitab itu firman
dari Allah, bukan wahyu Allah ataupun ilham ataupun kesaksian yang bisa dipercaya. Tidak
pernah sekalipun di dalam buku ini sang pengarang dan kita mengatakan bahwa isi Alkitab salah
semua. Secara terbuka sang pengarang memuji beberapa ajaran Kristen yang mulia (yang
banyak dari ajaran itu tercantum di Alkitab), yang telah membuat beliau menjadi umat Buddha
yang lebih taat.)


Orang-orang Kristen bergantung kepada mitos yang yang menjelaskan asal mula kejahatan dan
penderitaan sebagai akibat dari Adam dan Hawa yang telah memakan apel (Catatan dari
penterjemah: buah terlarang, buah pengetahuan).


Buddhisme melihat penderitaan itu sebagai kejadian psikologi yang mempunyai sebab psikologis -
kemauan, ketergantungan, dan nafsu. Dan pengalaman kita sendiri menjelaskan bahwa memang
benar begitu. Ketika kita menginginkan sesuatu dan tidak bisa mendapatkannya, kita akan
merasa kecewa, dan semakin kuat keinginan itu, semakin kuat juga kekecewaan itu.


Bahkan kalaupun kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, kita akan menjadi bosan dan
mulai untuk menginginkan hal yang lain. Bahkan penderitaan badan disebabkan oleh
ketergantungan, karena ketergantungan yang kuat untuk hidup membuat kita dilahirkan kembali
dan ketika kita dilahirkan kembali kita bisa menderita sakit, kecelakaan, menjadi tua, terpisah dari
orang-orang yang kita kasihi, dan lain-lain.


Buddhisme mengajarkan bahkan kebahagiaan di surga tidaklah abadi dan tidaklah sempurna,

kenyataan yang disetujui oleh Alkitab. Alkitab memberitahu kita bahwa Setan dulunya adalah
salah satu malaikat di surga, tetapi dia memberontak melawan Tuhan (yang berarti: Setan tidak
puas) dan dibuang dari surga (yang berarti: keberadaan di surga tidaklah abadi). Kalau pernah
berada di surga sekali dan bisa terjatuh dari kehidupan di surga, ini membuktikan bahwa surga
tidaklah sempurna dan tidaklah abadi, yang mana orang Kristen mengklaim sebaliknya. (Bacalah:
Yesaya 14:12-15, 2 Petrus 2:4, Yudea 6, Wahyu 12:9)


(iii) Penderitaan bisa diatasi


Prinsip ketiga yang menjadi dasar Buddhisme adalah pendapat bahwa adalah mungkin untuk
terbebas dari penderitaan. Ketika ketergantungan dan keinginan berhenti, kehidupan seseorang
menjadi lebih sederhana dan bahagia, dan setelah meninggal, ia tidak akan terlahir kembali.
Keadaan yang terbebas sepenuhnya dari penderitaan di sebut Nibbana dan digambarkan oleh
Sang Buddha sebagai "Kebahagiaan Tertinggi" (Dhammapada 203).


"Rasa lapar adalah penyakit yang paling berat, Lima Kandha (yang terdiri dari jasmani, perasaan,
pencerapan, bentuk-bentuk mental, dan kesadaran - manusia sesungguhnya hanyalah komposisi
dari lima kelompok kehidupan ini) adalah keburukan yang paling parah; (dengan) menyadari
kenyataan ini, orang bijaksana mencapai Nibbana, Kebahagiaan Tertinggi." - Dhammapada 203


(Catatan dari penterjemah: Pengartiannya adalah manusia adalah terdiri dari lima kelompok
kehidupan yang disebut di atas - Lima Kandha. Unsur-unsur itulah yang harus kita hilangkan
supaya terlepas dari roda kehidupan (penderitaan). Itulah sebabnya dikatakan Lima Kandha
adalah keburukan yang paling parah karena bisa lapar (memunculkan keinginan, ketergantungan,
dan nafsu - penderitaan). Dengan hilangnya Lima Kandha, kita bisa terbebas dari keburukan yang
paling parah penyebab kehidupan kembali (penderitaan), dan mencapai Nibbana.)


Orang Kristen sering salah mengartikan, bahwa Nibbana adalah kehampaan yang kosong dan
menuduh ajaran Buddha itu penuh dengan kehampaan. Kesalahpahaman ini muncul karena
ketidakmampuan mereka untuk memahami kehidupan sesudah kematian yang lebih halus
daripada surga yang mereka percaya yang "ada di atas sana" (Psalms 14:2, 53:2) dengan
pintu-pintu dan jendela-jendela (Kejadian 28:17, Wahyu 4:1, 2 Raja-Raja 7:2, Malaekhi 3:10),
tempat Allah Bapa duduk di singgasana (Wahyu 4:2) dikelilingi oleh orang-orang Kristen
berbusana indah dengan mahkota tiara (bercabang tiga) bermain trompet (Wahyu 4:4). Sang
Buddha secara pasti mengatakan bahwa Nibbana itu tidaklah hampa.


Ketika seseorang telah membebaskan pikiran, para dewa tidak bisa melacaknya, meskipun
mereka berpikir: "Ini adalah kesadaran yang melekat kepada Sang Kesunyataan (Buddha)." Dan
mengapa? Karena Sang Kesunyataan tidaklah dapat dilacak. Meskipun saya mengatakan hal ini,
ada beberapa pertapa dan guru-guru agama yang telah menyajikan (ajaran) Saya dengan salah,
yang secara tidak sesuai kenyataan, berkata: "Sang Bhikkhu Gautama (Buddha) adalah seorang
yang penuh kehampaan karena Dia mengajarkan pembuangan, penghancuran, dan kehilangan
dari sebuah kesatuan yang ada." Tetapi ini tentulah tidak Saya ucapkan. Baik sekarang dan di
masa lalu, Saya hanya mengajarkan penderitaan dan cara-cara mengatasi penderitaan. (Majjhima
Nikaya, Sutta No.22)


"When one has freed the mind, the gods cannot trace him, even though they think: "This is
consciousness attached to the enlightened one (Buddha)." And why? It is because the
enlightened one is untraceable. Although I say this, there are some recluses and religious
teachers who misrepresent me falsely, contrary to fact, saying:"The monk Gotama (Buddha) is a
nihilist because he teaches the cutting off, the destruction, the disappearance of the existing
entity." But this is exactly what I do not say. Both now and in the past, I simply teach suffering and
the overcoming of suffering." - Majjhima Nikaya, Sutta No.22


Tetapi Beliau juga mengatakan bahwa Nibbana bukanlah "kehidupan abadi" yang mentah dan
sederhana. Nibbana tidaklah seperti yang dilukiskan oleh Kristiani. Nibbana adalah suatu
keadaan yang sama sekali murni dan bahagia yang tidak ada satupun bahasa umum yang bisa
jelaskan secara tepat.


Orang-orang Kristen kadang mengatakan bahwa Buddhisme bertentangan dengan dirinya sendiri
karena dalam keinginan untuk mencapai*) Nibbana, seseorang telah memperkuat keinginan
(Catatan dari penterjemah: salah satu dari hasil Lima Kandha - yang lainnya adalah
ketergantungan, dan nafsu) yang dapat mencegah orang itu untuk mencapainya. Pendapat ini
dibawakan pada saat Buddha masih hidup, dan dijawab oleh salah seorang murid utama Beliau,
Ananda.


(Catatan dari penterjemah: *) - kata "mencapai" tidaklah mengartikan bahwa Nibbana adalah
suatu tempat. Kata-kata seperti "jalan menuju Nibbana" sering dipakai untuk menggambarkan
ajaran Sang Buddha yang telah ditemukan oleh Sang Buddha, dan diajarkan kepada - juga bisa
dicapai oleh, para murid-murid Dhamma. Catatan ini ada untuk menghindari adanya
kesalahpahaman bahwa ajaran Sang Buddha berisi banyak pertentangan. Perlu kiranya
ditekankan sekali lagi bahwa Nibbana tidak dapat dijelaskan melalui kata-kata umum.
Penggunaan kata "mencapai" "tujuan" "jalan menuju" "kebahagiaan tertinggi" hanyalah untuk
penjelasan yang seiring dengan konsep Nibbana yang disampaikan oleh Sang Buddha.)


Seorang imam menanyakan Yang Mulia Ananda: "Apa tujuan dari kehidupan suci di bawah
bhikkhu Gautama?" - "Tujuannya adalah untuk melepaskan nafsu." - "Adakah caranya, latihan
yang mana bisa melepaskan nafsu?" - "Ada caranya, yaitu dengan usaha kekuatan batin dari
keinginan, energi, pikiran dan perenungan yang bersama-sama dengan konsentrasi (pemusatan
pikiran) dan usaha." - "Kalau begitu adanya, Yang Mulia Ananda, lalu ini sama saja dengan usaha
yang tiada akhirnya. Karena untuk melepaskan satu nafsu untuk dengan menggunakan nafsu
yang lain adalah tidak mungkin." - "Lalu saya akan bertanya kepadamu sebuah pertanyaan;
jawablah sesukamu. Sebelumnya, apakah kamu mempunyai nafsu (keinginan), energi, pikiran dan

perenungan untuk datang ke taman ini? Dan setelah tiba, hilangkah keinginan, energi, pikiran dan
renungan yang kau bawa itu?" - "Ya, semuanya itu hilang." -"Kalau begitu, seseorang yang telah
menghancurkan kekotoran batin, setelah dia mencapai pencerahan sempurna, keinginan itu,
energi itu, pikiran itu, renungan yang dia miliki untuk mencapai pencerahan sempurna sekarang
telah sirna." (Samyutta Nikaya, Book Seven, Sutta No.15)


"A priest asked Venerable Ananda: "What is the aim of living the holy life under the monk
Gotama?" - "It is for the sake of abnadoning desire." - "Is there a way, a practice by whice to
abandon this desire?" - "There is a way - it is by means of the psychic powers of desire, energy,
thought, and consideration together with concentration and effort." - "If that is so, Venerable
Ananda, then it is a task without end. Because to get rid of one desire by means of another is
impossible." - "Then I will ask you a question; answer as you like. Before, did you have the desire,
the energy, the thought and consideration to come to this park? And having arrived, did not that
desire, that energy, that thought and that consideration cease?" - "Yes, it did." - "Well, for one who
has destroyed the defilements, once he ahs won enlightenment, that desire, that energy, that
thought and that consideration he had for enlightenment has now ceased." - Samyutta Nikaya,
Book Seven, Sutta No.15)
Content managed by the Etomite Content Management System.


Bagian 20


(iv) Ada cara untuk mengatasi penderitaan
Prinsip terakhir yang menjadi dasar ajaran agama Buddha mengajarkan kita bagaimana caranya
untuk menghilangkan ketergantungan, yang kemudian terbebas dari penderitaan di dalam hidup
ini dan di masa yang akan datang. Ketiga prinsip pertama adalah bagaimana cara pandang orang
Buddhis terhadap dunia dan kesulitan manusia, sedangkan prinsip terakhir ini adalah tentang apa
yang umat Buddhis putuskan untuk mengatasi kesulitan tersebut. Dan jawaban Buddhis terhadap
penderitaan adalah untuk menjalankan Delapan Jalan Mulia (Kebenaran). Sistem yang sangat
bisa diterapkan dan berlaku secara universal ini terdiri dari pengembangan Pengertian Benar,
Pikiran Benar, Perkataan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan Benar, Usaha Benar, Kesadaran
Benar, Konsentrasi Benar. Kita akan melihat secara singkat masing-masing dari jalan tersebut.


