Tuesday, September 13, 2011

@_@ Cungkillah Matamu @_@

Ketika berurusan dengan orang buta, anda akan mengerti bahwa mereka terbiasa pada kenyataan yang tidak anda ketahui. Mereka begitu peka pada dunia sentuhan, aroma, dan rasa serta suara sehingga kita semua yang tidak buta terlihat sangat bodoh dan membosankan. Kita merasa kasihan pada orang-orang yang telah kehilangan penglihatan mereka, tapi jarang memperhitungkan pengayaan yang diberikan oleh keempat indra mereka yang lain. Sayangnya, semua kekayaan itu dibayar mahal dengan kebutaan, dan kita bisa saja menjadi sehidup dan sepeka orang buta tanpa kehilangan penglihatan kita. Namun, sangat mustahil anda akan pernah bisa menyadari dunia cinta tanpa mencungkil, membuntungi, bagian-bagian keberadaan psikologis anda yang disebut kelekatan.

Apabila menolak melakukannya, anda kehilangan pengalaman cinta, anda kehilangan satu-satunya hal yang memberikan makna bagi keberadaan manusia. Karena cinta adalah paspor bagi sukacita dan damai dan kebebasan yang kekal. Hanya ada satu hal yang merintangi jalan masuk ke dunia itu dan namanya kelekatan. Itulah akibat mata yang bernafsu dan membangkitkan hasrat dalam hati, dan akibat tangan yang terjulur ingin memegang, memiliki, serta menolak untuk melepaskan cengkeramannya. Mata itulah yang harus dicungkil, tangan itulah yang harus dipotong, supaya cinta bisa dilahirkan. Dengan puntung pengganti tangan, anda tak bisa lagi memegang apa pun. Dengan rongga kosong pengganti mata, anda tiba-tiba jadi peka pada kenyataan yang keberadaannya tak pernah anda sadari sebelumnya.

Sekarang anda akhirnya bisa mencintai, sebelumnya anda hanya punya kebaikan hati dan kebajikan tertentu, simpati dan kepedulian terhadap orang lain yang keliru anda sangka sebagai cinta tapi sangat berbeda dengan cinta sesungguhnya, seperti sinar lilin yang berkelip-kelip dengan sinar matahari yang menyilaukan.
Apa itu cinta? Cinta adalah kepekaan terhadap setiap bagian kenyataan dalam diri anda dan di luarnya, bersama respon sepenuh hati terhadap kenyataan itu. Kadang anda akan merangkul kenyataan itu, kadang anda akan mengabaikannya, dan kadang anda akan memberinya seluruh perhatian anda, tapi anda harus selalu merespon dari kepekaan dan bukan dari kebutuhan.

Dan apa itu kelekatan? Sebuah kebutuhan, kelengketan yang menumpulkan kepekaan anda, obat yang menutupi persepsi anda. Itu sebabnya selama anda punya kelekatan, sekecil apa pun, bagi apa pun, atau siapa pun, cinta tidak bisa dilahirkan. Karena cinta adalah kepekaan, dan kepekaan yang cacat, sesedikit apa pun, adalah kepekaan yang rusak. Seperti halnya kerusakan satu bagian penting dari seperangkat radar akan menganggu daya tangkapnya, dan mengacaukan respon anda terhadap apa yang anda rasakan.

Tak ada cinta yang cacat, atau cinta yang tidak sempurna, atau cinta yang tidak utuh. Cinta itu seperti kepekaan, entah ada sepenuhnya atau tidak ada sama sekali. Entah anda punya cinta seutuhnya atau anda tidak mempunyainya. Jadi, hanya ketika kelekatan hilang orang bisa memasuki dunia kebebasan spiritual tak terbatas yang bernama cinta. Orang kini terbebas untuk melihat dan merespon. Namun, jangan samakan kebebasan itu dengan sikap tak acuh orang-orang yang tidak pernah melewati tahap kelekatan. Bagaimana mungkin anda mencungkil mata atau membuntungi tangan yang tidak anda miliki? Sikap tak acuh seperti itu, yang oleh begitu banyak orang keliru dianggap cinta (karena tidak melekat pada siapa pun, mereka mengira mereka mencintai semua orang) – bukanlah kepekaan, melainkan pengerasaan hati yang disebabkan oleh penolakan atau kekecewaan atau praktik pelepasan.

