Sunday, April 15, 2012

ANAK BERMASALAH MENJADI ANAK BERPRESTASI

ANAK BERMASALAH MENJADI ANAK BERPRESTASI ( Dampak dari pemberlakuan cinta bersyarat pd anak )

Copas dari : Lily Lim ·


Sharing ini ditujukan bagi para orangtua yang merasa memiliki anak yang bermasalah, terutama yang masih balita,  yang iri dengan adiknya, dan sering mengganggu temannya.
 
Saya ibu 2 orang anak cowok. Anak pertama saya Steven sekarang berusia 8 tahun lebih, duduk di kelas 3, sedangkan adiknya Kevin 7 tahun, duduk di kelas 2. Selisih umur mereka 1,5 tahun.
 
Saat ini kalau memandang Steven dan Kevin, saya bisa merasakan rasa sayang dan bangga. Tapi dulu tidak begitu. Masing-masing anak sempat mengalami fase sulit yang membuat saya nyaris putus asa.
 
Steven terlahir maju 17 hari dari jadwal karena ketuban pecah dini. Karena belum ada tanda-tanda lahir, akhirnya saya diinduksi. Sakitnya luar biasa. Untuk menghindari infeksi, Steven bayi diinjeksi antibiotik. Kemudian karena kuning, dia juga disinar. 2x24 jam penyinaran hanya mampu menurunkan sedikit kadar bilirubinnya. Akhirnya dia boleh pulang tapi masih harus minum obat dan dijemur setiap pagi.

 Sejak bayi kecil, Steven sudah menunjukkan kalau dia bayi yang berwatak keras, susah diatur. Banyak sekali peristiwa yang membuat saya kewalahan. Sampai-sampai saya berpikir, “Kalau masih bayi kecil seperti ini aja sudah enggak bisa diatur, gimana nanti besarnya. Saya tidak boleh kalah dengan anak ini... “.
Tapi ternyata sikap yang saya ambil salah. Semakin saya keras, tingkahnya semakin menjadi. 
 
Pada umur 3 minggu, saat itu sekitar pukul 10 pagi, Steven sedang ditidurkan di ranjang. Tiba-tiba dia menangis keras sekali, tangisan melengking yang susah sekali dihentikan. Mukanya sampai merah, dia seperti sedang kesakitan. Saat itu saya belum punya pembantu, tapi untunglah ada mama yang langsung bergegas menolong, menggendong dan menenangkan Steven. Butuh waktu lama untuk membuat tangisan Steven berhenti. Akhirnya karena kecapekan dia tertidur.


Sorenya hal itu terulang lagi. Karena kuatir kami membawanya ke dokter. Ternyata dokter bilang Steven terkena kolik. Penyakit kolik diderita sejak bayi berumur 3 minggu dan akan sembuh sendiri saat bayi berumur 3 bulan. Begitulah sejak hari itu sampai Steven  berusia 3 bulan kurang 1 minggu, setiap malam kami tidak dapat tidur nyenyak. Baru saja kami berhasil menidurkannya, 5 menit kemudian tangisan menyayat hati  itu kembali terdengar. Kami harus kembali menggendongnya sambil berjalan hilir mudik menenangkannya. Setelah kelelahan dia tertidur, karena tidak ingin dia terbangun lagi, seringkali kami biarkan Steven tidur di gendongan. Tak jarang saya atau mama tidur sambil duduk menggendong Steven, kadang meringkuk di sofa. Kalau tiba-tiba dia terbangun dan menangis lagi ya kami harus menenangkannya. Sungguh ini merupakan 2 bulan yang sangat menyiksa dalam hidup saya.

Selama 1 tahun pertama kehidupan Steven, kami sering sekali membawanya ke dokter. Bahkan karena tidak sabar dan ingin mencari pendapat lain, kami pernah gonta-ganti dokter. Steven kecil pernah mengalami  diare, kolik, demam, alergi susu sapi, alergi susu soya, kulit kepala berkerak, pipi bengkak, seluruh tubuh merah-merah, bisulan, rewel, batuk pilek, infeksi perut, dsb.
 
