Pasar Ben Thanh di Ho Chi Minh City (Sastri/ detikTravel)
-
-
-
Jasa perahu sekitar 1.000-2.000 Dong (Taufik/detikTravel)
Ho Chi Minh - Vietnam adalah salah satu destinasi favorit
backpacker di Asia, sekaligus negara yang rawan penipuan. Anda harus
waspada, ada beberapa jenis penipuan turis yang kerap ditemui di
Vietnam. Apa saja?
Dari pengalaman detikTravel dan juga sumber
lain, Kamis (31/1/2013), berikut 10 jenis penipuan yang kerap ditemui di
Vietnam. Kenali tanda-tandanya, dan ketahui bagaimana cara
mengatasinya:
1. Taksi
Di Vietnam,
pengemudi taksi ilegal punya banyak cara untuk memeras wisatawan
terutama turis asing. Dikutip dari Vietnam Online, cara paling umum
adalah dengan modifikasi argometer, sehingga Anda mengeluarkan lebih
banyak uang dari harga normal. Semakin jauh perjalanan, semakin banyak
uang yang 'dirampok' oleh para pengemudi taksi ilegal.
Supir-supir
'taksi hitam' ini senang mengambil jalan memutar, walaupun mereka
bilang akan lewat jalan pintas. Tak jarang para supir ini menawarkan
wisatawan untuk langsung menyambangi tempat-tempat wisata. Setelah itu,
mereka meminta biaya tambahan alias tips atas jasa informasi tersebut.
Untuk menghindarinya, pilihlah perusahaan taksi terpercaya seperti Mai
Linh (Green Taxi), Vinasun, atau Taxi Group.
detikTravel saat
menyambangi Ho Chi Minh City beberapa waktu lalu juga sempat terkena
penipuan jenis ini. Taksi yang waktu itu digunakan adalah Saigon
Tourist, berwarna pink. Sesaat setelah masuk taksi, kami diminta 100.000
Dong (sekitar Rp 50.000) untuk keluar gerbang bandara. Aslinya, tentu
saja tak semahal itu.
2. Taksi motor/ Xe Om
Taksi
motor, atau Xe Om dalam bahasa setempat, adalah salah satu transportasi
umum di Vietnam. Jangankan wisatawan, naik Xe Om adalah petualangan
tersendiri bagi warga lokal. Tak seperti supir taksi legal, warga
Vietnam tidak butuh sertifikasi untuk jadi pengemudi Xe Om. Oleh karena
itu, banyak dari mereka yang memanfaatkan kesempatan ini untuk
'merampok' wisatawan.
Para pengemudi Xe Om biasanya berkata,
"Naik saja dulu, uang urusan belakangan. Pokoknya lebih murah dari
taksi." Setelah tiba di tujuan, mereka minta uang yang sangat banyak
bahkan lebih tinggi dari harga taksi. Alasannya adalah harga bensin yang
tinggi. Padahal dibanding harga jasa Xe Om, harga bensin tidak ada
apa-apanya.
Sama seperti supir taksi ilegal, para pengemudi Xe Om
juga hobi mengambil jalan memutar. Di beberapa kota kecil, mereka
bahkan membawa wisatawan ke tempat-tempat yang tidak umum untuk
selanjutnya merampok turis!
Cara untuk menghindarinya, lebih baik
jangan gunakan Xe Om. Cegatlah taksi legal, atau gunakan transportasi
umum lain seperti bus yang trayeknya tertera dalam buku panduan wisata.
3. Hotel abal-abal
Banyak
wisatawan yang 'buta' soal Vietnam bahkan saat mereka tiba di negara
tersebut. Nah, inilah kesempatan emas bagi hotel-hotel untuk menjebak
wisatawan. Hotel-hotel ini punya nama yang atraktif seperti Prince,
Paradise, Queen, atau Crown. Mereka membayar beberapa situs untuk
menulis ulasan bagus soal hotel mereka.
Reputasi mereka palsu.
Dalam situs, mereka biasanya menawarkan harga kamar yang murah. Namun
saat turis datang, mereka pasti berkata kalau itu adalah harga Standard
Room dan (sayangnya) sudah penuh untuk malam ini. Tak punya pilihan
lain, turis pun harus membayar lebih untuk Deluxe Room.
