Tuesday, November 26, 2013


Kadang bila kita merenungkan, "Dulu saya lahir dari keluarga miskin".
Ketika melihat orang kaya, saya bertanya-tanya mengapa mereka egois, tidak mau menolong orang miskin memperbaiki masa depan, bahkan tidak jarang mereka malah memandang rendah orang miskin?"
Namun, ketika kemudian saya menjadi kaya karena bekerja keras, "Saya merasa orang miskin itu malas, tidak mau berinisiatif, maunya ditolong, iri, dan tak pernah berterima kasih?"

Mengapa begini ? Tak jarang dalam hidup ini, kita punya standar ganda dalam, "Menakar dan Mengukur " orang lain. Kita kerap menilai orang lain dari "takaran" atau pandangan subjektif kita dan tidak mampu memahami orang lain dari sudut pandang orang itu. Kita kerap menuntut orang lain bersikap dan berbuat seperti yang kita mau, padahal kita sendiri belum tentu melakukan yang sebaliknya. Ketika berbuat salah, kita tak mau dihakimi. Sebaliknya, minta dimaafkan dan dibantu keluar dari kesalahan. Ketika membeli, kita menginginkan barang yang berkualitas dengan harga bagus dan akan sangat marah jika dibohongi. Ketika susah, kita mau orang lain menolong. Dan semua ingin kita yang diutamakan dulu.

Apabila kita rindu akan kebaikan, maka kita harus melakukan kebaikan. Apabila kita rindu dimaafkan ketika bersalah, maka kita juga harus memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Ingatlah! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu...CONFUCIUS berujar, "Jika kamu tidak suka diperlakukan "Jahat" oleh orang lain, maka kamu jangan melakukan "Kejahatan" pada orang lain juga pada makhluk lain."
Marilah refleksi ke dalam nurani kita. Sudahkah saya berubah lebih baik hari ini ?

Ada SUARA yang tidak terdengar oleh telinga, itulah SUARA HATI...

Ada BENTUK yang tidak terlihat oleh mata, itulah PIKIRAN...

Ada AROMA yang tidak tercium oleh hidung, itulah KEBAJIKAN...

Ada RASA yang tidak terkecap oleh lidah, itulah KETULUSAN...

Ada SENTUHAN yang tidak teraba oleh kulit, itulah KASIH SAYANG...

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata.

No comments:

Post a Comment