Saturday, June 14, 2014

Temukan Epifani Anda



 Apa itu epifani? Epifani didefenisikan sebagai peristiwa istimewa dalam
kehidupan seseorang yang menjadi titik balik dalam kehidupannya.
Pengaruhnya berbeda-beda, bisa negatif atau positif, bergantung pada apakah
epifaninya besar atau kecil. Contoh menarik dari sebuah epifani adalah
kisah yang dialami oleh Martin Seligman. Martin Seligman adalah seorang
profesor di bidang psikologi. Psikologi yang digelutinya dulu adalah
psikologi yang senantiasa berorientasi pada sifat-sifat buruk manusia.
Bahkan pada saat sekarang ini pun banyak pakar psikologi yang memulai
analisanya pada sifat-sifat negatif manusia. Apa yang menyebabkan manusia
berperangai buruk? Kenapa manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan
negatif? Ini adalah sebagian pertanyaan yang senantiasa menggambarkan
psikologi kita. Pada intinya manusia itu bertabiat buruk, sehingga
perilaku-perilaku aneh manusia, selalu dicari sebab-sebab negatif yang
menyebabkannya.

Psikologi senantiasa berkutat pada kekurangan-kekurangan manusia, dan
penyakit-penyakit kejiwaan. Tidak ada satu pun aliran psikologi yang
membahas dan fokus pada kekuatan-kekuatan manusia. Aliran psikologi yang
berkutat pada kelebihan-kelebihan manusia inilah, yang diusung
oleh Martin Seligman. Seperti yang telah saya gambarkan, bahwa Seligman pun
dulu bergelut dengan psikologi "negatif" hingga beliau menemukan
epifaninya. Martin Seligman kemudian mengisahkan dirinya:

Waktu itu saya sedang menyiangi taman kami bersama putri saya, Nikki, yang
berumur lima tahun. Saya harus mengakui bahwa walaupun telah
menulis sebuah buku dan banyak artikel tentang anak-anak, saya tidak
terlalu pandai menghadapi mereka. Saya berorientasi-tujuan dan hemat
waktu, dan ketika menyiangi taman, saya hanya menyiangi. Namun, Nikki
melemparkan rumput-rumput liar itu ke udara sambil menari dan
menyanyi. Oleh karena dia mengganggu, saya berteriak kepadanya, dan dia
berjalan menjauh. Beberapa menit kemudian dia kembali, dan
berkata, "Ayah, aku ingin bicara dengan Ayah."

"Ya, Nikki?"
"Ayah ingat sebelum ultahku yang ke-5? Sejak berumur 3 tahun sampai 5
tahun, aku suka merengek. Aku merengek setiap hari. Pada hari ultahku yang
ke-5, aku memutuskan untuk tidak lagi merengek. Itu hal tersulit yang
pernah kulakukan. Dan kalau aku bisa berhenti merengek, Ayah juga bisa
berhenti menjadi penggerutu."

Setelah "menemukan" epifani di atas, Martin Seligman kemudian berkata, "Ini
ilham bagi saya. Perkataan Nikki tepat sasaran. Saya memang penggerutu.
Saya telah menghabiskan lima puluh tahun hidup saya sebagian besar dengan
cuaca mendung di dalam jiwa, dan sepuluh tahun terakhir saya bagaikan awan
nimbus yang berjalan di sebuah rumah tangga yang disinari mentari. Nasib
apa pun yang saya dapatkan barangkali bukan karena saya seorang penggerutu,
lebih tepatnya saya tetap bernasib baik walaupun saya penggerutu. Pada saat
itu, saya memutuskan untuk berubah."

Dan pada akhirnya, Martin Seligman kemudian melahirkan sebuah aliran baru
dalam psikologi, yang disebutnya sebagai Psikologi Positif. Jika selama ini
psikologi selalu meneliti penyakit-penyakit kejiwaan pada manusia, maka
psikologi positif ini memfokuskan dirinya untuk meneliti kekuatan-kekuatan
dan kelebihan-kelebihan yang ada pada manusia, yang akan mengantarkan
dirinya untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan.

Kita telah melihat sebuah epifani dari Martin Seligman. Saya ingin mengajak
Anda untuk melihat sebuah epifani yang dialami oleh Malcolm.
Kisah ini dituturkan oleh Mark Victor Hansen:

"Pada suatu akhir pekan, seorang pria bernama Malcolm, bertempat tinggal di
Vancouver, mengajak tunangannya berjalan-jalan melewati hutan utama British
Columbia.

