This blog is my library, mostly from other people's articles and only few are mine. I will re-read when I have time or whenever I want to
Tuesday, June 17, 2014
Thousand-hand Bodhisattva shines again in China
Thousand-hand Bodhisattva shines again in China
The photo taken on May 16, 2014 shows Qianshou Guanyin (Thousand-hand Bodhisattva) statue on Baoding Mountain in Dazu District, Chongqing municipality, has been gilded, and looks far different from what it looked like in the photo taken on Oct 1, 2011. The sculpture, carved in the cave with 7.7 meters high and 12.5 meters wide, could date back to Southern Song Dynasty (1127 to 1279). Over the centuries, the sculpture's color has faded, parts of the gold foil covering have peeled off, and cracks have appeared. And thus, a restoration project for the Buddhist statue has been launched since April 18, 2011 and is expected to be completed in 2015.
~~~~~~~~~~~~~
Bodhisattva Seribu tangan bersinar lagi di China
Foto yang diambil pada 16 Mei 2014 menunjukkan rupang Qianshou Guanyin (Thousand-hand Bodhisattva) di Gunung Baoding di Dazu District, kota Chongqing, telah berlapis emas, dan terlihat jauh berbeda dari apa yang tampak seperti dalam foto yang diambil pada 1 Oktober 2011. Rupang diukir dalam goa dengan tinggi 7,7 meter dan lebar 12,5 meter, kembali ke Dinasti Song Selatan (1127-1279). Selama berabad-abad, warna rupang telah pudar, bagian dari foil emas telah terkelupas, retak telah muncul. Dan dengan demikian, proyek restorasi rupang Buddha telah diluncurkan sejak 18 April 2011 dan diharapkan akan selesai pada tahun 2015.
All statues around there got repair and looked shine again.
Semua rupang di sekitarnya mendapat perbaikan dan bersinar kembali.
Statues on Baoding Mountain in Dazu District, Chongqing municipality, has been gilded, and looks far different.
Rupang di Gunung Baoding di Dazu District, kota Chongqing, telah disepuh, dan terlihat jauh berbeda.
Source : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=883964688287610&set=a.548060611878021.142551.100000222627055&type=1
Aku di sini
Masih terus mencoba
masih terus berusaha
Masih terus belajar
Maka
Jika aku kembali jatuh
Janganlah kau tertawakan
Karena terlalu mudah
Untuk terjatuh
padamu..
Sumber : Tania Limanto
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=490871791032370&set=a.232470546872497.49509.100003286597577&type=3&src=https%3A%2F%2Fscontent-b-sin.xx.fbcdn.net%2Fhphotos-xpf1%2Ft1.0-9%2F1452107_490871791032370_1873612700_n.jpg&size=427%2C640
Inilah keegoisanku dalam mencintaimu.
Aku ingin menjadi kehangatan bagi pagi harimu..
yg kan membuatmu tersenyum dan menjalani kesibukan harimu dalam semangat kasih...
Maka setiap pagi kuberdoa, agar sang surya memelukmu dalam keajaibannya.
Aku ingin menjadi kesejukan bagimu..
yg kan membuatmu selalu merasa baru dan bersemangat menjalani segala aktivitasmu..
Maka kucuri embun pagi..sebanyak yg bisa kugenggam dalam hatiku..
Dan kirimkan sejuknya padamu..menyelinap dibalik udara yang kau hirup..
Aku ingin menjadi cahaya kasih bagimu..
yg selalu kau rindukan..
namun kerinduan itu hanya akan membuatmu terjaga dalam senyuman..
dan bukan dalam perih akan kenangan pertemuan..
Maka..segala perih yg dihadirkan padamu...terlebih dahulu kupeluk dan kucumbu..agar hanya cahaya kasih yg adalah kedamaian yg kau rasakan dalam hidupmu..saat kau mengingatku..
Ah..aku. Masih saja tentang inginku.
Keegoisanku, dalam mencintaimu.
