Tuesday, January 15, 2013

Orang gila vs tukang bubur


Ada orang gila langsung nyelonong nyamperin tukang bubur ayam.

Orgil : Bang, beli bubur ayamnya satu mangkok ya.
Tkg Bubur : pedes kagak?

Orgil : Mana gue tau, makan aja belom bang.
Tkg bubur : O +-:x=,';@!?/& :S .

Orgil : Kenapa bang?
Tkg Bubur : Ga apa2. :)

Orgil : Oh ya bang, buburnya jgn dikasih ayam ya.
Tkg Bubur: Laaaaah kalo ga dikasih ayam bukan bubur ayam dong namanya. :O

Orgil: abang bego, yaa. :P
Kalo buburnya dikasih ayam, terus saya makan apa?
ΨĸåĸĸΨĸåĸĸΨĸåĸĸΨĸåĸĸΨĸåĸĸ....
Seorg lelaki tua yg penampilannya kurang baik, bertanya kpd pelatih olahraga.

"Saya ingin mempesona gadis-gadis. Mesin mana yg sebaiknya harus saya gunakan?"

"Mesin ATM pak, lokasinya di belakang ruang olahraga."

PERBEDAAN ANTARA MENJADI TUA DAN DEWASA

Seseorang yg belum dewasa akan tampak dari perilakunya sehari-hari. Mau menang dan benar sendiri. Suka marah. Benci dan pendendam. Merasa paling pandai dan berkuasa.
Rapuh dalam menghadapi tantangan.

Sungguh bahagia menjadi seorang yg dewasa dlm menjalani hidup , penuh senyum syukur dan jalani hidup dgn tenang dan damai.

PERBEDAAN ANTARA MENJADI "TUA" DAN "DEWASA"

Menjadi. "Tua" adalah faktor alami, karena semua akan menjadi "tua!". Tapi, menjadi dewasa adalah factor "pilihan!"

Menjadi "tua" tak otomatis orang itu dewasa. Tapi untuk "dewasa," tak harus menunggu anda tua!

Org dewasa punya tanda-tanda :
1. Mudah memaafkan, sekalipun di lukai tanpa alasan

2. Tidak membiarkan dirinya "terikat dgn luka hati"

3. Berpikir dan dewasa dlm menanggapi berbagai hal

4. Terbuka dgn setiap koreksi

5. Berpikir panjang dlm menilai sesuatu

6. Org dewasa bukan "manusia super," - masih tetap manusia biasa, tapi terus mau belajar untuk bertambah dewasa

7. Bukan pendendam, tak menyimpan kepahitan, tak mau trs dlm kekecewaan!
Mereka memilih berdamai karena mereka tahu bahwa "kedewasaan" adalah pilihan hidup bijak!

Sekalipun kita tak memilih untuk menjadi "tua," - kita pasti akan tua, karena faktor alamiah...!

Tapi mari menjadi bijak, untuk memilih DEWASA!
 

Pikiran yang sibuk


Pagi itu saya baru saja tiba di kantor, Senin adalah hari yang sangat sibuk. Dalam kesibukan, saya mendapat kabar. Seorang teman baik saya mengalami kecelakaan saat berangkat ke kantor tadi. Saat ini sedang dibawa ke rumah sakit. Saya mulai gusar. Permisi dari kantor di jam sesibuk ini bukanlah sebuah hal yang bisa saya lakukan.

Saya hanya bisa berdoa, tapi tetap saya merasa serba salah. Dua jam setelahnya, saya mendapat kabar lagi bahwa ada bagian tubuhnya yang diamputasi. Makin kacau balaulah perasaan saya.

Rasanya ratusan pikiran melintas kesana kemari tentang kondisinya. Pertanyaan apakah bagian diamputasi tersebut bisa disambung kembali. Jika ternyata tidak maka dia akan cacat seumur hidupnya. Kasihan sekali padahal dia masih muda. Juga muncul pikiran yang menghibur diri sendiri, banyak orang cacat tapi masih bisa berkarya.

Sore, saya tiba di rumah sakit. Saat memasuki ruangan, dia melambaikan tangannya. Dari lambaiannya saya tahu bahwa yang diamputasi adalah jari telunjuk sebelah kiri. Saya merasa sedih, walau secara keseluruhan dia sehat. Saya mengatakan bahwa saya turut bersedih atas jari telunjuknya.

"Ya... Saya hanya masih bingung." Katanya.

"Tentang biaya rumah sakit?" Tanya saya.

"Oh bukan... Sudah ada asuransi yang akan membayarnya. Saya hanya bingung belum memutuskan jari mana yang akan saya gunakan untuk mengupil nanti. Kamu tahu biasanya saya gunakan jari ini."

Pikiran saya langsung sepi. Kesibukan di dalam pikiran saya berhenti. Perasaan saya menjadi hening.

Astagaaa.... Begitu sibuk pikiran saya dari pagi tadi, tapi tidak satupun ada yang menebak dengan tepat apa yang dipikirkannya.
Teman-teman, bukankah pengalaman saya ini sering juga kita alami. Tanpa kita sadari kita mengijinkan pikiran kita terlalu banyak memikirkan tentang orang lain. Apa yang mereka pikirkan tentang kita. Persepsi kita terhadap banyak hal terkadang membuat kita repot.

Yukk... Kita mawas pada isi pikiran kita. :)