Dulu sering Steven dirujuk ke laboratorium untuk periksa darah, akibatnya dia menjadi trauma terhadap jarum suntik. Apalagi saat bayi banyak jadwal imunisasi yang harus dijalani. Saking seringnya ke lab dan dokter, Steven berontak. Pertamanya, dia menolak masuk ke ruang periksa. Lambat laun pemberontakan di mulai dari depan rumah dokter. Begitu mobil berhenti di rumah dokter dia nangis berontak enggak mau turun. Ketiga, saat mobil belok di jalan menuju rumah dokter dia sudah menjerit-jerit nangis. Itu semua terjadi sebelum dia berusia 1 tahun. Ingatan yang sangat hebat untuk ukuran anak usia 1 tahun.
 
Untungnya  dari sisi tumbuh kembang Steven tidak ada masalah, bahkan dia termasuk anak yang cerdas. Sejak kecil minat belajarnya tinggi. Perkembangan bahasa kurang baik, tapi dia mengerti perintah, bisa diajak komunikasi. Pada umur 2,5 tahun akhirnya dia bisa berbicara normal.
 
Permasalahannya pada perilaku dan sikapnya, sejak umur 7 bulan Steven menolak memakai sepatu, sandal, bahkan kaos kaki dan itu terjadi sampai dia berusia 2 tahun lebih.
Steven termasuk anak yang aktif, tidak bisa diam, banyak maunya, saat marah suka menangis menjerit-jerit. Perilaku Steven ini seringkali membuat saya kehilangan kesabaran. Steven kecil sering sekali saya cubit dan pukul karena saya kewalahan tidak mampu mengendalikannya. Tapi… cara saya yang salah ternyata membuat tingkah Steven semakin sulit diatur, akibatnya saya makin stress, Steven juga makin nakal.
Hufff… seperti lingkaran setan situasi saat itu. Makin nakal, makin dikerasin, makin menjadi.


Puncaknya saat Steven masuk playgroup. Saat itu dia berusia 2 tahun lebih. Kevin sudah lahir, berusia 9 bulan. Berbeda dengan Steven, Kevin bayi merupakan bayi yang anteng, tidak banyak tingkah. Tapi mungkin juga karena perbedaan yang mencolok ini tanpa kami sadari kami dan orang-orang sering membanding-bandingkan Steven dan Kevin. Hal itu membuat Steven kecil makin merasa tidak nyaman, tidak dicintai, dan menjadi iri dengan adiknya.

 Hari pertama Steven masuk playgroup saya masih sempat mendampingi. Saat itu dia sudah terlihat tidak nyaman berada di kelas yang tertutup. Tapi karena di hari perkenalan itu dibagikan balon, perhatiannya masih bisa dialihkan. Meskipun ada pemberontakan tapi dia tidak menangis dan hari itu bisa dilalui dengan baik.
 
Malamnya ayah mertua yang beberapa hari masuk rumah sakit mendadak meninggal dunia. Kami berduka cita dan  sibuk mengurusi pemakaman. Steven masih tetap sekolah ditemani oleh pembantu. Sekitar  2 minggu kemudian setelah semua urusan beres, saya baru bisa mendampingi Steven sekolah lagi. Betapa terkejutnya saya karena ternyata Steven bermasalah. Ada orang tua yang melapor kalau anaknya diserang Steven, digigit tangannya, dsb.
Pagi sebelum kejadian penggigitan itu, kebetulan Steven mengganggu Kevin dan oleh neneknya dia ditegur. Kevin selamat dari gangguan Steven, tapi akibatnya dia mencari pelampiasan ke anak yang lebih kecil dari dia.
 
Hari itu saya mendampingi Steven masuk kelas dan saat istirahat masuk ke  ruang bermain. Di ruang bermain itu ada castle dan rumah-rumahan. Steven tidak bisa bermain membaur dengan teman lainnya. Tingkahnya susah diatur. Saat  dia melihat teman perempuannya yang cantik dan kecil mungil, tiba-tiba Steven menyerang temannya itu sampai leher anak itu merah. Para guru ada yang langsung mengendong anak itu, ada yang berusaha menenangkan Steven. Tak tahu bagaimana perasaan saya saat itu bercampur antara malu, marah, putus asa. Saya sampai sempat bertanya pada wali kelas Steven, bagaimana ini apa Steven masih boleh sekolah di sana...
 
