Friday, February 1, 2013

Awas! Aksi Penipuan Turis di Vietnam

                   
img
Pasar Ben Thanh di Ho Chi Minh City (Sastri/ detikTravel)
  • gb
  • gb
  • gb 
  • Jasa perahu sekitar 1.000-2.000 Dong (Taufik/detikTravel)

 
Ho Chi Minh - Vietnam adalah salah satu destinasi favorit backpacker di Asia, sekaligus negara yang rawan penipuan. Anda harus waspada, ada beberapa jenis penipuan turis yang kerap ditemui di Vietnam. Apa saja?

Dari pengalaman detikTravel dan juga sumber lain, Kamis (31/1/2013), berikut 10 jenis penipuan yang kerap ditemui di Vietnam. Kenali tanda-tandanya, dan ketahui bagaimana cara mengatasinya:

1. Taksi

Di Vietnam, pengemudi taksi ilegal punya banyak cara untuk memeras wisatawan terutama turis asing. Dikutip dari Vietnam Online, cara paling umum adalah dengan modifikasi argometer, sehingga Anda mengeluarkan lebih banyak uang dari harga normal. Semakin jauh perjalanan, semakin banyak uang yang 'dirampok' oleh para pengemudi taksi ilegal.

Supir-supir 'taksi hitam' ini senang mengambil jalan memutar, walaupun mereka bilang akan lewat jalan pintas. Tak jarang para supir ini menawarkan wisatawan untuk langsung menyambangi tempat-tempat wisata. Setelah itu, mereka meminta biaya tambahan alias tips atas jasa informasi tersebut. Untuk menghindarinya, pilihlah perusahaan taksi terpercaya seperti Mai Linh (Green Taxi), Vinasun, atau Taxi Group.

detikTravel saat menyambangi Ho Chi Minh City beberapa waktu lalu juga sempat terkena penipuan jenis ini. Taksi yang waktu itu digunakan adalah Saigon Tourist, berwarna pink. Sesaat setelah masuk taksi, kami diminta 100.000 Dong (sekitar Rp 50.000) untuk keluar gerbang bandara. Aslinya, tentu saja tak semahal itu.

2. Taksi motor/ Xe Om

Taksi motor, atau Xe Om dalam bahasa setempat, adalah salah satu transportasi umum di Vietnam. Jangankan wisatawan, naik Xe Om adalah petualangan tersendiri bagi warga lokal. Tak seperti supir taksi legal, warga Vietnam tidak butuh sertifikasi untuk jadi pengemudi Xe Om. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang memanfaatkan kesempatan ini untuk 'merampok' wisatawan.

Para pengemudi Xe Om biasanya berkata, "Naik saja dulu, uang urusan belakangan. Pokoknya lebih murah dari taksi." Setelah tiba di tujuan, mereka minta uang yang sangat banyak bahkan lebih tinggi dari harga taksi. Alasannya adalah harga bensin yang tinggi. Padahal dibanding harga jasa Xe Om, harga bensin tidak ada apa-apanya.

Sama seperti supir taksi ilegal, para pengemudi Xe Om juga hobi mengambil jalan memutar. Di beberapa kota kecil, mereka bahkan membawa wisatawan ke tempat-tempat yang tidak umum untuk selanjutnya merampok turis!

Cara untuk menghindarinya, lebih baik jangan gunakan Xe Om. Cegatlah taksi legal, atau gunakan transportasi umum lain seperti bus yang trayeknya tertera dalam buku panduan wisata.

3. Hotel abal-abal

Banyak wisatawan yang 'buta' soal Vietnam bahkan saat mereka tiba di negara tersebut. Nah, inilah kesempatan emas bagi hotel-hotel untuk menjebak wisatawan. Hotel-hotel ini punya nama yang atraktif seperti Prince, Paradise, Queen, atau Crown. Mereka membayar beberapa situs untuk menulis ulasan bagus soal hotel mereka.

Reputasi mereka palsu. Dalam situs, mereka biasanya menawarkan harga kamar yang murah. Namun saat turis datang, mereka pasti berkata kalau itu adalah harga Standard Room dan (sayangnya) sudah penuh untuk malam ini. Tak punya pilihan lain, turis pun harus membayar lebih untuk Deluxe Room.

