Oleh Andrie Wongso
Alkisah, setelah selesai makan siang bersama, saya dengan seorang teman kantor berjalan santai menyusuri jalanan. Tiba-tiba dari arah yang berlawanan, seorang perempuan tua berpakaian sederhana menghampiri kami sambil menenteng beberapa kantong plastik berisi sayuran.
“Maaf Tuan, mau beli sayuran ini? Saya sendiri yang menanam dan memetiknya,” sambil tangan keriputnya mengulurkan kantong plastik. Setelah menatap si nenek sebentar, tanpa basa-basi, si teman mengeluarkan dompet dan membayarnya.
Tiga kantong plastik sayuran pun berpindah tangan. “Terima kasih Tuan, semoga Tuan diberi lancar rezeki,” dengan suara bergetar terharu si nenek menggenggam erat uang jualannya.
Setelah nenek itu berlalu, saya bertanya heran, “Kamu beneran mau makan sayur ini…? Kamu lihat sendiri sayur itu sudah layu dan mulai kuning, berulat lagi!”
Dengan tertawa kecil, si teman menjawab, “Ya enggak lah! Sayuran ini tidak layak dimakan.”
“Lha.. kenapa kamu beli?”
“Karena kalau enggak aku beli, nggak ada orang yang mau membelinya. Kan kasihan si nenek nggak dapat penghasilan.”
Saya terhenyak kagum atas kebaikan si teman. Segera saya berbalik mengejar si nenek untuk melakukan hal yang sama.
Sambil berlinang air mata si nenek berucap, “Anak muda, terima kasih. Nenek tahu, kalian membeli sayur ini karena kasihan melihat nenek. Sayurannya memang kurang segar.. Kalau bukan kalian, tidak ada yang mau membelinya.
Uang ini sungguh sangat berarti untuk membeli obat, untuk cucu nenek yang sedang sakit. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian.”
Netter yang bijaksana, Sayuran yang tidak bisa dimakan pun ternyata mampu memberi pelajaran berharga untuk kita semua.
Saat jatuh dan terpuruk, kita sungguh berharap keajaiban akan datang kepada kita, mendapatkan pertolongan entah dari mana atau dari siapa.
Namun sebaliknya, ketika kita punya kemampuan, ketika kita sukses, apakah kita bersedia menjadi orang yang mendatangkan keajaiban itu?
Mau mengulurkan tangan berbagi kepada sesama Kebaikan memang butuh dipraktikkan, kebaikan perlu dibiasakan; seperti kata mutiara yang sering saya sebutkan, “Kadang memang sulit menjadi orang baik, tetapi lebih baik menjadi orang baik walaupun sulit.”
Selamat pagi semua saudaraku ... Berkah Dhalem
Alkisah, setelah selesai makan siang bersama, saya dengan seorang teman kantor berjalan santai menyusuri jalanan. Tiba-tiba dari arah yang berlawanan, seorang perempuan tua berpakaian sederhana menghampiri kami sambil menenteng beberapa kantong plastik berisi sayuran.
“Maaf Tuan, mau beli sayuran ini? Saya sendiri yang menanam dan memetiknya,” sambil tangan keriputnya mengulurkan kantong plastik. Setelah menatap si nenek sebentar, tanpa basa-basi, si teman mengeluarkan dompet dan membayarnya.
Tiga kantong plastik sayuran pun berpindah tangan. “Terima kasih Tuan, semoga Tuan diberi lancar rezeki,” dengan suara bergetar terharu si nenek menggenggam erat uang jualannya.
Setelah nenek itu berlalu, saya bertanya heran, “Kamu beneran mau makan sayur ini…? Kamu lihat sendiri sayur itu sudah layu dan mulai kuning, berulat lagi!”
Dengan tertawa kecil, si teman menjawab, “Ya enggak lah! Sayuran ini tidak layak dimakan.”
“Lha.. kenapa kamu beli?”
“Karena kalau enggak aku beli, nggak ada orang yang mau membelinya. Kan kasihan si nenek nggak dapat penghasilan.”
Saya terhenyak kagum atas kebaikan si teman. Segera saya berbalik mengejar si nenek untuk melakukan hal yang sama.
Sambil berlinang air mata si nenek berucap, “Anak muda, terima kasih. Nenek tahu, kalian membeli sayur ini karena kasihan melihat nenek. Sayurannya memang kurang segar.. Kalau bukan kalian, tidak ada yang mau membelinya.
Uang ini sungguh sangat berarti untuk membeli obat, untuk cucu nenek yang sedang sakit. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian.”
Netter yang bijaksana, Sayuran yang tidak bisa dimakan pun ternyata mampu memberi pelajaran berharga untuk kita semua.
Saat jatuh dan terpuruk, kita sungguh berharap keajaiban akan datang kepada kita, mendapatkan pertolongan entah dari mana atau dari siapa.
Namun sebaliknya, ketika kita punya kemampuan, ketika kita sukses, apakah kita bersedia menjadi orang yang mendatangkan keajaiban itu?
Mau mengulurkan tangan berbagi kepada sesama Kebaikan memang butuh dipraktikkan, kebaikan perlu dibiasakan; seperti kata mutiara yang sering saya sebutkan, “Kadang memang sulit menjadi orang baik, tetapi lebih baik menjadi orang baik walaupun sulit.”
Selamat pagi semua saudaraku ... Berkah Dhalem