Mungkin karena penanganan yang salah, semenjak kejadian itu tingkahnya semakin menjadi. Setiap kali mau berangkat sekolah menjadi masalah baru. Steven berontak tidak mau mandi, tidak mau berangkat sekolah. Kami berusaha membujuk, merayu, dan kerana tidak mempan akhirnya mengancam, memarahi, menghukumnya, dsb. Kalaupun kami berhasil mengantarnya ke sekolah, tetap saja kami harus menahan perasaan karena Steven tidak mau belajar, tidak mau baris, tidak mau masuk kelas, dsb. Semakin lama emosi saya makin meningkat.
 
Saya sempat konsultasi dengan kepala sekolah bagaimana sebaiknya menghadapi anak seperti Steven. Sebenarnya kepala sekolah play group saat itu sudah memberi nasehat yang bijaksana. Beliau bilang, “Biarkan saja dulu Bu, jangan dipaksa. Ajak aja Steven main-main ke sekolah, tidak usah pakai seragam. Pagi ajak jalan-jalan, mampir ke sekolah, biarkan dia adaptasi dulu. Kalau hari itu bukan hari dia sekolah pun tidak apa-apa (play  group masuk 3 hari dalam seminggu). Dampingi saja, kalau dia tidak mau masuk kelas jangan dipaksa, ajak main-main dulu...”
 
Sayangnya nasehat yang bijaksana itu saya lakukan dengan setengah hati. Saya mengajaknya ke sekolah, mendampingi meskipun cuman melihatnya main mobil-mobilan. Kalau Steven sudah bosan ya sudah kami pulang. Tapi melihat kemajuan teman-temannya membuat saya tidak sabar. Dalam pikiran saya saat itu.”Kok enak, si Steven ! Harusnya anak salah ya dihukum biar dia tahu kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi khan.. ?“
Di rumah Steven saya intimidasi. Saya gemas, kalau seperti itu terus kapan pinternya... Saya lupa kalau saat itu Steven masih berusia 2 tahun lebih...
 
Kemudian terjadilah kejadian yang membuat saya berpikir...Sabtu pagi Steven sedang dihukum. Seisi rumah tidak boleh ada yang mengajaknya bermain dan bercakap-cakap. Saya berkata kepadanya,”Karena Steven enggak mau sekolah, ya sudah enggak ada yang mau sama Steven. Kalau Steven pinter, baru papa mama sayang sama Steven. Enggak boleh ada yang ngajak Steven main sampai Steven berjanji mau jadi anak pinter, mau sekolah.”
 
Steven kecil berusaha mencari perhatian tapi dilihatnya semua orang cuek. Saya dan papanya membaca koran di ruang tamu. Neneknya membaca koran di ruang keluarga, duduk di lantai sambil koran menutupi wajahnya. Pembantu duduk di sofa sambil menepuk-nepuk Kevin. Akhirnya Steven bilang minta susu. Pembantu membuatkan dan memberikannya tanpa mengucapkan sepatah kata.
 
Sambil membawa susu botolnya, Steven mencari tempat yang dirasanya enak untuk minum susu. Dilihatnya box bayi Kevin yang saat itu diletakkan di ruang keluarga. Dia naik ke sana. Box bayi itu lumayan tinggi. Dulu kami membelinya dengan pertimbangan biar bayi aman di dalam box, bahkan saat bayi belajar berdiri. Siapa sangka hal itu malah jadi bumerang saat anak kecil yang membawa botol susu berusaha naik sendiri. Steven kehilangan keseimbangan dan tiba-tiba terdengar gedebug yang sangat keras. Steven terbanting ke lantai dan kepalanya yang terlebih dahulu membentur lantai.
Setelah itu Steven bilang ngantuk dan pindah ke kamar untuk tidur. Tak lama kemudian dia muntah. Kami menjadi panik, kata orang kalau muntah berarti gegar otak. Steven kami bawa ke rumah sakit untuk dirontgen kepalanya.
 
Di rumah sakit Steven berontak, sehingga butuh beberapa orang untuk memeganginya. Waktu menunggu hasil foto, Steven muntah lagi beberapa kali. Ketakutan mulai melanda diri saya. Satu-satunya hal yang membuat saya bangga pada Steven saat  itu adalah kecerdasannya. Saat itu ingatan Steven sempat hang saat saya ajukan beberapa pertanyaan. Banyak pertanyaan yang dulunya sudah dikuasainya dijawabnya dengan tidak tahu. Saya menjadi takut. Bagaimana kalau gara-gara jatuh itu terus Steven menjadi bodoh?
 
