Menelusuri ‘Green Canyon’ Karawang
Curug Ciomas, Kabupaten Karawang
mempunyai potensi wisata yang cukup tinggi. Namun sayang, curug tersebut belum
dieksplorasi secara maksimal. Begitu pula jalan menuju ke lokasi masih banyak
yang rusak.
Bosan dengan wisata kota, cobalah beralih ke wisata alam. Nuansanya
sangat jauh berbeda. Jauh dari hingar-bingar kota, dan gedung-gedung menjulang
tinggi, serta suasana kota yang sumpeak. Sementara wisata alam sebaliknya – penuh
ketenangan. Begitu pula masyarakatnya, ramah dan santun terhadap setiap
pengunjung.
Cukup banyak wisata alam di Indoneia dan jaraknya tidak begitu jauh dari
Ibukota. Salah satunya Curug Cimoas nan berada di Kampung Tonjong Roke, Desa
Medalsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.
Jarak tempuh dari Jakarta ke Curug Ciomas sekitar 2 jam lebih. Bila
berangkat dari arah Jakarta, keluar di pintu tol Karawang Barat. Perjalanan
dilanjutkan menuju Pasar Loji, Kecamatan Tegalwaru. Beberapa meter sebelum
Pasar Loji ada pesimpangan, dan kita mengambil arah belok kiri.
Selain melalui jalur Karawang, jalan alternatif lain yang bisa melewati kawasan Jonggol,
Kabupaten Bogor. Lanjut ke Desa Cikutamahi Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor.
Kenapa bisa lewat Bogor? Ternyata
curug ini berada diperbatasan antara Kabupaten Bogor dan Kabupaten Karawang. Yang
menjadi pembatasnya cuma sebuah jembatan, yaitu Jembatan Cimoas.
Bagi yang pertama kali berkunjung ke Curug Cimoas, memang sedikit
membingungkan. Karena lokasinya berada di pedalaman, dan belum ada petunjukan
menuju ke lokasi. Namun seluruh masyarakat sudah tahu lokasi Curug Ciomas. Jika
kita bertanya, dengan ramah masyarakat memberi petunjuk (arah) jalan menuju
Curug Ciomas.
Bagi yang suka wisata alam dan berpetualang. Berkunjung ke Curug Ciomas –
merupakan perjalanan menyenangkan.
Sepanjang jalan, khususnya di Kecamatan Panggalan terdapat hutan jati dan sawah
yang membentang luas.
Selain hutan jati dan
sawah. Di sekitar Curug Ciomas terdapat Gunung Putri, Gunung Lonjong dan Gunung
Sereal. Kehadiran tiga gunung tersebut menjadi objke tersendiri. Cocok buat bagi
penggemar wisata alam.
Sisi lain, di sepanjang perjalanan terdapat pemandangan yang kurang
menyenangan. Sebagian bukit-bukit di pinggir jalan, jadikan sebagai tambang
pasir. Batu dan pasir yang terdapat di bukit ditambang. Dikhawatirkan, seandainya proses penambangan berlangsung
lama - bisa menimbulkan longsor.
Cerita lain yang menarik adalah ketika kami tersesat ke tengah hutan jati,
di daerah Pangkalan. Mobil yang kami tumpangi terjebak dalam lubang kecil yang
berlumpur dan licin. Untung ada penambang batu nan sedang mengambil batu
di hutan jati. Merekalah yang menolong kami – hingga kami bisa melanjutkan perjalanan.
Meski mempunyai potensi wisata. Namun sayang, curug ini belum di
eksplorasi secara maksimal. Termasuk jalan, sebagian masih banyak yang
rusak. Begitu pula dengan publikasi –
pemerintah daerah belum memperkenalkannya pada publik secara maksimal. Akibatnya,
Curug Ciomas tidak begitu femiliar di telinga masyarakat.
Tak hanya jalan yang rusuk. Di Curug Cimoas belum terdapat rumah makan.
Hanya ada beberapa warung kopi kecil yang menjual mie rebus, kopi dan makanan
ringan. Kondisi seperti itu tentu menjadi persoalan sendiri bagi pengunjung.
Menumbulkan rasa tidak nyaman. Apalagi ketika mau makan – usai berang dan
mengarungi sungai.
Jika mau berkunjung ke sana, supaya tidak kelaparan – sebaiknya membawa makanan
dari rumah. Apalagi pergi a bersama keluarga, sebaiknya membawa makanan untuk
makan siang.
Green Canyon
Karawang
Curug Ciomas
bukanlah curug baru. Curug ini sudah ada sejak dulu kala. Sebelum menjadi objek
wisata – curug ini dijadikan sebagai tempat mandi oleh masyarakat setempat.
Curug Cimomas baru dijadikan objek wisata baru beberapa tahun ini.
Atas pesona
yang dimiliknya, sebagian masyarakat setempat menyebut Curug Ciomas dengan
sebutan “Green Canyon Ciomas”. Pasalnya bentuknya hampir sama dengan Green
Canyon Pangandara yang berada di Desa Kertayasa,
Ciamis, Jawa Barat.
Tapi panjang aliran sungai Curug Ciomas tidak sepanjang Green Canyon Pangandara yang bisa
diarungi dengan sampan, yang sama masyarakat setempat disebut ketinting. Panjangn aliran sungai Curug Ciomas
sekitar 200 meter, dan ukuran sungainya tak begitu besar.
Tidak seperti
sungai biasa yang bagian pinggir
dibatasi tebing tanah. Sementara sungai Curug Ciomas pada bagian pinggirnya dibatasi
tebing-tebing batu yang masih dikeliling hutan. Di atas tebing batu terdapat
pohon-pohon besar yang akarnya menjulur ke bawah.