Pemerasan tak sampai di situ. Saat check out, pihak hotel biasa menambahkan biaya-biaya tambahan yang tidak masuk akal. Harganya bahkan dua kali lipat dibanding harga aslinya. Misalnya, "Anda tinggal sendirian di double room, oleh karena itu Anda harus bayar dua kali lipat."

Pihak hotel tak sungkan menahan paspor kalau Anda tidak mau membayar. Kalau sudah begini, Anda tak punya pilihan lain. Agar terhindar dari kejadian seperti ini, sebaiknya pesanlah kamar hotel jauh-jauh hari dari situs booking terpercaya. Bawalah fotokopi email konfirmasi atau voucher hotel saat check in.

4. 'Kongkalikong' antara supir taksi dan hotel

Di Vietnam, kolaborasi supir taksi dan hotel untuk menipu wisatawan kerap ditemukan. Di bandara, supir taksi 'niat' menduplikat nama dan nama perusahaan Anda yang biasa jadi acuan untuk penjemput resmi. Setelah wisatawan yang tertera namanya itu mendatangi Anda, mereka melanjutkan skenario berikut.

Supir taksi ilegal ini langsung mengantarkan Anda ke hotel 'abal-abal'. Biasanya turis sudah punya pilihan hotel sendiri, namun supir taksi itu tak habis akal. Ia meminta bantuan ke hotel 'abal-abal' yang sebelumnya punya perjanjian dengannya. Kemudian, hotel itu akan mengirim orang berpakaian rapi bak resepsionis.

Sekitar 10 meter sebelum hotel asli yang dipilih wisatawan, taksi berhenti. Resepsionis gadungan itu akan menghampiri taksi Anda untuk meminta maaf dan berkata hotelnya penuh. Si resepsionis itu pun meminta supir taksi untuk mengantar wisatawan ke 'cabang' hotel tersebut. Tentu saja, ke hotel 'abal-abal' itu!

Para supir taksi ilegal ini mendapat keuntungan ekstra dari penipuan tersebut. Selain mendapat uang banyak karena turis dibawa keliling kota, ia juga mendapat komisi dari harga kamar di hotel 'abal-abal' tersebut. Untuk menghindarinya, cegatlah taksi berlisensi di bandara. Atau mintalah pihak hotel untuk menjemput Anda langsung di bandara.

5. Perjalanan bus antar kota

Perjalanan menggunakan bus antar kota, terutama kota-kota kecil di Vietnam bagian selatan, bisa jadi mimpi buruk bagi warga lokal sekalipun. Para 'awak' bus dikenal suka melakukan kekerasan kepada siapa saja, tak terkecuali wisatawan. Ya, inilah kemungkinan terburuk Anda berpergian naik bus antar kota di Vietnam.

Di terminal, wisatawan biasanya dipaksa masuk ke dalam bus mereka. Harga karcisnya dipatok sangat tinggi. Tak sampai di situ, para supir bus melaju ke wilayah pinggir kota dan 'menjual' turis ke bus lain. Setelah itu bus pun kembali ke pusat kota untuk mencari korban baru.

Satu hal yang perlu Anda perhatikan, bus-bus seperti ini hampir selalu kepenuhan. Misal, kursi yang tersedia hanya 45 namun isi bus itu 60 orang. Tiap orang akan dipaksa membayar mahal.

Menolak? Lebih baik tidak. Di beberapa kasus, awak bus tak segan-segan memukuli penumpangnya. Penipuan ini akan terus berlanjut, sampai para awak bus puas dengan jumlah uang yang didapatkan.

Cara menghindarinya, gunakanlah beberapa bus yang terkenal seperti Hoang Long, Mai Linh dan Phuong Trang. Servis bus-bus ini bagus dan harganya masuk akal.

6. Restoran dan karaoke 'plus-plus'

Karaoke adalah salah satu hiburan paling digemari di Vietnam, sekaligus tempat warga lokal 'menjebak' wisatawan. Satu hal yang perlu diingat, prostitusi di Vietnam adalah ilegal. Beda hukumnya dengan yang ada di Thailand.