Saya merasa ditegur oleh Tuhan.
Apakah begitu tak berharganya Steven sampai  saya menyia-nyiakannya seperti itu. Apa saya rela kalau seandainya Tuhan mengambil Steven kembali?
 
Sebenarnya yang harus saya lakukan mencintainya dengan sepenuh hati, membantu dan mendampinginya agar bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya, bukannya terus-menerus memarahi dan membuatnya merasa tidak dicintai. Di rumah sakit itu saya berdoa, mohon ampun dan mohon diberi kesempatan lagi. Saya memohon kepada Tuhan agar Steven tetap bisa menjadi anak yang pandai dan mohon supaya kami bisa membesarkan dan mendidiknya dengan baik.
 
Singkat cerita dokter bilang tulang kepala Steven tidak ada yang retak, kami boleh pulang dan diberi obat minum. Meski awalnya terasa sulit, saya berusaha keras memenuhi janji saya. Mengubah sikap, tidak lagi marah-marah, berusaha instropeksi diri. Saya berusaha keras tidak memukuli dan mencubitinya lagi. Berusaha lebih dekat, lebih mengerti dia, mengajaknya mengobrol, bercerita,dsb. Semua itu butuh proses dan tidak terjadi secara instan. Tapi pelan tapi pasti semenjak saya berubah, sikap Steven pun berubah menjadi lebih baik.
 
Suatu hari saat jalan-jalan ke Gramedia, mata saya seolah terpaku pada buku “Ibu Dengarkan Aku” karangan Dra V. Dwijani. Buku itu masih terbungkus plastik sehingga saya tidak bisa membacanya di sana. Rasanya ada dorongan untuk membeli  buku tipis yang berisi kumpulan curahan hati anak-anak pada ibu mereka. Ternyata benar buku itu berhasil membuat hati dan pikiran saya terbuka. Saya jadi tahu kalau jalan pikiran anak-anak seringkali berbeda dengan pemikiran orang dewasa.
 
Dalam perjalanan waktu, secara tak sengaja saya menemukan situs sekolahorangtua.com . Kembali saya belajar, ternyata menjadi orang tua yang baik perlu proses pembelajaran.
 
Semenjak kejadian itu, keadaan menjadi lebih baik. Hasilnya pun terlihat. Jika di play group A awal Steven sering dirasani orang tua lainnya karena kenakalannya, seiring berjalannya waktu orang mulai melupakan kejadian yang lalu dan memuji kepintarannya. Di play group B Steven berhasil meraih prestasi, menjadi The King (Juara 1 cowok dalam bidang akademis, perkembangan sikap, perilaku, dan aspek-aspek lainnya).
 
Di TK dia juga beberapa kali dapat piala karena hal yang berhubungan dengan akademis. Para guru bilang sikapnya baik.  Di SD juga perkembangannya bagus. Guru-guru bilang Steven pinter, baik, tidak ada masalah, sikapnya dewasa, mandiri, dan kalimat pujian lainnya.
 
Saya bersyukur Tuhan memberi saya kesempatan untuk berubah. Sampai saat ini saya masih terus belajar. Saya belajar bahwa dalam hidup pasti ada permasalahan, yang terpenting adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapinya. Sikap yang salah bisa membawa dampak yang buruk. Sebaliknya bila kita mampu memilih sikap yang benar, permasalahan yang tadinya terasa berat pun bisa terselesaikan dengan baik.
 
Saat ini bila melihat antara Steven dan Kevin mulai timbul perselisihan atau rasa iri, saya instropeksi diri. Seringkali hal itu imbas karena perlakuan orang tua yang dirasa tak adil bagi anak. Saat tangki cinta mereka penuh, mereka merasa disayang oleh orang tua dan diperlakukan adil, perilaku mereka pun menjadi baik.
Hasil instropeksi saya membuahkan hasil yang manis. Bila mereka berselisih, mereka segera minta maaf,  langsung bersenda-gurau  dan rukun lagi. Sebaliknya, saat tangki cinta mereka kosong, banyak sekali kejadian tidak menyenangkan yang terjadi. Begitu besar peran kita sebagai orang tua...
 
