Thursday, January 31, 2013

Kisah Para Traveler Ditipu di Luar Negeri

Kisah Para Traveler Ditipu di Luar Negeri

img
Gladiator di Colosseum (Fitraya/detikTravel)


Jakarta - Ada banyak pengalaman seru yang turis dapatkan saat traveling. Namun, tak sedikit pula yang malah tertimpa musibah. Para traveler ini misalnya, mereka pernah kena scamming atau penipuan saat traveling di luar negeri.

Scamming atau penipuan memang marak dialami traveler, terutama para turis yang baru pertama kali datang ke destinasi tujuan. Ada yang ditipu saat membayar makan, hingga penipuan biaya bayar transportasi.

Ternyata, kasus seperti ini bukan hal baru bagi wisatawan asal Indonesia. Beberapa traveler yang mengirim email ke redaksi@detik.travel menceritakan pengalaman serupa. Hampir semuanya kena tipu oleh penduduk lokal.

Salah satunya adalah Arsya Chairunnisa. Ia mengalami scam ketika traveling ke Hanoi, Vietnam.

"Waktu itu aku naik taksi menuju penginapan yang sudah dipesan. Tapi aku malah diantar ke hotel lain. Menurut supir taksi, hotel yang aku pesan sedang direnovasi. Begitu masuk, ternyata kamar hotel itu jelek," kata Arsya dalam emailnya.

Tak terima, Arsya dan teman-temannya protes. Kemudian supir taksi membawa mereka ke hotel lain yang lebih bagus.

"Ketiga temannya mengecek kamar, aku menunggu di bawah. Aku cek sekeliling, dan cari pejalan kaki untuk tanya alamat hotel yang aku cari. Ternyata benar, kita kena tipu," tambah Arsya.

Hal serupa juga dialami oleh Mayang Ulfah saat traveling ke Singapura 2011 lalu. Saat itu, ia akan membeli kartu perdana ponsel di Lucky Plaza.

"Kata orang counternya aku harus ngasih fotokopi paspor, baru bisa beli simcard. Begitu simcard udah dipasang, aku disuruh bayar SGD 60 (Rp 470.000). Setelah ditanya-tanya ke tante yang tinggal di Singapura ternyata harga normalnya cuma SGD 10 (Rp 78.000)" jelas Mayang saat dihubungi detikTravel.

Sepertinya, kasus penipuan kebanyakan dialami oleh turis yang traveler ke luar negeri. Kalau Mayang kena scam saat liburan ke Singapura, Muhson Burhani terjebak scam alias penipuan saat jalan-jalan ke Koh Samui di Teluk Thailand.

"Ketika perjalanan pulang dari hotel di Chaweng menuju airport, disepakati harga taksi adalah 300 Baht (Rp 97.000). Begitu sampai di bandara saya merasa diakali sama supir taksinya dengan alasan tidak ada kembalian setelah saya bayar pake pecahan 500 Baht (Rp 161.000)," cerita Muhson dalam emailnya.

Ya, kebanyakan scam memang dialami turis terutama masalah transportasi. Tapi siapa kira, ada cara lain yang digunakan orang jahat untuk melakukan penipuan kepada turis, seperti yang ada di Colosseum, Roma, Italia.

"Waktu itu kena tipu sama gladiator di Colosseum," kata Fajri yang saat itu bepergian ke Italia untuk ikut kompetisi paduan suara.

Sebagai seorang turis, tentu menyenangkan bisa foto dengan penduduk lokal yang bergaya gladiator. Tanpa ragu Fajri dan teman-temannya pun foto bersama para gladiator.

"Eh tapi begitu sudah foto, dia (gladiator-red) langsung nembak minta bayaran 5 Euro (Rp 65.000) per foto, kita kaget dong, akhirnya tawar-tawar dapet 20 Euro (Rp 260.000) untuk semua foto," kata Fajri dalam sambungan telepon dengan detikTravel.

Kasus penipuan berbeda dialami oleh traveler bernama Vina ketika jalan-jalan ke Nassau, Bahamas 2011 lalu. Saat itu ia bertemu dengan seorang pria asal Kuba yang tinggal di Spanyol.

Sang pria ini pun mengaku membawa uang pas-pasan. Dengan alasan tak tega, Vina pun memberikan uang USD 100 (Rp 967.000) kepada teman barunya ini.

"Tapi ketika saya minta uang itu dikembalikan, eh dia malah bilang saya tidak memberi uang apa-apa dan berlagak biasa saja sambil mengajak ngobrol dengan topik lain," lanjut Vina.

Traveler bernama Sylvia punya cerita yang berbeda. Ketika sedang jalan-jalan ke Summer Palace, Beijing, tanpa disangka ternyata ia kena tipu oleh orang yang mengaku tour guide lokal.

"Waktu itu ada tour guide lokal, berseragam dengan name tag istana (Summer Palace-red). Ia menawari kami full tour dengan harga yang lebih murah. Awalnya menarik dan informatif, tapi tiba-tiba menghilang saat kami masuk salah satu ruangan," tutur Sylvia dalam emailnya.

Kejadian yang lebih mengenaskan ternyata dialami salah seorang traveler bernama Fajar Muhamad akhir Desember 2011 lalu. Saat itu ia sedang berada di Vietnam.

"Waktu itu lagi di pasar rakyat mau beli suvenir pajangan bola-bola salju, kebetulan koleksi itu. Setelah tawar menawar sama penjual, dapatlah harga satu bola salju harganya 50.000 Dong (Rp 23.000), dan gantungan kunci 10.000 Dong (Rp 4.600)/3 buah," kata Fajar.

Begitu sampai hotel setelah puas belanja, Fajar pun bertanya ke turis lain yang kebetulan membeli oleh-oleh yang sama.

"Ternyata suvenir yang saya beli 50.000 Dong, si turis itu beli cuma 10.000 Dong, dan gantungan kunci yang saya beli 10.000 Dong/3 buah, dia beli 10.000 Dong buat 10 buah. Kebetulan si turis juga masih ada darah Vietnam, mungkin karena itu kali ya," ucap Fajar sambil tertawa.

Nahasnya, Fajar juga pernah mengalami penipuan ketika ia berada di India.

"Waktu di Mumbai mau ke stasiun kereta naik bajaj. Tawaran abangnya pertama 6.000 Rupee (Rp 1 juta). Setelah ditawar turun jadi 5.000 Rupee (Rp 905.000)," ujar Fajar.

Begitu sampai hotel, ia pun bertanya ke petugas hotel biaya normal bajaj menuju stasiun. Alangkah terkejutnya Fajar begitu tahu ternyata harga normal bajaj hanya 1.000 Rupee (Rp 181.000).

"Parah banget dinaikin 5 kali lipat," ucapnya sambil tertawa.

Hampir semua cerita yang dituturkan traveler menyiratkan kekesalan sekaligus keresahan karena penipuan. Tidak ingin hal yang sama dialami traveler lain, beberapa di antara mereka pun memberikan saran.

"Jadi kalau mau belanja atau pergi-pergi dengan transport lokal, mendingan tanya dulu deh ke orang hotel, biar kita tahu pasarannya berapa," kata Fajar.


Sumber :  http://travel.detik.com/read/2013/01/31/084413/2157180/1382/kisah-para-traveler-ditipu-di-luar-negeri

Oleh: Putri Rizqi Hernasari - detikTravel
Kamis, 31/01/2013 08:44 WIB

No comments:

Post a Comment