Tuesday, June 10, 2014

Setia vs Enak dipeluk


Pada kenyataannya saya memang tak pandai berpura-pura, walau pun itu di hadapan orang yang mencintai atau saya cintai. Saya malas mandi, ya saya bilang saya malas mandi. Saya orangnya meledak-ledak, maka saya akan tertawa atau berteriak begitu saja. Saya tidak pernah mempertimbangkan, apakah itu pantas atau tidak pantas. Karena batasan baik atau buruk seseorang pasti akan (selalu) berbeda-beda. Mencoba menyenangkan hati setiap orang? Yang benar saja, sampai kiamat juga tidak akan pernah berhasil.

Beberapa hari ke belakang, saya banyak berpikir dan memikirkan. Seperti biasa saya selalu merindukan langit dan laut. BBM-an dengan sahabat yang tidak pernah mampu sedekat tatapan mata atau lemparan senyum dan tawa langsung seperti biasa.

Kemarin pagi, sahabat saya Luvi mengatakan, 'Chi apa lo pernah berpikir, kalo pada akhirnya kita bakalan nikah sama orang yang ngga kita cintai.'

Lalu saya diam sesaat. Saya hanya mampu mengetik:*merinding*

Saya dan Luvi sama-sama s***t jatuh cinta dalam arti yang sesungguhnya. Kalau saya masih mudah suka pada seseorang yang jujur. Kalau Luvi bahkan lebih sulit suka. Lalu perkataannya itu membuat saya berpikir. Iya ya, bagaimana kalau begitu yang terjadi. Dan apakah itu hal buruk? Luvi lalu bilang, 'Gue itu banyak kurangnya, gue bakal setia sama pria yang sanggup bertahan sampai akhir. Bukan yang cuma angot-angotan sayangnya. Walau pun mungkin, gue ngga cinta-cinta amat sama dia. Siapa aja yang Tuhan kasih buat jadi suami gue, bakalan gue sayang sepanjang sisa akhir masa.'

Semua kembali pada obrolan soal kesetiaan. Sejelek dan seburuk apa pun kami, kami perempuan yang pandai setia. Dan memang benar-benar setia. Bukan setia yang basa-basi. Yang bisa hilang seiring janji.

Kesetiaan, adalah hal yang akan langka kita temukan di hari depan. Percayalah, ketika kita memilih menjadi seorang yang setia, maka kita akan menjadi segelintir yang dicintai dengan baik. Yang walau pun harus menanti lebih lama, kita akan bahagia lebih lama. Dari mereka yang jatuh cintanya setengah-setengah.

Ahh.. tapi manusia jaman sekarang, siapa yang berpikir soal 'kesetiaan'. Yang penting cantik dan enak dipeluk. Yang penting tampan dan pantas dibawa kondangan. Hanya berkutat diseputarnya. *biasanya sich :v

Terkadang ada yang bilang, 'Punya pacar itu yang biasa-biasa aja, asal setia. 'Bahhh! Sejak kapan yang setia itu dipandang biasa-biasa saja? Siapa pula yang dulu pernah menciptakan kalimat sebodoh ini.

Seseorang yang mampu setia adalah orang yang luar biasa. Bagaimana yang seperti itu dipandang biasa-biasa saja. Karena kebanyakan mereka berfisik 'biasa' begitu? Jangan pernah bicara cinta sebelum kita paham bahwa segala yang punya 'usia' bukanlah hal yang bijaksana dipakai untuk menilai. Siapa manusia yang tidak akan jadi jelek saat tua nanti? Siapa manusia yang tidak akan renta? Kita harus bisa menemukan seseorang yang bahkan bersedia menerima kita ketika keduanya datang.

Ini benar-benar menyebalkan. Bagaimana terkadang manusia bisa begitu mengerikan.

Tidak banyak yang mampu paham. Saya pun tidak akan meminta dua kali untuk dipahami. Saya rumit dan tampaknya akan tetap seperti ini. Saya terkadang lebih kaku dari pada papan, lebih bias dari pantulan cahaya, dan lebih buram dari abu-abu. Siapa pun kelak yang dipertemukan semesta untuk menemani langkah kaki ini, perlu bersabar dan mencintai saya dengan lebih bijaksana. Karena kelak.., saya pun akan mencintaimu dengan kesetiaan sepanjang usia. Percayalah.


Sumber : https://www.facebook.com/notes/yoest-tina/setia-vs-enak-dipeluk/683235785052968

No comments:

Post a Comment