Tuesday, December 2, 2014

SIAPAPUN Dapat Ke SURGA



SIAPAPUN


Siapa sajakah yang kita maksudkan dengan SIAPAPUN? Bukankah ajaran Buddha mengatakan bahwa umat Buddha saja yang mendapatkan pahala di kehidupan mendatang?

Menurut ajaran Buddha, kemana kita pergi setelah kehidupan ini tidaklah bergantungan pada keyakinan kita. Kenyataannya, tidak ada ketentuan untuk berdoa, memuja atau bahkan percaya pada Buddha untuk memiliki kehidupan yang baik di masa yang akan datang.

Apa yang terjadi kepada kita setelah kehidupan ini tergantung
bagaimana kita berkelakuan dalam kehidupan sekarang.

Jalan menuju Surga tidaklah dengan keyakinan atau pemujaan,
tetapi dengan berbuat kebajikan dan menghindari kejahatan.



Buddha tidak pernah mengatakan sesuatu seperti ‘pujalah saya dan anda akan mendapatkan pahala’. Beliau juga tidak pernah mengancam untuk mengadili siapapun yang tidak percaya kepadanya atau tidak mengikuti ajarannya.

Beliau berkata bahwa tidak ada salahnya untuk meragui dirinya atau bahkan bertanya padanya, karena kebanyakan orang memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk memahami ajarannya.

Beliau menekankan bahwa setiap orang harus mencari, memahami, dan mengalami kebenaran untuk diri mereka sendiri, dan tidak dengan memiliki kepercayaan buta terhadap siapapun atau apapun.
Oleh sebab itu umat Kristen, Hindu, Muslim, Yahudi, Buddhis, Taois, dan bahkan atheis, semuanya dapat menikmati kehidupan mendatang yang bahagia. Tetapi tentu saja, apabila mereka telah menjadi orang ‘baik’!



SURGA

Apa yang kita maksudkan dengan SURGA?

Surga dapat dikatakan sebagai tempat dimana kita dapat dilahirkan setelah kita meninggal nanti. Ia dapat juga berupa keadaan pikiran.

Misalnya, seseorang yang pemarah bisa saja secara terus-menerus dalam suasana hati yang buruk dan dengan mudah mengamuk. Orang demikian akan menyebabkan orang-orang disekelilingnya, termasuk dirinya sendiri, menderita dan sedih setiap saat. Di sisi lain, ambillah contoh, seseorang yang berwatak tenang, dengan pikiran yang hening dan selalu damai dengan dirinya sendiri dan orang lain.

Dikarenakan oleh keadaan pikirannya, hidup orang yang pemarah akan kelihatan seperti neraka bagi dirinya dan orang-orang disekelilingnya. Tidak perlu dikatakan lagi, orang yang berwatak tenang, dan orang-orang disekelilingnya akan menikmati kehidupan yang bahagia, layaknya Surga.

Ajaran Buddha mengijinkan kita menikmati Surga di bumi dengan menunjukkan kepada kita bagaimana mencapai keadaan pikiran yang bahagia.

Terlepas dari keadaan pikiran, umat Buddha mempercayai adanya beberapa alam kehidupan di semesta, dan ini dapat berupa tempat-tempat yang menyedihkan atau tempat-tempat yang menyenangkan. Secara tradisi, alam-alam yang menyedihkan, (atau alam rendah), termasuk alam neraka di dalamnya; dan alam-alam yang menyenangkan (atau lebih tinggi) adalah alam manusia dan alam-alam Surga.

Di alam mana kita akan dilahirkan tergantung kepada kamma yang kita telah kita kumpulkan untuk diri kita sendiri di kehidupan ini, beserta kamma yang kita kumpulkan di berbagai kehidupan lampau. Kamma ini adalah hasil dari tindakan dan sikap kita sehari-hari.
Oleh karenanya, tingkat populasi penduduk di dunia tidak dapat tentukan dengan pasti atau distatiskan dengan pembatasan suatu alam saja, berhubung proses kelahiran kembali tidak hanya terbatas kepada alam manusia. Terdapat banyak alam-alam kehidupan lainnya di semesta terlepas dari alam manusia dimana kita dapat dilahirkan, atau dimana proses kelahiran kembali dapat berlangsung.

Apabila kita terlahir di alam rendah, akankah kita berada di sana sepanjang masa?

Umat Buddha percaya bahwa lamanya waktu yang dihabiskan di alam rendah bergantungan pada jumlah kamma buruk yang telah dikumpulkan.

Tidak ada hal yang namanya penderitaan abadi untuk siapapun juga, tidak peduli seberapa banyak kejahatan yang dilakukan.

