Wednesday, August 21, 2013

Kota Kabut yang Magis dan Mistis di Vietnam

 
Sapa Town
 
Sleeper train ticket.jpg 
Sleeper train ticket
 
 
Kota Sapa di utara Vietnam, selalu memikat wisatawan karena kabut abadinya. Begitu kabut menyelimuti kota, suasananya magis dan mistis!
 
Awal tahun ini aku beruntung bisa menginjakkan kaki di tanah orang Viet yang terkenal dengan sejarah perangnya. Berbekal satu backpack dan sepatu sport yang sudah usang, sendiri aku naik pesawat low budget.
 
Niatku memang menghabiskan liburan dengan dana serendah mungkin. Pesawat yang kutumpangi tiba di LCCT Kuala Lumpur tengah malam. Sementara pesawat selanjutnya menuju Hanoi akan berangkat pukul 07.00 pagi waktu setempat.
 
Tentu saja akan sangat sayang mengeluarkan uang untuk membayar hotel yang hanya akan aku pakai selama 6 jam. Jadilah, bersama dengan backpackers lain, aku menggelar pasmina sebagai alas tidur di lantai terminal keberangkatan di Kuala Lumpur.
 
Untung saja aku membekali diri dengan pakaian dan perlengkapan musim dingin. Daerah utara Vietnam memang sedang mengalami musim dingin. 
Kalau tidak, aku tidak akan mampu melewati waktu transitku di Kuala Lumpur. Pendingin udara di sini cukup membuatku bergetar hebat karena kedinginan di sela tidurku.
 
Waktu 6 jam terasa cukup lama, namun menambah nilai petualanganku. Aku tidak menyebut diriku sebagai petualang sejati, karena memang aku jauh dari sebutan itu.
Namun berhasil melewati semalam tidur di lantai keberangkatan airport dengan suhu yang sangat dingin, menambah rasa percaya diriku. Ternyata aku bisa melewatinya.
 
Ketika tiba di Hanoi International airport, aku naik taksi menuju stasiun kereta api. Aku akan memulai perjalananku menuju Kota Sapa yang terkenal dengan misteri kabut yang berkepanjangan.
Sebagai budget traveler, tentu saja aku tidak akan membeli tiket kereta atau paket tour dari agen perjalanan yang harganya sangat mahal. Meski dengan begitu aku harus bersaing dengan orang lokal dengan bahasa yang sama sekali tidak kumengerti.
 
Aku tersenyum lebar ketika tiket sleeper coach seharga 546.000 VD (Rp 250 ribu) ada di tanganku. Perjalanan 9 jam dari Hanoi hingga Lao Cai, stasiun terakhir menuju Kota Sapa, tidak terasa karena aku menghabiskan waktu dengan tidur. 
 
Tepat pukul 6 keesokan paginya, kereta berhenti. Dengan tergesa aku mengepak perlengkapan tidur dan melangkahkan kaki menuju shuttle bus yang akan membawaku ke Kota Sapa.
 
Sesaat setelah meninggalkan Kota Lao Cai, aku disuguhi pemandangan yang magis dan mistis. Aku merasakan getaran kecil di hati ketika melewati pegunungan yang berkabut dan lembab. Aku merasa berada di dunia lain.
 
Dengan pemandangan indah di depanku, dinginnya udara pagi  masuk melalui jendela bus yang sengaja kubiarkan terbuka. Mendengarkan orang-orang berbicara bahasa Viet, aku benar-benar merasa tersesat. Aku tersesat di antara pikiran dan kekagumanku.
 
Aku melihat Kota Sapa di kejauhan, di balik kabut tipis yang selalu menemani kota ini. Aku mencari hostel yang sudah kupesan sebelumnya.
Tidak mahal, cukup $ 10 dolar (Rp 97 ribu) saja. Yang penting aku bisa meregangkan otot dan meletakkan backpack sebelum menelusuri jalan di Kota Sapa.
 
Aku berjalan di pasar tradisional yang dipenuhi wanita dari etnik Black H’Mong. Sungguh aku kagum melihat bagaimana mereka memelihara budaya, tidak terpengaruh dengan gaya berpakaian masa kini. Seperti tidak peduli dengan hantaman udara dingin, mereka tetap sibuk menawarkan barang barang suvenir yang mereka buat sendiri.
 
Beberapa jam kemudian, dalam perjalanan pulang menuju hostel, aku terpaku memandang bangunan gereja kuno dibalik kabut yang semakin menebal. Tanpa bisa menahan langkah kaki, aku memasuki Gereja Holy Rosary yang merupakan peninggalan zaman jajahan Prancis. 
 
Hanya ada beberapa turis yang mengagumi ornamen dan desain di dalamnya. Aku hanya duduk dan tidak tahu berapa lama terdiam di sana tanpa sadar apa yang aku pikirkan. Namun rencana trekking di lembah keesokan hari, sup sayur panas dan secangkir teh hijau yang menungguku, membuatku tersenyum dalam perjalananku pulang ke hotel.
 
 
 
 

No comments:

Post a Comment