Thursday, October 21, 2010


[Alfonso]: Terima kasih atas tulisan Bpk Soekahar ttg email sebelumnya di bawah email ini yang menyebutkan penyebutan "China" menjadi "Tiongkok". Saya senang ternyata ada juga orang Tionghua Indonesia yang bisa memberikan apresiasi di milis ini.

Saya tergerak memberikan pandangan tentang apa itu beda Tiongkok, China, dan Tionghua.

Sebelumnya, jika semua nama yang sudah baku diganti, seperti:
1. Laut China Selatan menjadi Laut Tiongkok Selatan.
2. Petai Cina jadi Petai Tiongkok.
3. Film Wong Feihung "Once Upon A Time in China" jadi "Pada Suatu Hari di Tiongkok".
4. China Airlines (pesawat Taiwan) jadi Tiongkok Airlines (apa ga malah jadi bikin masalah tuh dengan Taiwan?)
5. Kampung China (Kota Wisata Cibubur) jadi Kampung Tiongkok.
6. Motor Cina (mocin) jadi motiong, dsb.

Apa kata dunia?

Bedanya:

1. TIONGKOK

Penyebutan "TIONGKOK" hanya dikenal orang Indonesia. Orang asing bahkan di China
sekalipun hampir semua tidak mengerti jika Anda menyebut "TIONGKOK", kecuali di
Taiwan dan propinsi Fujian.

Ini adalah nama negara China dalam bahasa HOKKIAN/HOKKIEN. Hokkien (Mandarin:
Fujian) adalah salah satu propinsi di China. Kenapa SBY dan Agung Laksono menggunakan istilah Tiongkok -dan bukan China- untuk menyebut nama negara China?
Bisa kita maklumi jika SBY dan Agum (orang politik) hanya mengambil dasar dari Inpres No.14 Tahun 1967 (saat Suharto) yang bunyinya:

"Melarang segala kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat-istiadat Cina dilakukan di Indonesia, pengubahan sebutan kata Tionghoa-Tiongkok menjadi Cina dan mengubah sebutan negara Republik Rakyat Tiongkok menjadi Republik Rakyat Cina".

PENJELASAN: Sejak itulah, Tiongkok berubah menjadi Cina (bukan China).

Tahun 1967 pula dikeluarkan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No.06 Tahun 1967 yang sarat dengan muatan politis untuk membenarkan perubahan istilah Tiongkok/Tionghoa menjadi "Cina".

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 dicabut dengan Keppres No.6 Tahun 2000 namun Keppres Kabinet No.127 Tahun 1966 maupun Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No.06 Tahun 1967 tidak turut dicabut, hingga tahun 2004 sebagian pihak dari etnis Tionghoa yang beranggapan bahwa istilah Tiongkok/Tionghoa yang seharusnya digunakan masih memperjuangkan dicabutnya surat edaran ini.

PENJELASAN: Inilah yang mengakibatkan orang-orang Tionghua (biasanya yang senior) yang masih memperdebatkan yang benar Tiongkok atau China.

Menurut saya pribadi, penyebutan Tiongkok atau China TIDAK PERLU DIPERDEBATKAN.
Yang perlu kita perhatikan, mayoritas orang Tionghua di Indonesia berasal dari Hokkien, tapi tidak semua orang China di Indonesia adalah orang Hokkien bukan?
Banyak juga orang China Indonesia yang bernenek moyang dari etnis Guangdong dan Hakka. Dalam bahasa Cantonese (asal Guangdong), China diucapkan Chongkok, bukan Tiongkok. Dalam bahasa Hakka, China diucapkan Chongket, bukan Tiongkok.

Saya juga berakar dari Hokkien, tapi tidak mau terburu-buru memihak Hokkien dengan menyebut Tiongkok. Dengan tidak mengurangi hormat kepada orang Tionghua senior dan Bpk Soekahar, saya pribadi lebih suka menyebut China. Penyebutan China yang tidak disertai dengan maksud melecehkan, tidak mengurangi kualitas orang China, negeri tirai bambu yang sebenarnya.:)

2. CHINA

Everyday Mandarin adalah Registered China Embassy Document Translation, Notarization & Legalization. Dalam surat Kedutaan China tentang "Pemberitahuan Proses Pengesahan Dokumen di Kedutaan China", yang pasal pertama paragraf ke-3 tertulis:
"....Tidak menulis huruf CHINA dengan CINA....."

Jika ingin mengikuti aturan main internasional, sebaiknya ikuti cara berpikir mereka dengan menyebut China, dan bukan Tiongkok lagi. Karena penyebutan Tiongkok hanya dimengerti oleh orang Indonesia.
Saat Anda pergi ke propinsi Fujian sekalipun yang menggunakan bahasa Hokkien, dan Anda menyebut "TIONGKOK", belum tentu mereka mengerti karena mereka tahu Anda orang asing dan orang asing hanya menyebut "CHINA" atau "ZHONGGUO", bukan "TIONGKOK". Kecuali Anda fasih bicara bahasa Hokkien.

Menurut Dr. Abdullah Dahana dari Universitas Indonesia tidak masalah kedua istilah (Tiongkok atau China) ini digunakan secara bergantian.

Jika merujuk kepada Kompas sebagai koran terbesar di Jakarta, mereka juga menyebut China dan bukan Tiongkok.

3. TIONGHUA

Tionghua adalah penyebutan yang merujuk ke orang atau etnis. Ini adalah etnis China, dan bukan untuk menyebutkan negara terkaya nomor 2 dunia saat ini.
Lagi-lagi ini berasal dari bahasa Hokkien. Bahasa Mandarinnya adalah Zhonghua.
People's Repuclic of China atau Republik Rakyat China dalam bahasa Mandarinnya adalah Zhonghua Renmin Gongheguo, di mana terjemahannya:

- Zhonghua = Etnis China
- Renmin = Rakyat
- Gongheguo = Republik
Alias: Republik Rakyat (Etnis) China.

Dan jika bahasa Indonesia mau mengikuti kaidah ini, seharusnya kan yang benar adalah Republik Rakyat Tionghua, bukan Republik Rakyat Tiongkok.

Untuk hal ini sekali lagi tanpa mengurangi hormat kepada Tionghua senior, saya pribadi lebih suka menyebut Chinese atau orang China, dan tidak perlu diperdebatkan mana yang benar karena semua tergantung kebiasaan.

Ada satu cerita yang tidak akan pernah terjadi saat kunjungan SBY ke Beijing, berkata kepada Presiden China, Hu Jintao, "Thank you for inviting me to Tiongkok". Lalu, Menlu Marty Natalegawa akan mencolek SBY dan berkata, "Pak, yang benar Tionghua"...Oalaahh.


 Sumber :
Alfonso
www.facebook.com/alfonsoindrawijaya