Friday, November 14, 2014


Ini servis mesin ketik, profesi yang mulai langka hari ini. Ketika 'Pak Serpis' dengan serius dan tekun bekerja, saya sempat trenyuh juga. Berapalah pengguna jasa servis mesin ketik hari gini? Kemudian ketika saya mendekati 'Pak Serpis' dan mengambil fotonya, Beliau tampak malu sekaligus senang dan mulai berkisah: sebenernya saya tadi malu menawarkan jasa ke sini, kan sekarang semua pake komputer.

Saya membesarkan hatinya : kantor-kantor tetap perlu mesin ketik, paling tidak untuk mengisi form pajak.
Pak serpis tersenyum haru: jaman sekarang memang sepi, Mbak. Nggak kayak dulu. Alhamdulillah rejeki selalu ada. Gusti Allah Maha Adil...

Saya jadi malu sekali dengan ketawakalannya. Saya tadi sedih memikirkan profesinya yang kian tergerus zaman, sembari membayangkan usaha-usaha kecil yang sekarang gulung tikar. Wartel, kursus mengetik, jasa pager/penyeranta, dan banyak lain...dan ternyata Beliau begitu percaya bahwa rejeki itu sudah ada yang mengatur. Tidak ngoyo.

Saya sendiri jadi malu juga. Sebagai PNS, pekerjaan yang konon sering membuat iri karena jaminan pensiun di masa depan, sepertinya saya kurang bersyukur. Mestinya saya mensukuri 'masa depan' finansial saya dengan menjadi pribadi yang terus memperdalam skills dan melatih diri. Bukan sekedar tersenyum sombong dan puas diri seperti selama ini.

Di luar sana orang mengais rejeki dengan penuh perjuangan, bahkan bertarung hidup mati! Sementara saya suka berat hati cuma karena disuruh apel pagi..

 

 



Sumber : Vika Klaretha Dyahsasanti
 https://www.facebook.com/vikaklarethad/posts/728641773872196