Upacara Pernikahan merupakan Adat Pernikahan yang didasarkan atas dasar dan bersumber kepada kekerabatan, keleluhuran dan kemanusiaan serta berfungsi melindungi keluarga.
Upacara Pernikahan tidaklah dilakukan secara seragam di semua tempat, tetapi terdapat berbagai variasi menurut tempat diadakannya; yaitu disesuaikan dengan pandangan mereka pada adat tersebut dan pengaruh adat lainnya pada masa lampau dan juga pada kebiasaan masa kini. Makna Perkawinan dalam masyarakat Tionghoa secara umum bertujuan untuk menjaga & meneruskan keturunan, melanjutkan warisan budaya leluhur, menaikkan status sosial, membangun keluarga / marga, meningkatkan rejeki dan menambah tali persaudaraan.
PERKAWINAN sering kali dimaknai sebagai awal kehidupan karena dari perkawinan akan ada kelahiran dan selanjutnya dari kelahiran akan timbul pula kematian dan demikian seterusnya
Umumnya orang-orang Tionghoa yang ber migrasi ke Indonesia membawa adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Salah satu adat yang seharusnya mereka taati adalah keluarga yang satu marga (shee) dilarang menikah, karena mereka di anggap masih mempunyai hubungan keluarga. Misalnya : marga Lauw dilarang menikah dengan marga Lauw dari keluarga lain, sekalipun tidak saling kenal. Akan tetapi pernikahan dalam satu keluarga juga sangat diharapkan agar supaya harta tidak jatuh ke orang lain. Misalnya : pernikahan dengan anak bibi (tidak satu marga, tapi masih satu nenek moyang). Orang Tionghoa Peranakan yang ada di Indonesia (terutama di Pulau Jawa) pada umum nya berasal dari Hokkian Selatan (Ban Lam) yakni wilayah Ciang Ciu (Zhang Zhou), E Mui (Xiamen) dan Coan Ciu (Quan Zhou) yang datang secara bergelombang dalam jumlah kecil ber abad abad lalu (sejak tahun 900 an dan puncak nya terutama pada masa Dinasti Cheng 1644 - 1911).
Mereka membawa adat istiadat yang berlaku di kampung halaman mereka, karena yang datang hanya kaum laki laki saja dan belum ada kaum perempuan yang ikut ber migrasi maka kaum laki laki Totok (Sin Kheh) ini lalu kawin dgn perempuan setempat (Nyai) & keturunan mereka itulah yang kini dikenal dgn istilah PERANAKAN (Kiaw Seng).
Kaum Peranakan sebagai hasil perkawinan campur antara laki laki Tionghoa dan perempuan setempat ini dikenal pula sebagai Kaum Baba & Nyonya, yg mempunyai perpaduan kebudayaan (akulturasi) antara budaya Tionghoa di Hokkian Selatan dengan budaya Sunda dan budaya Jawa.
Oleh sebab itu lah dalam Upacara Cio Taw ini istilah istilah yang digunakan bukan dalam bahasa Mandarin (Hua Ie / Kuo Ie) tetapi istilah istilah dalam Dialek Hokkian Selatan (Ban Lam Jie).
Kendati Upacara Cio Taw adalah budaya Tionghoa akan tetapi pengaruh budaya setempat juga dapat ditemukan antara lain tampak dalam bentuk sajian dalam persembahyangan seperti kue kue peranakan Lapis Legit, Kue Pepe, Bika Ambon, Kue Bugis, Kue Pisang, Roti Bakso, dan sebagai nya. Termasuk ada nya Upacara Saweran dengan beras kuning dan uang logam yang merupakan budaya Sunda yang menyatu dengan budaya Tionghoa Ada beberapa warga keturunan Tionghoa yang sekalipun telah memeluk agama lain namun masih menjalankan adat istiadat pernikahan ini. Sehingga terdapat perbedaan dan penyesuaian di dalam melihat adat istiadat pernikahan yaitu terutama dipengaruhi oleh adat lain, adat setempat, agama, pengetahuan dan pengalaman mereka masing-masing.
UPACARA DALAM PERNIKAHAN
Pesta dan upacara pernikahan merupakan saat peralihan sepanjang kehidupan manusia yang sifatnya universal. Oleh karena itu, upacara pernikahan selalu ada pada hampir setiap kebudayaan. Demikian pula halnya dengan adat pernikahan orang Tionghoa yang mempunyai upacara-upacara antara lain:
1. Upacara Menjelang Pernikahan :
Upacara ini terdiri atas beberapa tahapan yaitu :
• Melamar : Yang memegang peranan penting pada acara ini adalah mak comblang. Mak comblang biasanya dari pihak pria. Bila keahlian mak comblang berhasil, maka diadakan penentuan bilamana antaran / mas kawin boleh dilaksanakan.