Kehadiran
tebing batu dan bongkahan-bongkahan batu, serta hutan yang berada di atas
tebing batu memberikan kesan dan daya tarik tersendiri.
Selain warga Karawang
dan Bogor – beberapa masyarakat Jakarta pun sudah ada yang berkunjung ke
sini. Yanti, warga setempat menerangkan,
Curug Ciomas menjadi wisata alternatif. Setiap hari libur tempat ini selalu
ramai. Kalau hari biasanya hanya beberapa yang datang berenang atau sekedar
duduk melihat curug.
Selain
menikmati keindahan alam – pengunjung pun bisa berenang sambil mengarungi curug.
Bila mau aman, bisa mengggunakan ban yang disewakan seharga 7000 rupiah per ban.
Dengan harga sebesar itu kita bisa menggunakan sepuasnya – tanpa batas waktu.
Di sini Anda
juga bisa memacu adrenalin, yaitu cara melompat dari atas bukit batu yang
tingginya sekitar 10 – 12 meter. Bagi warga setempat, melompat dari atas bukit batu
sudah menjadi hal biasa. Berenang di antara batu, menuju air terjun menjadi
tantangan tersendiri.
Bagi yang baru
bisa berenang, dan ingin menuju air terjun. Sebaiknya jangan berenang sendiri. Untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Bisa menggunakan jasa guide alias pemandu wisata. Sambil menggunakan ban, guide akan membantu Anda berenang menuju
air terjun. Air di area dekat air terjunya cukup dalam. Arus yang berasal dari
air terjun cukup kuat – bisa mendorong Anda ke dalam. Atas bantuan pemandu
wisata, kita bisa berfoto di dekat air terjun. Tapi harus hati-hati jangan
sampai kamera jatuh ke dalam air.
Sugianto
Sukmajaya, pemandu wisata, “Saya sering membantu fotografer yang mau memotret
air terjun. Termasuk pengunjung yang mau di foto dekat air terjun,” terangnya.
Menurut pria
yang akrab disapa Sugi ini, area bagian tengah curug dan dekat air terjun
airnya cukup dalam. Bagi yang belum bisa berenang, sebaiknya berenang di bagian
pinggir curug – jangan ketengah.
Sebagai
pemandu wisata, setiap hari Sugi bisa memperoleh pandapatan dari jasa pemandu
sekitar 30 ribu rupiah. Di hari libur, ia bisa mengumpulkan uang sekitar 50 –
60 ribu rupiah.
Bagi Sugi,
sejak Curug Ciomas diubah menjadi tempat wisata. Keberadaan Curug Ciomas
membawa keberuntungan. Setelah putus sekolah, Sugi memfokuskan diri membantu
kedua orang tunya. Ia terpaksi berhenti sekolah, karena keterbatasan ekonomi
orang tua. “Lumayan bisa membantu orang tua,” ujarnya lelaki berusia 13 tahun
ini sambil tersenyum.
Pesona Tiga Air Terjun
Sebagian
pengunjung hanya tahu, bahwa di Curug Ciomas Cuma terdapat dua air terjun. Air
terjun pertama, berada di bagian bawah dekat jempabatan Ciomas. Air terjun
kedua berada di bagian atas. Jika mau melihat air terjun kedua, musti berenang
menelusuri sungai yang berbelok-belok yang diapit tebing-tebing batu.
Sebenarnya di curug
ini terdapat tiga air terjun. Tapi air terjun ketika, berada agak jauh. Sekitar
400 meter dari air terjun yang kedua. Karena medan menuju ke curug ketiga cukup
berbahaya. Banyak batu-batu cadas dan
licin.
Jika mau ke air
terjun ketiga harus melawai perkampungan dan menelusuri bukit. Tidak bisa
berenang atau menelusuri penggir sungai Ciomas, seperti air terjun pertama dan kedua. Karena jalur dari sungai
menuju air terjun ketiga belum dibuka.
Berhubungan
harus melawati bukit yang berhutan. Ke sana tidak boleh saat azat Zuhur.
Menurut Sugi, pamali kata orang Sunda. Orang tua kampung melarang pergi ke
air terjun ke tiga saat azan Zuhur berkumandang. Setelah azan selesai, lalu menunggu
beberapa menit – baru boleh pergi.
“Dulu ada yang
pas azan Zuhur naik ke air terjun ketiga, di tengah jalan mereka bertemu ular,”
cerita Sugi.
Di air terjun
ketiga pun terdapat batu-batu besar, air sungai mengalir di antara batu besar.
Begitu pula dengan air terjunya, turun dari batu-batu besar. Kondisi batu di
sini masih licin. Pasalnya, jarang
tempuh pengunjung. Jika tidak hati-hati bisa jatuh.
Bila
dieksplorasi secara maksimal dan dibuat jalur khusus, yaitu jalur penghubungan
antara air terjun pertema, kedua dan air terjun ketiga. Curug Ciomas bisa menjadi
lokasi wisata alam yang memukau. Menulusuri pinggir sungai sambil berenang –
menuju air terjun yang tumpah dari batu-batu besar merupakan petualangan menyenangkan.
Sungai di air terjun ketiga bisa menjadi
wahana menantang. Berenang di antara arus sungai yang desar, mengalir di antara
batu besar.
Perlu
diketahui juga, selain bekerja sebagai bertani. Penduduk yang tinggal di
sekitar curug ada pula yang berprofesi sebagai tukang batu. Membuat batu cincin
yang batunya berasal dari Sungai Ciomas.
Sumber :
http://raunraunyuk.blogspot.com/2014/12/curug-ciomas.html
No comments:
Post a Comment