Tidak, orang harus mengarungi badai samudra kelekatan apabila ingin sampai di daratan cinta. Sebagian orang tidak pernah berlayar tapi yakin mereka sudah sampai. Orang harus punya tubuh yang bugar dan mata yang jeli untuk bisa mengayunkan pedang serta menebas kelekatannya, dengan begitu dunia cinta bisa muncul dalam kesadarannya, dengan begitu dunia cinta bisa muncul dalam kesadarannya. Dan jangan salah, hal itu hanya bisa dicapai dengan kekerasan. Hanya orang keras yang bisa merebut kerajaan.

Mengapa harus menggunakan kekerasan? Karena kalau dibiarkan begitu saja, kehidupan takkan pernah menghasilkan cinta, kehidupan hanya akan membawa anda kepada ketertarikan, dari ketertarikan kepada kenikmatan, lalu kepadak elekatan, kepada kepuasan, yang akhirnya membawa anda kepada keletihan dan kebosanan. Lalu semuanya statis. Kemudian sekali lagi terjadi siklus melelahkan: ketertarikan, kenikmatan, kelekatan, pemenuhan, kepuasan, kebosanan. Semua itu bercampur dengan kecemasan, kecemburuan, keposesifan, kedukaan, kesakitan, yang menjadikan siklus itu sebuah roller coaster.

Ketika anda telah berulang kali menjalani siklus itu, akhirnya akan tiba saatnya ketika anda bosan dan ingin menghentikan keseluruhan proses itu. Dan apabila anda cukup beruntung untuk tidak bertemu lagi dengan sesuatu atau seseorang yang menarik perhatian anda, paling tidak anda akhirnya akan memperoleh kedamaian yang rapuh. Hanya itu yang bisa diberikan dunia kepada anda; dan anda bisa keliru menyamakan kondisi itu dengan kebebasan, lalu anda mati tanpa pernah tahu apa artinya menjadi benar-benar bebas dan mencintai.
Tidak, apabila anda ingin keluar dari siklus itu dan masuk ke dunia cinta, anda harus menebas ketika kelekatan anda masih hidup dan segar, bukan ketika anda telah menaklukkannya. Dan anda tidak boleh menebas dengan pedang penolakan – karena pemotongan semacam itu hanya akan memperkeras – melainkan dengan pedang kesadaran.

Apa yang harus anda sadari? Tiga hal: pertama, anda harus melihat penderitaan yang disebabkan oleh obat yang anda minum, naik turunnya perasaan anda, gairah yang ditimbulkan, kecemasan dan kekecewaannya, kebosanan yang cepat atau lambat akan anda rasakan. Kedua, anda harus menyadari kehilangan yang anda alami akibat minum obat itu, yaitu kehilangan kebebasan untuk mencintai dan menikmati setiap menit dan segala sesuatu dalam kehidupan. Ketiga, anda harus paham betapa – karena kecanduan dan pemrograman anda – anda telah memberi objek kelekatan anda sebuah keindahan dan nilai yang sama sekali tidak dimilikinya. Yang membuat anda mabuk kepayang ada dalam kepala anda, bukan dalam orang atau benda kesayangan anda. Sadarilah hal itu dan pedang kesadaran akan mematahkan pesona yang memukau anda.