• “Sang Jit” / “Antar Contoh Baju” : Pada hari yang sudah ditentukan, pihak pria / keluarga pria dengan mak comblang dan kerabat dekat mengantar seperangkat lengkap pakaian mempelai pria dan mas kawin. Mas kawin dapat memperlihatkan gengsi, kaya atau miskinnya keluarga calon mempelai pria. Semua harus dibungkus dengan kertas merah dan warna emas. Selain itu juga dilengkapi dengan uang susu/uang tetek (Ang Paw) dan dua pasang lilin. Biasanya “Ang Paw” diambil setengah dan sepasang lilin dikembalikan
• Tunangan : Pada saat pertunangan ini, kedua keluarga saling memperkenalkan diri dengan panggilan masing-masing.
• Penentuan Hari Baik, Bulan Baik : Orang Tionghoa yang pada umumnya penganut Tridharma, percaya bahwa dalam setiap melaksanakan suatu upacara, harus dilihat hari dan bulannya. Apabila jam, hari dan bulan pernikahan kurang tepat akan dapat mencelakakan kelanggengan pernikahan mereka. Oleh karena itu harus dipilih jam, hari dan bulan yang baik. Biasanya pihak keluarga akan berkonsultasi dengan Guru(Ahli) Pe Jie (Pa Ce) / Feng Shui utk menentukan hari baik & bulan baik bagi pernikahan kedua mempelai.
2. Upacara Pernikahan
• Tiga (3) sampai dengan tujuh (7) hari menjelang hari pernikahan diadakan “memajang” keluarga mempelai pria dan famili dekat, mereka berkunjung ke keluarga mempelai wanita. Mereka membawa beberapa perangkat utk meng-hias kamar pengantin. Hamparan sprei harus dilakukan oleh keluarga pria yang masih lengkap (hidup) dan bahagia. Di atas tempat tidur diletakkan mas kawin. Ada upacara makan-makan. Calon mempelai pria dilarang menemui calon mempelai wanita sampai hari H.
• Malam dimana esok akan diadakan upacara pernikahan, ada upacara “Liauw Tia”. Upacara ini biasanya dilakukan hanya untuk mengundang teman-teman calon kedua mempelai. Tetapi adakala nya diadakan pesta besar-besaran sampai jauh malam. Pesta ini diadakan di rumah mempelai wanita. Pada malam ini, calon mempelai boleh digoda sepuas-puasnya oleh teman-teman putri nya. Malam ini juga sering dipergunakan untuk kaum muda pria melihat-lihat calon nya (mencari pacar).
3. Upacara Cio Taw
Di pagi hari pada hari pernikahan, diadakan Upacara Cio Taw. Namun, ada kalanya Upacara Cio Taw ini diadakan pd tengah malam menjelang hari pernikahan. Secara harafiah Cio berarti merapihkan dan Taw berarti kepala, sehingga Cio Taw berarti merapihkan kepala atau mendandani pengantin/ mempelai. Upacara Cio Taw ini terdiri dari :
• Penghormatan kepada Tuhan ( Thian / Tikong ) dan Sembahyang Sam Kai yaitu Sembahyang kepada Sam Kuan Tai Tee sebagai manifestasi dari Kekuasaan Tuhan ( Thian / Tikong ) yaitu Thian Kuan Tai Tee = Penguasa Langit, Sui Kuan Tai Tee = Penguasa Air, dan Tee Kuan Tai Tee = Penguasa Tanah / Bumi. Upacara ini merupakan Upacara Keagamaan.
• Penghormatan kepada Leluhur
• Penghormatan kepada Orang Tua
• Penghormatan kepada kedua mempelai.
Untuk Meja Sembahyang ini diberikan To Wi (kain penutup meja) berwarna merah bermotif sulaman dengan tulisan huruf huruf keberuntungan, kekayaan, keturunan, dan Usia Lanjut / Panjang Umur. Meja Sembahyang Sam Kai tersebut tingginya diatas kepala orang dewasa. Dan persembahannya antara lain adalah
• Buah Srikaya (Lambang Kekayaan), Delima (Lambang banyak Keturunan), Pisang Emas (Lambang kejayaan), Nanas (Lambang Keberuntungan), Apel (Lambang Keselamatan), Jeruk (Lambang keberuntungan), Buah buahan tersebut di atas dipilih karena pada umumnya mengandung makna simbolis yang baik dan membawa keberuntungan karena juga nama buah buahan tersebut dalam dialek Hokian mempunyai bunyi yang sama dengan makna kebaikan / keberuntungan tersebut. Misal nya: Pisang = Cio = memanggil/mengundang. Jeruk = Kit = Keberuntungan, Nanas = Ong Lai = Kemakmuran Datang maka bila digabungkan Cio Kit Ong Lai = Memanggil Keberuntungan, Datanglah Kemakmuran. Apel = Peng Ko= Membawa Keselamatan. Srikaya = Hoan Le Ci = Harapan Jadi kaya, Delima=Siah Liu=Lambang banyak keturunan.