Pengertian Benar


Kalau kita bertahan untuk percaya bahwa kejahatan (dosa) dan penderitaan adalah disebabkan
oleh sesuatu yang Adam dan Hawa lakukan, atau bahwa kejahatan (dosa) dan penderitaan
disebabkan oleh iblis, kita tidak akan pernah bisa mengatasinya. Ketika kita mengerti bahwa
kitalah yang menyebabkan penderitaan kita sendiri melalui kebodohan dan ketergantungan
(kemelekatan), kita telah mengambil langkah pertama untuk mengatasi penderitaan itu.
Mengetahui penyebab utama dari sebuah masalah adalah awal dari usaha mengatasi masalah
itu. Dan adalah tidak cukup untuk hanya percaya - kita harus berusaha untuk mengerti.
Pengertian benar memerlukan penggunaan otak, penelitian yang hati-hati, pembuktian dari
kenyataan-kenyataan yang ada, keterbukaan. Dalam usaha untuk mendapatkan wawasan dan
pengetahuan, kualitas-kualitas tadi akan terasah dan diperkuat.


Pikiran, Ucapan dan Perbuatan Benar


Ketiga tahap dari Delapan Jalan Kebenaran menjadi batang tubuh dari ajaran etika (moral)
Buddhis. Orang-orang Kristen sering mencoba untuk memberikan kesan bahwa hanya moral
merekalah yang berputar disekitar kelembutan, cinta kasih dan pengampunan. Tetapi,
kenyataannya 500 tahun sebelum Yesus, Buddha mengajarkan etika yang berpusatkan cinta
kasih dengan lebih baik dan lebih lengkap daripada ajaran Kristiani. Untuk melatih Pikiran Benar,
kita hendaknya mengisi pikiran-pikiran kita dengan pikiran-pikiran cinta kasih dan belas kasihan.
Kembangkan pikiran yang penuh cinta kasih, belas kasihan, dikendalikan oleh kebajikan,
timbulkan energimu, jadilah orang yang tegas dan selalu teguh di dalam membuat kemajuan.
(Theragata 979)
"Develop a mind full of love, be compassionate and restrained by virtue, arouse your energy, be
resolute and always firm in making progress" - Theragata 979


Ketika dengan satu pikiran yang penuh dengan kasih sayang, seseorang akan merasakan belas
kasihan kepada seluruh dunia - yang di atas, dibawah dan disekeliling, tak terbatas ke seluruh
penjuru, dipenuhi dengan kebaikan hati yang tak terbatas, lengkap dan terlatih dengan benar; dan
semua perbuatan-perbuatan terbatas yang seorang telah lakukan tidak akan tetap hidup di dalam
pikiran itu." (Jataka 37,38)


"When with a mind full of love one feels compassion for the whole world - above, below, and
across, unlimited everywhere, filled with infinite kindness, complete and well-developed; any
limited actions one may have done do not remain lignering in one's mind" - Jataka 37,38


Sama halnya dengan air yang menyejukkan kebaikan dan keburukan dan membersihkan semua
kotoran dan debu, dengan cara yang sama kamu hendaknya mengembangkan pikiran-pikiran
cinta kasih kepada teman dan lawan, dan dengan mencapai kesempurnaan dalam cinta kasih,
kamu akan mencapai Pencerahan Sempurna (Jataka Nidanakatha 168-169)


"Just as water cools both good and bad and washes away all dirt and dust, in the same way you
should develop thoughts of love to friend and foe alike, and having reached perfection in lvoe you
will attain enlightenment" - Jataka Nidanakatha 168-169


Dalam melatih Ucapan Benar, kita hendaknya menggunakan kata-kata yang kita gunakan untuk
mendukung kejujuran, kelembutan hati dan kedamaian. Sang Buddha menggambarkan Ucapan
Benar seperti berikut ini.


Kalau kata-kata mempunyai lima ciri khas, ciri khas tersebut adalah: pengucapan yang benar,

bukan pengucapan yang sembarangan, tidak disalahkan maupun dikutuk oleh orang-orang
bijaksana, kata-kata itu diucapkan pada saat yang tepat, penuh kebenaran, lembut, langsung
(tepat pada sasaran), dan digerakkan oleh cinta kasih. (Anguttara Nikaya, Books of Fives, Sutta
198)


"If words have five characteristics they are well-spoken, not ill-spoken, neither blamed or
condemned by the wise, they are spoken at the right timem they are truthful, they are gentle, they
are to the point, and they are motivated by love" - Anguttara Nikaya, Book of Fives, Sutta 198


Dengan keindahan dan kejelasan yang merupakan ciri khas dari Sang Buddha, Beliau
menjelaskan seorang yang berusaha mengembangkan Ucapan Benar sebagai berikut.


Tidak berbohong, seorang menjadi pembicara tentang kebenaran, bisa diandalkan, patut
dipercaya, bukanlah penipu dunia ini. Tidak memfitnah, seorang tidak mengulang di
tempat lain terhadap apa yang didengar di tempat ini, atau mengulang di tempat ini
terhadap apa yang didengar di tempat lain, yang tujuannya untuk memecah-belah orang.
Sehingga, orang itu menjadi pemersatu dari yang terpecahkan, penggabung dari apa
yang sudah bersatu, memberi kebahagiaan di dalam kedamaian, memberikan
kesenangan di dalam kedamaian, mendukung perdamaian; perdamaian adalah
penggerak ucapan-ucapannya. Berhenti berkata kasar, seorang mengatakan apa yang
tidak disalahkan, enak di dengar telinga, bisa disetujui, menyentuh hati, berbudi bahasa
santun, menyenangkan dan disukai oleh semua khayalak. Berhenti mengucapkan hal-hal
yang tidak berguna, seorang berbicara pada saat yang benar, mengenai kenyataan, tepat
pada sasaran, tentang Dhamma dan ketekunan, kata-kata yang pantas untuk dihargai,
sesuai dengan musimnya, penuh pertimbangan, diterangkan dengan jelas, dan
berhubungan dengan tujuan. (Digha Nikaya, Sutta No.1)


"Giving up lying, one becomes a speaker of truth, reliable, trustworthy, dependable, not a deceiver
of the world. Giving up slander, one does not repeat there what is heard here, or repeat here what
is heard there, for the purpose of causing divisions between people. Thus, one is a reconciler of
those who are divided and a combiner of those already united, rejoicing in peace, delighting in
peace, promoting peace; peace is the motive of his speech. Giving up harsh speech, one speaks
what is blameless, pleasant to the ear, agreeable, going to the heart, urbane, pleasing and liked
by all. Giving up useless chatter, one speaks at the right time, about the facts, to the point, about
Dhamma and discipline, words worthy of being treasured up, seasonable, reasoned, clearly
defined and connected to the goal." - Digha Nikaya, Sutta No.1


Perbuatan benar memerlukan kita untuk menghindari pembunuhan, pencurian dan perbuatan
seksual yang senonoh, dan memerlukan kita untuk melatih kelembutan, kemurahan hati, kendali
diri, dan memberikan pertolongan kepada yang lain.


Penghidupan Benar


Untuk melatih Penghidupan Benar, seorang akan bekerja di pekerjaan yang penuh moral, dan
yang menghasilkan sesuatu yang tidak merugikan masyarakat ataupun lingkungan. Seorang tuan
akan membayar pekerja-pekerjanya dengan adil, memperlakukan mereka dengan penuh hormat,
dan memastikan keadaan kerja yang aman. Seorang pekerja di sisi yang lain akan bekerja secara
jujur dan rajin. (Digha Nikaya, Sutta No.31). Seorang juga hendaknya menggunakan
penghasilannya dengan bertanggungjawab - memenuhi kebutuhannya, menghematkannya, dan
membagikan sebagian untuk amal.


"To practise Right Livelihood one will do work which is ethically wholesome and which produces
something which does not harm society or the environment. An employer will pay his workers
fairly, treat them with respect and make sure their working conditions are safe. An employee on
the other hand will work honestly and diligently (see Digha Nikaya, Sutta No.31). One should also
use one's income responsibly - providing for one's needs, saving some and giving some to charity.


Usaha Benar


Kepercayaan Kristen tentang Tuhan dan manusia membuat usaha manusia tidak
bertalian/berhubungan. Manusia pada dasarnya adalah berakhlak buruk dan orang berdosa yang
jahat.


"orang miskin didorongnya dari jalan, orang sengsara di dalam negeri terpaksa bersembunyi
semuanya." (Ayub 24:4)


"Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang
dapat mengetahuinya?" (Yeremia 17:9)


Tak lebih dari sekedar ulat (Ayub 25:6) manusia tidaklah mampu untuk menjadi baik, dan tidak
bisa diselamatkan oleh usaha-usaha mereka sendiri melainkan hanya melalui keagungan Tuhan
mereka terselamatkan. Buddhisme, dengan perbedaan yang mencolok, melihat watak dasar
manusia sebagai baik dan dalam syarat-syarat yang mendukung, lebih mungkin lagi untuk berbuat
kebaikan daripada kejahatan. (Baca Milindapanha 84). Di dalam agama Kristen, manusia
bertanggungjawab atas kesalahan yang mereka perbuat semasa hidup mereka tetapi juga
manusia bertanggungjawab atas dosa yang diperbuat oleh Adam dan Hawa.


(Catatan dari penterjemah: Ayat yang mendukung pernyataan di atas dapat dibaca di Alkitab kitab
Kejadian 3:15-19)


Di dalam Buddhisme, manusia bertanggungjawab atas perbuatan yang dia lakukan sendiri saja,
dan berhubung watak dasar manusia adalah baik, ini berarti usaha, pengerahan tenaga dan
ketekunan sangatlah penting. Sang Buddha berkata:
Abaikan yang salah. Pengabaian itu bisa dilakukan. Kalau pengabaian ini mustahil, Saya tidak
akan mendukung kamu untuk melakukannya. Tetapi berhubung hal ini bisa dilaksanakan, Saya

katakan kepadamu: "Abaikan yang salah". Kalau mengabaikan yang salah membawa kerugian
dan kesedihan, Saya tidak akan mendukung kamu untuk melakukannya. Tetapi berhubung hal ini
menghasilkan manfaat dan kebahagiaan, Saya dukung kamu: "Abaikan yang salah".

