Saturday, August 2, 2014

Pia isi kulit jeruk





Mulai 1 Agustus 2014 Harga Tiket Masuk ke Kawah Ijen Naik (Jatim)


KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO Petambang memikul belerang seberat lebih dari 70 kilogram. Mereka harus menempuh jarak sejauh 3 kilometer dari kawah Gunung Ijen menuju Pos Paltuding di kawasan Ijen, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Masyarakat sekitar Gunung Ijen kini sudah mengantisipasi gejala bencana dari kawah tersebut.


JEMBER, KOMPAS.com - Harga tiket masuk Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Gunung Ijen yang memiliki ketinggian 2.386 meter di atas permukaan laut (mdpl) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014 naik per 1 Agustus 2014.

"Kami segera sosialisasikan kenaikan tarif masuk kawasan taman wisata yang dikelola Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Jawa Timur," kata Kepala BKSDA Wilayah III di Kabupaten Jember, Sunandar Trigunajasa, Kamis (31/7/2014).

BKSDA Wilayah III Jawa Timur mengelola tiga TWA yakni TWA Kawah Gunung Ijen, TWA Gunung Baung, dan TWA Tretes juga mengalami kenaikan tarif tersebut berdasarkan Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Kementerian Kehutanan.

"Tiket masuk untuk wisatawan domestik naik dari Rp 2.000 menjadi Rp 5.000 pada hari kerja dan Rp 7.500 untuk hari libur, sedangkan wisatawan asing (WNA) naik dari Rp 15.000 menjadi Rp 100.000 pada hari kerja dan Rp 150.000 pada hari libur," paparnya.

Kemudian untuk wisatawan yang membawa video komersial atau snapshot film komersial akan dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 10 juta, membawa handycam dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 1 juta dan foto kamera dikenakan Rp 250 ribu.

"Tiket masuk tersebut tidak berlaku bagi peneliti atau mahasiswa yang melakukan riset di area taman wisata alam yang dikelola BKSDA karena mereka bisa masuk secara gratis dengan mengirim surat izin pemberitahuan kepada kami," katanya.

ARSIP PEMKAB BANYUWANGI Kawah Ijen di Banyuwangi, Jatim.
Selain untuk penelitian, lanjut Sunandar, kenaikan tiket masuk itu juga tidak berlaku bagi pecinta alam atau aktivis konservasi yang melakukan kegiatan untuk melindungi wilayah taman wisata alam seperti melakukan bersih gunung untuk menjaga ekosistem kawasan konservasi atau membantu pengunjung.

Sementara salah seorang wisatawan asal Jember, Andi Ardiansyah mengaku tidak keberatan dengan kenaikan tiket masuk ke Kawah Gunung Ijen karena kenaikannya tidak terlalu signifikan untuk wisatawan domestik.

"Kenaikan itu cukup terasa bagi wisatawan mancanegara karena naik enam kali lipat dibandingkan tiket masuk sebelumnya dari Rp 15 ribu menjadi Rp 100 ribu pada hari kerja dan Rp 150 ribu pada hari libur," ucap pecinta alam tersebut.


Sumber : http://travel.kompas.com/read/2014/07/31/141700627/Mulai.1.Agustus.Harga.Tiket.Masuk.ke.Kawah.Ijen.Naik

DEF LEPPARD - "Have You Ever Needed Someone So Bad"


Here I am, I'm in a warm bed again
It's just a game I just can't win
There you are breathin' soft on my skin, yeah.
Still you won't let me in,
So come on

[Bridge:]
Why save your kisses for a rainy day
Baby let the moment take your heart away

[Chorus:]
Have you ever needed someone so bad, yeah
Have you ever wanted someone
You just couldn't have
Did you ever try so hard
That your world just fell apart
Have you ever needed someone so bad

And you're the girl I gotta have
I gotta have you baby, yeah.