Pria yang traveling sendirian adalah sasaran utama penipuan jenis ini. Karena prostitusi dilarang, beberapa traveler tidak bisa 'memesan perempuan' secara terbuka. Inilah yang dimanfaatkan oleh beberapa restoran sekaligus tempat karaoke di Vietnam.

Mereka menyewa taksi motor (xe om), cyclo (becak), dan taksi untuk membawa wisatawan ke restoran tersebut. Ajakannya cukup menggiurkan, "Datanglah untuk berbincang dengan wanita cantik, dan kalau Anda berminat, pergi dan bersenang-senanglah dengan mereka. Kalau tidak berminat, Anda tinggal membayar untuk minuman dan pergi."

Ada saja turis yang mengikuti ajakan ini. Sesampainya di restoran, para PSK akan muncul, meminta si turis untuk menghabiskan malam bersama mereka. Kedua belah pihak pun menyetujui harga. Si PSK akan meminta uang untuk booking kamar hotel, setelah itu, ia pergi begitu saja.

Pegawai restoran akan memberi si turis bon untuk minuman dan buah-buahan. Tentu saja harganya selangit, biasanya sekitar 2 juta Dong (sekitar Rp 1 juta). Kalau sudah begini, turis tak bisa apa-apa lagi. Di restoran tersebut biasanya sudah ada penjaga alias bodyguard yang siap memukuli turis yang tak mau bayar.

Mirisnya, wisatawan tak bisa melapor polisi karena praktek prostitusi adalah ilegal. Kalau sudah begini, satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah memberi mereka uang lalu pergi secepatnya. Sebelum pergi ke Vietnam, camkan hal ini bagi traveler pria: jangan tergoda oleh servis prostitusi apa pun.

7. Pedagang asongan

Pedagang asongan di Vietnam seringkali bertindak sebagai penipu wisatawan. Di Ho Chi Minh City, yang paling banyak melakukan penipuan ini adalah penjual kelapa muda. detikTravel pun pernah menemui penipuan jenis ini.

Begini skenarionya. Saat turis sedang jalan kaki di tengah teriknya matahari, seorang pedagang kelapa muda sigap menghampiri. Ia memanggul pikulan berisi deretan kelapa muda. Dengan ramah ia menyapa wisatawan dengan "Good morning!" atau "Good afternoon!" kemudian bertanya tujuan wisatawan.

Ia kemudian memberi informasi seputar tujuan tersebut. Kalau itu museum, ia memberitahu kalau museumnya tutup pada jam makan siang dan baru buka beberapa jam lagi. Kemudian jika si turis membawa kamera, ia akan berpose dan meminta si turis memotret dirinya. Kalau turis itu lebih dari seorang (tidak traveling solo), si penjual kelapa muda akan berpose bersama salah satunya.

Kemudian tanpa tedeng aling-aling, si pedagang memberi kelapa mudanya kepada si turis. Masih dengan muka ramah, seakan kelapa muda itu diberikannya gratis. Namun setelahnya, ia meminta uang cukup banyak untuk kelapa muda itu. Satu buah bisa sekitar 100.000 Dong (Rp 50.000).

Untuk yang satu ini, Anda boleh mengelak. Jangan turuti harga yang diberikannya. Walaupun si pedagang kelapa muda beralasan 'barang dagangan saya berat' tapi Anda boleh menawarnya. Waktu itu detikTravel akhirnya memberi si pedagang 20.000 Dong (Rp 10.000) untuk 1 buah kelapa muda.

Agar tidak terjadi penipuan semacam ini, sebaiknya hindari pedagang asongan yang awalnya tampak ramah. Kalau sudah melakukan skenario seperti disebutkan di atas, sebaiknya Anda berkata tidak. Tersenyumlah dan teruslah berjalan.