Walaupun mungkin memerlukan waktu yang sangat lama, penderitaan akan berakhir ketika kamma buruk telah habis.

Oleh sebab itu, ajaran Buddha tidak mengenal konsep yang tidak adil akan hukuman yang tidak terbatas untuk suatu perbuatan jahat tertentu.
Ajaran Buddha juga tidak mengancam pengikut dari ajaran lain dengan bentuk hukuman apapun. Siapapun saja memiliki kebebasan untuk memilih keyakinan dan jalan yang berbeda untuk diri mereka sendiri.

Apakah kita berada di alam Surga selamanya? Apakah Surga merupakan tujuan tertinggi?

Makhluk – makhluk yang telah melakukan banyak kebajikan dan mengumpulkan banyak kamma baik akan terlahir di alam Surga. Jika seseorang belum mampu mencapai Nibbana, Buddha mendorong setiap dari kita untuk menjalani kehidupan yang lurus dan bajik untuk dapat terlahir di alam-alam yang lebih tinggi, dan yang lebih penting untuk melindungi diri kita dari kelahiran kembali di alam rendah.

Sementara kehidupan di alam Surga dapat berlangsung dalam waktu yang sangat lama, namun tetap saja ia tidak kekal. Makhluk-makhluk di alam tersebut juga pada akhirnya akan meninggal dan dilahirkan kembali ketika kamma baik telah habis.

Dengan demikian, umat Buddha tidak menganggap kelahiran kembali di alam Surga sebagai tujuan tertinggi. Untuk kebanyakan umat Buddha tujuan tertinggi adalah mencapai Nibbana.

Dikatakan bahwa Nanda, saudara kandung Buddha, tidak puas dan memberitahukan Buddha jika dia ingin melepaskan kehidupan suci. Buddha kemudian membawanya ke salah satu alam Surga dan menunjukkan kepadanya segala kesenangan di sana. Buddha memberinya janji bahwa dia dapat menikmati semua kesenangan itu apabila dia berlatih Dhamma dengan baik. Hal ini menginspirasikan Nanda dan dia berlatih sangat keras untuk dapat terlahir di alam Surga itu.
Sementara berlatih, Nanda secara bertahap menyadari Nibbana jauh lebih berbahagia dari makhluk di alam Surga, dia kemudian membebaskan Buddha dari janji semulanya.

Lalu Nibbana itu apa?

Tanpa mempelajari ajaran Buddha terlebih dahulu dan berlatih di jalan yang telah ditetapkan oleh Buddha, Nibbana merupakan konsep yang sulit untuk digenggam atau dipahami. Hal itu serupa dengan usaha dalam menjelaskan warna bagi orang buta dan bunyi bagi orang tuli. Bahasa yang biasa tidak cukup untuk menjelaskan Nibbana. Nibbana harus dialami dan dipahami.

Bagaimanapun, secara ringkas, Nibbana adalah akhir dari segala nafsu dan penderitaan. Ia dicapai oleh seseorang yang telah menghapus segala aspek dari ketamakan, kebencian dan kebodohan. Ia adalah keadaan kebahagiaan dan kesenangan yang abadi yang tidak lagi dilahirkan kembali.

Buddha telah mengajari kita bagaimana mengurangi, dan pada akhirnya mengakhiri ketamakan, kebencian dan kebodohan dalam segala aspeknya. Dan ini dapat dilakukan dengan berlatih faktor yang baik dari kemurahan hati dan kebaikan, kesabaran dan belas kasih, moralitas dan kebijaksanaan.
Dengan latihan yang baik akan ajaran Buddha, dimungkinkan bagi siapapun dari kita untuk mengalami kedamaian dan kebahagiaan dari Nibbana, bahkan di kehidupan sekarang. Selidiki, periksa dan cobalah ajaran Buddha untuk diri anda sendiri!



Tidak perlu menunggu sampai kematian,
alami Surga ketika anda masih hidup.
Surga di sini dan saat ini,
itulah rasa dari Nibbana di kehidupan ini



Sumber :
 https://www.facebook.com/artikelbuddhis/photos/a.420826151804.198813.300530356804/10152419501216805/?type=1

Kenyataan dibalik ketakutan




Sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=984396074911137&set=gm.923715184305218&type=1


*Sirik Tanda Tak Mampu

Saya itu, kalau lihat buku2 dari penulis lain lebih laku, lebih banyak dibaca orang2, sementara buku2 saya ditengok saja tidak, kadang sakitnya tuh di sini. Kesal sekali. Jengkel. Untuk kemudian dalam diam bertanya, disebut apa rasa sakit ini? Kenapa saya tidak turut bahagia melihat buku2 penulis lain sukses? Aduh, jangan2 inilah yang disebut dengan "sirik"? Pun sama, saat melihat film2 orang lain lebih laku, berbondong2 orang menonton, sementara film2 dari buku saya sepi, lagi2 sakitnya tuh di sini. Saya mulai terpancing menjelek2an buku orang lain, film orang lain.