There you go, midnight promises again, yeah
But they're broken by the dawn
You wanna go further, faster every day, baby
But in the morning you'll be gone
And I'm alone

[Bridge]

[Chorus]

Every dream I dream is like
Some kinda rash 'n' reckless scene
To give out such crazy love
You must be some kinda drug
And if my time don't ever come
For me you're still the one
Damned if I don't, damned if I do
I gotta get a fix on you

[Chorus:]
Have you ever needed someone so bad, yeah
Have you ever wanted someone
You just couldn't have
Did you ever try so hard
That your world just fell apart
Have you ever needed someone so bad, so bad

[Chorus:]
Have you ever wanted someone (have you ever wanted someone), yeah
Did you ever try so hard
That your world just fell apart
Have you ever needed someone so bad

And to the girl I gotta have
I gotta have you, baby, yeah, yeah

It's a game I just can't win, oh

Have you ever needed someone so bad, yeah
Have you ever wanted someone (have you ever wanted someone)
You just can't have
Did you ever try so hard




Bakpia kulit jeruk at Pancoran Kota

Bak pia





Foods at Kwetiau Achai - Daan Mogot


 es podeng (tapi ga pake alpukat karena lagi ga ada)


kwetiau goreng seafood

CURUG MALELA – MINI NIAGARA DI BARAT BANDUNG


Akhirnya rencana ke curug malela terwujud. Sudah lama mendengar keindahan curug yang mendapat julukan miniatur niagara d jawa barat, tepatnya d kabupaten Bandung Barat.
image
Seperti biasanya saat merencanakan plesiran, kami gali info sebanyaknya mengenai destinasi tujuan, dan untuk curug malela hanya beberapa info yang agak sulit d dapat, yaitu apakah ada camp area untuk kami bermalam disana.karena salah satu kegemaran kami adalah kemping. Selain itu mengenai penitipan mobil, karena infonya tidak detail, apakah ada tempat penitipan resminya, karena untuk mencapai curug malela, aksesnya masih sulit, harus melalui jalan yang rusak berat, sehingga d sarankan untuk melanjutkan dengan ojek, kecuali menggunakan mobil khusus off road, siap untuk melindasi jalur yang rusak parah.

Berbekal beragam info yang kami peroleh, berangkatlah kami ber-5 dengan amunisi lengkap ; tenda 2, sleepingbag+matras, perlengkapan masak+makan+makanan segambreng (yup makanan yang banyak yang harus dihabiskan). Kami memilih berangkat malam (tengah malam lebih tepatnya jam 11 pm) karena berdasarkan info yang kami rangkum, perjalanan dari jakarta hingga desa terakhir menuju curug malela memakan waktu tempuh lebih kurang 6 jam, sehingga d harapkan pagi pagi sekali kita sudah tiba. Dan adalah ‘goyang’ driver andalan kita yang kbagian tugas d dampingi kak agus dan piki yang d paksa melek ngliatin jalan, sementara aku & rotua bobok aja sampai subuh menjelang. 
Petunjuk arah menuju curug malela cukup jelas dan mudah d temukan. Mulai dari keluar tol cimahi / padalarang ke arah waduk saguling, terus ke arah cililin.

Menjelang subuh kami tiba d pertigaan  entah dimana itu, seingat ku ada alfamart d pojokan jalan, dan itu alfamart terakhir menuju cueug malela (saking banyanya berderet alfamart & indomart sepanjang jalan). Kami menemukan warung yang sudah buka, lumayan jadi bisa nimpang pipis, shalat n ngopi untuk menghalaunngantuk para pria2 yang melek sedari malam, kalo aku siy baru bangun tidur…hehehhehee…jadi cari susu panas aja untuk membuka hari. 
Dari hasil ngobrol2 dengan anak pemilik warung, kami d sarankan untuk melanjutkan perjalanan sampai k desa, lalu nitip mobil d salah satu rumah. Jalan yang d lalui memang rusak, namun perlahan saja dan pilih2 jalan.
IMG_0026
IMG_0017
Maka kami melanjutkan sesuai saran, melalui perkebunan teh yang rimbun, jalan rusak membuat harus jeli memilih jalan, hingga akhirnya sang driver nyerah, dan kami berhenti d samping heuleur / penggilingan padi yang memiliki lapangan luas. Kala itu matahari baru bersinar, dan kehadiran kami d desa membuat keriuhan, berawal dari seorang bapak yang menghampiri kami, dan akhirnya si bapak memanggil orang-orang sekitar untuk membantu memarkirkan mobil dan menyiapkan motor untuk mengantar kami k curug malela.