Tanamkanlah kebaikan. Menanam kebaikan bisa dilakukan. Kalau hal ini tidak bisa dilakukan,
Saya tidak akan mendukung kam untuk melakukannya. Tetapi berhubung hal ini bisa dilakukan,
Saya katakan kepadamu:"Tanamkanlah kebaikan." Kalau menanam kebaikan membawa kerugian
dan kesedihan, Saya tidak akan mendukung kamu untuk melakukannya. Tetapi berhubung
menanam kebaikan menghasilkan manfaat dan kebahagiaan, Saya dukung kamu:"Tanamkanlah
kebaikan." (Anguttara Nikaya, Book of Twos, Sutta No.9)


"Abandon wrong. It can be done. If it were impossible to do I would not urge you to do so. But
since it can be done, I say to you: "Abandon wrong". If abandoning wrong brought loss and
sorrow, I would not urge you to do so. But since it conduces to benefit and happiness, I urge you:
"Abandon wrong." Cultivate the good. It can be done. If it were impossible to do, I would not urge
you to do so. But since it can be done, I say to you: "Cultivate the good." If cultivating the good
brought loss and sorrow, I would not urge you to do so. But since it conduces to benefit and
happiness, I urge you:"Cutivate good"" - Anguttara Nikaya, Book of Twos, Sutta No.9


Bagian 21


Kesadaran Benar dan Konsentrasi Benar


Dua tahap terakhir dari Delapan Jalan Kebenaran ini secara bersama-sama menjelaskan tentang
meditasi, latihan yang penuh kesadaran dan lemah lembut yang pertama-tama adalah mengenal
pikiran itu sendiri. Kemudian mengatur pikiran itu, dan terakhir mengubah pikiran itu.


Meskipun kata meditasi muncul sekitar dua puluh kali di dalam Alkitab, tampaknya kata meditasi
itu hanya ditujukan kepada latihan sederhana dengan merenungkan ayat-ayat dari tulisan Kitab
Suci. (Misalnya Yosua 1:8). Alkitab tampaknya sama sekali meniadakan tehnik-tehnik meditasi
yang luas yang ditemukan di tulisan-tulisan Buddhis. Hasilnya adalah, ketika orang-orang Kristen
fundamentalis tergoda oleh nafsu-nafsu jahat atau terganggu oleh pikiran-pikiran negatif,
satu-satunya yang bisa mereka perbuat adalah berdoa lebih keras. Ketidakhadiran meditasi
adalah juga sebab mengapa orang-orang Kristen sering tampak gelisah dan sangat minim akan
keagungan. Keagungan yang tenang dan ketidakgelisahan adalah ciri khas dari umat Buddha.


(Catatan dari penterjemah: Memang diakui bahwa terdapat banyak umat Buddha yang gelisah,
dan berbuat jahat. Akan tetapi ciri khas keagungan dan ketenangan itulah yang juga menjadi
sebab umat Buddhis tidak keluar mencari-cari umat baru. Bukan karena sombong atau angkuh,
tetapi karena umat Buddhis pada umumnya mengerti bahwa pemaksaan kehendak tidaklah
diperlukan jika kita ingin berbuat kebaikan, dan umat Buddha sadar bahwa Dhamma tetap berlaku
kepada semua orang, bukan hanya untuk Buddhis saja.)


"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!" (Mazmur 46:11) tetapi orang-orang Kristen tidak
bisa duduk dengan diam, apalagi berdiam di dalam pikiran walaupun untuk sejenak. Tuhan juga
berkata "berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam." (Mazmur 4:5) yang
persis dilakukan oleh umat-umat Buddhis ketika mereka sedang bermeditasi.


Tetapi pelayanan-pelayanan dan doa-doa Kristen karismatik dan penyebar Injil yang fanatik
seringkali terlihat seperti perpaduan antara konser musik rock dan kekacauan, dengan pendeta
yang berteriak, menggerak-gerakkan tangannya sambil berbicara ketika para jemaat bergoyang
kesana-kemari, "mengeluarkan suara tanpa arti", menangis dan bertepuk tangan.


(Catatan dari penterjemah: Perlu para pembaca ketahui, Kristen maupun Buddhis, bahwa inilah
kenyataan apa adanya yang telah disampaikan secara jujur, bukan hinaan yang penuh
kebohongan. Apa yang dilakukan di dalam Gereja, tampaknya mengandung hal-hal yang tidak
sesuai dengan isi Alkitab.


Tak jarang pula, sering terdengar bahasa-bahasa yang tidak bisa dimengerti yang diteriakkan di
dalam tempat kebaktian, yang sampai hari ini tak seorangpun tahu apa arti kata-kata yang
diteriakkan itu.)


Kelebihan besar yang dimiliki oleh agama Buddha adalah, bukan hanya kita dinasihati untuk
menjadi tenang, damai, bebas dari nafsu-nafsu kotor, dan mempunyai kesadaran diri, tetapi juga
menunjukkan kepada kita bagaimana untuk menimbulkan keadaan tenang, damai, bebas dari
nafsu dan kesadaran diri itu. Ada meditasi-meditasi yang menghasilkan ketentraman, untuk
merubah kekotoran mental, mendukung keadaan mental yang positif, dan juga untuk merubah
sikap-sikap yang tidak baik. Dan tentunya, ketika pikiran yang tenang dan bebas dari praduga,
ide-ide yang sudah tertanam, dan nafsu-nafsu yang mengganggu, akan lebih bisa melihat segala
hal apa adanya. Tidaklah mengherankan bahwa banyak meditasi yang diajarkan oleh Sang
Buddha sekarang digunakan oleh para psikologis, ahli jiwa, dan para penasehat.


8. BAGAIMANA KITA MENJAWAB PERTANYAAN PARA PENYEBAR INJIL.


Sebagai bagian dari usaha mereka untuk mempromosikan iman mereka, para penyebar Injil
seringkali menanyakan pertanyaan kepada umat Buddha, yang bertujuan untuk membingungkan
atau melemahkan umat Buddha. Kita akan melihat kepada beberapa pertanyaan dan komentarkomentar
mereka, dan memberikan jawaban-jawaban Buddhis.


(Catatan dari penterjemah: Seringkali tujuan orang-orang Kristen untuk membingungkan dan
melemahkan umat Buddha berhasil, karena:
1. Orang Buddhis yang mereka pertanyakan bukanlah orang Buddhis yang sering ke Vihara, atau
yang banyak belajar tentang Dhamma.
2. Pertanyaan-pertanyaan yang mereka tanyakan telah mereka persiapkan berikut jawaban dari

mereka sendiri yang semua dari pertanyaan itu adalah berdasarkan KONSEP PIKIRAN DAN
MENTAL orang-orang Kristen. Sehingga mereka bisa memberikan jawaban, komentar yang
bersifat Kristen pula. Itulah yang membuat orang Kristen KELIHATAN mempunyai jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan umat Buddha itu. Pernah sekali saya diajak
berdiskusi, seorang penyebar Injil Kristen yang taat ke kebaktian agamanya dan pintar akan
Alkitab mengatakan bahwa Sang Buddha bagi orang Buddha setingkat dengan Yesus dalam
Agama Kristen, dan Maria perawan suci oleh orang Kristen, setingkat dan sama halnya dengan
Dewi Kwan Im. Ini adalah pertanyaan yang bodoh dan menggelikan. Pertanyaan-pertanyaan
seperti itulah yang menyesatkan dan membingungkan. Dengan dalih, Buddha tidak bisa
menyelamatkan manusia, tetapi Yesus bisa.)


Kamu tidak percaya kepada Tuhan, sehingga kamu tidak bisa menjelaskan asal mula
dunia ini


Memang benar Kristen mempunyai penjelasan tentang bagaimana semuanya bermula. Tetapi
apakah penjelasan itu benar? Marilah kita teliti. Alkitab mengatakan bahwa Tuhan menciptakan
segalanya dalam enam hari dan pada hari ketujuh, Ia beristirahat. Cerita yang aneh ini tidaklah
lebih dari sekedar sebuah dongeng, dan tidak lebih benar daripada dongeng Hindu yang
mengatakan para dewa menciptakan semuanya dengan mengocok susu yang sebanyak air di
laut, atau kepercayaan kuno bahwa alam semesta ini ditetaskan dari sebutir telur kosmos.


Beberapa bagian dari dongeng penciptaan ini adalah tidak masuk akal. Contohnya, dikatakan
pada hari pertama Tuhan menciptakan terang dan gelap tetapi pada hari keempat Dia
menciptakan matahari (Kejadian 1:15-16). Bagaimana bisa ada siang dan malam tanpa matahari?
Dongeng penciptaan ini juga bertentangan dengan ilmu pengetahuan moderen yang telah
membuktikan tentang awal alam semesta, dan bagaimana kehidupan berkembang. Tidak ada
bagian di ilmu perbintangan atau biologi di perguruan tinggi manapun di dunia ini yang
mengajarkan dongeng penciptaan dengan alasan sederhana, bahwa dongeng tersebut tidak
berdasarkan kenyataan. Maka, memang benar Kristen mempunyai penjelasan tentang awal mula
sesuatu (seperti halnya kebanyakan agama juga punya penjelasan sendiri), tetapi penjelasan itu
hanyalah dongeng belaka.


Lalu apa yang Buddhisme katakan tentang awal mula segala sesuatu? Buddhisme mengatakan
hal yang sedikit sekali tentang hal ini dan dengan alasan yang sangat masuk akal.
Tujuan dari Buddhisme adalah untuk mengembangkan kebijaksanaan dan belas kasihan
sehingga bisa mencapai Nibbana. Mengetahui asal mula dunia tidak membantu kita
mengembangkan cinta kasih dan kebijaksanaan untuk mencapai Nibbana.


Pernah sekali seorang meminta Sang Buddha untuk memberitahu dia bagaimana alam semesta
ini bermula. Sang Buddha mengatakan kepadanya "Kamu seperti orang yang baru saja di panah
dengan anak panah beracun, dan ketika dokter datang untuk mencabut anak panah tersebut,
kamu mengatakan ‘Tunggu! Sebelum anak panah ini dicabut saya mau tahu nama orang yang
memanah anak panah ini, dari suku/keluarga mana dia berasal, dari kampung mana dia
dilahirkan. Saya ingin mengetahui dari jenis kayu apa busurnya terbuat, bulu apa yang digunakan
di ujung anak panah ini, seberapa panjang anak panah ini, dan lain-lain, dan lain-lain.' Orang itu
akan mati sebelum semua pertanyaan itu bisa terjawab. Tugas saya adalah untuk membantu
kamu untuk mencabut anak panah penderitaan dari dirimu sendiri." (Majjhima Nikaya Sutta No.63)


Once a man demanded that the Buddha tell him how the universe began. The Buddha said to him
"You are like a man who has been shot with a poison arrow and who, when the doctor comes to
remove it, says,'Wait! Before the arrow is removed I want to know the name of the man who shot
it, what clan he comes from, which village he was born in. I want to know what type of wood his
bow is made from, what feathers are on the end of the arrow, how long the arrows are, etc etc
etc.' That man would die before all these questions could be answered. My job is to help you to
remove the arrow of suffering from yourself." - Majjhima Nikaya Sutta No.63


Buddhisme mengkonsentrasikan kepada membantu kita semua memecahkan masalah-masalah
hidup - sehingga tidak mendukung tebakan-tebakan yang tidak berguna. Dan jika seorang umat
Buddhis ingin mengetahui bagaimana dan awal mula alam semesta, ia akan menanyakan
pertanyaan ini kepada seorang ilmuwan.