• Kembang Gula/Permen, Manisan Teh Liaw. Agar Agar
• Sepasang pohon tebu yang utuh beserta akar nya sekalian. Tebu ini diikatkan di kedua sisi kiri kanan kaki meja sembahyang Sam Kai. Lalu digantungi kertas besar yg telah dilipat (Kertas Tikong Kim atau Siu Kim atau Kim Coa)
• Sepoci Arak atau Teh,
• Satu Vas dengan bunga Siantan / Sedap Malam / Seruni
• Dua Cek Tai (Tempat Lilin) dengan Dua pasang Lilin Merah bermotif Naga dan Burung Hong
• Satu Hio Low (Pendupaan)
Sementara itu di bawah Meja Sembahyang Sam Kai tersebut ada Jambangan berisi air, Rumput berwarna hijau yang melambangkan alam nan makmur. Di belakang meja ada Tetampah besar dengan garis tengah sekitar 1 meter (yang tengah nya ber gambar Tai Kek / Tai Ci = Im & Yang) dan di atasnya ada Gantang yang berisi penuh dengan beras,
Lalu ada Kaca Cermin, Gunting, Sisir, Timbangan (ukuran Kecil), Kompas/Lopan, Penggaris Kayu, Benang 5 warna (Ngo Sek), Pedang Kecil (Po Kiam), Buku Lak Jit (Tongsu) dan Pelita yang semuanya itu melambangkan kebaikan, kesabaran, keadilan, kerajinan, ketekunan, kejujuran, penerangan. panjang umur dan setia.
Dan tentu saja juga disediakan 1 kursi duduk yang akan diletakan di atas tetampah bergambar Tai Kek ( Im & Yang ) dan pengantin pria mau pun pengantin wanita pada giliran nya duduk di kursi di atas tetampah tersebut dalam menjalankan upacara Cio Taw tersebut.
Kedua mempelai memakai pakaian/baju upacara Cio Taw. Mereka menuangkan teh sebagai tanda penghormatan dan memberikan kepada yang dihormati, sambil mengelilingi tampah dan berlutut serta bersujud. Upacara ini sangat sakral dan memberikan arti kebaikan (kemuliaan) secara simbolik.
Selain Meja Sembahyang Sam Kai, juga di adakan Sembahyang Leluhur di Meja Abu yang memang sudah ada di rumah, bila tidak ada Meja Abu maka dibuatkan Meja Abu darurat untuk keperluan tersebut.
Di atas Meja Abu terdapat sajian berupa beberapa macam kue basah seperti Hoat Koe(Kue mangkok merah), Ang Ku Koe (kue ku merah), kue bugis, kue pisang, kue pepe, bika ambon, lapis legit atau kue kue khas rumahan lain nya), beberapa macam buah, Sepoci arak atau teh dengan jumlah cangkir sesuai dengan jumlah almarhum/almarhumah yang ada di Meja Abu tersebut.
4. Upacara Pesta Pernikahan.
Selesai upacara Penghormatan Minum Teh (Teh Pai), pakaian kebesaran upacara Cio Taw ditukar dengan pakaian “ala barat” atau model lain nya tergantung keinginan kedua mempelai. Resepsi Pesta pernikahan biasa nya dilaksanakan di Restoran/Rumah Pesta/Hotel atau tempat lain. Usai pesta, ada upacara pengenalan mempelai pria (Cia Kiangsay) dan Upacara Pengenalan mempelai wanita (Cia Ce’em). Mengundang Cia Kiangsay untuk makan malam, karena saat itu biasanya mempelai pria masih belum boleh menginap di rumah mempelai wanita. Namun Upacara Cia Kiangsay dan Upacara Cia Ce’em ini pada saat ini sudah jarang yang melaksanakannya.
Pada saat ini biasanya seusai pesta di Restoran / Rumah Pesta / Hotel maka kedua mempelai langsung pulang ke rumah mempelai bersama sama, apakah itu Rumah Sendiri yg telah dimiliki oleh kedua mempelai tersebut atau bisa juga ke Rumah Orang Tua Pihak Lelaki atau bahkan Rumah Orang Tua Pihak Perempuan (bila mempelai belum mempunyai Rumah Sendiri).
RESEP KELUARGA HARMONIS
Ketika akan menikah :
Janganlah mencari istri tetapi carilah ibu bagi anak anak kita. Janganlah mencari suami tetapi carilah ayah bagi anak anak kita
Ketika melamar :
•Anda bukan sedang meminta kepada orang tua si gadis tetapi meminta kepada Thian / Tikong (Tuhan) melalui orang tua si gadis karena Papa Mama adalah wakil nya Thian / Tikong di dunia
Ketika menikah :
•Anda berdua menikah langsung dihadapan Thian / Tikong (Tuhan) di depan Meja Sembahyang Sam Kai sebagai perwujudan kebesaran Thian Tikong (Thian Kuan Tai Tee = Penguasa Langit, Sui Kuan Tai Tee = Penguasa Air dan Tee Kuan Tai Tee = Penguasa Bumi/Tanah) serta di hadapan Altar Trinabi Agung (Sakyamuni Buddha, Nabi Khong Hu Cu dan Nabi Lo Cu) dengan restu orang tua dan disaksikan Pandita
Ketika resepsi pernikahan :
•Catat dan hitung jumlah semua tamu yang datang untuk mendoakan anda karena anda harus berpikir untuk mengundang mereka kembali dan meminta maaf kepada mereka apabila anda bercerai karena anda telah menyianyia kan doa mereka.
Sejak malam pertama :
•Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia yang banyak kekurangan dan bukan sepasang dewa dewi yang mempunyai banyak kelebihan.