Akhirnya kami bongkar muatan, menyiapkan diri untuk offroad dengan dibonceng motor. Seperti yang kami baca d beberpa referensi, salah satu serunya ke curug malela adalah dibonceng motor offroad, ajrut-ajrutan dengan suguhan pemandangan indah. Salah satu pemandangan indahnya adalah punak gunung gede pangrango yang nampak jelas d pagi hari ini.
image
image
image
image
Sesampainya d gerbang Curug malela, kami sempatkan untuk sarapan, karena selanjutnya kami harus berjalan kaki menuruni jalan yang sudah d buat nyaman menuju curug malela. Tak lupa kami memesan makan siang dengan menu ayam goreng+tempe+tahu+lalapan+sambel dan minta d antar ke curug, lumayan kan jadi ga repot deh.

Perjalanan turun lumayan juga, melalui jalan bertangga. Pandangan pertama menemukan curug malela langsung bikin girang, tapi ternyata kog jauh d bawah sana ya. Terus berjalan turun hingga akhirnya setelah beberapa saat tibalah kami d sisi curug malela….indahnya.
  
image
 image
 image
Ada sebuah batu yang besar di pinggir sungai menjadi tempat pendaratan kami begitu tiba di curug malela, air terjun yang indah dengan terlihat demikian indah. tapi tak ada tempat yang nyaman untuk kami menggelar tenda, karena tidak ada tempat yang lapang, tapi demi bisa leyeh-leyeh sejenak di pagi hari ini, kami menemukan lokasi yang cukup nyaman untuk sekedar pasang flysheet dibawah rindangnya pepohonan dan menggantung hammock, lumayan untuk tidur pagi ini, udara pun masih sejuk.
terlelap nikmat beberapa saat dan terbangun saat matahari mengintip dicelah-celah dedaunan, waaah badan sudah segar niy, saatnya main-main air. setelah ganti celana panjang supaya ga kebasahan saat main air, akhirnya aku dan rotua mulai jalan-jalan diantara bebatuan besar dan derasnya air yang mengalir. 
Air terjun malela tak terlalu tinggi, debitnya cukup besar sehingga air yang mengalir cukup deras, sehinga kami harus ekstra hati-hati berjalan diantara bebatuan dan derasnya air, karena salah injak bisa kecemplung dan terbawa arus. puas potret-potret dan main air kita kembali ke camp kita, dan mulai masak, sepertinya bikin minuman anget-anget enak ini, dan masak-masak ringan untuk sekedar mengisi perut yang sebenarnya siy belum lapar banget.
suara gemuruhnya
IMG_0118 IMG_0089 IMG_0088 IMG_0085 IMG_0081 IMG_0080 IMG_0154
siang hari ini pengunjung curug malela terlihat cukup ramai, ada serombongan pramuka dari Bandung yang meramaikannya, tapi kami tetep santai di camp kami yang tersembunyi di pojokan dan terlindung pepohonan rindang. baru menjelang sore kami bebenah untuk pindah tempat, karena akan sangat berbahaya untuk berkemah di tepi sungai, karena tak atau apa yang akan terjadi di malam hari.
kamipun berpindah ke bale diatas, sebuah pendopo dengan toilet sederhana yang tersedia dibelakangnya. Ada seorang bapak yang menjaga dan menjadi penanggung jawab kebersihan bale, dan kami diijinkan untuk bermalam disini. melihat bale yang sudah cukup nyaman, niat kami untuk membuka tenda jadi diurungkan, berganti dengan menggelar matras diatas lantai kayu. 
IMG_0168IMG_0170
menjelang malam suasana tambah syahdu, perubahan langit begitu indah. dan saat malam menjelang, ribuan bintang bertaburan di langit, indaah banget. sayangnya ga bisa dipoto bintangnya. tak tidur terlalu larut, karena capek juga naik turun di curug malela, beralaskan matras dan berselimut  sleeping bag kami pun pulas tertidur. tengah malam, udara makin dingin, sleeping bag sepertinya tak kuasa menahan dinginnya niy, jadi menyesal batal gelar tenda, yang seharusnya bisa membuat lebih hangat suasana dibanding tidur di lantai kayu di ruang yang tak tertutup rapat, brrrr
image
image
 akhirnya pagi menjelang, yeeei….mari bangun dan nikmati sejuknya udara pagi ini…sementara para cowok-cowok itu masih meringkuk kedingina, aku dan rotua memaksakan untuk mencari kehangatan matahari. maksudnyan siy pengen poto sunrise, tapi sepertinya mataharinya ngumpet dibalik bukit, sehingga tak berhasil mendapatkannya. tapi bayaran lainnya, kami bisa potret-potret pemandangan pagi yang indah, embun-embun di ujung dedaunan. lumayan membuat hangat badan.
image
 Jam 9 kami bersiap dan merapikan perlengkapan, saatnya kembali. huuuft harus nanjak niy, luamyan terjal walau jaraknya sudah sebagaian terpangkas kemarin sore. di parkiran motor, kami sudah ditunggu para pemuda desa yang menjadi ojek kami siap untuk mengantar kami pulang.
IMG_0213  
IMG_0207 