Poem By Monika Indri P
Sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=356054924514058&set=a.232470546872497.49509.100003286597577&type=3&src=https%3A%2F%2Ffbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net%2Fhphotos-ak-xaf1%2Ft1.0-9%2F486577_356054924514058_2127616655_n.jpg&size=600%2C426
MOMENTS IN LIFE
There are moments in life when you miss someone
so much that you just want to pick them from
your dreams and hug them for real!
When the door of happiness closes, another opens;
But often times we look so long at the
Closed door that we don't see the one,
Which has been opened for us
Don't go for looks; they can deceive.
Don't go for wealth; even that fades away.
Go for someone who makes you smile,
Because it takes only a smile to
Make a dark day seem bright.
Find the one that makes your heart smile.
Dream what you want to dream;
Go where you want to go;
Be what you want to be,
Because you have only one life
And one chance to do all the things
You want to do.
May you have enough happiness to make you sweet
Enough trials to make you strong,
Enough sorrow to keep you human and
Enough hope to make you happy.
The happiest of people don't necessarily
Have the best of everything;
They just make the most of
Everything that comes along their way.
The brightest future will always
Be based on a forgotten past;
You can't go forward in life until
You let go of your past failures and heartaches.
When you were born, you were crying
And everyone around you was smiling.
Live your life so at the end,
You're the one who is smiling and everyone
Around you is crying.
Please send this message to those people
Who mean something to you (I JUST DID);
To those who have touched your life in one way or another;
To those who make you smile when you really need it;
Seribu Sisi Angkor Wat, Kamboja
Angkor di Kamboja adalah situs arkeologi paling penting
di Asia Tenggara, menurut situs resmi UNESCO. Bangunan yang paling
dikenal dalam kompleks ini adalah Angkor Wat. Namun ternyata, kompleks
yang maha luas itu memiliki berbagai candi yang buat saya malah lebih
mengesankan dari sekadar Angkor Wat.
“You want small circle or big circle?” tanya Jay Lim, si supir tuk tuk dengan bahasa Inggris yang agak susah dipahami. Saya sampai harus memiring-miringkan kepala supaya bisa mendengar dengan benar. “Big circle needs two days.” Jaaah, wong saya di Siem Reap juga cuma dua hari, masak hanya keliling Angkor saja. Lagian sebesar apa sih kompleksnya kalau putaran kecil saja butuh sehari penuh?
Akhirnya saya pilih yang tur sehari saja, ongkosnya 20 dolar Amerika khusus untuk tuk tuknya, sementara tiket masuk kompleks juga 20 dolar per orang. Itu saja sudah mahal, bayangkan kalau dua hari, bisa tekor langsung.
Walau katanya sedang musim sepi, ternyata antrean wisatawan di loket tiket banyak juga. Lucunya, selain harus membayar, wisatawan juga akan difoto satu per satu. Persis seperti di imigrasi, walau mereka tidak melihat paspor kita. Mungkin sebagai tindakan preventif kalau-kalau ada yang melakukan vandalisme.
Kompleks Angkor ini tidak jauh dari pusat kota Siem Reap, hanya sekitar 6 km. Kebanyakan wisatawan berkunjung dengan menyewa tuk tuk seperti saya, namun ada juga yang menyewa mobil atau sepeda.
Begitu masuk gerbang saya langsung senang melihat hutan lebat yang mengelilingi kompleks. Bukan model taman-taman cantik yang ditanam seperti di candi-candi Indonesia, melainkan pohon-pohon besar yang banyak dan rimbun, dibiarkan tumbuh secara alami. Sepanjang jalan pun bersih, sangat jarang sampah plastik. Mungkin karena kompleks ini memang sengaja disterilkan dari pemukiman penduduk, jadi jarang ada tangan-tangan jahil yang buang sampah sembarangan.
Jay Lim menyarankan agar saya ke Angkor Thom lebih dulu, “Because the sun not too high,” katanya. Dia bilang bahwa Angkor Thom sangat besar jadi butuh waktu lama untuk berkeliling, lebih baik didatangi pagi hari.