Pemerasan
tak sampai di situ. Saat check out, pihak hotel biasa menambahkan
biaya-biaya tambahan yang tidak masuk akal. Harganya bahkan dua kali
lipat dibanding harga aslinya. Misalnya, "Anda tinggal sendirian di
double room, oleh karena itu Anda harus bayar dua kali lipat."
Pihak
hotel tak sungkan menahan paspor kalau Anda tidak mau membayar. Kalau
sudah begini, Anda tak punya pilihan lain. Agar terhindar dari kejadian
seperti ini, sebaiknya pesanlah kamar hotel jauh-jauh hari dari situs
booking terpercaya. Bawalah fotokopi email konfirmasi atau voucher hotel
saat check in.
4. 'Kongkalikong' antara supir taksi dan hotel
Di
Vietnam, kolaborasi supir taksi dan hotel untuk menipu wisatawan kerap
ditemukan. Di bandara, supir taksi 'niat' menduplikat nama dan nama
perusahaan Anda yang biasa jadi acuan untuk penjemput resmi. Setelah
wisatawan yang tertera namanya itu mendatangi Anda, mereka melanjutkan
skenario berikut.
Supir taksi ilegal ini langsung mengantarkan
Anda ke hotel 'abal-abal'. Biasanya turis sudah punya pilihan hotel
sendiri, namun supir taksi itu tak habis akal. Ia meminta bantuan ke
hotel 'abal-abal' yang sebelumnya punya perjanjian dengannya. Kemudian,
hotel itu akan mengirim orang berpakaian rapi bak resepsionis.
Sekitar
10 meter sebelum hotel asli yang dipilih wisatawan, taksi berhenti.
Resepsionis gadungan itu akan menghampiri taksi Anda untuk meminta maaf
dan berkata hotelnya penuh. Si resepsionis itu pun meminta supir taksi
untuk mengantar wisatawan ke 'cabang' hotel tersebut. Tentu saja, ke
hotel 'abal-abal' itu!
Para supir taksi ilegal ini mendapat
keuntungan ekstra dari penipuan tersebut. Selain mendapat uang banyak
karena turis dibawa keliling kota, ia juga mendapat komisi dari harga
kamar di hotel 'abal-abal' tersebut. Untuk menghindarinya, cegatlah
taksi berlisensi di bandara. Atau mintalah pihak hotel untuk menjemput
Anda langsung di bandara.
5. Perjalanan bus antar kota
Perjalanan
menggunakan bus antar kota, terutama kota-kota kecil di Vietnam bagian
selatan, bisa jadi mimpi buruk bagi warga lokal sekalipun. Para 'awak'
bus dikenal suka melakukan kekerasan kepada siapa saja, tak terkecuali
wisatawan. Ya, inilah kemungkinan terburuk Anda berpergian naik bus
antar kota di Vietnam.
Di terminal, wisatawan biasanya dipaksa
masuk ke dalam bus mereka. Harga karcisnya dipatok sangat tinggi. Tak
sampai di situ, para supir bus melaju ke wilayah pinggir kota dan
'menjual' turis ke bus lain. Setelah itu bus pun kembali ke pusat kota
untuk mencari korban baru.
Satu hal yang perlu Anda perhatikan,
bus-bus seperti ini hampir selalu kepenuhan. Misal, kursi yang tersedia
hanya 45 namun isi bus itu 60 orang. Tiap orang akan dipaksa membayar
mahal.
Menolak? Lebih baik tidak. Di beberapa kasus, awak bus tak
segan-segan memukuli penumpangnya. Penipuan ini akan terus berlanjut,
sampai para awak bus puas dengan jumlah uang yang didapatkan.
Cara
menghindarinya, gunakanlah beberapa bus yang terkenal seperti Hoang
Long, Mai Linh dan Phuong Trang. Servis bus-bus ini bagus dan harganya
masuk akal.
6. Restoran dan karaoke 'plus-plus'
Karaoke
adalah salah satu hiburan paling digemari di Vietnam, sekaligus tempat
warga lokal 'menjebak' wisatawan. Satu hal yang perlu diingat,
prostitusi di Vietnam adalah ilegal. Beda hukumnya dengan yang ada di
Thailand.