Selama menempuh hidup berkeluarga :
•Sadarlah bahwa jalan kehidupan yang akan dilalui tidak melulu jalan bertabur bunga tapi juga banyak semak belukar yang penuh duri dan batu kerikil.
Ketika biduk rumah tangga oleng :
•Jangan saling menyalahkan dan jangan saling berlepas tangan tetapi sebaliknya justru harus semakin erat berpegangan tangan.
Ketika belum memiliki anak :
•Anak (Laki laki atau perempuan) adalah jodoh, ikatan karma dan juga karunia Thian Tikong. Cintailah istri/suami anda 100%.
Ketika telah mempunyai anak :
•Jangan bagi cinta anda kepada istri/suami dan anak anda. Tetapi cintailah istri/suami dan anak anak anda masing masing 100%.
Ketika ekonomi keluarga belum membaik :
•Yakinlah bahwa pintu rejeki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan Co Kong Tek / Co Ho Sim (Jasa Kebajikan) & Kedermawanan (kemurahan hati) dan keimanan. Menanam berarti memetik dan memberi berarti menerima.
Ketika ekonomi keluarga membaik :
•Jangan lupa akan jasa pasangan hidup (istri/suami) yang setia mendampingi kita semasa menderita. Jangan lupa untuk tetap Co Kong Tek / Co Ho Sim (Menanam Jasa Kebajikan).
Ketika anda adalah suami :
•Sesekali boleh bermanja manja kepada istri tetapi jangan lupa untuk bangkit segera bertanggung jawab bila istri/anak anak membutuhkan pertolongan suami.
Ketika anda adalah istri :
•Tetaplah berjalan gemulai dan lemah lembut tetapi selalu berhasil menyelesaikan pekerjaan & menopang suami dan anak anak manakala diperlukan.
Ketika mendidik anak :
•Jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak dan selalu memenuhi kemauan anak. Yg ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tua nya.
Ketika ada PIL (Pria Idaman Lain) :
•Jangan diminum walaupun kelihatannya menarik, cukupkanlah suami saja sebagai obat yang menyehatkan.
Ketika ada WIL (Wanita Idaman Lain) :
•Jangan dituruti, cukupkanlah istri saja sebagai pelabuhan hati.
Ketika ingin keluarga langgeng yang bahagia dan harmonis maka gunakanlah Formula 5 K :
1.Keimanan Tridharma
2.Kasih Sayang (Jin/Ren, Maitri)
3.Kejujuran/Dapat Dipercaya (Sin) dan Keterbukaan
4.Kesetiaan (Tiong/Cung, Satya ) & Kesusilaan (Lee/Li, Sila )
5.Kebijaksanaan (Tie/Ce, Prajna ).
Tiong Yong / Cung Yung (Tengah Sempurna) Bab XV:
•Pasal 1, Khong Hu Cu bersabda : “Tao (Jalan Kebenaran) dari seorang Budiman (kuncu) adalah bilamana diumpamakan perjalanan jauh, maka langkah nya tentu di mulai dari dekat, jika diumpamakanmendaki tempat yang tinggi maka harus dimulai dari bawah ”
•Pasal 2, Di dalam Kitab Su Keng dikatakan, : “Apabila istri dan anak anak nya dalam keadaan akur dan rukun maka itu lah laksana musik yang ditabuh dengan laras (harmoni). Apabila di antara sesama saudara juga dalam rukun dan akur (hamoni) maka seantero keluarga pun dapatlah menjadi rukun, gembira dan selamat bersama sama. Demikianlah seharusnya engkau berbuat dalam rumah tangga mu, akurkanlah dan gembirakanlah istri dan anak anak mu.” Setelah membaca syair di atas, Khong Hu Cu bersabda : “Jikalau demikian maka pikiran orang yg menjadi ayah dan ibu pun akan turut juga menjadi laras (harmoni) dan tenteram karena nya.”
Lun Gi (Sabda Suci) Bab XII – 11:
•Nabi Khong Cu bersabda: “ Pemimpin hendaklah dapat menempatkan diri sebagai pemimpin, pembantu sebagai pembantu, orang tua sebagai orang tua dan anak sebagai anak.”
•Pangeran King (dari Negeri Cee) : “Siancai ! Sungguh tepat. Kalau pemimpin tidak dapat menempatkan diri sebagai pemimpin, pembantu tidak sebagai pembantu, orang tua tidak sebagai orang tua, & anak tidak sebagai anak, maka meskipun berkecukupan makanan, dapatkah menikmatinya?”.
Anguttara Nikaya II, 62 :
•Apabila sepasang suami istri ingin selalu bersama sama (berjodoh) dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan yg akan datang maka ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu keduanya (suami istri) harus setara dalam Keyakinan (Sradha), setara dalam Moral (Sila), setara dalam Kemurahan Hati (Caga) dan setara dalam Kebijaksanaan (Prajna).
Mangala Sutra Bait 5 :
•Menyokong / merawat ayah dan ibu. Membahagiakan anak dan isteri. Pekerjaan bebas dari keruwetan. Itulah berkah utama.
Tx. Tbu
Oleh : Romo Marga Singgih.
