This blog is my library, mostly from other people's articles and only few are mine. I will re-read when I have time or whenever I want to
Wednesday, October 12, 2011
MEMBANGGAKAN ANAK
Empat orang ibu yang usianya menjelang uzur sedang mengobrol tentang anak laki-laki mereka masing-masing.
“Saya bangga lho pada anak saya,” cerita ibu pertama. “Dia jadi pejabat, dan setiap kali memberi perintah kepada anak buahnya mereka selalu menyahut dengan sopan, ‘Ya, pak.’
Ibu kedua tak mau kalah. “Anak saya jadi pastor di sebuah katedral, dan kalau dia mengatakan sesuatu parokinya akan menjawab dengan ‘Ya, Romo’ (Bapa).
“Anak saya sudah lama jadi warganegara Amerika dan sekarang bekerja sebagai hakim,” tutur ibu ketiga. “Di sana kalau dia bertanya orang harus menjawab disertai ucapan, ‘Ya, Yang Mulia.’
Setelah menunggu beberapa lama ibu keempat tidak berbagi cerita tentang anaknya, ketiga ibu yang lain secara hampir berbarengan bertanya, “Ibu tidak mempunyai putra laki-laki ya?”
“Anak bungsu saya laki-laki. Dia itu putus sekolah gara-gara salah pergaulan, dan saya tidak tahu persis apa pekerjaannya,” ujar ibu keempat tanpa gairah. “Tapi anak buahnya juga banyak, pada berambut gondrong dan bertato. Di mana-mana dia muncul, sebelum berbicara apa-apa semua orang akan berkata, ‘Ya Tuhan!’
People think they know you.
They think they know how you're handling a situation.
But the truth is, no one knows.
No one knows what happens after you leave them,
when you're lying in bed or sitting alone and all you want to do is cry or scream.
They don't know what's going on inside your head - the mind-numbing cocktail of anger and sadness and guilt.
This isn't their fault.
They just don't know. And so they pretend and they say you're doing great when you're really not.
And this makes everyone feel better.
Everybody but YOU !!
♥HEART TOUCHING STORY♥
While Dad Was Polishing His New Car,
His 4 Years Old Son Picked Stone & Scratched Lines On The Side Of The Car.
In His Anger, Dad Took The Child's Hand & Hit It Many Times, Not Realizing He Was Using A Wrench.
At The Hospital, His Child Said, "Dad When Will My Fingers Grow Back ?"
Dad Was So Hurt.
He Went Back To Car And Kicked It A Lot Of Times.
Sitting Back He Looked At The Scratches, Child Wrote "I LOVE YOU DAD"
Anger And Love Has No Limits... :-(
Presiden dan penjual kue
Bapak Presiden bertanya pada ibu tua penjual kue,
Bpk : "Sudah berapa lama jualan kue?"
Ibu : "Sudah hampir 30 tahun."
Bpk : "Terus anak Ibu mana, kenapa tidak ada yang bantu?"
Ibu : "Anak saya ada 4, yang ke-1 di KPK, ke-2 di POLDA, ke-3 di Kejaksaan dan yang ke-4 di DPR, jadi mereka sibuk sekali pak..."
Bapak Presiden kemudian menggeleng-gelengkan kepala karena kagum... Lalu, berbicara ke semua hadirin yang menyertai beliau, "Meskipun hanya jualan kue, ibu ini bisa menjadikan anaknya sukses dan jujur tidak korupsi... karena kalau mereka korupsi, pasti kehidupan Ibu ini sudah sejahtera dan tinggal di rumah mewah..."
Bpk : "Apa jabatan anak di POLDA, KPK, KEJAKSAAN dan DPR?"
Ibu : "Sama... jualan kue juga..."
wkwkwkkk
Otak kriminal
Tahun pertama ngantor masih tinggal di kost,
Tahun ke tujuh ngantor, udah pindah tempat kost.
Tahun pertama pergi-pulang nebeng tukang pos,
Di saat krismon pergi-pulang nebeng boss,
Akulah karyawan yang paling setia,
Sedari peletakan batu pertama kantor, aku jadi kulinya,
Sampai kantor punya jaringan komputer, aku jadi net-admin-nya,
Sampai kantor diledakin, aku jadi otaknya... !!
Ha..ha..ha.. !!!
CINTA MENERIMA KEKURANGAN
Dikisahkan, seorang wanita yang tengah bingung memilih calon pendamping hidupnya, tengah bertanya kepada sang nenek.
"Nek, aq bingung mau memilih di antara pria yang melamarku. Andre, Budi, dan Darmawan.
Si Andre tidak kaya, tapi baik, pengertian dan seorang pekerja keras.
Si Budi Cukup kaya, dan baik, tapi kurang mengerti aq..
Si Darmawan sangat kaya, tapi ia selalu Sibuk dan senang foya-foya."
Sang Nenek yang sudah banyak makan "Asam Garam Dunia" (Maksudnya banyak 'pengalaman hidup') menasehati cucunya.