Mari kita belajar dari pengalaman orang lain agar mampu menyerap nilai-nilai yang baik dan tidak mengulang kesalahan. Semoga kita semua bisa mengajari anak tekun berjuang mencapai impian, menjadi orang tua yang baik dan memiliki anak yang dapat dibanggakan.

 
Nb : Instropeksi dan belajar terus menerus adalah kunci penting menjadi orangtua yang lebih baik lagi.

Arti Warna dan Jenis Bunga

Sudah menjadi rahasia umum bila bunga dijadikan media untuk beragam ritual. Selain itu, bunga juga dipercaya sebagai media terhebat dalam menyatakan perasaan. 'Katakan dengan Bunga' menjadi pameo termansyur yang acap terlontar ketika seseorang tak mampu mengungkapkan perasaan kepada orang yang disayanginya. Say it with flowers, itulah ungkapan yang sering kita dengar untuk mengungkapkan sesuatu pada seseorang.

Lalu apa sebabnya bunga memiliki kekuatan yang mampu mewakili verbal seseorang. Sebenarnya hal itu terjadi lantaran ada kekuatan tersembunyi dari bunga. Bunga bisa kita manfaatkan dan menolong kita sebagai wakil untuk mengungkapkan perasaan yang tak mampu disampaikan lewat kata-kata. Bungalah yang selalu mewakili perasaan kita terhadap seseorang yang kita kasihi dan membuatnya sangat berarti dalam hidup Anda.


Selama beberapa waktu orang mengelompokkan bunga sesuai dengan artinya.


Ada berbagai macam jenis bunga dan setiap bunga memiliki arti tersendiri, contohnya :



BUNGA ANGGREK
Cinta, cantik, keindahan, kebijaksanaan, perhatian, perbaikan, Chinese symbol untuk banyak anak.

Bunga anggrek merupakan satu suku tumbuhan berbunga yang memiliki beragam jenis. Kebanyakan dari bunga yang memiliki nama latin atau Orchidaceae itu hidup secara epifit, yaitu menempel pada batang inangnya (induknya), terutama jenis yang berasal dari daerah tropis.
Bunga Anggrek memiliki filosofi yang melambangkan kecantikan yang sempurna. Jika ada pria yang memberikan bunga anggrek kepada wanita, pesan yang tersirat adalah 'saya ingin menjadi orang yang Anda cintai'.

Pink : kasih sayang murni
Kuning : keanggunan
Hitam : kekuasaan dan otoritas mutlak
Putih
: keindahan, kelembutan, kemurnian, kepolosan, kebaikan
Merah : semangat, daya energi, kekuatan cinta
Lavender
: memprovokasi percintaan dan keanggunan
Ungu : membangkitkan misteri dan ketidakpastian
Biru
: bermakna dalam, kekuatan dan stabilitas


Bunga Akasia

BUNGA AKASIA
Cinta yang terpendam, cinta suci dan keindahan

Kuning : cinta rahasia
Merah muda dan Putih
: persahabatan
Pink : keanggunan



Bunag Anyelir
 

BUNGA ANYELIR (CARNATION)
Ikatan kasih sayang, kesehatan, enegi dan daya tarik.
 
Pink : Aku tidak akan melupakanmu
Merah : Aku menginginkanmu, rasa kagum
Ungu = ketidak teraturan, bertingkah, berubah-ubah
Warna Solid
: Ya
Bergaris : Tidak, penolakan
Kuning
: Penolakan , penghinaan, kamu mengecewakanku
Putih : cinta murni, “good luck” (bila diberikan pada wanita), manis dan cantik.


Bunga Aster
 

BUNGA ASTER
Symbol cinta, keindahan, kecantikan dan kesabaran



Jenis bunga ini memang kurang familiar. Namun bunga Aster atau Callistepus chinensis kerap dijumpai dalam upacara pernikahan. Sepintas bunga yang memiliki nama lain daisies itu mirip dengan bunga krisan. Bunga Aster melambangkan kasih setia dan kepercayaan, sehingga bila ada seseorang yang memberikan bunga aster berarti ia ingin menjaga kesetian pada pasangannya. Itu menjawab pertanyaan kenapa bunga aster yang digunakan dalam acara pernikahan.
 