“You want small circle or big circle?” tanya Jay Lim, si supir tuk tuk dengan bahasa Inggris yang agak susah dipahami. Saya sampai harus memiring-miringkan kepala supaya bisa mendengar dengan benar. “Big circle needs two days.” Jaaah, wong saya di Siem Reap juga cuma dua hari, masak hanya keliling Angkor saja. Lagian sebesar apa sih kompleksnya kalau putaran kecil saja butuh sehari penuh?
Akhirnya saya pilih yang tur sehari saja, ongkosnya 20 dolar Amerika khusus untuk tuk tuknya, sementara tiket masuk kompleks juga 20 dolar per orang. Itu saja sudah mahal, bayangkan kalau dua hari, bisa tekor langsung.
Walau katanya sedang musim sepi, ternyata antrean wisatawan di loket tiket banyak juga. Lucunya, selain harus membayar, wisatawan juga akan difoto satu per satu. Persis seperti di imigrasi, walau mereka tidak melihat paspor kita. Mungkin sebagai tindakan preventif kalau-kalau ada yang melakukan vandalisme.
Kompleks Angkor ini tidak jauh dari pusat kota Siem Reap, hanya sekitar 6 km. Kebanyakan wisatawan berkunjung dengan menyewa tuk tuk seperti saya, namun ada juga yang menyewa mobil atau sepeda.
Begitu masuk gerbang saya langsung senang melihat hutan lebat yang mengelilingi kompleks. Bukan model taman-taman cantik yang ditanam seperti di candi-candi Indonesia, melainkan pohon-pohon besar yang banyak dan rimbun, dibiarkan tumbuh secara alami. Sepanjang jalan pun bersih, sangat jarang sampah plastik. Mungkin karena kompleks ini memang sengaja disterilkan dari pemukiman penduduk, jadi jarang ada tangan-tangan jahil yang buang sampah sembarangan.
Jay Lim menyarankan agar saya ke Angkor Thom lebih dulu, “Because the sun not too high,” katanya. Dia bilang bahwa Angkor Thom sangat besar jadi butuh waktu lama untuk berkeliling, lebih baik didatangi pagi hari.
Patung-patung menuju ke gerbang Angkor Thom. (Olenka Priyadarsani)
Jadi tuk tuk meluncur melewati kompleks Angkor Wat, langsung menuju ke Angkor Thom. Di luar gerbang selatan terjadi kemacetan. Bagaimana tidak? Tuk tuk, mobil, sepeda, semuanya antre masuk ke gerbang yang sempit. Saya sih tidak keberatan menunggu sebentar, terlebih gerbang masuk menuju Angkor Thom ini luar biasa. Di kanan kiri terdapat patung-patung dewa penjaga dan dewa iblis. Jumlahnya 54 patung pada masing-masing sisi, banyak yang sudah tidak berkepala sehingga dibuatkan kepala baru. Gerbangnya sendiri juga asli dari abad 12, terdapat wajah dewa di bagian atasnya.
Luas kompleks Angkor Thom adalah 9 km persegi, bayangkan kalau harus memutari semuanya! Wisatawan umumnya mengunjungi kompleks-kompleks candi besar. Yang pertama saya datangi adalah Candi Bayon.
Reruntuhan di Kuil Bayon. (Olenka Priyadarsani)
“I’ll be waiting in front of Terrace of the Leper King, under the trees,” kata Jay Lim, menunjuk ke arah kanan, sambil mengangsurkan secarik kartu nama. Ya, sudah umum pengemudi tuk tuk di sini memiliki kartu nama. Katanya, kalau saya tidak bisa menemukannya dan tidak punya nomor lokal Kamboja, bisa minta tolong supir tuk tuk yang lain untuk menelponkan Jay Lim. Itu sudah umum dilakukan di Siem Reap.
Saya suka Candi Bayon ini karena arsitekturnya memang “sangat Kamboja”. Kompleksnya tidak berdinding sehingga mudah mengambil foto dari sudut manapun. Banyak puing-puing masih berserakan, bagi saya justru memberi kesan cantik dan misterius.
