Kemarin baru aja diskusi dengan teman: "Seringkali kita hanya bisa membiarkan teman baik kita terperosok di depan mata kita, demi menghormati perjalanannya, pilihannya, dan privasinya. Sebab, kita tidak berdaya untuk mengatakan bahwa sebelah kakinya sudah melangkah ke ... lubang atau bahkan jurang!" Ia sudah terlalu kuat, amat hebat, terlalu percaya diri, dan tiada mungkin mau mendengar atau diberi saran lagi. Paling-paling nanti harus ulurkan tangan beramai-ramai untuk menariknya.
Begitu pula, sehebat, sehumanis, seinternasional, dan seintelektual
apapun seseorang, sesekali dia kan terperosok juga ... oleh pencariannya
sendiri, dan dari jauh, kita hanya bisa mengatakan penyesalan,
"Ooooooops!" Siapalah berani memberi masukan karena siapalah kita untuk
memberinya masukan, apalagi saran dan pandangan.
Paling-paling nanti kita hanya bisa beramai-ramai membangkitkan semangatnya lagi.
Kita hanya bisa berlindung kepada kerendahan hati untuk terperosok ke lubang yang sama berkali-kali! tongue emoticon
Namaste!
*Menonton dari jauh*
Sumber : Rani Rachmani Moediarta
https://www.facebook.com/ranibali2011?fref=photo
Paling-paling nanti kita hanya bisa beramai-ramai membangkitkan semangatnya lagi.
Kita hanya bisa berlindung kepada kerendahan hati untuk terperosok ke lubang yang sama berkali-kali! tongue emoticon
Namaste!
*Menonton dari jauh*
Sumber : Rani Rachmani Moediarta
https://www.facebook.com/ranibali2011?fref=photo