Thursday, September 4, 2014

Rahasia Sejak 1940 di Lembah Kematian (Dead Valley), California


TEMPO.CO, Jakarta - Dead Valley (Lembah Kematian) di California merupakan daerah paling panas dan ekstrem di Amerika Serikat. Ini merupakan lembah terkering dan paling rendah posisinya di antara daratan Negeri Abang Sam. Di wilayah ini ada Racetrack Playa, danau kering bagai gurun sepanjang 4,5 kilometer.

Di permukaan danau itu berserakan ratusan batu. Beberapa di antara batu-batu itu berukuran sekecil bola bisbol, tapi bongkahan besar dapat mencapai 317 kilogram. Anehnya, batu-batu ini, termasuk batu terbesar, memiliki jejak panjang di belakangnya, seperti jejak yang terbentuk ketika anak kecil menggeser ranting di atas pasir basah.

Sebagian dari jejak itu pendek, tapi jejak lain dapat terentang hingga dua kali panjang lapangan football. Jejak lain membentuk berlekuk-lekuk, menandakan perubahan arah dengan cepat. Yang membuat batu-batu itu lebih misterius, beberapa jejak kehilangan batunya. Ini menjadi salah satu rahasia di Lembah Kematian dan mendorong banyak ilmuwan menyelidikinya.

Playa itu terkadang digenangi banjir pada musim dingin dari air hujan atau salju yang mencair. Danau kering yang berada pada ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut itu dikelilingi oleh pegunungan. Pada malam hari, temperaturnya bisa turun hingga di bawah titik beku, melapisi danau temporer itu dengan es tipis atau membekukannya hingga solid.

Untuk mencapai Racetrack Playa, para peneliti dan pengunjung harus melalui jalan terjal berbatu sejauh 45 kilometer. Jarak sejauh itu dapat ditempuh dengan berkendara selama tiga jam dari kota terdekat.

Kendati terletak di tempat yang terpencil, hal itu tak menyurutkan minat siapa pun yang terobsesi memecahkan misteri batu berjalan tersebut. Eksperimen pertama untuk mengungkap teka-teki geologis itu dimulai pada 1940-an dan tak pernah berhenti sejak saat itu.

“Amat menyenangkan bila terlibat dalam upaya untuk mengeluarkan teka-teki ini dari misteri publik,” kata Richard Norris, ahli oseanografi di Scripps Institution of Oceanography di La Jolla, California, yang memimpin riset ini bersama sepupunya, James Norris, perekayasa di Interwoof, Santa Barbara, California.

Rahasia Sejak 1940 di Lembah Kematian   
Batu bergeser di Death Valley, San Diego, Amerika Serikat. Dailymail.co.uk



Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2014/09/02/095603978/Rahasia-Sejak-1940-di-Lembah-Kematian

Misteri Batu Berjalan di Lembah Kematian (Dead Valley) Terkuak


TEMPO.CO, Jakarta - Misteri yang menggantung sejak 1940 itu mulai terpecahkan. Bukan jin, angin puting beliung atau angin dengan kecepatan sekuat hurikan yang menggerakkan ratusan batu di atas permukaan danau kering atau playa di Death Valley, California, Amerika Serikat.

Ternyata, bergesernya batu-batu yang beberapa di antaranya berbobot hingga 320 kilogram sejauh ratusan meter itu terjadi karena kombinasi dari dorongan angin lemah sekitar 3-5 meter per detik dan lapisan es yang tebalnya tak lebih dari 3-5 milimeter yang terbentuk pada malam hari.

Tim ilmuwan yang dipimpin ahli paleobiologi Richard Norris dari Scripps Institution of Oceanography, University of California di San Diego, yang menguak rahasia selama setengah abad itu. Mereka mempublikasikan risetnya dalam jurnal PLOS ONE pada 27 Agustus 2014. (Baca: Rahasia Sejak 1940 di Lembah Kematian)

Eksperimen dilakukan pada musim dingin 2011 setelah memperoleh izin dari pengelola taman nasional. Ralph Lorenz, salah seorang penulis makalah dari Applied Physics Laboratory di Johns Hopkins University, menduga riset mereka akan menjadi eksperimen yang paling membosankan karena mereka harus menunggu sesuatu yang tak pasti.

Namun, dua tahun berikutnya, pada Desember 2013, Norris dan sepupunya, Jim Norris, yang juga terlibat dalam penelitian tersebut, tiba di Death Valley dan menemukan bahwa playa itu digenangi air sedalam 7 sentimeter. Tak lama kemudian, batu-batu mulai bergerak.

“Sains terkadang memiliki unsur keberuntungan,” kata Richard Norris. “Kami menduga harus menunggu lima hingga sepuluh tahun tanpa ada batu yang bergerak, tapi baru dua tahun proyek ini berjalan, kami kebetulan ada di sana pada saat yang tepat untuk melihat langsung peristiwa itu.”