"Coba Tulis masing-masing kekurangan mereka di atas kertas ini dan kemudian bacalah."
Si Wanita bingung namun menuruti permintaan sang nenek. Setelah selesai ditulis, si wanita membaca ulang semua tulisannya. Lalu kemudian sang nenek berkata, "Kelemahan yang manakah yang bisa kamu terima? Itulah calon pendamping terbaik untuk hidupmu."
Akhir cerita, sang Wanita memilih kekurangan yang ia bisa terima dan menemukan pasangan hidupnya.
Moral :
Dalam kehidupan, sering sekali kita memilih dan membandingkan antar manusia... Terutama dalam memilih pasangan hidup yang ideal. Namun akhirnya lupa untuk melihat sisi lemah dari setiap manusia. Setelah menikah, sisi lemah ini akhirnya tak dapat diterima, akibatnya selalu bertengkar, berdebat, rumah tangga tidak harmonis kemudian bercerai…
Sungguh disayangkan jika berakhir dengan pilu kesedihan…
Oleh karena itu, bukalah mata dan telinga. Terimalah kekurangan pasangan anda. Jika tidak bisa maka segera lepaskan…
Karena jika berbicara Kelebihan dapat diterima siapapun, berbeda dengan kekurangan…
Nasehat untuk Pria :
Pilihlah wanita jangan hanya berdasarkan paras. Wanita Cantik Sungguh Banyak, namun Wanita Baik Sungguh Langka.
Nasehat untuk Wanita :
Pilihlah pria jangan karena kekayaan. Memang semua hal Butuh uang. Tapi Uang tidak menjamin kebahagiaan berumah tangga. Yang terpenting si Pria Jujur dan Pekerja Keras. Yakin-yakinlah ia bisa sukses…
Pendeta dikejar harimau
Seorang pendeta dikejar harimau sampai di tepi jurang. Akhirnya ia pasrah kepada Tuhan lalu memejamkan mata sambil berdoa. Setelah 10 menit, dia heran kok ga dimakan-makan ? Ia buka matanya dan ternyata si harimau ada di sebelahnya sedang berdoa. Pak pendeta itu sangat senang dan menyapa harimau, "rupanya kamu ikut berdoa sama saya". Harimaupun menjawab, "iya dong, kan berdoa dulu sebelum makan."
ђåª•Ñ’媕ђ媕ђ媕ђ媕ђåª
Pemilihan Ratu Waria
Di sebuah event pemilihan Ratu Waria, para pesertanya diwajibkan menyanyikan sebuah lagu bebas. Pada saat penyeleksian tsb, muncullah di atas panggung seorang waria dengan gayanya yang khas.. Namanya Mariana Sepet Sekali. Mariana menyanyikan lagu bebas dengan judul "Naik Delman"
"Pada hari Megong, akika turut Daddy ke kota, nekong delmonce istimewa akika duduk di depan, akika duduk disamping om Kyusir yang legong bejenjong, nyetir ntu kuda supaya cucok jalannya..."
"Pluk...ti.. .plak..ti. ..pluk... ti.....plak. ... ti.. .pluk....... ti...plak. ..ti..... pluuuuk.. .!
"Pluk...ti.. .plak..ti. ..pluk... ti.....plak. ... ti.. .pluk....... ti...plak. ..ti..... pluuuuuk. . !
"Pluk...ti.. .plak..ti. ..pluk... ti.....plak. ... ti.. .pluk....... ti...plak. ..ti..... pluuuuk.. .!
"Pluk...ti.. .plak..ti. ..pluk... ti.....plak. ... ti.. .pluk....... ti...plak. ..ti..... pluuuuk.. .!
"Pluk...ti.. .plak..ti. ..pluk... ti.....plak. ... ti.. .pluk....... ti...plak. ..ti..... pluuuuuk. . !
"Pluk...ti.. .plak..ti. ..pluk... ti.....plak. ... ti.. .pluk....... ti...plak. ..ti..... pluuuuk.. .!
"Pluk...ti.. .plak..ti. ..pluk... ti.....plak. ... ti.. .pluk....... ti...plak. ..ti..... pluuuuk.. .!
"Pluk...ti.. .plak..ti. ..pluk... ti.....plak....
"Stooooooop ! Kapan selesainya ?", tanya si juri kesal... >:O
"Iiiiichh sabar dwongg yey ! kan kotanya jauh boooo !" X_X =))
HнUà äáнHà åẰ˚˚˚°Âº
Pastor yang sedang berlibur
Dua orang PASTOR pergi berlibur ke Hawaii dan memutuskan selama liburan mereka tidak akan mengenakan pakaian yang dapat mengidentifikasikan mereka sebagai PASTOR.
Begitu pesawat mendarat, mereka langsung belanja celana pendek, kaus, sendal, dan kaca mata hitam.
Keesokan harinya mereka pergi ke pantai dengan dandanan turis dan bersantai di kursi pantai, menikmati minuman, sinar matahari, dan pemandangan.