Agama Buddha tidak bisa diterapkan karena dikatakan kamu tidak bisa membunuh
seekor semut sekalipun


Sebelum kita membela ajaran Sang Buddha terhadap vonis tentang ajaran yang tidak bisa
diterapkan, marilah kita melihat apakah ajaran Kristen bisa diterapkan. Menurut Yesus, jika
seseorang menampar kita di salah satu pipi kita, kita hendaknya memberikan pipi yang lain untuk
ditampar juga. (Matius 5:25). Kalau kita menemukan seseorang telah mencuri celana kita, kita
harus pergi keluar dan memberikan maling itu pakaian kita juga (Matius 5:30). Jika kita tidak bisa
menahan diri dari mencuri, kita harus memotong tangan kita sendiri (Matius 5:30). Kita bisa
mengatakan semua ajaran yang tercantum di ayat-ayat di atas tidak bisa diterapkan, meskipun
orang Kristen akan lebih suka menyebutnya sebagai tantangan daripada tidak bisa diterapkan.
Dan tentunya mereka benar. Untuk bisa memberikan pipi yang lain utuk ditampar sekali lagi
tidaklah mudah. Hal ini memerlukan kita untuk mengendalikan amarah kita dan dengan melakukan
hal ini bisa menolong untuk mengembangan kesabaran, kerendahan hati, tidak membalas, dan
cinta kasih. Kalau kita tidak tertantang kita tidak akan maju.


Sang Buddha meminta kita untuk menghormati semua mahluk, bahkan mahluk-mahluk yang
rendah. Mengenai memberikan pipi yang lain, ini tidaklah selalu mudah. Seperti bagi banyak
orang, mahluk-mahluk seperti semut bisa sangat mengganggu dan tidak menyenangkan. Ketika
kita bertekad untuk tidak membunuh dan berusaha untuk menjalankan tekad itu, kita tertantang
untuk menimbulkan kesabaran, kerendahan hati, cinta kasih dan sebagainya. Jadi dengan







meminta kita menghormati semua jenis kehidupan, ajaran Buddhis dan ajaran Kristen sama saja
sulit untuk diterapkan.
Content managed by the Etomite Content Management System.


Bagian 22


Sang Buddha telah mati, maka Dia tidak bisa menolong dirimu


Umat Buddhis terkadang mengalami kesulitan untuk menjawab secara benar ketika orang Kristen
mengatakan hal ini. Akan tetapi kalau kita mengetahui Dhamma dengan baik, akan dengan sangat
mudah kita bisa menyangkal pernyataan seperti itu. Karena pernyataan seperti itu dan juga
pernyataan-pernyataan yang sering orang Kristen ucapkan tentang agama Buddha adalah
berdasarkan kesalahpahaman.


Pertama-tama, Sang Buddha tidaklah mati. Beliau telah mencapai Nibbana, sebuah keadaan
yang bebas dan damai sama sekali. Nama lain yang diberikan Sang Buddha kepada Nibbana
adalah Keadaan Yang Tidak Mati (Amita) karena setelah seorang mencapai Nibbana, orang itu
tidak akan terlahir lagi, dengan tidak terlahir, maka ia juga tidak mati. Tentu saja Nibbana
bukanlah "kehidupan abadi" yang naif seperti yang digambarkan di Alkitab, di mana badan
dibangkitkan dan malaikat bernyanyi. Kenyataannya, Nibbana itu sangat halus sehingga tidak
mudah untuk dijelaskan. Akan tetapi Nibbana bukanlah ketidakadaan, seperti yang telah Sang
Buddha jelaskan. (Majjhima Nikaya Sutta No72; Sutta Nipata, Verse 1076)


"Firstly, the Buddha is not dead. He has attained Nirvana, a state of utter peace and freedom. The
other name the Buddha gives Nirvana is the Deathless State (Amita) because after one attains it
one is no longer subject to birth or death. In fact it is so subtle it is not easy to describe. However
it is not non-existence, as the Buddha makes very clear." - Majjhima Nikaya Sutta No.72; Sutta
Nipata, Verse 1076


Dan juga sama tidak benarnya untuk mengatakan bahwa Buddha tidak bisa menolong kita.
Selama empat puluh lima tahun, Sang Buddha menjelaskan dengan sangat mendetil dan dengan
kejelasan yang mengagumkan, semua yang kita perlukan untuk mencapai Nibbana. Semua yang
kita perlukan untuk lakukan adalah untuk mengikuti petunjuk-petunjuk beliau. Kata-kata Beliau
sangatlah membantu dan berlaku di jaman sekarnag, seperti halnya sangatlah membantu dan
berlaku di saat pertama kali diajarkan 2500 tahun yang lalu. Tentu saja Buddha tidak
membantu kita dengan cara yang diambil Yesus menurut orang Kristen. Dan Buddha
tidak membantu demikian dengan alasan yang sangat baik. Jika seorang murid tahu
bahwa sewaktu ujian dia bisa menanyakan jawaban atas pertanyaan ujian kepada
gurunya, dia tidak akan belajar, sehingga dia tidak akan pernah bisa tahu dan berusaha
sendiri. Jika seorang olahragawan tahu bahwa hanya dengan meminta juri untuk
memberi dia kemenangan, dia tidak akan peduli untuk melatih tubuh dan memajukan
prestasinya. Sekedar memberi apa yang orang minta tidaklah menolong mereka dengan
benar. Bahkan kenyataannya, hal itu hanya akan memastikan bahwa orang yang meminta
itu akan tetap lemah, penuh ketergantungan dan malas.


Sang Buddha memberi petunjuk menuju Nibbana dan mengajarkan kita bekal-bekal apa yang kita
perlukan untuk perjalanan menuju Nibbana. Seiring dengan perjalanan itu, kita akan belajar dari
pengalaman-pengalaman kita dan dari kesalahan-kesalahan kita, meningkatkan kekuatan,
kedewasaan dan kebijaksanaan. Hasilnya ketika kita selesai menempuh perjalanan ini, kita akan
menjadi orang-orang yang berbeda sama sekali dibandingkan dengan kita sewaktu memulai
perjalanan. Berkat bantuan Sang Buddha yang cermat kita akan mencapai Kesunyataan.


Maka untuk mengatakan bahwa Sang Buddha telah mati dan tidak bisa menolong kita tidak hanya
salah, tetapi juga secara tidak langsung mengatakan bahwa Yesus itu hidup dan bisa menolong
dirimu. Marilah kita lihat kepada pendapat ini. Orang-orang Kristen menyatakan bahwa Yesus itu
hidup, tetapi bukti apa yang ada tentang hal ini? Mereka akan mengatakan bahwa Alkitab
membuktikan Yesus bangkitan di antara orang-orang mati. Sungguh sial, pernyataan-pernyataan
yang ditulis oleh beberapa orang beberapa ribu tahun yang lalu tidaklah membuktikan apa-apa.
Sebuah pernyataan di Mahabharata (salah satu Kitab Suci orang Hindu) mengatakan bahwa
seorang suci mempunyai kendaraan yang bisa terbang. Tetapi apakah ini membuktikan bahwa
orang India kuno menemukan pesawat terbang? Tentu saja tidak. Tulisan-tulisan kuno Mesir
mengatakan bahwa Dewa Khnum menciptakan segalanya dari tanah yang dia bentuk dari roda
pembuat kendi. Apakah ini membuktikan bahwa semua yang ada itu adalah tanah? Tentu saja
tidak. Sebuah ayat di dalam Perjanjian Lama mengatakan seorang bernama Balaam mempunyai
keledai yang bisa berbicara. Apakah ayat itu membuktikan bahwa semua binatang bisa berbicara?
Tentu saja tidak.


Kita tidak bisa secara tidak menanyakan secara kritis, menerima klaim yang dibuat oleh Alkitab
ataupun kitab suci lain bulat-bulat. Ketika kita meneliti klaim-klaim tentang kebangkitan Yesus, kita
telah menemukan alasan yang sangat baik untuk tidak percaya kepada klaim-klaim tersebut.
Bahkan, Alkitab sendiri membuktikan bahwa Yesus tidaklah hidup. Sebelum Yesus disalibkan,
Yesus memberitahu murid-muridnya bahwa dia akan kembali sebelum yang terakhir dari mereka
mati. (Matius 10:23, 16:28, Lukas 21:32). Hal itu diucapkan 2000 tahun yang lalu. Yesus masih
belum kembali. Mengapa? Tentunya karena dia sudah mati.


Pendapat kedua bahwa Yesus selalu menjawab ketika kamu berdoa kepadanya. Sangatlah
mudah untuk membuktikan bahwa ini tidak benar. Orang-orang Kristen meninggal karena
penyakit, ketidakberuntungan, mempunyai masalah-masalah emosi, menyerah ke dalam godaan,
dll seperti halnya orang yang tidak beragama Kristen. Padahal orang Kristen memohon
pertolongan dari Yesus lewat doa-doa mereka. Saya mempunyai seorang teman yang Kristen
yang beriman untuk selama bertahun-tahun. Secara bertahap dia mulai ragu dan meminta

bantuan dari pendeta. Sang pendeta memberi petunjuk kepadanya untuk berdoa, dan bahkan
meminta anggota gereja untuk berdoa bagi teman ini. Akan tetapi, meskipun semua doa ke Yesus
untuk kekuatan dan petunjuk, keraguan teman saya ini semakin bertambah, dan akhirnya
meninggalkan gereja. Kemudian dia menjadi umat Buddha. Jika Yesus benar-benar hidup dan
siap membantu, mengapa orang-orang Kristen mempunyai problem yang sama banyaknya
dengan orang-orang non-Kristen? Mengapa Yesus tidak menjawab doa-doa teman saya dan
membantunya untuk tetap menjadi orang Kristen? Tentunya karena Yesus telah mati dan tidak
bisa membantu.


Dalam menjawab sangkalan ini, orang-orang Kristen akan mengatakan bahwa ada orang-orang
yang bisa bersaksi bahwa doa-doa mereka telah dijawab (terkabulkan). Kalau benar demikian,
orang-orang yang beriman kepada Islam, Hindu, Seikh, Tao, Shinto, Kuan Im juga bisa
memberikan kesaksian yang sama.


Tidak seperti Kristiani, Buddhisme menganut paham yang pesimis


Menurut kamus Webster, pesimisme adalah "kepercayaan bahwa kejahatan di dalam hidup ini
melebihi kebaikan" - "the belief that evil in life outweighs the good". Adalah hal yang menarik
bahwa orang-orang Kristen menuduh umat-umat Buddha pesimis karena justru pendapat bahwa
kejahatan melebihi kebaikan adalah ajaran pusat agama Kristen, bukan ajaran pokok Buddha.


Dua ayat Alkitab yang orang Kristen fanatik yang paling suka kutip adalah "Seperti ada tertulis:
Tidak ada yang benar, seorangpun tidak."(Roma 3:10) dan "Sesungguhnya, di bumi tidak ada
orang yang saleh: yang berbuat baik dan tidak pernah berbuat jahat." (Pengkhotbah 7:20). Ajaran
tentang Dosa Asal mengajarkan bahwa semua manusia adalah pembuat dosa, tidak bisa
melepaskan dirinya sendiri dari dosa, dan kejahatan di dalam diri kita lebih kuat daripada
kebaikan (Roma 7:14-24). Orang-orang Kristen akan mengatakan memang benar demikian, kita
bisa terbebas dari dosa jika kita menerima Yesus. Mungkin kita bisa terbebas kalau menerima
Yesus, tetapi kenyataan mengatakan bahwa orang-orang Kristen membutuhkan Yesus karena
pandangan orang Kristen tentang watak dasar manusia yang pesimis sama sekali.