Dari Bayon saya berjalan mengikuti orang menuju ke Baphuon. Yang paling menakjubkan di candi ini adalah jembatannya yang panjang dan cantik. Kalau candinya sendiri menurut saya mirip dengan candi-candi di Indonesia. Di pintu masuk candi ada larangan bagi ibu hamil dan anak di bawah 12 tahun. Kenapa ya, pikir saya. Ternyata tangganya sangat terjal dan sempit, memang cukup berbahaya bagi anak-anak dan mereka yang kurang sehat.
Saya sudah ngos-ngosan saja berjalannya. Matahari sangat terik dan lembap karena lokasi yang berada di tengah hutan. Bolak-balik saya menenggak air mineral. Keringat sudah dari tadi mengucur di seluruh tubuh. Namun, Angkor Thom bukan cuma itu, masih ada Terrace of the Elephants. Sesuai dengan namanya, di sini terdapat patung-patung gajah. Lalu ada pula Terrace of the Leper King, katanya dinamai demikian karena dulu rajanya mengidap penyakit lepra.
Terrace of the Elephants dengan berbagai patung gajah. (Olenka Priyadarsani)
Lega rasanya sampai di tuk tuk dan bisa mengistirahatkan kaki. Tak terasa, waktu sudah tengah hari padahal kami berangkat sejak pukul 08.00. “Lunch now or Ta Phrom?” Jay Lim kembali bertanya. Yeah, Ta Phrom tempat syutingnya Tomb Raider yang dibintangi Angelina Jolie! Akhirnya kami ke Ta Phrom dulu karena perut juga tidak terlalu lapar akibat kebanyakan minum.
Di Ta Phrom, reruntuhan kuil sudah seperti menyatu dengan hutan. (Olenka Priyadarsani)
Bagi saya, Ta Phrom jelas kompleks favorit. Dulunya, kompleks ini adalah biara dan perguruan tinggi. Ini adalah satu-satunya yang memang dibiarkan tanpa pemugaran. Pihak berwenang hanya membuat tiang-tiang pengaman, jalan setapak, dan pagar-pagar untuk memastikan keselamatan pengunjung. Yang lainnya tetap dalam kondisi sediakala seperti ketika pertama kali ditemukan.
Karena itu, Ta Phrom hanya terdiri dari puing-puing candi yang telah runtuh. Yang paling mengesankan adalah akar, dahan, pohon besar yang seolah-olah tumbuh keluar dari puing-puing. Saya pernah membaca alasan tidak melakukan rehabilitasi adalah karena kompleks ini sudah sangat menyatu dengan hutan dan alam. Dikelilingi hutan lebat membuat Ta Phrom terasa mistis dan misterius.
Ada beberapa candi lain yang kami kunjungi selepas makan siang. Beberapa sedang dipugar dengan bantuan dari negara lain.
Siang telah berganti sore ketika akhirnya tuk tuk saya tiba di depan kompleks Angkor Wat. Matahari masih sangat terik sehingga saya cepat-cepat berjalan menuju ke bangunan utama sehingga dapat berteduh. Beberapa biksu muda tampak dari kejauhan.
Seorang biksu muda di berpose di depan Angkor Wat. (Olenka Priyadarsani)
Sebenarnya Angkor Wat dibangun pada abad 12 sebagai tempat menyembah Dewa Wisnu, dewa dalam agama Hindu. Namun dalam perkembangannya, pada akhir abad 13, agama Buddha menggantikan Hindu di Angkor. Sejak saat itu hingga sekarang Angkor Wat digunakan sebagai tempat ibadah agama Buddha.
Ternyata kompleks Angkor ini benar-benar besar, pantas saja butuh sehari penuh hanya untuk putaran kecil – yang katanya mencapai 21 km! Jay Lim bertanya, apa masih mau menunggu matahari tenggelam? Saya menggeleng. Kepala sudah berdenyut karena lelah dan kepanasan. Bawa saya pulang. Biar capek, saya sangat puas!
Baca juga blog perjalanan Olenka di backpackology.me.
Subscribe to:
Posts (Atom)