Orang pada umumnya berpendapat bahwa hanya ketika anda sendiri merasa sangat dicintai barulah anda bisa keluar ke dunia dengan cinta bagi orang lain. Hal itu tidak benar. Orang yang merasa dicintai memang keluar ke dunia, tapi tidak dengan cinta melainkan dengan euforia. Baginya, dunia terlihat diselubungi rona kemerahan yang tidak nyata, yang hilang begitu euforianya selesai. Apa yang dia sebut cinta tidak dibangkitkan oleh persepsinya yang jelas tentang kenyataan, melainkan oleh keyakinan – entah benar atau salah – bahwa dia dicintai oleh seseorang. Keyakinan itu sangat rapuh karena bertumpu pada orang-orang yang bisa berubah dan tak bisa diandalkan yang dia anggap mencintainya. Dan yang bisa setiap saat menekan tombol serta mematikan euforianya. Tak heran orang yang punya keyakinan itu tidak pernah benar-benar melepaskan perasaan tak aman mereka.

(Ketika anda keluar ke dunia karena cinta orang lain bagi anda, yang anda pancarkan bukanlah sinar persepsi anda tentang kenyataan, melainkan sinar persepsi anda tentang kenyataan, melainkan sinar cinta yang anda peroleh dari orang lain; orang lain mengendalikan tombolnya, yang ketika ditekan akan mematikan pancaran sinar anda).

Ketika anda menggunakan pedang kesadaran untuk pindah dari kelekatan ke dalam cinta, ada satu hal yang harus anda ingat: jangan kasar atau tidak sabar, atau membenci diri sendiri. Bagaimana cinta bisa tumbuh dari sikap semacam itu? Sebaliknya, pertahankan bela rasa dan sikap apa adanya seorang ahli bedah saat dia sedang mengoperasikan pisau. Dengan begitu anda mungkin akan bisa mencintai objek kelekatan anda dan bahkan lebih menikmatinya daripada sebelumnya, sekaligus menikmati hal lain dan orang lain dengan sama besarnya.

Itulah tes untuk mengetahui apakah yang anda miliki itu cinta. Bukannya menjadi tak acuh, anda sekarang menikmati segala hal dan semua orang sebanyak anda menikmati objek kelekatan anda. Hanya saja, sekarang tak ada lagi gairah dan karena itu tak ada lagi penderitaan serta ketegangan. Bahkan bisa dikatakan anda menikmati semua yang ada dan menikmati semua yang tidak ada. Karena anda telah mendapatkan penemuan besar bahwa apa yang anda nikmati di setiap hal dan di setiap orang adalah sesuatu dalam diri anda sendiri. Orkestranya ada dalam diri anda dan anda membawanya ke mana pun anda pergi. Segala hal dan semua orang di luar anda hnaya menentukan nada apa yang akan dimainkan orkestra itu. Dan ketika tak ada satu pun orang atau hal yang menarik perhatian anda, orkestra itu akan memainkan musiknya sendiri – tidak membutuhkan rangsangan dari luar. Kini anda membawa dalam hati anda sebuah kebahagiaan yang tidak bisa diletakkan di sana oleh apa pun yang ada di luar anda, dan yang tidak bisa diambil oleh apa pun.

Nah, inilah satu lagi tes cinta. Anda bahagia tanpa tahu alasannya. Apakah cinta itu abadi? Tak ada yang bisa menjaminnya. Karena walau cinta tidak bisa hanya sebagian, cinta bisa hanya sementara. Cinta datang dan pergi sesuai kondisi pikiran anda: apakah terjaga dan sadar atau sudah tertidur lagi. Namun, satu hal yang pasti, begitu pernah merasakan hal yang disebut cinta itu – walau hanya sekejap – anda akan tahu bahwa tidak ada harga yang terlalu mahal, tidak ada pengorbanan yang terlalu besar, bahkan kehilangan mata sekalipun, atau pun kehilangan tangan, apabila sebagai gantinya anda bisa mendapatkan satu-satunya hal di dunia yang membuat kehidupan anda berharga.

~ Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung daripada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka.. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka. ~ Markus 9:43, 47

Sumber : The Way To Love by. Anthony De Mello

No comments:

Post a Comment