Tuesday, October 25, 2011

MAKAN APA HARI INI ? Makan Siapa Hari Ini ?


DI sebuah gubuk kecil, reyot dan pengap, ada percakapan menyayat hati : "Apa yang bisa kita makan hari ini, istriku?" Si lelaki, kepala rumah tangga miskin itu, sudah kebingungan dengan ikhtiarnya selama ini, yang ternyata belum menghasilkan apa-apa. Dia sangat khawatir keluarganya tak bisa makan hari itu.

Di tempat terpisah. Di sebuah ruang yang sejuk, mewah dan sangat nyaman, ada perbincangan yang mengiris hati : "Hai kawan, siapa lagi yang akan kita makan hari ini?"
Duh, si lelaki yang tampak berkuasa itu sedang menelepon rekan bisnisnya, menanyakan kemungkinan-kemungkinan memperbesar wilayah usahanya untuk memperkokoh kekuasaannya. Tak peduli siapa yang akan menjadi korban.

-o0o-

Hari masih pagi, di sebuah rumah kontrakan.


Aweng : Mau makan apa?
Joker : Nasi goreng aja deh! 
Aweng : Ngomong-ngomong, hari ini kita makan siapa nih? Ada ide?
Joker : ????
Ternyata sekarang ada jenis makanan-makanan baru yang sangat digemari. Ada yang namanya makan teman, makan saudara, makan perawan dan uang atau makan rejeki orang. Apakah memang sudah kehabisan makanan di bumi ini ? Lagi pula makanan itu harganya mahal sekali, mudah-mudahan saya tak sanggup membelinya ! Lebih baik cukup makan nasi atau ubi saja.

-o0o-

Selasa, 26 April 2011 18:10 | Oleh : Imi Suryaputera


KOPI, Entah apa yang terlintas dalam pikiran orang itu sehingga tidak mau kompromi terhadap kesusahan orang lain. Hanya karena keteledoran saat memindah sepeda motor dari tempat parkir, sepeda yang yang dipindah menyenggol sepeda motor lainnya, sehingga memecahkan kaca mika penutup plat nomer dan menggores spakbor depan sepeda motor milik seseorang.
Ceritanya ketika suatu siang yang cukup panas aku dan seorang rekan mampir di sebuah warung nasi di tepi jalan untuk makan siang. Ketika sedang nikmat-nikmatnya menyuap nasi, tiba-tiba saja terdengar, gubrak! Aku pun kaget. Aku menoleh ke arah datangnya suara tersebut, yang ternyata sepeda motor yang dipindahkan oleh pemiliknya menyenggol sepeda motor lain didekatnya. Kulihat kaca mika penutup plat nomer bagian depan sepeda motor yang kena senggol itu hancur separuhnya, serta spakbor bagian depan sedikit tergores. Pemilik sepeda motor yang kena senggol tersebut, seorang yang berperawakan kurus agak tinggi, tampak marah sambiul memeriksa sepeda motor miliknya.
“Kamu harus mengganti kaca mika penutup plat nomer itu, dan juga mengganti spakbornya dengan yang baru,” ujar orang itu dengan ekspresi dingin. “Oke saya akan ganti kaca mika itu, namun spakbor itu kan tampak tidak rusak, hanya tergores sedikit saja,” sahut orang yang teledor itu.
“Pokoknya saya tak mau tahu, sepeda motor saya harus kembali seperti semula saat sebelum parkir disini,” kata orang yang sepeda motornya kena senggol tak mau kalah.
Aku turut memperhatikan kondisi sepeda motor yang kena senggol tersebut, tampak goresan kecil yang tak seberapa hamper tak terlihat. Namun si pemilik sepeda motor tetap ngotot minta ganti yang baru. “Setelah spakbor itu kamu ganti, kamu boleh ambil yang kena gores itu,” cetus orang berperawakan kurus itu.
Orang yang teledor itupun masih mencoba membujuk, namun lawan bicaranya bergeming pada pendiriannya, bahkan mengancam akan mempermasalahkan keteledoran itu ke pihak kepolisian. Mendengar ancaman itu keruan membuat ciut nyali si orang teledor. Akhirnya ia pun menurut saja kepada si perawakan kurus itu untuk mencari bengkel.
Kebetulan bengkel sepeda motor tak jauh dari warung nasi tempat kami makan. Aku terus saja memperhatikan kedua orang yang sedang bersengketa tersebut, kebetulan juga selera makanku sudah hilang oleh kejadian itu. Ternyata di bengkel tak ada menjual kaca mika dan spakbor yang dimaksud. Aku lihat si perawakan kurus menelpon seseorang, kemudian dia merincikan berapa yang harus diganti oleh si orang teledor.
“Kaca mika dan spakbor itu harganya Rp. 250 ribu, dapatnya dari memesan dari sebuah bengkel, itupun barangnya baru akan datang setelah 2 hari. Jadi kamu bayar aja harga segitu,” kata si perawakan kurus.
“Tapi spakbor itu kan jadi milikku?” tanya si teledor.
“Ya, ini akan aku serahkan ke kamu setelah diganti dengan yang baru,” jawab si perawakan kurus.
“Kemana kamu akan menyerahkan spakbor bekas itu?” tanya si teledor pula.
“Nanti akan aku titipkan ke pemilik warung tempat kita makan tadi, aku sering makan disitu, pemilik warung itu pun sudah sangat kenal kepadaku,” balas si perawakan kurus.
Aku tak habis pikir setelah melihat kejadian yang menurutku sangat sepele, dapat diselesaikan tanpa harus memberatkan orang lain. Kupikir spakbor yang tidak rusak, hanya tergores kecil, tak perlu minta ganti dengan yang baru. Namanya juga keteledoran, yang setiap saat dapat dialami oleh siapa saja.
Dan aku pikir mungkin si perawakan kurus merasa sedang berada diatas angin, bebas sesukanya menekan orang yang sudah dianggapnya salah besar. Padahal bila saja si orang yang teledor itu berkeras dengan menganggap dirinya telah diperas, dan ia laporkan ke polisi, bukan mustahil si perawakan kurus malah akan rugi banyak lebih dari sekedar kaca mika yang pecah dan spakbor yang tergores kecil.
Tampaknya mulai banyak manusia yang sudah mulai kehilangan sense crisist dan empati terhadap sesamanya, yang berputar-putar dalam benaknya hanya soal bagaimana mendapatkan uang, dan berpikir akan makan siapa bukan berpikir makan apa.

No comments:

Post a Comment