Diambil dari buku PERKAWINAN & KELUARGA TRIDHARMA.
Upacara Pernikahan tidaklah dilakukan secara seragam di semua tempat, tetapi terdapat berbagai variasi menurut tempat diadakannya; yaitu disesuaikan dengan pandangan mereka pada adat tersebut dan pengaruh adat lainnya pada masa lampau dan juga pada kebiasaan masa kini. Makna Perkawinan dalam masyarakat Tionghoa secara umum bertujuan untuk menjaga & meneruskan keturunan, melanjutkan warisan budaya leluhur, menaikkan status sosial, membangun keluarga / marga, meningkatkan rejeki dan menambah tali persaudaraan.
PERKAWINAN sering kali dimaknai sebagai awal kehidupan karena dari perkawinan akan ada kelahiran dan selanjutnya dari kelahiran akan timbul pula kematian dan demikian seterusnya
Umumnya orang-orang Tionghoa yang ber migrasi ke Indonesia membawa adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Salah satu adat yang seharusnya mereka taati adalah keluarga yang satu marga (shee) dilarang menikah, karena mereka di anggap masih mempunyai hubungan keluarga. Misalnya : marga Lauw dilarang menikah dengan marga Lauw dari keluarga lain, sekalipun tidak saling kenal. Akan tetapi pernikahan dalam satu keluarga juga sangat diharapkan agar supaya harta tidak jatuh ke orang lain. Misalnya : pernikahan dengan anak bibi (tidak satu marga, tapi masih satu nenek moyang). Orang Tionghoa Peranakan yang ada di Indonesia (terutama di Pulau Jawa) pada umum nya berasal dari Hokkian Selatan (Ban Lam) yakni wilayah Ciang Ciu (Zhang Zhou), E Mui (Xiamen) dan Coan Ciu (Quan Zhou) yang datang secara bergelombang dalam jumlah kecil ber abad abad lalu (sejak tahun 900 an dan puncak nya terutama pada masa Dinasti Cheng 1644 - 1911).
Mereka membawa adat istiadat yang berlaku di kampung halaman mereka, karena yang datang hanya kaum laki laki saja dan belum ada kaum perempuan yang ikut ber migrasi maka kaum laki laki Totok (Sin Kheh) ini lalu kawin dgn perempuan setempat (Nyai) & keturunan mereka itulah yang kini dikenal dgn istilah PERANAKAN (Kiaw Seng).
Kaum Peranakan sebagai hasil perkawinan campur antara laki laki Tionghoa dan perempuan setempat ini dikenal pula sebagai Kaum Baba & Nyonya, yg mempunyai perpaduan kebudayaan (akulturasi) antara budaya Tionghoa di Hokkian Selatan dengan budaya Sunda dan budaya Jawa.
Oleh sebab itu lah dalam Upacara Cio Taw ini istilah istilah yang digunakan bukan dalam bahasa Mandarin (Hua Ie / Kuo Ie) tetapi istilah istilah dalam Dialek Hokkian Selatan (Ban Lam Jie).
Kendati Upacara Cio Taw adalah budaya Tionghoa akan tetapi pengaruh budaya setempat juga dapat ditemukan antara lain tampak dalam bentuk sajian dalam persembahyangan seperti kue kue peranakan Lapis Legit, Kue Pepe, Bika Ambon, Kue Bugis, Kue Pisang, Roti Bakso, dan sebagai nya. Termasuk ada nya Upacara Saweran dengan beras kuning dan uang logam yang merupakan budaya Sunda yang menyatu dengan budaya Tionghoa Ada beberapa warga keturunan Tionghoa yang sekalipun telah memeluk agama lain namun masih menjalankan adat istiadat pernikahan ini. Sehingga terdapat perbedaan dan penyesuaian di dalam melihat adat istiadat pernikahan yaitu terutama dipengaruhi oleh adat lain, adat setempat, agama, pengetahuan dan pengalaman mereka masing-masing.
UPACARA DALAM PERNIKAHAN
Pesta dan upacara pernikahan merupakan saat peralihan sepanjang kehidupan manusia yang sifatnya universal. Oleh karena itu, upacara pernikahan selalu ada pada hampir setiap kebudayaan. Demikian pula halnya dengan adat pernikahan orang Tionghoa yang mempunyai upacara-upacara antara lain:
1. Upacara Menjelang Pernikahan :
Upacara ini terdiri atas beberapa tahapan yaitu :
• Melamar : Yang memegang peranan penting pada acara ini adalah mak comblang. Mak comblang biasanya dari pihak pria. Bila keahlian mak comblang berhasil, maka diadakan penentuan bilamana antaran / mas kawin boleh dilaksanakan.
• “Sang Jit” / “Antar Contoh Baju” : Pada hari yang sudah ditentukan, pihak pria / keluarga pria dengan mak comblang dan kerabat dekat mengantar seperangkat lengkap pakaian mempelai pria dan mas kawin. Mas kawin dapat memperlihatkan gengsi, kaya atau miskinnya keluarga calon mempelai pria. Semua harus dibungkus dengan kertas merah dan warna emas. Selain itu juga dilengkapi dengan uang susu/uang tetek (Ang Paw) dan dua pasang lilin. Biasanya “Ang Paw” diambil setengah dan sepasang lilin dikembalikan
• Tunangan : Pada saat pertunangan ini, kedua keluarga saling memperkenalkan diri dengan panggilan masing-masing.
