Mendengar nama Green Canyon
mungkin akan membawa kita ke salah satu tempat wisata yang terletak di
Pangandaran dengan panorama alam barisan tebing yang menjulang tinggi
dengan hamparan air mengalir yang berwarna hijau. Namun, di wilayah
Sentul terdapat sebuah lokasi yang hampir mirip dengan Green Canyon yang
bernama Leuwi Liyet.
Tentu saja tempat ini ada sedikit
perbedaan dengan Green Canyon yang terdapat di wilayah Pangandaran. Di
Leuwi Liyet terdapat tebing yang berbentuk huruf U dan tidak terlalu
tinggi dengan hamparan air mengalir yang berwarna hijau toska namun
sangat jernih, sementara di sisi kanan tebing terdapat aliran air yang
mengalir layaknya air terjun mini dihiasi dengan pepohonan yang tumbuh
di sekitar tebing.
Lokasi Leuwi Liyet terdapat di atas
Leuwi Hejo dan Curug Barong yang saat ini menjadi primadona lirikan
baru wisata di kawasan Sentul oleh para traveller. Jika posisi
Leuwi Hejo terdapat di spot paling bawah, Curug Barong berada di spot
tengah, maka Leuwi Liyet berada di spot paling atas dengan jalur trekking yang berbeda.
Untuk mencapai ke lokasi Leuwi Liyet membutuhkan tenaga ekstra karena medan trekking yang
sedikit menanjak dengan tekstur tanah yang berwarna coklat yang
berpasir dan sedikit licin, melewati jalan setapak yang sudah dibentuk
oleh si pemilik tanah dengan panorama alam perkebunan di sisi kanan dan
kiri dan alunan gemericik suara air dari kejauhan.
Tanggal 17 Januari 2015, saya
mengajak teman-teman dari Backpacker Jakarta untuk mengunjungi lokasi
tersebut dan sebanyak kurang lebih 50 orang yang ikut dalam trip ini
dan di antara mereka terdapat salah satu teman yang berasal dari Jerman
dan kebetulan sedang tinggal di Jakarta karena pertukaran pelajar, saya
ajak untuk bergabung dalam trip ini.
Dengan menggunakan motor
masing-masing yang saling berboncengan, kami berangkat pagi hari dengan
titik temu di Cibinong City Mall, nuansa cuaca mendung sudah menyambut
perjalanan kami menuju lokasi, sedikit ragu yang tebersit di dalam benak
saya karena suasana cuaca yang tampaknya tidak bersahabat.
Namun sesampainya di rumah Pak RT
Neneng tempat kami memarkirkan motor, cuaca berubah menjadi cerah.
Beberapa teman segera mengganti celana dan baju. Setelah semuanya beres,
kami memulai trekking menuju lokasi dengan jalur yang berbeda.
Jalur yang saya gunakan bukan jalur umum yang biasanya dilewati oleh
para pengunjung. Hal ini saya lakukan untuk mempercepat trekking menuju lokasi.
Namun sesampainya di atas, kami
dihadang oleh oknum-oknum yang mengatasnamakan sebagai pengelola tempat
tersebut dan memaksa kami untuk membayar tiket masuk yang belum ada
tiketnya dengan nada yang emosi dan cara meminta yang membuat rombongan
kami hampir naik darah. Beraneka macam alasan yang terlontar dari oknum
tersebut saat meminta uang masuk.
Terjadi adu argumen yang sangat
sengit dengan menahan emosi yang hampir pecah. Persoalannya bukan pada
nominal harga, yang kami minta hanya tiket masuk. Namun oknum tersebut
ngotot meminta uang masuk dan selalu beralasan jika tiket masuk sedang
dalam proses pembuatan tiap kali saya meminta tiket masuk. Alasan yang
sama yang selalu saya dengar dari dulu, namun tiket masuk tersebut belum
pernah ada.
Ditambah lagi untuk mengunjungi lokasi Leuwi Liyet wajib menggunakan guide dan harus membayar Rp 100.000 per 8 orang. Jelas kami menolak karena tidak ada prosedur harus diwajibkan menggunakan guide.
Oknum tersebut beralasan karena melewati lahan orang dan harus membagi
hasil, kemudian kami mencoba untuk menantang oknum tersebut untuk
memanggil si pemilik lahan. Kalau memang diharuskan membayar karena
melewati lahan perkebunannya, kami lebih memilih membayar langsung ke si
pemilik lahan.