Curug Malela - Bandung Barat


Curug Malela memiliki ketinggian sekitar 60-70 m dan lebar 50 m dengan hulu sungai berasal dari lereng utara Gunung Kendeng yang nantinya mengalir membentuk jaringan sungai Cidadap dan bermuara ke Cisokan.  Airnya sangat deras dan bila sedang beruntung kita dapat menyaksikan ratusan ekor monyet ekor panjang (macaca pasciscularis) sedang minum air di bawah Curug Malela. 

Curug Malela merupakan air terjun paling atas dari rangkaian tujuh air terjun sepanjang 1 km.  Urutannya adalah Curug Malela, Curug Katumiri, Curug Manglid, Curug Ngebul, Curug Sumpel, Curug Palisir dan ditutup dengan Curug Pameungpeuk.  Semua terletak di desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat.

Setiap air terjun tersebut memiliki kekhasan tersendiri.  Curug Malela memiliki air terjun yang terpisah saat jatuh dengan 5 jalur yang ada.  Curug Katumiri pada pukul 8-9 bisa memperlihatkan pelangi di badan air terjun.  Curug Ngebul adalah kebalikan dari Curug Malela, yaitu air yang jatuh justru berkumpul sehingga menimbulkan efek kabut dan suara yang menggelegar.

Curug Manglid memiliki goa di belakang air terjunnya.  Curug Sumpel memiliki daerah di bawah air terjun yang lebar meski terlihat sempit dari kejauhan.  Curug Palisir mirip Curug Malela meski dengan ketinggian yang lebih rendah.  Terakhir, Curug Pameungpeuk adalah air terjun dengan muara antara Sungai Cidadap dan Cisoka yang terletak tidak jauh dari air terjunnya.


Sebenarnya di kawasan ini (Kecamatan Rongga masih ada beberapa curug yang indah dan layak dikunjungi. Seperti Curug Buana, Curug Cilinggapayung dan Curug Nyandung.  Sayangnya untuk mencapai kedua tempat itu harus melalui medan yang berat dan rusak.
Lokasi

Terletak di perbatasan dengan Kabupaten Cianjur tepatnya di Kampung Manglid, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, Propinsi Jawa Barat.

Peta dan Koordinat GPS:  7° 00' 38.01" S  107° 12' 22.00" E


Aksesbilitas

Ada dua jalur untuk mencapai Curug Malela ini, yaitu jalur melalui Sukabumi atau Cianjur, dan jalur dari Bandung atau Cimahi yang umumnya diambil karena mudah.

Jika perjalanan dari kota Cimahi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai curug sekitar 3 jam an.  Dari 
Cimahi perjalanan melalui daerah Batujajar, lalu kota Kecamatan Cihamelas dan Cililin.  Jalan yang dilalui umumnya berkelok namun kondisinya mulus. Setelah melewati Cililin, selanjutnya memasuki kota Kecamatan Sindangkerta, Bunijaya, Gunung Halu, dan perkebunan teh Rongga. 

Selepas dari Kota Kecamatan Ron
gga, sekitar 8 km dari lokasi curug,  Kondisi jalan berubah menjadi berbatu dengan tanjakan curam.  Memasuki Desa Cicadas,untuk menuju lokasi curug tidak ada papan penunjuk arah. 