Apesnya, setiap hari rasa sakit ini muncul. Bukan cuma karena buku atau film. Melihat orang lebih pintar, maka muncullah rasa sakit hati itu. Tidak suka. Benci. Sesuatu yang tanpa alasan. Melihat orang lain lebih berhasil, sukses, muncul lagi sakitnya. Bahkan dalam kasus tertentu, kenal juga tidak, bukan siapa2 kita, tetap saja tiba2 kesal. Terus-terang saja, saya bingung dengan rasa sakit ini. Kenapa sih dia harus muncul? Kenapa sih dia tidak bisa dikendalikan? Misalnya, ada orang jadi menteri, top sekali tiba2, lantas saya mulai merasa belingsatan, mulai ilfil, untuk kemudian sibuk menulis hal2 jelek tentangnya. Padahal buat apa? Saya kenal juga tidak dengannya, hampir semua informasi yang saya terima hanya dari baca di internet--yang belum tentu juga benar. Seolah2 orang tersebut memang buruk semua isinya.

Tapi baiklah, saya akan lupakan sejenak rasa sakit ini. Saya akan coba berpikir lurus sebentar. Kenapa sih saya harus sakit hati? Kenapa sih saya tidak suka? Kenapa? Kenapa? Saya tidak mau terus dihinggapi rasa sakit hati aneh ini.

Setelah dipikirkan lama-lama dan lamat2, mungkin nasehat orang tua dulu benar sekali. Sirik itu tanda tak mampu. Kenapa saya sirik? Boleh jadi karena saya tidak punya solusi lain selain sirik saja. Agar hati saya senang, maka saya memutuskan sirik, membangun tembok argumen. Boleh jadi, hanya sirik itulah yang bisa saya lakukan. Di luar itu, saya memang tidak mampu. Jangankan berbuat sama seratus persen, mencontoh 10%nya saja saya tidak mampu. Aduh, malang sekali nasib saya. Membuat saya jadi termangu.

Baiklah, tidak apa2lah saya sirik, namanya juga manusia. Tapi sekarang saya akan berjanji, lebih baik saya fokus memperbaiki diri. Tidak apa buku2 saya tidak laku, tidak dibaca banyak orang, tapi saya akan terus belajar bagaimana menulis yang baik. Tidak mengapa juga film2 saya tidak laku, boleh jadi karena memang karya orang lain lebih bagus, maka lebih baik saya membuktikan kemampuan diri sendiri. Bekerja lebih giat, lebih kreatif.

Setelah dipikirkan dalam2, ketika orang tua dulu bilang, "sirik itu tanda tak mampu", mereka sepertinya tidak sedang mengolok2 orang2 yang sedang sirik--seperti saya. Mereka justeru sedang memberikan solusinya: "Nak, ayo, daripada sibuk sakit hati, menjelek2an orang lain, terus mencari keburukan orang lain, lebih baik buktikan kalau kita lebih mampu. Ayo bergegas berlomba2 dalam kebaikan, agar dunia ini jadi lebih baik." Sepertinya demikian maksudnya. "Nak, tidak masalah kalaupun kau belajarnya lambat, kemajuan kau lelet sekali, karena yang jadi masalah itu kalau kita hanya diam saja, mangkrak. Hanya sibuk sakit hati dan berkomentar".

Sepertinya nasehat orang tua ini benar. Baiklah, caiyo! Semangat!



Sumber : Darwis Tere Liye
https://www.facebook.com/notes/darwis-tere-liye/sirik-tanda-tak-mampu/842505149133388
 

*Dan kesedihan dihabisi oleh waktu

Kita hapus nomor HP-nya di phone book
Kita delete alamat email-nya di address book
Kita buang whatsapp-nya
Kita disconected BBM-nya,
Sayang beribu sayang,
Kita sudah terlanjur ingat
Di luar kepala hafal nomernya
Bahkan saat tidur pun bisa mengigau pin BB-nya

Kita hapus message-nya
Kita delete foto2nya
Kita remove dari friend list, bahkan block sekaligus
Kita usir jauh-jauh dari dari home
Sungguh jangan ganggu lagi di dunia maya
Sayang beribu sayang,
Kita tetap kepo, stalking, ngintip
Ingin tahu apa yang dia lakukan
Bahkan bangun tidur, masih ileran
First thing in the morning