• Penentuan Hari Baik, Bulan Baik : Orang Tionghoa yang pada umumnya penganut Tridharma, percaya bahwa dalam setiap melaksanakan suatu upacara, harus dilihat hari dan bulannya. Apabila jam, hari dan bulan pernikahan kurang tepat akan dapat mencelakakan kelanggengan pernikahan mereka. Oleh karena itu harus dipilih jam, hari dan bulan yang baik. Biasanya pihak keluarga akan berkonsultasi dengan Guru(Ahli) Pe Jie (Pa Ce) / Feng Shui utk menentukan hari baik & bulan baik bagi pernikahan kedua mempelai.
2. Upacara Pernikahan
• Tiga (3) sampai dengan tujuh (7) hari menjelang hari pernikahan diadakan “memajang” keluarga mempelai pria dan famili dekat, mereka berkunjung ke keluarga mempelai wanita. Mereka membawa beberapa perangkat utk meng-hias kamar pengantin. Hamparan sprei harus dilakukan oleh keluarga pria yang masih lengkap (hidup) dan bahagia. Di atas tempat tidur diletakkan mas kawin. Ada upacara makan-makan. Calon mempelai pria dilarang menemui calon mempelai wanita sampai hari H.
• Malam dimana esok akan diadakan upacara pernikahan, ada upacara “Liauw Tia”. Upacara ini biasanya dilakukan hanya untuk mengundang teman-teman calon kedua mempelai. Tetapi adakala nya diadakan pesta besar-besaran sampai jauh malam. Pesta ini diadakan di rumah mempelai wanita. Pada malam ini, calon mempelai boleh digoda sepuas-puasnya oleh teman-teman putri nya. Malam ini juga sering dipergunakan untuk kaum muda pria melihat-lihat calon nya (mencari pacar).
3. Upacara Cio Taw
Di pagi hari pada hari pernikahan, diadakan Upacara Cio Taw. Namun, ada kalanya Upacara Cio Taw ini diadakan pd tengah malam menjelang hari pernikahan. Secara harafiah Cio berarti merapihkan dan Taw berarti kepala, sehingga Cio Taw berarti merapihkan kepala atau mendandani pengantin/ mempelai. Upacara Cio Taw ini terdiri dari :
• Penghormatan kepada Tuhan ( Thian / Tikong ) dan Sembahyang Sam Kai yaitu Sembahyang kepada Sam Kuan Tai Tee sebagai manifestasi dari Kekuasaan Tuhan ( Thian / Tikong ) yaitu Thian Kuan Tai Tee = Penguasa Langit, Sui Kuan Tai Tee = Penguasa Air, dan Tee Kuan Tai Tee = Penguasa Tanah / Bumi. Upacara ini merupakan Upacara Keagamaan.
• Penghormatan kepada Leluhur
• Penghormatan kepada Orang Tua
• Penghormatan kepada kedua mempelai.
Untuk Meja Sembahyang ini diberikan To Wi (kain penutup meja) berwarna merah bermotif sulaman dengan tulisan huruf huruf keberuntungan, kekayaan, keturunan, dan Usia Lanjut / Panjang Umur. Meja Sembahyang Sam Kai tersebut tingginya diatas kepala orang dewasa. Dan persembahannya antara lain adalah
• Buah Srikaya (Lambang Kekayaan), Delima (Lambang banyak Keturunan), Pisang Emas (Lambang kejayaan), Nanas (Lambang Keberuntungan), Apel (Lambang Keselamatan), Jeruk (Lambang keberuntungan), Buah buahan tersebut di atas dipilih karena pada umumnya mengandung makna simbolis yang baik dan membawa keberuntungan karena juga nama buah buahan tersebut dalam dialek Hokian mempunyai bunyi yang sama dengan makna kebaikan / keberuntungan tersebut. Misal nya: Pisang = Cio = memanggil/mengundang. Jeruk = Kit = Keberuntungan, Nanas = Ong Lai = Kemakmuran Datang maka bila digabungkan Cio Kit Ong Lai = Memanggil Keberuntungan, Datanglah Kemakmuran. Apel = Peng Ko= Membawa Keselamatan. Srikaya = Hoan Le Ci = Harapan Jadi kaya, Delima=Siah Liu=Lambang banyak keturunan.