Setelah memarkir kendaraa
n di kampung terakhir, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki dengan jarak kurang lebih 2 km.  Jalan yang dilalui adalah jalan setapak dengan kontur naik turn.

Bila menggunakan kendaraan umum dari Bandung, perjalanan bisa dimulai dari Terminal Ciroyom menggunakan bis antar kota dengan rute menuju Buni jaya yang melewati Ciroyom, Cililin, Sindang Kerta, Gunung Halu dan Rongga dengan waktu tempuh sekitar 3-4 jam. Atau dari Terminal Leuwi Panjang 
menggunakan bis dengan jurusan Cimahi atau Cililn, kemudian lanjutkan dengan angkot ke Bunijaya.

Tiba diterminal Bunijaya perjalanan dilanjutkan ke Desa Cicadas dengan menggunakan ojek sejauh kurang lebih 12 km menyusuri tebing dan jurang dengan kondisi jalan yang berbatu (off road) dan berliku-liku penuh dengan tikungan tajam.  Ongkos Ojek hingga ke Desa Cicadas ini sebesar Rp 4000 untuk sekali antar.

Setelah itu dari pinggiran Desa Cicadas dilanjutkan dengan berjalan kaki 3 - 4  km melalui jalan setapak membelah hutan, menyusur sawah dan beberapa turunan yang curam bahkan menyisir jurang.


parkir mobil yang berjarak sekitar 2km dari lokasi Curug atau sekitar satu jam. 
Tiket dan Parkir

Akomodasi



J
ika mau pergi menggunakan angkutan umum bisa naik bis dari terminal Ciroyom:   Yaitu dengan mengambil jurusan Leuwi Panjang-Cijenuk dan turun dipertigaan Cijenuk Bunijaya, kemudian naik angkutan pedesaan yang hanya sedikit jumlahnya serta dilanjutkan dengan naik ojek hinggan ke Kampung Manglid. Kondisi Jalanan berkelok dengan kondisi jalan yang rusak bahkan tidak beraspal, berbatu dan licin namun pemandangan indah selalu ditemui sepanjang jalan.  Habis itu jalan kaki lintas alam sekitar 3 km
Curug Malela masih dikatakan perawan atau belum terjamah. Kenapa demikian? Bayangin aja, jalanan masih tanah dan batu, belum ada tanda petunjuk tuk sampai ke Curug, serta belum ada retribusi tuk tempat wisatanya. Hanya berbekal banyak tanya dan meminta  penduduk tuk menuju lokasi. 
Perjalanan menggunakan kendaraan hanya sampai di hutan pinus saja, kami melanjutkan dengan trekking menurun selama 30 menit melewati jalan setapak yang masih baru. Begitu kami turun dari mobil, kami bertemu dengan penduduk yang sedang memperlebar jalan setapak menuju lokasi curug. Melewati semak belukar yang tinggi,  jurang, serta sawah tadah hujan milik penduduk setempat, akhirnya dari kejauhan kami sudah mendengar gemuruh suara air terjun Curug Malela. 



Untuk berkunjung ke lokasi itu sangat mudah. Begitu tiba di Desa Cicadas, sudah ada warga setempat yang bersedia memandu Anda menuju ke lokasi air terjun.
Meski potensinya luar biasa, infrastruktur yang dimiliki masih sangat minim. Badan jalan cukup sempit. Bahkan, tidak satu pun papan petunjuk terpasang guna memandu pengunjung menuju Curug Malela. Papan penunjuk arah hanya ada di Desa Cicadas. Padahal, dari kantor desa setempat menuju lokasi wisata masih 3 kilometer lagi.
"Pada akhir pekan atau saat liburan, halaman kantor desa itu disulap menjadi tempat parkir bagi kendaraan roda empat yang dipakai para pengunjung," tutur Nugraha, pemandu wisata di lokasi air terjun.
Adapun pengguna sepeda motor masih bisa menempuh jalan sejauh 2 kilometer dari kantor desa melalui jalan di tengah lahan Perhutani. Badan jalan itu memiliki lebar 1 meter.
Sekitar 1 kilometer dari lokasi air terjun, sepeda motor harus diparkir pada tempat yang sudah disediakan. Jalan yang ada tidak dimungkinkan lagi untuk dilewati sepeda motor.
Dari sana, Anda harus berjalan kaki sejauh sekitar 1 kilometer. Namun, kondisi udara kawasan itu sangat bersih dan sejuk sehingga perjalanan tetap menyenangkan dan menyegarkan. Apalagi, selama perjalanan terdengar suara deburan air terjun dari kejauhan.
Legenda
Mengenai asal usul, nama Malela diambil dari nama Eyang Tadjimalela, yang menurut penduduk sekitar, ngageugeuh (menguasai) kawasan tersebut. "Bahkan, kalau sedang kebetulan, dia bisa menampakkan dirinya. Beberapa waktu lalu, ada yang ngambil foto curug. Waktu dilihat, di bawahnya ada gambar kakek-kakek berjenggot dengan baju serba putih," kata Subarna.

