Monday, January 2, 2012

MULAI DARI DIRI SENDIRI

Kita sering mengharapkan orang lain berubah lebih baik, keluarga kita berubah lebih baik, lingkungan kita, kota kita, bahkan negara kita dan dunia berubah menjadi lebih baik. Jadi sebenarnya siapa yang harus berubah lebih baik lebih dahulu?

Tulisan berikut ini terukir di atas batu nisan seorang pendeta Anglikan di Westminster Abby (tahun 1.100 A.D.)

Ketika saya masih muda dan bebas dan imajinasi saya tidak terbatas, saya bermimpi bahwa saya dapat mengubah dunia.
Sewaktu saya beranjak dewasa dan makin bijaksana, saya menyadari bahwa dunia tidak akan berubah, jadi saya memperkecil visi saya dan memutusksn untuk hanya mengubah Negara saya.

Namun, inipun sama saja, kelihatannya tidak dapat diubah.

Sewaktu usia saya makin lanjut, dalam sebuah usaha terakhir, saya berkomitmen untuk hanya mengubah keluarga saya, mereka yang dekat dengan saya, tapi mereka tidak berubah juga.

Dan sekarang, menjelang ajal, tiba-tiba saya menyadari : Andaikan saja saya hanya mengubah diri saya dulu, baru kemudian saya menjadi contoh untuk perubahan dalam keluarga saya.

Dari inspirasi dan dorongan mereka, saya mungkin akan dapat memperbaiki Negara saya, dan siapa tahu, mungkin saya telah mengubah dunia.

Kita tidak bisa mengubah sesuatu yang berada di luar kontrol kita, seperti masa lalu kita, siapa orangtua kita,
siapa presiden terpilih, bagaimana situasi ekonomi, jenis kelamin kita (kecuali Anda memutuskan untuk operasi), sejarah kita bahwa kita pernah sekolah di sekolah tertentu, guru sekolah kita siapa, bagaimana cuaca hari ini (kecuali pawang cuaca yang hebat), orang lain yang sudah omong apa tentang kita, bagaimana sikap atasan/anak buah yang sudah terjadi dsb.

Kita bisa mengubah sesuatu yang berada didalam kontrol kita. Misalnya keyakinan kita, sikap kita, kebiasaan
kita, semangat kita, fokus kita, tujuan kita, strategi kita, cara berpikir kita, cara bicara dan topik pembicaraan kita, cara bertindak kita, apa yang kita baca, siapa teman kita, pendidikan kita, siapa guru kita, rencana kita,
dsb

Bila kita terus berfokus untuk mengembangkan hal-hal yang bisa kita kontrol, area dalam pengaruh kita akan meluas. Misalnya, kita bisa mempengaruhi pemikiran orang lain, atasan kita, anak buah kita, situasi ekonomi, pemilihan presiden, dsb.

CHANGE IS THE ONLY EVIDENCE OF LIFE

When you change your attitude

You change your beliefs

When you change your beliefs

You change your expectations

When you change your expectations

You change your attitude

When you change your attitude

You change your behavior

When you change your behavior

You change your performance

When you change your performance

You change your destiny

When you change your destiny

You change your life


Sumber : http://rusdygunawan.blogspot.com
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=9216.0

HUKUMLAH DIRI SENDIRI !!

Kehidupan ini penuh dgn gejolak, setiap manusia pernah dan akan menghadapi hambatan serta rintangan dlm mengapai suatu keinginan.

Segala macam yg dpt mengagalkan kesuksesan bukan krn benda, barang, uang dan harta. hambatan dan rintangan bs saja datang dari org lain.

Akibat org lain menganggu maka hadirlah sebuah rasa kebencian dan kemarahan pd org yg menganggu, hal ini terjadi krn tdk adanya kesabaran di dlm diri. Ada istilah "Orang sabar di sayang Tuhan", istilah tersebut di balas dgn istilah lain yaitu "Kesabaran org ada batasnya".

Apa yg diri kita bs dptkan dgn kesabaran? yg pertama adalah kebahagiaan di dlm hati. org yg tak sabar akan mendapatkan kehancuran bagi dirinya sendiri.

Sebagai contoh paling banyak terjadi adalah adanya cinta jarak jauh, bila seseorg sabar dan setia serta bs mengatasi banyak rintangan dlm jalinan dgn cinta jarak jauh maka pd saatnya tiba ia akan bersatu berbahagia dgn kekasihnya, namun bila tak sabar maka kehancuran jalinan kasih antara dua insan.

Rintangan dan hambatan adalah tantangan utk mengapai sesuatu, semua yg ingin kita raih tak semudah membalikan telapak tangan. Tantangan yg datang dari org lain kadang menghadirkan kemarahan lalu benci di dlm diri.

Akibatnya adalah keinginan utk membalas seperti apa yg tlah org lain lakukan bahkan lebih dari apa yg org lain lakukan.

Ada org yg bahagia dgn mencelakai org lain, seperti apa yg dijelaskan Ajahn Brahm dlm buku "Si Cacing Dan Kotoran Kesayangannya" bahwa tak seharusnya seseorang menjadi penghukum orang lain.

Jangan kita menjadi org yg membalas dendam serta menjadi algojo atau pemberi pelajaran serta mengharapkan orang lain celaka dan menghukum orang yg telah menjadi penyebab kegagalan dirinya.

Yg harus seseorg lakukan bila gagal dlm meraih harapan adalah hukumlah diri sendiri jangan hukum org lain, diri sendiri yg kurang karma baik maka hukumlah diri sendiri dgn harus banyak melakukan kebaikan, tak hanya dengan harta tapi dengan perbuatan serta ucapan dan pikiran.


Sumber : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21448.0