• Kembang Gula/Permen, Manisan Teh Liaw. Agar Agar
• Sepasang pohon tebu yang utuh beserta akar nya sekalian. Tebu ini diikatkan di kedua sisi kiri kanan kaki meja sembahyang Sam Kai. Lalu digantungi kertas besar yg telah dilipat (Kertas Tikong Kim atau Siu Kim atau Kim Coa)
• Sepoci Arak atau Teh,
• Satu Vas dengan bunga Siantan / Sedap Malam / Seruni
• Dua Cek Tai (Tempat Lilin) dengan Dua pasang Lilin Merah bermotif Naga dan Burung Hong
• Satu Hio Low (Pendupaan)
Sementara itu di bawah Meja Sembahyang Sam Kai tersebut ada Jambangan berisi air, Rumput berwarna hijau yang melambangkan alam nan makmur. Di belakang meja ada Tetampah besar dengan garis tengah sekitar 1 meter (yang tengah nya ber gambar Tai Kek / Tai Ci = Im & Yang) dan di atasnya ada Gantang yang berisi penuh dengan beras,
Lalu ada Kaca Cermin, Gunting, Sisir, Timbangan (ukuran Kecil), Kompas/Lopan, Penggaris Kayu, Benang 5 warna (Ngo Sek), Pedang Kecil (Po Kiam), Buku Lak Jit (Tongsu) dan Pelita yang semuanya itu melambangkan kebaikan, kesabaran, keadilan, kerajinan, ketekunan, kejujuran, penerangan. panjang umur dan setia.
Dan tentu saja juga disediakan 1 kursi duduk yang akan diletakan di atas tetampah bergambar Tai Kek ( Im & Yang ) dan pengantin pria mau pun pengantin wanita pada giliran nya duduk di kursi di atas tetampah tersebut dalam menjalankan upacara Cio Taw tersebut.
Kedua mempelai memakai pakaian/baju upacara Cio Taw. Mereka menuangkan teh sebagai tanda penghormatan dan memberikan kepada yang dihormati, sambil mengelilingi tampah dan berlutut serta bersujud. Upacara ini sangat sakral dan memberikan arti kebaikan (kemuliaan) secara simbolik.
Selain Meja Sembahyang Sam Kai, juga di adakan Sembahyang Leluhur di Meja Abu yang memang sudah ada di rumah, bila tidak ada Meja Abu maka dibuatkan Meja Abu darurat untuk keperluan tersebut.
Di atas Meja Abu terdapat sajian berupa beberapa macam kue basah seperti Hoat Koe(Kue mangkok merah), Ang Ku Koe (kue ku merah), kue bugis, kue pisang, kue pepe, bika ambon, lapis legit atau kue kue khas rumahan lain nya), beberapa macam buah, Sepoci arak atau teh dengan jumlah cangkir sesuai dengan jumlah almarhum/almarhumah yang ada di Meja Abu tersebut.
4. Upacara Pesta Pernikahan.
Selesai upacara Penghormatan Minum Teh (Teh Pai), pakaian kebesaran upacara Cio Taw ditukar dengan pakaian “ala barat” atau model lain nya tergantung keinginan kedua mempelai. Resepsi Pesta pernikahan biasa nya dilaksanakan di Restoran/Rumah Pesta/Hotel atau tempat lain. Usai pesta, ada upacara pengenalan mempelai pria (Cia Kiangsay) dan Upacara Pengenalan mempelai wanita (Cia Ce’em). Mengundang Cia Kiangsay untuk makan malam, karena saat itu biasanya mempelai pria masih belum boleh menginap di rumah mempelai wanita. Namun Upacara Cia Kiangsay dan Upacara Cia Ce’em ini pada saat ini sudah jarang yang melaksanakannya.
Pada saat ini biasanya seusai pesta di Restoran / Rumah Pesta / Hotel maka kedua mempelai langsung pulang ke rumah mempelai bersama sama, apakah itu Rumah Sendiri yg telah dimiliki oleh kedua mempelai tersebut atau bisa juga ke Rumah Orang Tua Pihak Lelaki atau bahkan Rumah Orang Tua Pihak Perempuan (bila mempelai belum mempunyai Rumah Sendiri).
RESEP KELUARGA HARMONIS
Ketika akan menikah :
Janganlah mencari istri tetapi carilah ibu bagi anak anak kita. Janganlah mencari suami tetapi carilah ayah bagi anak anak kita
Ketika melamar :
•Anda bukan sedang meminta kepada orang tua si gadis tetapi meminta kepada Thian / Tikong (Tuhan) melalui orang tua si gadis karena Papa Mama adalah wakil nya Thian / Tikong di dunia
Ketika menikah :
•Anda berdua menikah langsung dihadapan Thian / Tikong (Tuhan) di depan Meja Sembahyang Sam Kai sebagai perwujudan kebesaran Thian Tikong (Thian Kuan Tai Tee = Penguasa Langit, Sui Kuan Tai Tee = Penguasa Air dan Tee Kuan Tai Tee = Penguasa Bumi/Tanah) serta di hadapan Altar Trinabi Agung (Sakyamuni Buddha, Nabi Khong Hu Cu dan Nabi Lo Cu) dengan restu orang tua dan disaksikan Pandita
Ketika resepsi pernikahan :
•Catat dan hitung jumlah semua tamu yang datang untuk mendoakan anda karena anda harus berpikir untuk mengundang mereka kembali dan meminta maaf kepada mereka apabila anda bercerai karena anda telah menyianyia kan doa mereka.
Sejak malam pertama :
•Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia yang banyak kekurangan dan bukan sepasang dewa dewi yang mempunyai banyak kelebihan.
Selama menempuh hidup berkeluarga :
•Sadarlah bahwa jalan kehidupan yang akan dilalui tidak melulu jalan bertabur bunga tapi juga banyak semak belukar yang penuh duri dan batu kerikil.