Ajaran Sang Buddha, di sisi yang lain, mempunyai pandangan sangat berbeda dan lebih nyata
tentang watak dasar manusia. Sementara menyadari bahwa manusia bisa berbuat jahat,
Buddhisme mengajarkan kita untuk menaklukkan kejahatan dan melakukan kebaikan melalui
usaha kita sendiri.


(Catatan dari penterjemah: Pesimis juga sering diartikan orang tidak mau berusaha karena tahu
bahwa apapun yang diusahakan akan gagal. Apakah ajaran Sang Buddha pesimis? Justru Sang
Buddha mendukung kita berusaha karena kita bisa melepaskan diri dari penderitaan, karena
ajaran Sang Buddha yang diusahakan dan dijalankan akan berhasil. Karena penderitaan itu BISA
ditaklukkan, itu adalah pandangan yang SANGAT OPTIMIS. Jadi pendapat orang Kristen bahwa
ajaran Sang Buddha pesimis adalah omong kosong yang bodoh.)


Abaikan yang salah. Pengabaian itu bisa dilakukan. Kalau pengabaian ini mustahil, Saya tidak
akan mendukung kamu untuk melakukannya. Tetapi berhubung hal ini bisa dilaksanakan, Saya
katakan kepadamu: "Abaikan yang salah". Kalau mengabaikan yang salah membawa kerugian
dan kesedihan, Saya tidak akan mendukung kamu untuk melakukannya. Tetapi berhubung hal ini
menghasilkan manfaat dan kebahagiaan, Saya dukung kamu: "Abaikan yang salah".
Tanamkanlah kebaikan. Menanam kebaikan bisa dilakukan. Kalau hal ini tidak bisa dilakukan,
Saya tidak akan mendukung kam untuk melakukannya. Tetapi berhubung hal ini bisa dilakukan,
Saya katakan kepadamu:"Tanamkanlah kebaikan." Kalau menanam kebaikan membawa kerugian
dan kesedihan, Saya tidak akan mendukung kamu untuk melakukannya. Tetapi berhubung
menanam kebaikan menghasilkan maanfaat dan kebahagiaan, Saya dukung kamu:"Tanamkanlah
kebaikan." (Anguttara Nikaya, Book of Twos, Sutta No.9)


"Abandon wrong. It can be done. If it were impossible to do I would not urge you to do so. But
since it can be done, I say to you: "Abandon wrong". If abandoning wrong brought loss and
sorrow, I would not urge you to do so. But since it conduces to benefit and happiness, I urge you:
"Abandon wrong." Cultivate the good. It can be done. If it were impossible to do, I would not urge
you to do so. But since it can be done, I say to you: "Cultivate the good." If cultivating the good
brought loss and sorrow, I would not urge you to do so. But since it conduces to benefit and
happiness, I urge you:"Cutivate good"" - Anguttara Nikaya, Book of Twos, Sutta No.9


Entah seorang setuju atau tidak terhadap ajaran Sang Buddha, tentunya orang itu tidak akan
mengatakan ajaran Sang Buddha itu pesimistis.


Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi tetapi Buddhisme mengajarkan kita untuk
menjadi dingin dan tak berperasaan


Ini tidaklah benar. Sang Buddha berkata kita hendaknya mengembangkan cinta kasih yang
hangat dan penuh perhatian kepada semua manusia.
(Catatan dari penterjemah: Dan semua mahluk)
Seperti ibu yang bersedia melindungi anak satu-satunya meskipun dengan mempertaruhkan
nyawanya sendiri, demikian juga seseorang hendaknya menghasilkan cinta kasih tak bersyarat
kepada semua mahluk. (Sutta Nipata Verse 150)
"Just as a mother would protect her only child even at the risk of her own life, even so one should
cultivate unconditional love to all beings" - Sutta Nipata Verse 150


Dalam semua segi, cinta kasih itu sama pentingnya dan ditekankan bagi ajaran agama Buddha
dan Kristiani. Akan tetapi ada sesuatu yang merusak praktek cinta kasih orang-orang Kristen.
Desakan mereka yang keras suaranya mengatakan bahwa hanya merekalah yang mempunyai
cinta kasih, dan kualitas dari cinta kasih mereka jauh lebih unggul daripada cinta kasih lain, dan

penghinaan juga ejekan mereka yang terus menerus kepada usaha orang lain untuk
melaksanakan cinta kasih membuat mereka terlihat berbeda sama sekali dari yang lain. Begitu
picik dan cemburunya beberapa orang Kristen sampai mereka tidak bisa memuji atau menghargai
kualitas cinta kasih yang sama indahnya, kecuali ada tulisan "Buatan Yesus" tertempel di atasnya.


Kamu mengklaim bahwa setelah meninggal, kita akan dilahirkan kembali, tetapi tidak ada
bukti nyata adanya kelahiran kembali.


(Catatan dari penterjemah: Kelahiran kembali atau reinkarnasi adalah salah satu topik yang cukup
luas dan perlu diterangkan secara terperinci. Untuk itu, para pembaca disarankan untuk mencari
buku-buku Buddhis secara umum, yang mana terdapat satu bab khusus tentang "kelahiran
kembali" atau "reinkarnasi" atau "tumimbal lahir". Buku-buku tersebut tersedia secara gratis kalau
Anda pergi ke Vihara ataupun ke perpustakaan umum.
Alasan mengapa muncul pernyataan seperti yang tertera di atas, karena sekali lagi orang Kristen
telah menggunakan logika, mental, dan pengetahuan Kristiani mereka dalam mempertanyakan
sesuatu.
Satu hal yang pasti: Alam sesudah kematian yang berakibatkan tumimbal lahir telah mempunyai
dasar kuat untuk dijadikan bukti. Surga orang Kristen di lain pihak, sampai sekarang belum
terbukti ada.)


Bagian 23


Sebelum kita memberi jawaban, marilah kita membandingkan teori-teori sesudah kematian dari
agama Kristen dan Buddha. Menurut Kristiani, Tuhan menciptakan sebuah jiwa (roh) baru yang
menjadi manusia yang hidup lalu mati. Setelah kematian, jiwa itu (roh) itu akan pergi ke surga
abadi kalau percaya kepada Yesus, atau ke neraka abadi kalau ia tidak percaya kepada Yesus.
Menurut Buddhisme, adalah tidak mungkin untuk mengira-ngira awal mutlak atas keberadaan
sesuatu. Setiap mahluk hidup, mati dan dilahirkan kembali ke dalam keberadaan baru. Proses
mati dan dilahirkan kembali ini adalah suatu proses yang alamai dan dapat berlangsung
selamanya kecuali ia mencapai Nibbana. Ketika satu mahluk mencapai Nibbana, pengertian
mereka dan secara pasti juga kelakuan mereka berubah. Kelakuan yang berubah inilah yang juga
merubah proses yang menyebabkan kelahiran kembali.


Jadi bukan dilahirkan kembali, melainkan menjadi keberadaan baru yang mencapai Nibbana.
Nibbana bukanlah keberadaan (untuk menjadi ada (dalam arti mahluk) berarti mempunyai reaksi
terhadap indera, untuk tumbuh, membusuk, untuk berpindah dalam waktu dan ruang, untuk
dilahirkan kembali menjadi mahluk baru, dll). Nibbana juga bukanlah ketidakberadaan, dalam arti
Nibbana bukanlah penghancuran. Dalam kata lain, keberadaan suatu mahluk itu tidak ada
awalnya dan tidak ada akhirnya kecuali Nibbana dicapai. Mencapai Nibbana adalah satu-satunya
alasan untuk hidup.


(Catatan dari penterjemah: Para pembaca mungkin kurang bisa menyerap arti yang tertulis di
atas. Yang dimaksudkan adalah: Nibbana bukanlah kekosongan atau kehancuran dari yang
hidup, tetapi bukan juga keberadaan atau tempat kehidupan (dalam arti hidup, karena untuk hidup
berarti untuk mempunyai unsur Lima Kandha seperti yang dijelaskan sebelumnya).)


Ada bukti yang sedikit sekali tentang kedua teori ini. Tetapi, ada beberapa masalah logika dan
moral terhadap teori orang Kristen, yang mana teori Buddhis tidak punya masalah tersebut
sehingga teori Buddhis lebih bisa diterima. Kristiani melihat keberadaan (existence) itu sebagai
sesuatu yang memiliki awal tapi tidak memiliki akhir, sedangkan Buddhisme melihat keberadaan
ini sebagai suatu siklus perputaran. Tidak ada satu contohpun di alam yang mempunyai awal tapi
tidak mempunyai akhir. Malahan, semua proses alam yang kita perhatikan mempunyai siklus
perputaran. Musim-musim datang dan pergi dari tahun ke tahun. Hujan turun, air hujan mengalir
ke laut, menguap, membentuk awan dan turun lagi menjadi hujan. Tubuh kita mencerna
unsur-unsur dalam bentuk makanan; ketika kita meninggal, tubuh akan membusuk dan
melepaskan unsur-unsur itu ke dalam tanah, yang kemudian diisap lagi oleh tanaman dan
binatang yang kembali akan di makan. Planet-planet mengelilingi matahari, dan bahkan galaksi
tempat tata surya kita berada juga berputar secara perlahan-lahan. Teori umat Buddha tentang
kelahiran kembali sangatlah sejalan dengan proses siklus perputaran alam, sedangkan teori
Kristiani tidak sejalan dengan proses siklus perputaran alam.


Orang-orang Kristen mengatakan bahwa Tuhan menciptakan kita dengan satu tujuan - supaya
kita percaya kepadaNya dan terselamatkan. Kalau benar demikian, akan sangat sulit untuk
menjelaskan mengapa tiap tahun jutaan janin tergugurkan, jutaan bayi dilahirkan mati atau
meninggal dalam dua tahun pertama kehidupan mereka. Lebih jauh lagi, jutaan orang dilahirkan
dan hidup dalam kehidupan dengan kerusakan mental yang parah, tidak bisa berpikir secara
normal. Bagaimana semua yang dijelaskan di atas itu bisa masuk ke dalam rencana Tuhan?


Tujuan apa yang dimiliki Tuhan dalam menciptakan kehidupan dan membiarkan mereka mati
bahkan sebelum dilahirkan atau hidup sementara? Apa yang terjadi dengan orang-orang itu?
Apakah mereka pergi ke surga atau ke neraka? Kalau Tuhan benar-benar menciptakan kita
dengan rencana dibenakNya, rencana itu tentunya tidaklah jelas. Dan juga kebanyakan dari
penduduk dunia bukanlah orang Kristen, dan seperti yang kita ketahui bahkan tidak semua orang
Kristen itu diselamatkan. Ini berarti jumlah ciptaan Tuhan yang akan dibuang masuk ke neraka
akan jauh lebih banyak. Rencana Tuhan untuk menyelamatkan semua manusia ciptaannya telah
berjalan dengan sangat tidak benar. Sehingga meskipun kita tidak bisa membuktikan kedua teori
dari kedua agama, ajaran Buddhis ternyata lebih menarik dan masuk akal.


