Friday, October 7, 2011

NASIB BURUK ATAU NASIB BAIK SIAPA YANG TAHU

Ada cerita dari Tiongkok ttg seorg petani tua, dia punya seekor kuda tua yg dipakai utk mengerjakan ladangnya. Pada suatu hari kuda itu lari, menghilang di pegunungan & ketika semua tetangga petani itu menyatakan perasaan iba & kasih sayangnya thd petani tua yg bernasib malang itu, si petani menjawab dgn rendah hati & bijak " nasib buruk ? & nasib baik " siapa yg tahu ?

Seminggu kemudian si kuda tua itu kembali & malahan membawa kuda liar dari pegunungan & kali ini para tetangga mengucapkan selamat kpd petani krn nasib untungnya.
Kembali petani tua menjawab " nasib baik & nasib buruk siapa yg tahu "?
             
Kemudian ketika anak lelaki petani mencoba menjinakkan satu dari kuda liar itu, ia terjatuh dari punggung kuda & patah kakinya. Semua tetangga merasa kali ini si petani tua itu bernasib malang. Tetapi tdk demikian si petani .
Tanggapannya hanya " nasib buruk & nasib baik ,siapa yg tahu "?       

Beberapa minggu sesudah itu bny tentara masuk desa tsb, mereka mendaftari semua org muda yg sehat badannya yg di temukan disana utk menjalani wajib militer , ketika melihat anak petani yg patah kaki itu, maka ia di lepaskan.
Apakah itu nasib baik ? Atau nasib buruk ? Siapa yg tahu ?   


Pesan Moral :
Setiap hal yg di luar nampaknya buruk, bisa saja jadi sesuatu kebaikan yg terselubung dan setiap hal yg nampaknya baik di luar, bisa saja jd kenyataan yg buruk.
Maka dari itu kita seharusnya kita bisa bertindak bijaksana, Tidak Menggerutu pada sa’at mengalami hal2 yg dianggap Tidak Baik dan Tidak Bergembira secara berlebihan bila mendapati hal2 Baik terjadi dalam hidup kita.
Karena semua Rezeki dan Kemalangan itu bisa saja menimpa siapa saja , mana nasib baik & mana nasib buruk tak ada yang tahu .
Tetapi Tetap bisa bersyukur adalah hal yang terbaik , bahwa segala sesuatu bisa jadi akan menjadi baik bagi mereka yang bisa mensyukuri semua Karunia dan Anugerah.


-o0o-




Alkisah jaman dahulu kala ada seorang petani miskin
yang hidup dengan seorang putera nya. Mereka hanya
memiliki seekor kuda kurus yang sehari-hari membantu
mereka menggarap ladang mereka yang tidak seberapa.
Pada suatu hari, kuda pak tani satu-satu nya tersebut
menghilang, lari begitu saja dari kandang menuju
hutan.

Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu
berkata: "Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku
tidak tahu …"

Keesokan hari nya, ternyata kuda pak Tani kembali ke
kandangnya, dengan membawa 100 kuda liar dari hutan.
Segera ladang pak Tani yang tidak seberapa luas
dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa.
Orang-orang dari kampung berbondong datang dan segera
mengerumuni "koleksi" kuda-kuda yang berharga mahal
tersebut dengan kagum. Pedagang-pedagang kuda segera
menawar kuda-kuda tersebut dengan harga tinggi, untuk
dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang
dalam jumlah banyak, dan hanya menyisakan 1 kuda liar
untuk berkebun membantu kuda tua nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu
berkata: "Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku
tidak tahu …"

Keesokan hari nya, anak pak Tani pun dengan penuh
semangat berusaha menjinakan kuda baru nya. Namun,
ternyata kuda tersebut terlalu kuat, sehingga pemuda
itu jatuh dan patah kaki nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu
berkata: "Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku
tidak tahu …"

Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk
menyembuhkan patah kakinya. Perlu waktu lama hingga
tulangnya yang patah akan baik kembali. Keesokan
harinya, datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu.
Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung
menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh di
tempat yang jauh. Seluruh pemuda pun wajib bergabung,
kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak
harus berperang karena dia cacat.

Orang-orang di kampung berurai air mata melepas
putra-putra nya bertempur, dan berkata: "Wahai Pak
tani, sungguh beruntung nasibmu!".
Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku
tidak tahu …"

Kisah di atas, mengungkapkan suatu sikap yang sering
disebut: non-judgement. Sebagai manusia, kita memiliki
keterbatasan untuk memahami rangkaian kejadian yang
diskenariokan Sang Maha Sutradara. Apa-apa yang kita
sebut hari ini sebagai "kesialan", barangkali di masa
depan baru ketahuan adalah jalan menuju
"keberuntungan" . Maka orang-orang seperti Pak Tani di
atas, berhenti untuk "menghakimi" kejadian dengan
label-label "beruntung", "sial", dan sebagainya.

Karena, siapalah kita ini menghakimi kejadian yang
kita sunguh tidak tahu bagaimana hasil akhirnya nanti.
Seorang karyawan yang dipecat perusahaan nya, bisa
jadi bukan suatu "kesialan", manakala ternyata status
job-less nya telah memecut dan membuka jalan bagi diri
nya untuk menjadi boss besar di perusahaan lain.

Maka berhentilah menghakimi apa –apa yang terjadi hari
ini, kejadian –kejadian PHK , Paket Hengkang , Mutasi
tugas dan apapun namanya . . . .yang selama ini
kita sebut dengan "kesialan" , "musibah " dll ,
karena .. sungguh kita tidak tahu apa yang terjadi
kemudian dibalik peristiwa itu (di).

"Hadapi badai kehidupan sebesar apapun. Tuhan takkan
lupa akan kemampuan kita. Kapal hebat diciptakan bukan
untuk dilabuhkan di dermaga saja."
 

No comments:

Post a Comment