Pria yang traveling sendirian adalah sasaran utama
penipuan jenis ini. Karena prostitusi dilarang, beberapa traveler tidak
bisa 'memesan perempuan' secara terbuka. Inilah yang dimanfaatkan oleh
beberapa restoran sekaligus tempat karaoke di Vietnam.
Mereka
menyewa taksi motor (xe om), cyclo (becak), dan taksi untuk membawa
wisatawan ke restoran tersebut. Ajakannya cukup menggiurkan, "Datanglah
untuk berbincang dengan wanita cantik, dan kalau Anda berminat, pergi
dan bersenang-senanglah dengan mereka. Kalau tidak berminat, Anda
tinggal membayar untuk minuman dan pergi."
Ada saja turis yang
mengikuti ajakan ini. Sesampainya di restoran, para PSK akan muncul,
meminta si turis untuk menghabiskan malam bersama mereka. Kedua belah
pihak pun menyetujui harga. Si PSK akan meminta uang untuk booking kamar
hotel, setelah itu, ia pergi begitu saja.
Pegawai restoran akan
memberi si turis bon untuk minuman dan buah-buahan. Tentu saja harganya
selangit, biasanya sekitar 2 juta Dong (sekitar Rp 1 juta). Kalau sudah
begini, turis tak bisa apa-apa lagi. Di restoran tersebut biasanya sudah
ada penjaga alias bodyguard yang siap memukuli turis yang tak mau
bayar.
Mirisnya, wisatawan tak bisa melapor polisi karena praktek
prostitusi adalah ilegal. Kalau sudah begini, satu-satunya hal yang
bisa dilakukan adalah memberi mereka uang lalu pergi secepatnya. Sebelum
pergi ke Vietnam, camkan hal ini bagi traveler pria: jangan tergoda
oleh servis prostitusi apa pun.
7. Pedagang asongan
Pedagang
asongan di Vietnam seringkali bertindak sebagai penipu wisatawan. Di Ho
Chi Minh City, yang paling banyak melakukan penipuan ini adalah penjual
kelapa muda. detikTravel pun pernah menemui penipuan jenis ini.
Begini
skenarionya. Saat turis sedang jalan kaki di tengah teriknya matahari,
seorang pedagang kelapa muda sigap menghampiri. Ia memanggul pikulan
berisi deretan kelapa muda. Dengan ramah ia menyapa wisatawan dengan
"Good morning!" atau "Good afternoon!" kemudian bertanya tujuan
wisatawan.
Ia kemudian memberi informasi seputar tujuan tersebut.
Kalau itu museum, ia memberitahu kalau museumnya tutup pada jam makan
siang dan baru buka beberapa jam lagi. Kemudian jika si turis membawa
kamera, ia akan berpose dan meminta si turis memotret dirinya. Kalau
turis itu lebih dari seorang (tidak traveling solo), si penjual kelapa
muda akan berpose bersama salah satunya.
Kemudian tanpa tedeng
aling-aling, si pedagang memberi kelapa mudanya kepada si turis. Masih
dengan muka ramah, seakan kelapa muda itu diberikannya gratis. Namun
setelahnya, ia meminta uang cukup banyak untuk kelapa muda itu. Satu
buah bisa sekitar 100.000 Dong (Rp 50.000).
Untuk yang satu ini,
Anda boleh mengelak. Jangan turuti harga yang diberikannya. Walaupun si
pedagang kelapa muda beralasan 'barang dagangan saya berat' tapi Anda
boleh menawarnya. Waktu itu detikTravel akhirnya memberi si pedagang
20.000 Dong (Rp 10.000) untuk 1 buah kelapa muda.
Agar tidak
terjadi penipuan semacam ini, sebaiknya hindari pedagang asongan yang
awalnya tampak ramah. Kalau sudah melakukan skenario seperti disebutkan
di atas, sebaiknya Anda berkata tidak. Tersenyumlah dan teruslah
berjalan.