Pengamatan mereka memperlihatkan bahwa pergerakan batu itu memerlukan sebuah kombinasi atas sejumlah peristiwa langka. Pertama, playa harus terisi air, yang kedalamannya cukup untuk membentuk es mengapung pada malam hari di musim dingin tapi juga cukup dangkal sehingga batu tetap berada di atas permukaan air.

Ketika temperatur turun drastis pada malam hari, kolam membeku dan membentuk lapisan es setipis kaca. Es itu harus cukup tipis agar baru bisa bergerak lancar, tapi juga harus cukup tebal agar tak mudah pecah.

Pada siang hari yang terik, es mulai mencair dan pecah menjadi panel-panel es besar. Angin yang berembus di playa akan mendorong batu di depannya dan meninggalkan jejak di lumpur lunak di bawah permukaan.

“Pada 21 Desember 2013, es pecah pada tengah hari, bunyi es retak dan patah datang dari seluruh permukaan kolam yang beku,” kata Richard Norris. “Saya berkata pada Jim, ‘Ini saatnya!’” Teriakan ini mengakhiri berbagai spekulasi selama lebih dari setengah abad soal batu berjalan atau bergerak di Lembah Kematian.

Misteri Batu Berjalan di Lembah Kematian Terkuak   
Batu bergeser di Death Valley, San Diego, Amerika Serikat. Dailymail.co.uk


Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2014/09/03/095604089/Misteri-Batu-Berjalan-di-Lembah-Kematian-Terkuak?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter

Bangun dari Koma selama lebih dari sepekan, Pemuda Australia Lancar Berbahasa Mandarin


MELBOURNE, KOMPAS.com — Dua tahun lalu, Ben McMahon, seorang pemuda Australia, terbangun dari koma selama lebih dari sepekan setelah mengalami kecelakaan lalu lintas yang nyaris menghilangkan nyawanya.

Namun, saat terbangun dari komanya, pemuda berusia 22 tahun itu langsung lancar berbahasa Mandarin dan sempat melupakan bahasa Inggris selama beberapa hari.

Ben mengingat saat terbangun dari koma, dia melihat seorang perawat di sisi tempat tidurnya dan langsung berkata sesuatu kepada perawat itu. "Maaf suster, saya merasa sakit di sini," kata Ben dalam bahasa Mandarin yang fasih.

Ben kemudian meminta selembar kertas dan pulpen. Dia kemudian menuliskan betapa dia mencintai ayah dan ibunya serta akan berusaha untuk pulih. Semua tulisannya itu dalam bahasa Mandarin.

Kemampuan Ben berbahasa Mandarin sesaat setelah bangun dari koma membingungkan para dokter dan kedua orangtuanya. Dokter memberi tahu sang ayah, Mark, dan ibunya bahwa butuh keajaiban agar Ben bisa pulih seperti sedia kala.

"Kami mendapat telepon dari rumah sakit dan mereka mengatakan Ben sudah bangun dari koma, tetapi dia berbicara dalam bahasa Mandarin," kata Mark kepada stasiun televisi Channel 10.

"Tak satu pun dari kami bisa berbahasa Mandarin. Jadi kami hanya menerima pemberitahuan itu, tetapi khawatir akan hal-hal selanjutnya," tambah Mark.

Meski di sekolah Ben mengambil pelajaran bahasa Mandarin, Ben tidak pernah lancah menggunakan bahasa tersebut. "Saya tak pernah terpikir bisa berbahasa Mandarin. Semua meluncur begitu saja dari mulut saya, nyaris alami bagi saya," kata Ben.

Bahkan setelah bisa berbahasa Mandarin, Ben malah membutuhkan beberapa hari untuk mengembalikan kemampuannya berbahasa Inggris.

Namun, seperti yang banyak dikatakan orang, di balik musibah pasti ada hikmahnya. Dengan kemampuan bahasa Mandarinnya, Ben membuka peluang bagi dirinya menjadi pemandu wisatawan China yang berkunjung ke Australia.

Dia juga menjadi pembawa sebuah acara televisi berbahasa Mandarin. Bahkan, pemuda asal Melbourne itu kini pindah ke Shanghai untuk menimba ilmu di sebuah universitas di kota bisnis China tersebut.

Ben merasa sangat beruntung bisa selamat dari kecelakaan lalu lintas yang menimpanya dan kemudian bisa menguasai bahasa Mandarin tanpa harus bersusah payah belajar.

Hal yang terjadi pada Ben pernah juga menimpa orang lain. Pada 2010, seorang remaja perempuan asal Kroasia berusia 13 tahun terbangun dari koma dan langsung fasih berbahasa Jerman.

Pada Juli 2013, seorang veteran Angkatan Laut AS ditemukan pingsan di sebuah kamar motel. Setelah sadar, dia tak ingat siapa dirinya dan mulai berbicara dalam bahasa Swedia.


 
Ben McMahon (22) mengalami kecelakaan lalu lintas dan sempat koma selama lebih dari satu pekan. Saat sadar dia langsung lancar berbahasa Mandarin.


Sumber : http://internasional.kompas.com/read/2014/09/03/20553951/Bangun.dari.Koma.Pemuda.Australia.Lancar.Berbahasa.Mandarin?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Ktswp