Tak berapa lama, seorang gadis pirang yang benar-benar aduhai dalam bikini super mini dan berkacamata hitam datang menghampiri. Mereka tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menatap.
Ketika gadis itu lewat, ia tersenyum dan berkata, “Selamat pagi, PASTOR. Selamat pagi, PASTOR.” Kemudian ia pergi.
Mereka berdua terbengong-bengong. Bagaimana bisa ia mengetahui kalau mereka PASTOR ?
Keesokan harinya mereka belanja lagi barang-barang yang menunjukkan mereka turis dan kembali ke kursi pantai mereka dan bersantai.
Setelah beberapa saat, si pirang yang sama, memakai bikini ketat kali ini, datang menghampiri mereka lagi.
Dan ia menyapa,” Selamat pagi, PASTOR. Selamat pagi, PASTOR.”
Ia tersenyum dan mulai melangkah menjauh.
Salah satu PASTOR sangat penasaran dan berkata, “Tunggu sebentar, nona muda. Ya, kami memang PASTOR, dan kami sangat bangga. Tapi aku harus tahu, bagaimana kamu bisa tahu ?”
“Oh, PASTOR, tidakkah Anda mengenali ku ? Aku ini Suster ANGELA !
Æ—Æ—É‘Æ—Æ—É‘Æ—Æ—É‘...=D:D=))
Ada Akong2 berusia 80 th meninggal dunia. Sampe di akhirat si Akong ketemu malaikat n disuruh memilih, ke neraka atau ke sorga.
Lalu si Akong bilang ke Malaikat, "Hei Malaikat, owe ga peduli mau ke neraka atau ke sorga, tapi owe mau tanya ya... mana yg org lebih banyak lewat?".
Si Malaikat dgn bingung menjawab, "Yg org lewat lebih banyak ya yg ke neraka... emangnya Akong mau ngapain nanya?
Si Akong pun menjawab, "Itu yg lebih penting buat owe, krn owe mau buka toko di situ, tau...!!
"Wakakakakakaaaaaak..... =D
Bahaya minumn alkohol
Di sebuah kelas 4 SD, seorang ibu guru sedang memberi pelajaran ttg betapa betapa berbahayanya minuman beralkohol itu. Untuk membuktikannya, di depan kelas ibu guru memasukkan beberapa ekor cacing kedalam sebuah botol, kemudian menuangkan segelas wiski ke dalamnya.
Seketika itu juga cacing2 didlm botol itu menggelepar-gelepar, lalu mati semua.
"Nah, anak2, dari apa yang barusan ibu lakukan ini, membuktikan apa, anak2?".
Maka anak2 itu menjawab dengan serentak: "Supaya jangan cacingan, kita harus rajin2 minum wiski, Bu Gurruuu!"
JANGAN BENCI AKU, MAMA
Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan budak atau pelayan. Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga.
Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah. Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya.
Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang.
Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun telah berlalu sejak kejadian itu. Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan.
Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya. Sampai suatu malam. Malam di mana saya bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arah saya. Sambil tersenyum ia berkata, “Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada Mommy!” Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya, “Tunggu…, sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?”
“Nama saya Elic, Tante.”
“Eric? Eric… Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric?”
Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu. Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus mati…, mati…, mati… Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric…
Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping.
“Mary, apa yang sebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu.” Tapi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak. ..
Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric… Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu.
Dengan perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali… Tidak terlihat sesuatu apa pun! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu. Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. .. Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, saya pun keluar dari ruangan itu… Air mata saya mengalir dengan deras. Saat itu saya hanya diam saja. Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.
“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”
Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”
Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”
Saya pun membaca tulisan di kertas itu…
“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…” Saya menjerit histeris membaca surat itu.
“Bu, tolong katakan… katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”
Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.
“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk kedalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada didalam sana … Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana. Nyonya, dosa anda tidak terampuni!”
Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.
~kisah nyata di irlandia utara~
Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah. Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya.
Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang.
Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun telah berlalu sejak kejadian itu. Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan.
Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya. Sampai suatu malam. Malam di mana saya bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arah saya. Sambil tersenyum ia berkata, “Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada Mommy!” Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya, “Tunggu…, sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?”
“Nama saya Elic, Tante.”
“Eric? Eric… Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric?”
Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu. Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus mati…, mati…, mati… Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric…
Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping.
“Mary, apa yang sebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu.” Tapi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak. ..
Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric… Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu.
Dengan perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali… Tidak terlihat sesuatu apa pun! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu. Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. .. Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, saya pun keluar dari ruangan itu… Air mata saya mengalir dengan deras. Saat itu saya hanya diam saja. Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.
“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”
Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”
Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”
Saya pun membaca tulisan di kertas itu…
“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…” Saya menjerit histeris membaca surat itu.
“Bu, tolong katakan… katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”
Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.
“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk kedalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada didalam sana … Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana. Nyonya, dosa anda tidak terampuni!”
Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.
~kisah nyata di irlandia utara~
Subscribe to:
Posts (Atom)