(Catatan dari penterjemah: Kebanyakan dari orang-orang Kristen bisa dengan lantang
mengatakan bahwa HANYA dengan percaya, mereka bisa terselamatkan. Itu karena kebanyakan
dari mereka hidup dan serba berkecukupan. Apa yang bisa dijelaskan orang Kristen tentang
janin-janin yang gugur itu? Apa yang bisa dijelaskan orang Kristen tentang orang yang tidak bisa

percaya karena mentalnya yang rusak dari lahir? Adilkah Tuhan? Orang belum bisa dan atau
sempat percaya saja sudah dimatikan. Tentunya sangat tidak adil! Mungkin adil bagi orang
Kristen yang hidup enak dan berkecukupan, karena mereka belum pernah merasakan
ketidakadilan itu, atau sedikit dari mereka yang merasakan ketidakadilan itu. Karena mereka
bukanlah janin-janin yang mati itu. Karena mereka bukanlah orang yang cacat mental. Meskipun
KALAU Tuhan orang Kristen itu ada, tentunya Tuhan mereka tidaklah Maha segalanya seperti
yang mereka teriakkan secara lantang!)


(Catatan dari penterjemah: Untuk mengingatkan kembali Kejadian 6:6-7, TUHAN Allah menyesal
atas ciptaan-Nya. Ini membuktikan 2 hal: Pertama, Tuhan tidaklah sempurna karena tidak bisa
menciptakan kesempurnaan. Kedua, Tuhan tidaklah sempurna karena bisa merasakan
penyesalan.)


Kalau benar kita dilahirkan kembali, bagaimana kamu menjelaskan meningkatnya jumlah
penduduk dunia?


Ketika semua mahluk mati, tidaklah harus untuk terlahir lagi menjadi mahluk yang sama. Misalnya,
seorang manusia bisa saja terlahir sebagai seekor binatang, atau mungkin terlahir sebagai
mahluk dewa, tergantung kammanya sendiri. Kenyataan bahwa adanya peningkatan jumlah
manusia di dunia mengartikan bahwa lebih banyak binatang mati yang terlahir menjadi manusia.
(Telah terdapat hubungan yang erat dengan menurunnya jumlah binatang di dunia karena
kepunahan dan sebab kematian lain seperti dikonsumsi manusia, dll) dan juga banyak manusia
yang dilahirkan kembali menjadi manusia. Mengapa demikian? Mengapa banyak binatang yang
terlahir menjadi manusia memang sulit untuk dijelaskan.


(Catatan dari penterjemah: Tentunya dalam kehidupan sebelum menjadi binatang, mereka pernah
berbuat kamma yang sangat baik sehingga kamma baik itu berbuah dan mereka terlahir menjadi
manusia.)


Tetapi ada penjelasan mengapa semakin banyak manusia yang terlahir kembali menjadi manusia.
Itu disebabkan oleh semakin menyebarnya pengetahuan akan ajaran-ajaran Sang Buddha.
Bahkan di tempat di mana Dhamma tidaklah dikenal secara umum, kebaikan tetap saja ada dan
diperbuat. Semua ini adalah penyebab meningkatnya jumlah penduduk dunia.


(Catatan dari penterjemah: Perlu diingat oleh para pembaca, meskipun Dhamma tidak dikenal,
Dhamma itu juga terlaksana. Mengapa? Karena Dhamma hanyalah sebuat merek atau nama yang
kita berikan kepada ajaran-ajaran Buddha. Dan ajaran-ajaran Sang Buddha itu adalah berintikan
kebaikan yang universal.)


Nibbana adalah tujuan yang tidak bisa terlaksana karena membutuhkan waktu yang lama
untuk mencapainya. Meskipun ada bisa mencapainya, jumlahnya sangatlah sedikit.


Memang benar dalam mencapai Nibbana diperlukan waktu yang sangat lama, tetapi di sisi yang
lain, kelahiran kembali memberikan kita banyak peluang dan waktu untuk mencapai Nibbana.
Kalau seseorang tidak melakukannya di dalam kehidupan ini, dia bisa terus berusaha di
kehidupan berikutnya. Sebenarnya, panjangnya waktu yang diperlukan itu adalah sepanjang yang
diinginkan oleh orang itu. Sang Buddha berkata bahwa bila seseorang benar-benar ingin
mencapai Nibbana, orang itu bisa mencapai Nibbana dalam waktu tujuh hari (Majjhima Nikaya,
Sutta No.10). "The Buddha says that if one really wants, one can attain Nirvana within seven
days" - Majjhima Nikaya Sutta No.10.


Kalau benar demikian, orang Kristen akan menanyakan, mengapa tidak semua orang Buddha
mencapai Nibbana? Dengan sangat mudah dijawab kejadian-kejadian duniawi.


(Catatan dari penterjemah: tali percintaan, kesedihan, kemarahan, kenikmatan akan indera seperti
kenikmatan mata, sentuhan, perasaan - semuanya dari itu juga dialami oleh semua manusia)
masih sangatlah menarik bagi banyak umat Buddha. Seiring dengan bertambahnya pengetahuan
dan pengertian yang mendalam, ketertarikan itu akan secara bertahap berkurang dan hilang,
sehingga langkah demi langkah, menurut cepatnya langkah masing-masing (Catatan dari
penterjemah: jumlah kamma baik dan kamma buruk), menuju Nibbana.


Tentang pernyataan bahwa hanya sedikit yang bisa mencapai Nibbana, ini tidaklah benar.
Sementara di dalam Kristiani, seorang hanya mempunyai satu kesempatan untuk diselamatkan,
ajaran Sang Buddha menjelaskan bahwa dengan kelahiran kembali, seorang mempunyai
kesempatan yang tak terbatas banyaknya untuk mencapai Nibbana. Ini juga mengartikan bahwa
semuanya akan terbebaskan secara perlahan-lahan. Seperti yang Kitab Buddhis katakan:
Keadaan tidak mati ini telah dicapai oleh banyak, dan akan tetap bisa dicapai hari ini oleh
siapapun juga yang berusaha. Tetapi tidak akan dicapai bagi mereka yang tidak berusaha.
(Therigatha, verse 513)


"This immortal state has been attained by many and can be still attained even today by anyone
who makes an effort. But not by those who do not strive" - Therigatha, Verse 513


Dalam Kristiani, sejarah mempunyai arti penting, dan sejarah itu bergerak menuju satu tujuan.
Sedangkan paham Buddhisme tentang siklus perputaran hidup mengartikan bahwa sejarah tidak
ada artinya dan paham inilah yang membuat umat Buddhis dianggap pesimis dan tidak berbeda
satu sama lainnya.


Memang benar bahwa menurut sejarah Buddhisme, sejarah tidaklah bergerak menuju suatu
tujuan. Tetapi siapapun yang menjalankan Delapan Jalan Kebenaran tentunya akan menuju ke
satu tujuan. Ia akan secara pasti bergerak menuju kedamaian dan kebebasan dalam Nibbana.
Seperti air sungai Gangga yang mengalir, meluncur, mengarah ke timur, demikian juga barang
siapa yang melakukan dan berbuat banyak di dalam Delapan Jalan Kebenaran, mengalir,
meluncur mengarah ke Nibbana. (Samyutta Nikaya, Great Chapter, Sutta No.67)


"Just as the river of Ganges flows, slides, tends towards the east, so too one who cultivates and
makes much of the Noble Eightfold Path flows, slides, tends towards Nirvana." - Samyutta Nikaya,
Great Chapter, Sutta No.67


Jadi memang benar untuk mengatakan bahwa Buddhisme lebih nyata akan pandangannya
tentang keberadaan, juga bahwa sejarah tidaklah menuju ke satu tujuan. Dan apa puncak sejarah
yang dihadapi oleh orang Kristen? Kiamat, di mana manusia dalam jumlah yang banyak dan
semua hasil karya manusia akan dihancurkan oleh hujan belerang dan api. Bahkan segelintir
orang yang terselamatkan dari kiamat akan menghadapi keabadian yang suram di surga,
menyadari bahwa setidaknya seorang dari anggota keluarga dan teman mereka, yang pada saat
yang sama (abadi), dihukum di neraka. Akan sangatlah sulit untuk membayangkan masa depan
yang lebih mengerikan daripada yang satu ini.


Bagian 24


Sang Buddha menyontek ide kamma dan kelahiran kembali dari agama Hindu
Hindu memang mengajarkan tentang kamma dan reinkarnasi (kelahiran kembali). Tetapi
versi-versi mereka tentang kedua topik ajaran ini adalah sangat berbeda dari versi agama
Buddha. Contohnya, ajaran Hindu mengatakan bahwa kita ditentukan oleh kamma kita sedangkan
agama Buddha menjelaskan bahwa kamma hanyalah syarat bagi kita. Menurut ajaran Hindu,
sebuah roh abadi (atman) berpindah dari satu kehidupan ke kehidupan yang lain sedangkan
ajaran agama Buddha tidak mengakui adanya roh (anatman), melainkan aliran energi mental yang
terus menerus berubah yang terlahirkan kembali. Contoh di atas hanyalah dua dari banyak
perbedaan antara ajaran Hindu dan ajaran Buddha tentang kamma dan kelahiran kembali.


Akan tetapi, meskipun jikalau ajaran agama Buddha dan Hindu itu sama, ini tidak berarti bahwa
Buddha telah dengan sembarangan menyontek ide dari agama lain. Terkadang memang terjadi
bahwa dua orang, yang saling terpisah dan tidak berhubungan, menemukan penemuan yang
sama. Satu contoh yang baik adalah tentang ditemukannya teori evolusi manusia. Di tahun 1858,
persis sebelum Charles Darwin menerbitkan bukunya "The Origin of the Species", secara
kebetulan ada orang lain yang bernama Russell Wallace, juga telah menyusun ide evolusi yang
persis sama dengan yang disusun oleh Charles Darwin. Darwin dan Wallace tidak saling
menyontek; melainkan dengan mempelajari kenyataan alam yang ada, mereka menyusun
kesimpulan yang sama secara sendiri-sendiri.


Maka, jika ide-ide Hindu tentang kamma dan kelahiran kembali tampaknya sama persis dengan
ide-ide Buddhis tentang kamma dan kelahiran kembali (tetapi ide-ide kedua agama tentang topik
tersebut berbeda), tetap saja tidak terbukti bahwa Sang Buddha menyontek. Kenyataannya
adalah orang-orang suci Hindu mendapatkan ide-ide yang samar-samar tentang kamma dan
kelahiran kembali melalui pengetahuan yang mereka kembangkan lewat meditasi. Yang kemudian
diajarkan oleh Sang Buddha (Catatan dari penterjemah: yang telah Tercerahkan lewat meditasi)
dengan lebih lengkap dan tepat.