8. Harga makanan di restoran

Saat traveling ke kota-kota besar di Vietnam seperti Hanoi dan Ho Chi Minh, Anda akan menemukan banyak restoran pinggir jalan. Mereka biasanya membuka pintu untuk wisatawan, lengkap dengan ajakan dan sapaan bahasa Inggris. Namun, tak jarang restoran ini 'merampok' wisatawan dengan cara jitu mereka.

Di depan restoran, pegawai sudah menyapa wisatawan dengan ramah. Mereka lalu menyebutkan beberapa menu yang bisa dicicipi. Wisatawan pun masuk, dan membuka buku menu. Sayangnya tak ada harga yang tercantum di buku tersebut.

Saat bertanya harga makanan, biasanya pegawai restoran mengelak atau mengalihkan pembicaraan. Setelah wisatawan puas makan, bon pembayaran pun diberikan. Ya, seringkali harganya tak masuk akal. Terlalu mahal! Untuk menghindarinya, carilah restoran yang sudah terkenal di kalangan wisatawan. Gali informasi seputar restoran-restoran ini di buku-buku panduan wisata.

9. Tukang foto di tempat wisata

Tukang foto yang beredar di tempat-tempat wisata boleh saja ramah. Namun, wisatawan harus tetap waspada agar tidak terkena penipuan. Sasaran para tukang foto ini biasanya adalah sekelompok kecil wisatawan terutama yang tua, remaja, atau sekelompok turis wanita.

Awalnya mereka sangat ramah, menawarkan apakah turis mau difoto dengan harga yang murah. Namun alih-alih sekali, mereka biasanya mengambil foto berkali-kali dengan alasan "Posenya sangat bagus, saya tidak bisa berhenti mengambil gambar. Saya akan berikan diskon untuk Anda."

Setelah itu, masih dengan nada ramah dan sopan, mereka meminta uang 10.000-15.000 Dong (Rp 7.500-15.000) per foto yang diambil. Karena menggunakan kamera digital, si tukang foto akan meminta alamat lengkap Anda dan berjanji akan mengirim fotonya dalam 2-3 hari. Setelah itu, tentu saja, foto itu tidak akan datang. Mereka kabur begitu saja.

Kalau Anda menemukan tukang foto yang melakukan hal-hal seperti di atas, waspadalah. Teruslah berkata "Tidak, terima kasih" walaupun mereka berkali-kali menekankan kata "murah dan diskon". Bawalah kamera Anda sendiri, dan mintalah warga lokal atau turis lain untuk mengambil foto Anda kalau traveling seorang diri.

10. 'Restoran penjara'

Walaupun penipuan jenis ini jarang ditemui wisatawan, nyatanya prakteknya masih berjalan di Vietnam. Di antara penipuan-penipuan turis lainnya, 'restoran penjara' adalah yang paling parah.

Restoran-restoran seperti ini biasanya berada di sisi jalan tol, atau terminal bus, atau di tempat pemberhentian bus antar kota. Para pemilik restoran ini punya perjanjian tak tertulis dengan para supir bus untuk 'merampok' wisatawan di restoran mereka.

Saat para turis masuk restoran, mimpi buruk pun dimulai. Pegawai restoran dengan sigap menutup pintu dan menguncinya. Para turis dicekoki makanan dengan harga super mahal, seringkali 10 kali lipat dibanding harga aslinya. Kalau turis menolak membayar, para pegawai restoran bisa saja memukuli si turis! Tak jarang dari mereka yang memegang pemukul atau bahkan pisau.

Tak sampai di situ, 'restoran penjara' seperti ini juga sering meminta uang tambahan kalau turis mau keluar dari situ. Opsi lain, si turis harus menginap di situ. Kalau sudah begini tak ada lagi yang bisa dilakukan kecuali membayar dan pergi secepat mungkin.

'Restoran penjara' ini memang tidak umum ditemui para turis, namun inilah gambaran penipuan paling parah di Vietnam. Untuk menghindarinya, naiklah bus terpercaya. Itu saja.


Sumber :  http://travel.detik.com/read/2013/01/31/162808/2157856/1383/awas-aksi-penipuan-turis-di-vietnam

Oleh: Sri Anindiati Nursastri - detikTravel
Kamis, 31/01/2013 16:35 WIB



No comments:

Post a Comment