Aster Cina : kesetiaan, kecemburuan


Bunga Catleya

BUNGA CATTLEYA
Pesona Dewasa

Lavender : ketenangan


Bunga Krisan
 

BUNGA CHRYSANTHEMUM
Kegembiraan, kasih sayang, persahabatan dan rahasia
 

Merah : Cinta
Putih : kejujuran/kebenaran, setia
Kuning
: cinta yang bertepuk sebelah tangan
Ungu : keinginan kuat untuk sehat


Bunga Daisy
 

BUNGA DAISY
Kepolosan, kemurnian, kesucian, kesetiaan, kelembutan, kesederhanaan
 

Putih : kepolosan, cinta setia
Merah : kecantikan yang tidak diketahui pemiliknya, cinta, tulus, sederhana, cinta yang jauh dari gairah yang berlebihan, cinta diam-diam
Oranye
: kehangatan, sukacita, semangat


Bunga Bakung

BUNGA LILY
Kemurnian, kesopanan, suci

Putih : pengabdian, persahabatan, simpati, mulia, murni, suci
Merah Muda
: kekayaan dan kemakmuran
Orange: kebencian, penghinaan, kesombongan
Kuning
: kebohongan, kepalsuan, keriangan


Bunag Mawar

BUNGA MAWAR
simbol cinta dan gairah

Pink : Sayangku, rasa kagum , kebahagiaan, “percayalah padaku”, terima kasih.
Biasanya mawar ini diberikan sebagai ungkapan rasa terima kasih si pemberi kepada penerima. Mawar pink juga melambangkan rasa simpati dan kekaguman seseorang. Jadi, mungkin saja yang mengirim bunga ini adalah secret admirer kita.
Merah : Cinta , cantik , aku cinta padamu , rasa hormat , keberanian. 
Mawar yang paling klasik. Mawar ini sebagai pengganti kata “I Love You” yang romantis dan penuh makna. Mawar merah adalah lambang cinta sejati, Bunga mawar merah juga sering dianalogikan dengan romantisme, bunga mawar merah merupakan salah satu simbol yang paling universal. Jika pasangan Anda memberikan satu buket atau sekuntum mawar merah, berarti ia tengah dimabuk pesona Anda. Mawar merah juga menandakan pemberinya adalah seorang yang sederhana dan memiliki tingkat kreatifitas tinggi. Namun, tak jarang mawar merah juga sebagai tanda cinta yang menggebu-gebu, sehingga terkadang pemberi mawar warna merah kerap berkalang nafsu dan ambisi.
Merah Hati : Kecantikan
Merah dan Putih
: Simbol penyatuan
Merah dan Kuning : Ucapan selamat, persahabatan atau jatuh cinta
Kuning
: Awal baru, kegembiraan, persahabatan (dulu mawar kuning berarti ketidaksetiaan, cemburu).
Mawar kuning menyimpan banyak pesan, seperti suka cita, persahabatan, permintaan maaf, kecemburuan, perselingkuhan, dan patah hati. Umumnya, mawar kuning menjadi alat untuk meminta maaf atas perbuatannya. Namun tak sedikit yang percaya, mawar kuning bisa melambangkan kebimbangan. Di sisi lain mawar kuning dapat diartikan sebagai penghargaan, perasaan suka cita dan kegembiraan.
Kuning dan Jingga : Semangat
Putih
: Cinta Sejati, lugu, amat menyenangkan, rahasia dan diam.
Seperti warna gaun pengantin pada umumnya, putih ini melambangkan suci. Jadi kalau ada cowok yang memberi mawar putih, dia mau bilang kalau cintanya itu tulus.
Jingga :Keinginan, antusiame
Peach
: Manis, rasa terimakasih, apresiasi, kekaguman, simpati
Ungu : Keunikan, cinta pada pandangan pertama (Love at the first sight), perlindungan cinta ibu/ayah.
Biru : Misteri
Hijau : Tenang
Hitam
: Kematian


tulip

BUNGA TULIP
Cinta yang Sempurna

Putih : permohonan maaf
Merah
: percayalah padaku , deklarasi cinta
Kuning : cinta yang tidak ada harapan, cinta bertepuk sebelah tangan.
Bunga Tulip adalah ikon dari negara 'kompeni' Belanda. Biasanya musim tanam tulip dimulai pada bulan Maret hingga Agustus. Uniknya waktu tanam tersebut serentak dilakukan di seluruh negara kincir angin tersebut.
Bunga tulip kuning melambangkan harapan cinta. Jika ada seseorang menghadiahkan bunga tulip kuning, artinya ia sangat mengharapkan kesediaan Anda untuk menjadi pasangan hidupnya selamanya.
Orange : energi (semangat), hasrat dan gairah
Pink : peduli
Ungu
: kebangsawanan
Dua warna : mata yang indah