Yesus mengampuni dosa-dosa kita, tetapi Buddhisme mengatakan bahwa kamu tidak
akan pernah bisa melarikan diri dari akibat-akibat Kammamu sendiri


Tidaklah seluruhnya benar bahwa Yesus itu mengampuni dosa-dosa kita. Menurut ajaran
Kristiani, setelah manusia diciptakan, mereka akan hidup selamanya - pertama, untuk beberapa
puluh tahun di dunia dan kemudian hidup selamanya di surga atau neraka. Yesus akan
mengampuni dosa-dosa orang ketika mereka hidup di dunia ini, tetapi menolak untuk mengampuni
mereka yang telah dihukum di neraka, tidak peduli berapa kali mereka memohon dan bertobat.
Sehingga pengampunan Yesus itu hanya terbatas dalam waktu hidup sementara di dunia, dan
kemudian tidak mau memaafkan lagi kalau orang itu masuk neraka. Maka kebanyakan orang tidak
akan pernah bisa melarikan diri dari akibat dosa mereka.


Dapatkah umat Buddhis melarikan diri dari kamma mereka sendiri? Ajaran tentang kamma
mengajarkan bahwa setiap kelakuan (kamma) mempunyai akibat (vipaka). Tetapi akibatnya
tidaklah selalu sama dengan penyebabnya. Contohnya, jika seorang mencuri sesuatu, kelakuan
ini akan membawa akibat buruk. Tetapi jika setelah mencuri orang tersebut menyesal,
mengembalikan barang yang dicuri, dan dengan tulus berjanji akan berusaha lebih berhati-hati di
masa yang akan datang, akibat buruk itu akan tetap ada tetapi sudah tidak sekuat akibatnya
kalau dia tidak menyesal.


Tetapi walaupun si pencuri itu tidak mengakui kesalahannya, tetapi melakukan kebaikan yang
lain, dia akan terbebas dari kesalahan itu setelah kammanya berbuah. Jadi menurut ajaran agama
Buddha, kita bisa terbebas dari kamma kita dengan membayar kamma tersebut, sedangkan
menurut ajaran Kristiani, dosa-dosa kita hanya akan dimaafkan dalam jangka waktu yang begitu
pendek.


(Catatan dari penterjemah: Satu contoh logika yang menggambarkan adilnya kamma adalah
contoh tentang sesendok garam. Jika sesendok garam dimasukkan ke dalam mulut, rasa asin-nya
tentu saja sangat luar biasa. Tetapi jika sesendok garam itu dimasukkan ke dalam segelas air,
rasa asin itu akan berkurang. Dan kalau sesendok garam itu dimasukkan ke dalam segentong air,
garam itu tetap tidak akan berkurang dalam jumlah, tetapi karena jumlah airnya yang banyak rasa
asin itu akan jauh berkurang. Demikianlah juga dengan kamma kita. Kalau kita berbuat buruk dan
tidak menyesali ataupun memperbaikinya, kamma buruk itu akan berbuat setimpal seperti
sesendok garam yang dimasukkan ke dalam mulut.


Tetapi jika perbuatan buruk itu disesali dan kemudian banyak berbuat baik (menambah banyak air
ke dalam gentong yang berisi sesendok garam), akibat yang berbuah juga akan menjadi ringan.)
Ada banyak segi yang mana ajaran Kamma lebih baik daripada pendapat orang Kristen tentang

pengampunan dosa dan penghukuman. Di dalam Buddhisme, ketika seseorang mungkin harus
menerima akibat-akibat buruk dari kamma jahatnya yang telah dia perbuat (yang tentu saja adil),
ini juga berarti bahwa orang tersebut juga pasti menerima akibat-akibat baik dari kamma baik
yang pernah dibuatnya.


Tetapi tidak demikian halnya dengan ajaran Kristen. Contohnya, seorang yang bukan beragama
Kristen yang jujur, penuh kesabaran, murah hati, dan baik hati, tetapi meskipun baik, setelah
meninggal orang ini akan masuk ke neraka abadi dan tidak menerima imbalan atas segala
kebaikannya yang pernah dia perbuat.


Lebih jauh lagi, menurut ajaran tentang kamma, akibat-akibat yang kita terima dan rasakan,
adalah dalam proporsi yang setimpal hasil dari sebabnya - kalau tidak ada faktor lain. (Catatan
dari penterjemah: Contoh sesendok garam itu adalah contoh yang baik untuk kita renungkan
kembali. Kalau tidak ada faktor perbuatan baik yang kita kumpulkan (menuangkan air), rasa asin
sesendok garam itu haruslah dirasakan sepenuhnya. Itulah yang diartikan di paragraf ini).


Tetapi tidak demikian halnya di dalam ajaran Kristen. Meskipun seseorang telah berbuat sangat
banyak kejahatan dalam hidupnya, hukuman neraka abadi adalah hukuman yang tidak
proporsional sama sekali. Bagaimana jauh lebih tidak proporsionalnya hukuman yang sama
(neraka abadi) dijatuhkan kepada orang berbudi baik yang bukan Kristen? Tentunya keabadian di
neraka, dan pendapat yang dihujat oleh orang-orang yang bukan Kristen, berasal dari ajaran
yang menampilkan keraguan yang serius terhadap Tuhan yang Maha Adil dan Maha Pengasih
dan Penyayang.


Kristiani telah menyebar luas ke hampir setiap negara di dunia dan mempunyai lebih
banyak pengikut dari agama apapun di dunia, maka agama Kristen pastilah benar.


Memang benar agama Kristen telah menyebar luas, tetapi bagaimanakah penyebaran ini
terjadi? Sampai ke abad 15, agama Kristen hanya terbatas di benua Eropa saja. Setelah
abad 15, tentara-tentara Eropa menyebar ke seluruh dunia memaksakan agama mereka
kepada orang-orang yang mereka jajah. Di kebanyakan negara yang dijajah (seperti Sri
Lanka, Filipina, Taiwan dan beberapa bagian dari India) dibuat hukum-hukum untuk
melarang semua agama selain agama Kristen. Sampai ke akhir abad ke-19, kekerasan
yang keji tidak lagi dipakai untuk memaksakan agama Kristen, tetapi di bawah pengaruh
penyebar-penyebar Injil, petugas-petugas negara penjajah mencoba menghalangi
agama-agama non-Kristen sebanyak mungkin.


Hari ini, penyebaran agama Kristen didukung oleh bantuan keuangan yang berlimpah
yang para penyebar Injil dapatkan kebanyakan dari Amerika Serikat. Maka agama Kristen
tidaklah tersebar karena ajarannya yang dianggap paling mulia, melainkan karena faktorfaktor
lain.


Tentang apakah agama Kristen adalah agama yang paling banyak penganutnya di dunia ini.
Dapatkah kita memasukkan orang-orang Mormon, Kesaksian Yehova, Moonies sebagai orang
Kristen? Bisakah kita memasukkan kumpulan-kumpulan dan sekte-sekte aneh yang berkembang
di Amerika Selatan dan Afrika yang jumlahnya mencapai jutaan itu sebagai orang-orang Kristen?
Bahkan hampir semua orang Protestan tidak menganggap orang Katolik sebagai orang Kristen!


(Catatan dari penterjemah: Begitulah kenyataan yang ada. Orang Kristen yang sering menghina
Katolik dan tidak menganggap orang Katolik sebagai orang Kristen. Tetapi kalau orang-orang
Kristen sedang berusaha untuk mengajak orang berpindah agama, banyak dari mereka akan
menganggap orang Katolik sebagai orang Kristen untuk membanggakan banyaknya pengikut
Kristiani.)


Kalau kita tidak mengakui semua aliran-aliran aneh dan sesat agama Kristen sebagai ‘Kristen
Sejati', maka ini mungkin akan membuat agama Kristen sebagai salah satu agama terkecil di
dunia. Ini juga tentunya menjelaskan mengapa Alkitab mengatakan bahwa hanya 144.000
(Seratus empat puluh empat ribu) orang yang akan diselamatkan pada Hari Pengadilan Terakhir.
(Wahyu 14:3-4). Tetapi walaupun jikalau agama Kristen adalah agama yang paling banyak
penganutnya di dunia, apalah artinya? Dua ratus tahun yang lalu kebanyakan manusia percaya
bahwa bumi ini datar. Sejak itu mereka telah terbukti salah. Ketepatan dan kebenaran suatu
kepercayaan tidaklah berhubungan dengan jumlah orang yang menerima kepercayaan tersebut.


Akhir


Tuhan memberkati mereka yang percaya kepadaNya. Itulah sebabnya mengapa negaranegara
Kristen kaya raya dan negara-negara Buddhis miskin-miskin.


Dari semua sanggahan yang orang Kristen pakai untuk mengajak orang berpindah agama, sejauh
ini sanggahan inilah yang paling bodoh. Pertama-tama kalau apa yang dikatakan di dalam Alkitab
tentang kekayaan adalah benar (Matius 19:23-24), maka kelihatannya berkat yang dipercayai
telah diberikan Tuhan kepada Eropa dan Amerika adalah kutukan dalam selimut. Kedua, jika
kemakmuran adalah bukti dari berkat dan bantuan Tuhan, tampaknya Tuhan sangat menyukai
orang Islam karena Dia telah memberikan minyak bumi yang begitu banyak kepada mereka.
Ketiga, beberapa negara-negara Kristen seperti Honduras, Filipina (Catatan dari penterjemah:
juga Ethiopia yang dilanda kelaparan di tahun 80-an) adalah negara-negara yang miskin,
sedangkan Jepang, yang kebanyakan penduduknya adalah umat Buddha adalah negara yang
sangat kaya. Terakhir, dengan membuat pernyataan-pernyataan seperti ini, orang Kristen telah
membiarkan diri mereka tergelincir dari tujuan mereka menyembah Tuhan - kecintaan akan uang.
Buddhisme telah mengajarkan bahwa kualitas seperti berpuas diri (hidup sederhana), cinta kasih,
kelemahlembutan, kedamaian dari dalam diri adalah lebih berharga daripada uang.


Di seluruh penjuru dunia termasuk di Asia, agama Kristen telah menjadi penggerak
kemajuan sedangkan agama Buddha telah berbuat sedikit sekali untuk memajukan

masyarakat.

Banyak yang bisa dibanggakan dari sejarah Kristen, tetapi sama banyaknya pula yang orang
Kristen patut merasa malu. Ambillah contoh perbudakan. Sebuah gerakan yang sangat keji yang
didukung oleh hampir seluruh gereja sampai abad ke-19.


Setelah Paulus memasukkan budak yang bernama Oresimus ke dalam agama Kristen, Paulus
meyakinkan Oresimus bahwa sebagai seorang Kristen ia hendaknya kembali kepada tuannya
(Filemon 1:3-20).


Paulus meminta kepada tuannya untuk memperlakukan Oresimus dengan baik, tetapi dia tidak
meminta tuannya untuk membebaskan budaknya. Alkitab mengatakan bahwa budak-budak
hendaknya mematuhi tuan-tuan mereka meskipun mereka diperlakukan secara keji.


"Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja
kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis. Sebab adalah kasih karunia,
jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia
tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kami menderita pukulan karena kamu berbuat
dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah
kasih karunia pada Allah." (1 Petrus 2:18-20)


Maka menurut Alkitab, seorang budak haruslah menganggap tuannya sebagai Tuhan dan
menganggap lebih baik dipukul karena berbuat baik daripada berbuat buruk.