Karena kalah berargumen, oknum tersebut pergi kemudian kami melanjutkan trekking menuju
lokasi dengan sedikit menanjak dan tekstur tanah yang sedikit licin
karena malam sebelumnya turun hujan membuat kami harus berhati-hati
melewati jalur tersebut. Kesan sepi dan sunyi menyambut kedatangan
rombongan kami dengan hamparan hijaunya dedaunan yang terdapat di sisi
kanan dan kiri dan semilir angin yang berhembus menerpa dedaunan
tersebut, dari kejauhan terdengar alunan gemericik air mengiringi gerak
langkah kaki kami.
Setelah 30 menit trekking,
kami tiba di lokasi dengan hamparan bebatuan dan air jernih yang
mengalir. Pada spot pertama bernama Leuwi Cipet, kami menaruh tas dan
beristirahat sejenak kemudian beberapa teman segera bermain air sempat
turun hujan sebentar kemudian cerah lagi. Leuwi Cipet merupakan 2 tebing
yang mengapit yang dialiri air jernih yang mengalir berwarna hijau
toska di tengahnya.
Untuk mencapai ke Leuwi Liyet,
harus menyebrangi aliran air Leuwi Cipet dengan kedalaman awal sepaha
lalu sedada, kemudian 2 meter. Beberapa teman berjalan di pinggir
kemudian menaiki tebing tersebut yang sudah terbentuk tangga secara
alami untuk menghindari kedalaman air lalu melanjutkan trekking dengan jarak yang tidak begitu jauh.
Sesampainya di Leuwi Liyet kami
sangat berdecak kagum melihat panorama alam di area sekitar. Tebing yang
tidak terlalu tinggi yang membentuk huruf U, sekilas layaknya sebuah
lembah yang dialiri air yang sangat jernih dan segar berwarna hijau
toska, sementara dedaunan pepohonan sekitar melambai-lambai karena
semilir angin yang berhembus.
Kami segera bermain air di areal
tersebut. Beberapa teman menaiki tebing yang membentuk tangga secara
alami lalu melompat ke dalam air, sementara beberapa teman yang lain
berenang kesana-sini. Di lokasi ini kedalaman air sekitar 3 meter,
sementara di sisi kanan terdapat aliran air yang membentuk air terjun
mini yang diapit oleh tebing tersebut.
Surga tersembunyi lainnya yang
berada di wilayah Karang Tengah 6, Sentul yang menyajikan panorama alam
yang sangat luar biasa indah. Lokasi Leuwi Liyet masih sangat jarang
dikunjungi oleh orang banyak karena tempat yang sangat tersembunyi.
Sementara, Curug Barong dan Leuwi Hejo sudah banyak pengunjungnya.
Setelah puas bermain di areal
tersebut dan karena waktu sudah menjelang sore hari, beberapa teman
ingin kembali ke rumah Pak RT Neneng, sementara saya dan teman-teman
yang lain masih berada di lokasi untuk beres-beres sampah bekas makanan
dan minuman yang harus kami bawa kembali.
Setelah membersihkan semuanya kami
turun dan berjalan ke rumah Pak RT. Namun, di pertengahan jalan, kami
kembali dicegat oleh oknum tadi dan menyuruh kami untuk ke parkiran
motor Mitun dengan nada yang sangat emosi. Dengan terpaksa kami harus
mengikuti kemauan oknum tersebut. Sesampainya di tempat tersebut, kami
bertemu dengan Mitun lalu mendiskusikan hal tersebut. Jelas kami menolak
membayar karena belum adanya tiket sementara kami dipaksa untuk
membayar uang masuk.
Yang saya persoalkan bukan mengenai
nominal uang tapi apa jaminan untuk para pengunjung ketika membayar
uang masuk? Sebab beberapa kali saya mengunjungi lokasi tersebut dan
melihat beberapa kali para pengunjung yang hampir tenggelam karena
ketarik arus keasyikan bermain air yang kemudian diselamatkan oleh
pengunjung lainnya, sementara tak ada satu pun dari oknum-oknum tersebut
yang berjaga-jaga di lokasi air terjun untuk memantau aktivitas para
pengunjung. Mereka hanya berjaga di pintu masuk lalu meminta uang masuk
yang tanpa tiket.