Aksesibilitas menjadi kendala utama yang menjadi hambatan pengembangan kawasan wisata ini. Dengan jarak sekitar 80 km arah barat daya dari pusat Kota Bandung, Desa Cicadas ini terbilang desa "paling ujung" dari Kab. Bandung Barat, yang berbatasan langsung dengan Kab. Cianjur. Untuk bisa mengunjungi desa ini dari Kota Bandung, diperlukan waktu sekitar 4 jam, dengan melewati beberapa kecamatan, yaitu Batujajar, Cililin, Sindangkerta, Gununghalu, hingga Kec. Rongga.

Jika ingin menggunakan kendaraan umum, angkutan minibus dari Cimahi atau dari Bandung bisa menjadi pilihan. Hanya saja, angkutan ini hanya bisa sampai Sindangkerta. Sisa perjalanan harus ditempuh dengan ojek serta berjalan kaki.

Selain itu, kendaraan pribadi bisa juga digunakan. Namun perlu diingat, kendaraan yang dimaksud haruslah kendaraan tinggi, bukan jenis sedan. Pasalnya, sekitar 10 km jalan menuju Desa Cicadas berada dalam kondisi rusak parah. Kendaraan itu pun hanya bisa digunakan hingga Desa Cicadas, tidak sampai Curug Malela. Kendaraan bisa dititipkan di rumah penduduk, dan perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki.

Perjalanan menuju pusat curug berjarak sekitar 2 km, dengan medan yang sangat curam. 
Kendala pengembangan Curug Malela cukup kompleks, akses jalan sepanjang 12 kilometer dalam kondisi rusak berat. Lahannya pun milik Perhutani. Dari jalan umum, untuk sampai ke lokasi curuk harus berjalan kaki sepanjang hampir 1,5 kilometer dengan melewati bukit dan sawah.

uinya, akses jalan menuju Curug Malela masih membutuhkan perbaikan. Hampir 1,5 kilometer lebih jalannya masih rusak berat. Tahun ini, pemerintah baru memperbaiki sekitar 1 km. "Untuk dikembangkan sebagai objek wisata, tak hanya lokasi objek wisatanya, tapi juga akses jalannya. Kalau akses jalannya tidak memadai, wisatawan mana yang mau berkunjung ke Curug Malela," ujarnya.

Hingga kini belum ada kendaraan umum yang menuju Curug Malela. Jarak dari Kota Kec. Rongga ke Kp. Manglid sekitar 8 km. Begitu sampai di Manglid, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 2 km. "Kalau sedang musim hujan, jarak 2 km itu ditempuh dalam waktu hampir 1 jam. Lamanya perjalanan tak terlepas dari medan berat yang dilewati, seperti sawah dan naik turun bukit,