Para pemilik budak di Afrika, Amerika dan Brasilia mendukung budak-budak mereka untuk
menjadi orang Kristen supaya budak-budak itu lebih patuh dan tidak melawan. Di Inggris, seruan
untuk menghentikan perbudakan di abad ke-18 ditentang secara keras oleh pihak gereja. Pihak
gereja juga menentang seruan yang sama di Mexico, Brasilia dan Amerika Selatan. (Untuk lebih
lengkapnya, silakan baca bab "Slavery" di "The Encyclopedia of Religion and Ethics", 1989)


Ambil juga contoh yang dialami ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan di Barat
terhambat oleh pertentangan dari gereja. (Baca "A History of the Warfare of Science with
Theology in Christendom, 2 Vol, A.D White, 1960). Pertentanga Kristen untuk membedah mayat
telah menghentikan pertumbuhan kedokteran dan anatomi selama 300 tahun. Gereja-gereja
menentang pembedahan itu karena mereka percaya bahwa pembedahan akan membuat
kebangkitan badan menjadi mustahil. Gereja juga menentang pandangan heliosentris tentang
alam semesta dan bahkan mengancam Galileo Galilei karena dia berkata bahwa bumi berputar
mengelilingi matahari. Ketika Benjamin Franklin menemukan tangkai penangkal listrik yang
mencegah kerusakan gedung akibat sambaran petir, gereja Protestan sangatlah murka. Mereka
percaya bahwa Tuhan tidak akan bisa lagi menghukum orang-orang berdosa dengan
menjatuhkan petir kepada mereka.


(Catatan dari penterjemah: Ternyata secara tersirat, Gereja Protestan ternyata tidak yakin kalau
Tuhan itu Maha Hebat, sehingga harus "kalah" oleh penangkal petir buatan manusia.)


Ketika chloroform ditemukan, gereja-gereja Kristen melarang penggunaan chloroform untuk
meredakan kesakitan sewaktu melahirkan. Alkitab mengajarkan dan orang Kristen percaya bahwa
kesakitan karena melahirkan adalah hukuman Tuhan atas dosa Hawa (Kejadian 3:16)


Ambil juga contoh yang dialami oleh orang Yahudi. Dari semua lembaran hitam sejarah Kristen,
inilah lembaran sejarah Kristen yang paling kelam dan paling hina.


Selama 2000 tahun, orang-orang Kristen telah mengecam, memburu, mencela dan membunuh
orang-orang Yahudi karena orang-orang Yahudi menolak untuk percaya kepada Yesus. Dan
dalam hal ini Protestan tidaklah lebih baik dari Katolik. Di tahun 1986, seorang pendeta Protestan
di Amerika Serikat berkata,"Tuhan tidak mendengar ketika orang Yahudi berdoa."


(Catatan dari penterjemah: Sungguh bodoh dan keji perbuatan di atas. Dan yang lebih
membingungkan lagi adalah bangsa Israel (Yahudi) adalah orang-orang pilihan/kesayangan
Tuhan yang dibawa keluar oleh Tuhan melalui kepemimpinan Musa selama 40 tahun. Mengapa
terjadi hujatan, hinaan, pemburuan dan pembunuhan terhadap orang-orang kesayangan Tuhan
yang justru dilakukan oleh orang Kristen sendiri?)


Kita bisa melanjutkan ini karena masih banyak lagi sejarah Kristen yang tidak terpuji. Tetapi
cukuplah sampai di sini. Memang benar sejak abad ke-19 gereja-gereja Kristen telah mulai untuk
mengambil dan memegang cara pandang tradisi duniawi yang lebih bebas. Sehingga sekarang
orang-orang Kristen seringkali menjadi ujung tombak gerakan untuk keadilan, demokrasi dan
persamaan hak. Secara bertentangan Alkitab mengatakan semua pemerintah, bahkan yang tidak
adil, mendapatkan kuasa mereka dari Tuhan, dan siapapun yang menentang pemerintah berarti
telah menentang Tuhan.


"Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah
yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab
itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa melakukannya, akan
mendatangkan hukuman atas dirinya." (Roma 13:1-2)


Lihat juga Yohanes 19:11, Titus 3:1, Petrus 2:13, Amsal 8:15-16
Raja-raja yang kejam, kardinal-kardinal, uskup-uskup mengutip ayat-ayat seperti yang tercantum
di atas selama berabad-abad lamanya untuk membenarkan kekuasaan mereka. Ahli-ahli ilmu
ketuhanan dan aktivis sosial berlatarbelakang Kristen sangatlah diam terhadap ayat-ayat
tersebut. Filosofi sosial orang Kristen tidaklah berasal dari Alkitab, melainkan berasal dari tradisi
duniawi Barat yang ditentang oleh gereja-gereja selama 400 tahun. Sekarang mereka mencoba
berpura-pura dengan mengatakan nilai-nilai duniawi ini berasal dari Yesus. (Lihatlah "What the
Bible Really Says, ed. M.Smith and R.S. Hoffman, 1989).




Buddhisme telah sejak dulu tidak menyerang seperti Kristen, dan tidak seteratur Kristen. Ini telah
berarti, pengaruh Buddhisme terhadap masyarakat adalah halus, kurang terlihat, dan bahkan
tidak sekuat yang diharapkan. Tetapi di sisi lain, ini telah berarti bahwa perburuan dan
pembunuhan terhadap orang yang tidak percaya, dan perang-perang berdarah antar agama yang
telah mencoreng sejarah Kristen, sangatlah jarang atau tidak pernah ada di dalam Buddhisme.


(1) Jauh didalam, umat Buddha sebenarnya mencari Tuhan
Buddhisme hanyalah pernyataan yang berbeda akan pengertian manusia terhadap Tuhan.
Umat Buddhis sebenarnya adalah orang Kristen di luar kalangan gereja


Di jaman sekarang, kita sering mendengar orang-orang Kristen yang lebih liberal mengatakan
pernyataan-pernyataan seperti ini. Menyedihkan sekali, pernyataan-pernyataan ini tidak ada
artinya sama sekali. Kita bisa saja memutarbalikkan pernyataan-pernyataan itu dan berkata "Jauh
di dalam, orang-orang Kristen mencari Nibbana", "Tuhan Kristen hanyalah gambaran orang
Kristen tentang Nibbana" atau "Orang-orang Kristen adalah orang Buddha diluar kalangan
Sangha (para Bhikkhu)".


Meskipun pernyataan-pernyataan itu sering diterima oleh umat Buddha sebagai tanda orang
Kristen liberal lebih toleran daripada saudara-saudara mereka yang Kristen fundamentalis dan
fanatik, kenyataannya tidaklah demikian. Pernyataan-pernyataan ini hanyalah menunjukkan
bahwa orang-orang Kristen ingin menyatakan keunggulan agama mereka. Ini juga menunjukkan
bahwa orang-orang Kristen yang dianggap toleran itu menggantungkan toleransi mereka atas
kepercayaan bahwa agama Buddha itu adalah bentuk lain dari agama Kristen. Secara singkat,
toleransi itu berdasarkan khayalan belaka. Orang-orang Kristen yang liberal hanya akan toleran
secara tulus kalau mereka bisa mengakui bahwa agama Buddha adalah berbeda dari agama
Kristen, dan menghormati serta toleran terhadap perbedaan itu.


Buddhisme boleh saja menjadi filosofi yang luhur, tetapi kalau kau melihat negara-negara
Buddhis, kamu akan melihat kelihatannya sangat sedikit orang yang mengamalkan
ajarannya.


Mungkin! Tetapi bukankah demikian halnya dengan negara-negara Kristen? Orang Kristen jujur
yang mana yang berani mengatakan bahwa SEMUA orang Kristen secara penuh dan tulus
menjalankan sepenuhnya ajaran Yesus? Marilah kita tidak mengadili sebuah agama atas dasar
mereka yang tidak menjalankan ajaran agama itu.


9. KESIMPULAN.


Jika apa yang telah ditulis sejauh ini telah merangsang para pembaca untuk mengetahui lebih
banyak tentang agama Kristen maupun Buddha, kita akan secara singkat menganjurkan Anda
untuk membaca beberapa buku lain.


Sebuah buku yang terkenal dan mudah untuk dibaca yang membuka pikiran-pikiran keliru Kristen
terhadap Yesus adalah "Evidence" oleh Ian Wilson, 1984. Wilson meneliti sejarah Alkitab dan
menunjukkan bagaimana para sarjana Alkitab telah membuktikan tanpa ragu bahwa Alkitab
adalah kumpulan yang tidak berantakan yang terkumpul selama beratus-ratus tahun. Dia juga
menunjukkan bagaimana Yesus sang manusia secara bertahap-tahap dianggap sebagai Tuhan.
Sebuah buku lain adalah "Rescuing the Bible from Fundamentalists" oleh John Spong, 1991.


Spong adalah seorang uskup Kristen dan sarjana yang secara terbuka mengakui bahwa
kebanyakan isi Alkitab adalah penuh cerita mitos (khayalan) atau banyak salahnya, dan dia
memberikan segudang bukti terhadap pengakuannya itu.


Mungkin buku yang paling ilmiah dan dengan studi-studi yang mengena di jaman moderen ini
adalah "Is Christianity True?" oleh Michael Arnheim, 1984. Studi yang mengagumkan ini
meneliti setiap ajaran Kristen yang berpengaruh, dan membuka satu per satu dari mereka di
bawah sorotan akal budi, dan tidak satupun dari ajaran itu yang lulus.


Banyak buku-buku yang baik sekali yang membahas ajaran-ajaran Sang Buddha.
Suatu buku yang memperkenalkan agaman Buddha adalah "The Life fo the Buddha" oleh H.
Saddhatissa, 1988. Buku ini berisi riwayat Sang Buddha dengan sangat lugas, dan berisi pula
tulisan-tulisan tentang ajaran dasar agama Buddha.


"What the Buddha Taught" oleh W.Rahula, 1985 dan "The Buddha's Ancient Path" oleh
Piyadassi Thera, 1979 juga buku-buku yang baik bagi para pemula.


"A Buddhist Critique of the Christian Concept of God" oleh G.Dharmasiri, 1988, adalah buku
yang sangat baik dan berisi penelitian-penelitian yang sangat seksama terhadap konsep
Protestan tentang Tuhan dari sudut pandang Buddhis.


Buku yang paling menarik adalah "Two Masters One Message" oleh Roy Amore, 1978. Di
dalam studi ini, sang pengarang menunjukkan bahwa kebanyakan yang diajarkan oleh Yesus
telah berasal dari agama Buddha.


Orang-orang Kristen fundamentalis, merupakan ancaman bagi Buddhisme, dan sementara kita
tidak bisa berharap untuk menandingi sikap agresif ataupun kemampuan berorganisasi mereka,
kita bisa dengan mudah membalas mereka dengan mengetahui banyak kelemahan dari ajaran
agama mereka, dan mengetahui banyak kekuatan ajaran Buddhisme.


Kalau tantangan Kristen bisa merangsang umat Buddha untuk menghargai Dhamma, dan hidup di
dalam Dhamma, maka tantangan itu bermanfaat untuk Buddhisme.
Content managed by the Etomite Content Management System.


  
Sumber : http://pejot1joshy.multiply.com/journal/item/4
http://id.wikibooks.org/wiki/Beyond_Belief
http://medialogika.org/kupas-logika/beyond-belief-by-a-l-de-silva/20/?wap2