Tiap-tiap bunga dengan warna berbeda bisa diinterpetasikan secara keilmuan bahkan tradisional.


Keilmuan:
Jika dibedakan dari segi keilmuan, warna diketahui bisa membawa efek ke dalam pikiran. Jadi, sebuah warna bisa mempengaruhi kesenangan, tekanan dalam tubuh, membawa energi, atau bersifat menenangkan.

Tradisional:
1. Merah: melambangkan romantis
2. Kuning: melambangkan persahabatan
3. Putih: melambangkan penghormatan
4. Peach: melambangkan tanda terima kasih
5. Merah: muda: melambangkan penghargaan
6. Oranye: melambangkan api semangat
7. Ungu: melambangkan cinta pada pandangan pertama

Bunga juga bisa digunakan sebagai pengobatan. Misalnya:
1. Hitam: bisa menimbulkan tenaga, percaya diri, dan meningkatkan kemampuan
2. Biru: memberikan ketenangan dalam pikiran dan jiwa. Warna ini juga bisa menurunkan tekanan darah tinggi
3. Merah: digunakan untuk memacu semangat dan pembangkit gairah
4. Hijau: memberikan relaksasi pada pikiran dan tubuh
5. Ungu: menimbulkan rasa tenang dan damai
6. Merah muda: memberikan ketenangan
7. Kuning: mencerminkan energi dan menyebarkan cahaya


Bunga Matahari
 
Bunga yang menghasilkan biji kwaci ini merupakan bunga yang memiliki pesona yang melambangkan kemurnian dan pemikiran yang dalam. Bunga matahari juga memiliki perilaku khas, yaitu bunganya selalu menghadap ke arah matahari atau heliotropisme. Jika seseorang mempersembahkan bunga matahari sebagai sebuah pemberian artinya ia menyampaikan tak akan dengan mudah melepaskan Anda dari hidupnya.

  
Bunga Gerbera Daisy - Makna Keceriaan


Bunga Gerbera Daisy adalah di antara bunga-bunga yang paling disukai di dunia. Bunga ini ada di urutan kelima di belakang mawar, anyelir, krisan dan tulip. Bunga gerbera mirip dengan bunga matahari (sunflower) namun penuh warna yang lengkap seperti layaknya pelangi. Warna-warna yang umum pada bunga gerbera ini adalah bright pink, salju putih, kuning cerah, merah delima, merah cerah, oranye, dan banyak lagi lainnya.


Gerbera Daisy selalu bermakna dengan kegembiraan karena warna cerahnya. Ada banyak jenis bunga yang dapat membantu untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan kita untuk orang yang kita kasihi, tetapi Gerbera daisy artinya menonjol sebagai salah satu yang paling jelas terang dan gembira. Sebuah buket aneka warna Bunga Gerbera Daisy dapat mengangkat semangat dan mengirim satu cara yang ideal untuk mencerahkan seseorang.


Jumlah Mawar

Setangkai: “I Love You” dan “You’re The One”
6 mawar: “I Wanna be Yours”
10 mawar: “You are perfect”
13 mawar: “I’m your secret admirer”
15 mawar: “I’m truly sorry, please forgive me”
25 mawar: kirimkan sejumlah ini sebagai ucapan selamat atas keberhasilan seseorang.

 

Sumber : http://rianiflower.wordpress.com/arti-bunga-dan-warnanya/
http://today.co.id/read/2011/04/30/28720/membongkar_makna_jenis_bunga_pemberian_pasangan
 http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6908747
http://www.bungarawabelong.com/2010/03/bunga-gerbera-daisy-makna-keceriaan.html
It`s Very Sweet
When
Someone Knows Every Single Detail About You

Not Because You Told Them. . .
But Because They Noticed You  !♥