Ketika biduk rumah tangga oleng :
•Jangan saling menyalahkan dan jangan saling berlepas tangan tetapi sebaliknya justru harus semakin erat berpegangan tangan.
Ketika belum memiliki anak :
•Anak (Laki laki atau perempuan) adalah jodoh, ikatan karma dan juga karunia Thian Tikong. Cintailah istri/suami anda 100%.
Ketika telah mempunyai anak :
•Jangan bagi cinta anda kepada istri/suami dan anak anda. Tetapi cintailah istri/suami dan anak anak anda masing masing 100%.
Ketika ekonomi keluarga belum membaik :
•Yakinlah bahwa pintu rejeki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan Co Kong Tek / Co Ho Sim (Jasa Kebajikan) & Kedermawanan (kemurahan hati) dan keimanan. Menanam berarti memetik dan memberi berarti menerima.
Ketika ekonomi keluarga membaik :
•Jangan lupa akan jasa pasangan hidup (istri/suami) yang setia mendampingi kita semasa menderita. Jangan lupa untuk tetap Co Kong Tek / Co Ho Sim (Menanam Jasa Kebajikan).
Ketika anda adalah suami :
•Sesekali boleh bermanja manja kepada istri tetapi jangan lupa untuk bangkit segera bertanggung jawab bila istri/anak anak membutuhkan pertolongan suami.
Ketika anda adalah istri :
•Tetaplah berjalan gemulai dan lemah lembut tetapi selalu berhasil menyelesaikan pekerjaan & menopang suami dan anak anak manakala diperlukan.
Ketika mendidik anak :
•Jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak dan selalu memenuhi kemauan anak. Yg ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tua nya.
Ketika ada PIL (Pria Idaman Lain) :
•Jangan diminum walaupun kelihatannya menarik, cukupkanlah suami saja sebagai obat yang menyehatkan.
Ketika ada WIL (Wanita Idaman Lain) :
•Jangan dituruti, cukupkanlah istri saja sebagai pelabuhan hati.
Ketika ingin keluarga langgeng yang bahagia dan harmonis maka gunakanlah Formula 5 K :
1.Keimanan Tridharma
2.Kasih Sayang (Jin/Ren, Maitri)
3.Kejujuran/Dapat Dipercaya (Sin) dan Keterbukaan
4.Kesetiaan (Tiong/Cung, Satya ) & Kesusilaan (Lee/Li, Sila )
5.Kebijaksanaan (Tie/Ce, Prajna ).
Tiong Yong / Cung Yung (Tengah Sempurna) Bab XV:
•Pasal 1, Khong Hu Cu bersabda : “Tao (Jalan Kebenaran) dari seorang Budiman (kuncu) adalah bilamana diumpamakan perjalanan jauh, maka langkah nya tentu di mulai dari dekat, jika diumpamakanmendaki tempat yang tinggi maka harus dimulai dari bawah ”
•Pasal 2, Di dalam Kitab Su Keng dikatakan, : “Apabila istri dan anak anak nya dalam keadaan akur dan rukun maka itu lah laksana musik yang ditabuh dengan laras (harmoni). Apabila di antara sesama saudara juga dalam rukun dan akur (hamoni) maka seantero keluarga pun dapatlah menjadi rukun, gembira dan selamat bersama sama. Demikianlah seharusnya engkau berbuat dalam rumah tangga mu, akurkanlah dan gembirakanlah istri dan anak anak mu.” Setelah membaca syair di atas, Khong Hu Cu bersabda : “Jikalau demikian maka pikiran orang yg menjadi ayah dan ibu pun akan turut juga menjadi laras (harmoni) dan tenteram karena nya.”
Lun Gi (Sabda Suci) Bab XII – 11:
•Nabi Khong Cu bersabda: “ Pemimpin hendaklah dapat menempatkan diri sebagai pemimpin, pembantu sebagai pembantu, orang tua sebagai orang tua dan anak sebagai anak.”
•Pangeran King (dari Negeri Cee) : “Siancai ! Sungguh tepat. Kalau pemimpin tidak dapat menempatkan diri sebagai pemimpin, pembantu tidak sebagai pembantu, orang tua tidak sebagai orang tua, & anak tidak sebagai anak, maka meskipun berkecukupan makanan, dapatkah menikmatinya?”.
Anguttara Nikaya II, 62 :
•Apabila sepasang suami istri ingin selalu bersama sama (berjodoh) dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan yg akan datang maka ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu keduanya (suami istri) harus setara dalam Keyakinan (Sradha), setara dalam Moral (Sila), setara dalam Kemurahan Hati (Caga) dan setara dalam Kebijaksanaan (Prajna).
Mangala Sutra Bait 5 :
•Menyokong / merawat ayah dan ibu. Membahagiakan anak dan isteri. Pekerjaan bebas dari keruwetan. Itulah berkah utama.
Tx. Tbu
Oleh : Romo Marga Singgih.
Diambil dari buku PERKAWINAN & KELUARGA TRIDHARMA.
Sam kauw jugaa? :D
ReplyDelete