Seorang biksu bijak, yang telah bertahun-tahun saya kenal, tengah bergerak jalan bersama seorang kawan lamanya di sebuah padang. Pada penghujung senja yang terik, mereka tiba di bentangan yang sangat indah dari sebuah pantai yang tersembunyi. Sekalipun ada peraturan bahwa biksu dilarang berenang untuk bersenang-senang, tetapi air biru menggodanya dan dia perlu mendinginkan tubuh selepas perjalanan panjang, jadi dia melepas jubahnya dan pergi berenang.
Saat dia masih muda sebagai umat awam, dia adalah perenang yang tangguh. Namun sekarang, setelah begitu lama menjadi biksu, sudah bertahun-tahun dia tidak pernah berenang lagi. Tak berapa lama setelah dia menceburkan diri kedalam ombak yang bergelora, dia terperangkap di tengah ombak pasang yang kuat yang mulai menyeretnya ke tengah laut. Nantinya dia baru diberitahu bahwa pantai itu sangat berbahaya karena arusnya yang ganas.
Mulanya, biksu tsb mencoba berenang melawan arus. Dia segera sadar bahwa arus itu terlalu kuat baginya. Latihan-latihan yang selama ini dia jalani sekarang datang sebagai penolongnya. Dia lalu bersikap santai, melepas, dan mengalir bersama arus.
Sebuah tindakan yang memerlukan keberanian besar untuk dapat bersikap santai dalam situasi seperti itu, tatkala dia melihat garis pantai terus menjauh. Dia berada ratusan meter dari daratan ketika kekuatan arus mulai berkurang. Barulah sesudah itu dia mulai berenang menjauhi ombang pasang menuju garis pantai.
Dia bercerita kepada saya bahwa berenang kembali ke pantai benar-benar menguras habis seluruh tenanganya. Dia mencapai dartan dalam keadaan amat kelelahan. Dia yakin bahwa jika dia terus mencoba melawan arus, arus itu pasti sudah mengalahkannya. Dia akan terseret ke tengah laut, sama halnya kalau dia mengikuti arus, tetapi dengan tenaga yang sudah terkuras habis sehingga tidak memungkinkan baginya untuk berenang kembali ke pantai. Jika saja dia tidak membiarkan dan mengalir bersama arus, dia yakin dia pasti sudah tenggelam.
Cerita tsb menunjukkan bahwa pepatah, "Ketika tak ada yang perlu dilakukan, ya jangan ngapa-ngapain," bukanlah teori khayalan. Malahan, itu bisa menjadi kebijaksanaan penyelamat kehidupan. Ketika arus terlalu kuat bagi Anda, itulah saatnya untuk mengalir bersama arus. Ketika Anda mampu bertindak dengan efektif, itulah saatnya untuk mengerahkan upaya.
Sumber : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya
No comments:
Post a Comment