Inilah sajak melupakan jaman modern
Sungguh malang anak sekarang
Karena jaman dulu,
Orang tua kita paling cukup membakar tumpukan surat
Atau mengirim telegram: 'lupakan saja, koma, jangan hubungi aku lagi. titikhabis'
Dan kesedihan dihabisi oleh waktu

*Tere Liye

https://www.facebook.com/darwistereliye
 

...sebuah mimpi panjang...menenggelamkan kita pada kemabukan yang terlambat....
detak jantung dalam detik yang seolah terlalu cepat..
dentumannya memekakkan rasa..
membuat kita gila perlahan....
......lalu...untuk apakah dan kemanakah semua ini...
kesadaran yang bagaimanakah yg hendak ditunjukkan kehidupan ini.....
tentang cinta.....tentang kita.


Sumber : Monika Indri P
https://www.facebook.com/cahayanyapelangi?fref=nf

....kita berjalan diatas mimpi2...
dan apa yang kita lakukan pada kenyataan keseharianlah..yang akhirnya membuat perbedaan..
akankah kita terjatuh karena landasannya terlalu rapuh..
ataukah.. akhirnya kita mampu menjadikan impian2 itu sebagai kekuatan dan terwujudkan sebagai sebuah kisah perjalanan yang indah...
dan aku,
seorang gadis pemimpi.. yang sedang membangun impian2nya.. menjadi hasil karya nyata yang kuharapkan bisa berguna bagi kehidupan ini..
*dan ya..
kau tak akan melihat lagi..air mata yang sama.. seperti ketika dulu kau mengenalku...
karena aku.. telah dan sedang terus akan dibangun oleh cahaya cinta.


Sumber : Monika Indri P
https://www.facebook.com/cahayanyapelangi?fref=nf
 

KUPELUK LEBIH ERAT LAGI.., DIRIKU



Terkadang aku larut dalam perasaanku sendiri dan merasa mampu berdiri tegak tanpa siapapun. Cukup hanya aku dan Dia di dalam perjalanan.

Terkadang aku begitu letih dengan segala kegaduhan dan tetap ingin berjalan sendirian. Hingga waktu membawa langkah kakiku sampai di sebuah persimpangan. Dan pada saat itu aku pun harus meraba dalam gelap, juga sendirian tanpa sesiapa.

Kamu pasti tak akan pernah mengerti, bahwa terkadang inilah yang aku takuti. Merasa cukup dengan seorang diri dan sebuah genggaman yang menanti, kembali aku lewati.

Kamu pasti tak akan pernah mengerti bahwa terkadang aku kesal dengan suara hati kecilku sendiri yang selalu menggatakan bahwa pada akhirnya semua akan berujung pada kisah yang sama, kesendirian dan luka yang menganga.

Hingga satu hari aku menyadari bahwa terkadang sendiri memang jauh lebih baik untuk menyelesaikan semua tanggung jawab. Sendiri memang jauh lebih bahagia tanpa perlu kembali terluka. Sendiri memang jauh lebih baik karena sesungguhnya aku tudak pernah benar-benar seorang diri. Ada DIA yang jauh lebih mengerti apakah aku memang harus seorang diri selamanya ataukan kelak harus melangkah bersama siapa.

Akhirnya aku menyadari bahwa aku tidak perlu bersusah payah memikirkan hal ini. Bahkan ketika saat ini pun aku mampu tertawa dengan kesendirian saja, mengapa pula aku harus merepotkan diri dengan memikirkan yang tidak jelas diluar sana.

Akhirnya aku menyadari bahwa terkadang kebodohanku begitu sempurna. Membuang begitu banyak waktu dengan menyambut cinta yang tanpa makna. Sementara cintaNya selalu menyertaiku, tak pernah meninggalkanku dan memelukku semakin mesra. Hari ke hari, waktu ke waktu.

Akhirnya pagi ini aku mentertawakan diriku sendiri dan memeluknya lebih erat lagi. Jangan lagi bodoh memikirkan yang tidak perlu, yaa aku.
 

Sumber :
 https://www.facebook.com/photo.php?fbid=751081511606092&set=a.721318417915735.1073741844.100001127496316&type=1


When you understand your own suffering, compassion arises, and you know how to transform your own suffering. And with that, you can help other people do the same. Peace begins with yourself. Understanding and compassion begins with yourself.
— Thich Nhat Hanh


Source : https://www.facebook.com/buddhablessings/photos/a.538771466219210.1073741850.171012809661746/708200045943017/?type=1