Terlintas di benak saya, bagaimana
jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti tenggelam yang
menyebabkan nyawa pengunjung hilang? Apakah mereka mau bertanggung
jawab? Sementara oknum-oknum tersebut sudah meminta uang masuk ke para
pengunjung dengan cara yang memaksa dan harus bayar, oknum tersebut
tidak mau tahu yang mereka tahu pengunjung harus bayar.
Jika terdapat tiket masuk, berapa
pun nominal harganya kami akan membayar, sebab yang namanya tempat
wisata dan memiliki tiket masuk sudah pasti ada jaminan asuransi untuk
para pengunjung. Asuransi tersebut setidaknya sangat berguna untuk para
pengunjung jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Setelah berdiskusi panjang lebar
dengan Mitun, kami terpaksa membayar sebesar Rp 300.000 untuk rombongan
kami kurang lebih 50 orang. Karena jika kami tidak membayar, kemungkinan
besar kami akan ditahan oleh mereka. Sebelum kami memulai trekking ke
lokasi, Pak RT memberitahukan ke saya jika belum ada tiket masuk jangan
mau bayar karena tiket masuk sedang dalam proses pembuatan dan tiket
tersebut akan tersedia tanggal 19 Januari 2015.
Setelah semua urusan clear,
kami berjalan menuju rumah Pak RT untuk bilas dan mengganti baju.
Sesampainya di sana beberapa teman yang turun duluan menceritakan ke
saya bahwa mereka pun dihadang oleh oknum-oknum tersebut dan dipaksa
harus membayar. Kemudian teman-teman menjadikan saya sebagai jaminan
mereka sehingga mereka bisa kembali ke rumah Pak RT dengan aman.
Karena waktu sudah mau gelap, kami
membubarkan diri pulang ke rumah masing-masing. Namun sebagian teman
berwisata kuliner di wilayah Pemda Cibinong dengan beraneka macam menu
yang disajikan dengan harga yang sangat terjangkau.
How To Get There?
Jika Anda dari Jakarta menggunakan mobil,
masuk tol jurusan Bogor lalu keluar di pintu tol Sentul. Arahkan mobil
Anda ke arah Sirkuit Sentul lalu belok kanan lurus terus sampai ketemu
pertigaan Gedung SCC. Anda belok kiri lurus terus ikutin jalan sampai
ketemu Gerbang Depan Jungle Land.
Dari Gerbang Jungle Land, Anda lurus
terus naik menanjak ke wilayah Karang Tengah 6, sampai ketemu pertigaan.
Kalau ke kanan ke arah Pemandian Air Panas Gunung Pancar, Anda belok
kiri lurus terus sampai ketemu jembatan kayu masih lurus terus ikutin
jalan utama sampai ketemu masjid berwarna biru di kiri jalan lalu 200
meter ke depan ada sebuah warung, Anda belok kanan (Posyandu rumah pak
RT) lalu parkirkan kendaraan Anda di rumah Pak RT dan dilanjutkan dengan
berjalan kaki selama 30 - 45 menit menuju Leuwi Cipet dan Leuwi Liyet.
Tiket masuk Rp 10.000 dan uang parkir motor
Rp 5.000, saya menyarankan untuk membawa motor melalui jalur Jl. Raya
Bogor (Cibinong), lalu belok kiri di lampu merah Sentul, sebab saat
memasuki wilayah Karang Tengah 6 jalanan masih rusak (offroad). Untuk
menuju lokasi Leuwi Liyet, Anda ambil jalur menuju Curug Barong, sesaat
ingin sampai Curug Barong nanti akan ada jalan setapak menuju keatas,
Anda ambil jalur keatas.
Saran: Jika ingin berkunjung ke Leuwi Liyet dan Leuwi Cipet bilang saja mau berkunjung ke Curug Barong untuk menghindar diwajibkan memakai GUIDE sebab jalurnya sudah tersedia dan mudah di lalui.
Saran: Jika ingin berkunjung ke Leuwi Liyet dan Leuwi Cipet bilang saja mau berkunjung ke Curug Barong untuk menghindar diwajibkan memakai GUIDE sebab jalurnya sudah tersedia dan mudah di lalui.
No comments:
Post a Comment