8. Harga makanan di restoran
Saat
traveling ke kota-kota besar di Vietnam seperti Hanoi dan Ho Chi Minh,
Anda akan menemukan banyak restoran pinggir jalan. Mereka biasanya
membuka pintu untuk wisatawan, lengkap dengan ajakan dan sapaan bahasa
Inggris. Namun, tak jarang restoran ini 'merampok' wisatawan dengan cara
jitu mereka.
Di depan restoran, pegawai sudah menyapa wisatawan
dengan ramah. Mereka lalu menyebutkan beberapa menu yang bisa dicicipi.
Wisatawan pun masuk, dan membuka buku menu. Sayangnya tak ada harga yang
tercantum di buku tersebut.
Saat bertanya harga makanan,
biasanya pegawai restoran mengelak atau mengalihkan pembicaraan. Setelah
wisatawan puas makan, bon pembayaran pun diberikan. Ya, seringkali
harganya tak masuk akal. Terlalu mahal! Untuk menghindarinya, carilah
restoran yang sudah terkenal di kalangan wisatawan. Gali informasi
seputar restoran-restoran ini di buku-buku panduan wisata.
9. Tukang foto di tempat wisata
Tukang
foto yang beredar di tempat-tempat wisata boleh saja ramah. Namun,
wisatawan harus tetap waspada agar tidak terkena penipuan. Sasaran para
tukang foto ini biasanya adalah sekelompok kecil wisatawan terutama yang
tua, remaja, atau sekelompok turis wanita.
Awalnya mereka sangat
ramah, menawarkan apakah turis mau difoto dengan harga yang murah.
Namun alih-alih sekali, mereka biasanya mengambil foto berkali-kali
dengan alasan "Posenya sangat bagus, saya tidak bisa berhenti mengambil
gambar. Saya akan berikan diskon untuk Anda."
Setelah itu, masih
dengan nada ramah dan sopan, mereka meminta uang 10.000-15.000 Dong (Rp
7.500-15.000) per foto yang diambil. Karena menggunakan kamera digital,
si tukang foto akan meminta alamat lengkap Anda dan berjanji akan
mengirim fotonya dalam 2-3 hari. Setelah itu, tentu saja, foto itu tidak
akan datang. Mereka kabur begitu saja.
Kalau Anda menemukan
tukang foto yang melakukan hal-hal seperti di atas, waspadalah. Teruslah
berkata "Tidak, terima kasih" walaupun mereka berkali-kali menekankan
kata "murah dan diskon". Bawalah kamera Anda sendiri, dan mintalah warga
lokal atau turis lain untuk mengambil foto Anda kalau traveling seorang
diri.
10. 'Restoran penjara'
Walaupun
penipuan jenis ini jarang ditemui wisatawan, nyatanya prakteknya masih
berjalan di Vietnam. Di antara penipuan-penipuan turis lainnya,
'restoran penjara' adalah yang paling parah.
Restoran-restoran
seperti ini biasanya berada di sisi jalan tol, atau terminal bus, atau
di tempat pemberhentian bus antar kota. Para pemilik restoran ini punya
perjanjian tak tertulis dengan para supir bus untuk 'merampok' wisatawan
di restoran mereka.
Saat para turis masuk restoran, mimpi buruk
pun dimulai. Pegawai restoran dengan sigap menutup pintu dan
menguncinya. Para turis dicekoki makanan dengan harga super mahal,
seringkali 10 kali lipat dibanding harga aslinya. Kalau turis menolak
membayar, para pegawai restoran bisa saja memukuli si turis! Tak jarang
dari mereka yang memegang pemukul atau bahkan pisau.
Tak sampai
di situ, 'restoran penjara' seperti ini juga sering meminta uang
tambahan kalau turis mau keluar dari situ. Opsi lain, si turis harus
menginap di situ. Kalau sudah begini tak ada lagi yang bisa dilakukan
kecuali membayar dan pergi secepat mungkin.
'Restoran penjara'
ini memang tidak umum ditemui para turis, namun inilah gambaran penipuan
paling parah di Vietnam. Untuk menghindarinya, naiklah bus terpercaya.
Itu saja.
Sumber : http://travel.detik.com/read/2013/01/31/162808/2157856/1383/awas-aksi-penipuan-turis-di-vietnam
Oleh: Sri Anindiati Nursastri - detikTravel
Kamis, 31/01/2013 16:35 WIB