Sunday, September 18, 2011

Mendengarkan Dengan Tidak Bijaksana (by : Ajahn Brahm)


Pada suatu sore, telepon bordering di vihara kami.

“Ajahn Brahm ada?”, tanya si penelpon dengan tidak sabaran.

“Maaf,” jawab si perempuan Asia yang santun, yang kebetulan menerima telepon itu. “Beliau sedang beristirahat di kamarnya. Silakan telepon lagi setelah 30 menit”.

“Hhhh! Dia akan mati dalam 30 menit”, geram si penelepon lalu dia menutup teleponnya.

20 menit kemudian, ketika saya keluar dari kamar, si perempuan tua Asia ini duduk terpaku dengan wajah pucat pasi dan gemetaran. Yang lainnnya berkerumun disekitarnya, mencoba mencari tahu masalahnya, tetapi dia terlalu kaget untuk berbicara. Setelah saya membujuknya, dia menggumam, “Seseorang akan datang membunuh anda!”

Saya tengah memberikan bimbingan kepada seorang pemuda Australia sejak dia dinyatakan positif mengidap HIV. Saya mengajarkan dia meditasi dan kiat-kiat bijaksana lainnya untuk menolongnya menghadapi penyakitnya. Sekarang dia sudah mendekati ajal. Kemarin saya baru saja mengunjunginya dan menunggu telepon dari pasangannya, kapan saja. Segera saja saya bisa mengira apa maksud telepon tersebut. Bukan saya yang akan mati dalam 30 menit, melainkan si pemuda yang kena AIDS itu.

Saya bergegas ke rumahnya dan menemuinya sebelum dia meninggal. Untungnya, saya juga sempat menerangkan kesalahpahaman tersebut kepada si perempuan Asia sebelum dia ikut-ikutan meninggal, karena kaget!

Seberapa sering apa yang dimaksudkan dan apa yang kita dengar tidaklah sama ?


Sumber : Buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya

No comments:

Post a Comment