Ketiadaan penunjuk arah sejak Kota Kecamatan Gununghalu membuat kita selalu bertanya kepada penduduk yang dilalui. Memang betul malu bertanya sesat di jalan, tapi kalau terlalu banyak bertanya karena ketiadaan penunjuk arah, pengelola daerahlah yang sesat di jalan birokrasinya. Jadi setelah banyak bertanya, jalan akan mengarahkan kita ke arah Bunijaya dan berbelok ke arah kanan di daerah yang dikenal sebagai Simpang Rongga. Jalan kemudian berkelok-kelok menyempit menanjak. Sekalipun beraspal baik, tapi lubang-lubang besar membuat kelancaran perjalanan terganggu.
Di Kota Kecamatan Rongga, kita kembali dihadapkan pada persimpangan jalan dan terpaksa kembali bertanya. Jalan ke kiri yang diambil akan membawa kita ke daerah Kubang, Perkebunan teh Montaya. Jalan perkebunan asri yang diapit pohon-pohon mahoni dan damar membawa kita memasuki daerah perbukitan yang turun-naik berkelok-kelok pada jalan sempit. Beberapa kali kendaraan kita dapat langsung berhadapan pada kelokan sempit dengan kendaraan lain, atau terkejut ketika tiba-tiba pengendara ojek muncul di depan hidung kita dengan tiba-tiba.
Perjalanan dari Gununghalu ke Kubang Montaya yang hanya berjarak kurang dari 20 km terpaksa harus ditempuh antara 1,5-2 jam perjalanan kendaraan roda empat, dengan banyak bertanya. Dari Simpang Kubang ke arah Cicadas kita akan didera jalan batu yang berlubang-lubang. Perlu waktu hampir satu jam menempuh jarak pendek tidak lebih dari 3 km itu.
Sesampainya di Cicadas bukan berarti Curug Malela telah ada di depan kita. Jalan berikutnya berupa jalan perkebunan yang tidak dapat dilalui mobil biasa harus ditempuh dengan cara jalan kaki. Perlu waktu kira-kira satu jam untuk akhirnya mencapai Curug Malela setelah menuruni jalan setapak terjal dengan beberapa lereng hampir 70 derajat. Sangat melelahkan. Silakan bayangkan jalan kembali melalui rute yang sama.




Little Niagara di Curug Malela, Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat


Berbekal informasi seadanya dan mendadak ingin trekking. Akhirnya saya mengisi waktu liburan kali ini dengan mengunjungi Little Niagara alias Curug Malela yang berlokasi di daerah Desa Cicadas,Kecamatan Rongga- Gunung Halu Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Sebenarnya penasaran saja kenapa disebut Little Niagara, apakah memang benar-benar mirip dengan air terjun Niagara di Ontario, Canada sana? Nah akhirnya saya beranikan untuk membuktikannya saja langsung.
Berangkat pagi-pagi sekali lepas shubuh via jalur Tol Cipularang kemudian keluar di pintu Padalarang melewati Jalan Batu Jajar -kemudian Jalan Cihampelas sampai menuju Desa Cililin yang terus menuju Desa Tagogan kemudian melewati Jalan Desa Gunung Halu yang cukup panjang seakan tak sampai-sampai kemudian barulah tiba di Desa Rongga dengan jalanan yang kadang beraspal kadang cuma berbatuan. Nah jalan di desa ini memang semakin lama semakin kecil dan tanah merah yang kalau hujan cukup menyulitkan buat kendaraan lewat. Namun di tiap sisi kontras dengan pemandangan perkebunan teh yang indah dan menyegarkan mata. Nah petunjuk menuju lokasi curug Malela cukup jelas tinggal mengikuti arahnya saja. Kalaupun tersesat banyak penduduk sekitar yang ramah membantu memberikan petunjuk.
DSCN1316DSCN1340DSCN1315DSCN1314DSCN1313
Lokasi Curug Malela memang agak susah dicari via map namun bisa ditemukan dengan menggunakan koordinat GPS berikut Latitude : S 6.995333, E 107.245500. 
Tempat ini cocok buat kalian yang suka berpetualang mengeksplorasi tempat-tempat tersembunyi dengan menyusuri jalanan setapak di tengah-tengah alam bebas. 
Akses menuju lokasi Curug Malela sudah dikenal oleh penduduk sekitar cuma memang belum ada kendaraan umum yang bisa mengantarkan pengunjung ke lokasi. Satu-satu-nya cara dengan menyewa ojek yang tarifnya disepakati maksimal sih Rp.50K Pulang Pergi. Nah harap catet nomer HP tukang ojeknya agar bisa dijemput atau bisa juga minta temenin sampai selesai. Jangan kuatir tukang ojek ini umumnya warga sekitar yang cukup ramah dan kita bisa menitipkan mobil di lokasi titik pos Ojek atau sekalian menjadi pemandu atau porter.
DSCN1308DSCN1307DSCN1305DSCN1303DSCN1300DSCN1299
Menuju lokasi Curug Malela kita akan menyusuri jalanan tanah sempit yang berbatuan dengan pemandangan hamparan kebun teh sepanjang mata. Jalanan terjal dan bebatuan sepanjang 5 KM dengan lengkungan yang berbelok membuat akses ke lokasi Curug Malela memang sedikit terjal dan mengalami hambatan. 
Wajar bila lokasi ini banyak yang belum mengetahui dikarenakan jalanan yang belum layak dan medan yang cukup berat. Sehingga tak disarankan membawa kendaraan pribadi kecuali memiliki kendaraan offroad. Mungkin tambahan yang menarik adalah saat mengendarai ojek kita akan merasakan sensasi yang mengalahkan salah satu wahana di Ancol dengan jalanan yang bervariasi tingkat kecemasannya dimulai dengan jalanan tanah berlumpur kemudian licin berbatuan yang juga keras dan terjal, tanjakan dan turunan yang membuat ingin turun dari ojek takut jatuh cuma di sisi adalah jurang bukit yang mau nggak mau harus percaya sama tukang ojek yang cukup lihai mengendarai motornya tanpa kesulitan.
935029_515210658514033_1611090042_n198996_515210968514002_1072000929_n
Jujur saya menyukai tantangan ini karena disitu letak kenikmatan bagi seorang petualang karena bisa merasakan kepuasan tersendiri saat menelusuri lembah-lembah berbukit yang sempit dengan hutan di kiri kanan jalanan sempit ditambah naik ojek yang luar biasa menegangkan. 
Nah dari tempat pemberhentian Ojek kita harus berjalan kaki menuruni lembah yang sudah dibuatkan anak tangga sehingga memudahkan pengunjung untuk ke lokasi curug. Kurang lebih jarak tempuh 30 menit dengan panjang turunan ke lokasi 1,26 KM. Tergantung kemampuan kalian biasanya sih yang susah pas pulangnya dengan menaiki anak tangga memakan waktu lebih lama. Namun semua itu akan terbayarkan dengan menyaksikan keindahan curug yang setengah perjalanan menuruni anak tangga sudah disuguhi pemandangan indah sampai benar-benar tersaji kemegahan mini Niagara di depan mata. Seperti menemukan hidden paradise yang hanya bisa didapatkan melalui rintangan terlebih dahulu. Sangat indah dan mengesankan !!!!
DSCN1368DSCN1363DSCN1361DSCN1357DSCN1355DSCN1354DSCN1351DSCN1350DSCN1347DSCN1343DSCN1342DSCN1369
Memang nggak salah kalau disebut dengan Niagara mini karena sepintas memang sangat mirip cuma berukuran lebih kecil aja. Dengan ketinggian air terjun sekitar 60 – 70 meter, Curug Malela ini memiliki lima buah jalur air terjun yang seakan-akan mengingatkan kita untuk tidak melupakan shalat lima waktu. Keberadaan curug yang di tengah-tengah hutan dan perbukitan membuatnya semakin indah terlebih saat dari kejauhan dengan airnya yang halus mengalir. Hulu sungai berasal dari lereng utara Gunung Kendeng, gunung berapi yang terletak di sebelah barat Ciwidey yang telah mati, mengalir melalui Sungai Cidadap – Gununghalu.
Berada disini seperti menemukan lokasi persembunyian yang menenangkan dan menentramkan. Hanya terdengar suara gemuruh air terjun yang begitu keras membuncah menerjang bebatuan dan tanah. Sesekali bisa merasakan titik-titik air yang berterbangan dan membuat sejuk di wajah.
 Sayangnya saat saya di lokasi cuaca agak mendung dan membuat langit tak begitu menarik buat jadi objek foto. Saya cukup puas berada di lokasi dengan keindahan penciptaan alam karya sang Khalik dan berhasil mengambil beberapa momen untuk kenang-kenangan.
DSCN1402DSCN1399DSCN1393DSCN1377DSCN1374DSCN1370DSCN1424DSCN1423DSCN1422DSCN1421DSCN1419DSCN1417DSCN1416DSCN1408