Entah bagaimana mereka terjebak di antara seekor induk beruang dan
anak-anaknya. Induk beruang itu, karena ingin melindungi anak-anaknya,
menarik dan mencengkeram tunangan Malcolm. Tinggi badan Malcolm hanya
sekitar 157 cm, sedangkan beruang itu sangat besar. Namun, dia mempunyai
keberanian dan berhasil membebaskan tunangannya. Kemudian, induk beruang
menangkap Malcolm dan mulai meremukkan setiap tulang pokok di tubuhnya.

Induk beruang mengakhiri serangan dengan menancapkan cakarnya pada wajah
Malcolm dan mencakar lurus hingga ke kepala bagian belakang.

Ajaib, ternyata Malcolm tetap hidup. Selama delapan tahun dia
berulang-ulang menjalani operasi pemulihan. Selama itu, para dokter telah
melakukan semua bedah kosmetik yang mungkin bisa mereka lakukan. Namun,
semua itu tidak cukup menolong Malcolm dan Malcolm
memandang dirinya sebagai si buruk rupa. Dia tidak ingin lagi tampil di
hadapan umum.

Oleh karena itu, pada suatu hari Malcolm naik dengan kursi rodanya ke atap
lantai-sepuluh gedung pusat rehabilitasi. Ketika sedang bersiap-
siap untuk mendorong tubuhnya melintasi batas bangunan, ayahnya muncul.
Sebelumnya, sang ayah mendengar bisikan hatinya yang menyuruh
dia untuk menemui anaknya.

Pada waktu yang tepat, sang ayah muncul di puncak tangga dan berkata,
"Malcolm, tunggu sebentar."
Mendengar suara ayahnya, Malcolm membalikkan badan di atas kursi rodanya.

Ayahnya berkata, "Malcolm, setiap manusia memiliki bekas luka di suatu
tempat yang tersembunyi dalam dirinya. Rata-rata mereka menyembunyikannya
dengan senyuman, kosmetik, dan pakaian indah. Kebetulan kau harus memakai
bekas luka itu di bagian luar. Namun, kita semua sama, Anakku. Kita
sama-sama punya luka."

Malcolm tidak lagi mampu melompat dari atap gedung itu.

Tidak lama kemudian, seorang teman membawakan beberapa rekaman kaset
mengenai motivasi. Pada salah satu kaset, dia menyimak kisah Paul
Jeffers, yang kehilangan pendengarannya pada usia empat puluh dua tahun dan
berhasil menjadi salah satu wiraniaga terkenal di dunia. Malcolm mendengar
saat Paul berkata, "Halangan diberikan kepada orang-orang biasa agar mereka
menjadi luar biasa."

Malcolm berkata pada dirinya sendiri, "Itu kan saya. Saya luar biasa!"

Malcolm harus melawan rasa takut ditolak karena fisiknya kini cacat. Dia
bangun setiap hari dengan kesadaran bahwa selalu ada kemungkinan (untuk
ditolak), namun dia tetap melangkah maju sedikit demi sedikit. Malcolm
memutuskan untuk bekerja sebagai wiraniaga asuransi ? suatu
pekerjaan yang akan menghadapkan dia pada penolakan berkali-kali setiap
hari. Dia memutuskan untuk menjadikan kekurangannya yang utama sebagai
modal.

Dia memasang foto diri pada kartu bisnisnya, dan ketika dia memberikannya
kepada orang lain, dia akan berkata, "Saya buruk rupa di luar, tetapi
ganteng di dalam jika saja Anda punya kesempatan untuk mengenal saya."

Setahun kemudian, Malcolm menjadi agen asuransi nomor satu di Vancouver.

Malcolm telah menemukan epifaninya, dan hal itu telah mengubah hidupnya.
Epifani ini adalah sejenis pembimbing. Setiap orang yang ingin sukses,
"haruslah" memiliki pembimbing. Dalam buku The One Minute Millionaire,
dijelaskan bahwa pembimbing itu tidak harus manusia. Apa pun yang membuat
Anda mengubah arah kehidupan Anda bisa berfungsi sebagai pembimbing.

Tiba-tiba saya teringat lagi sebuah epifani yang dialami oleh Huo Yuanji ?
seorang ahli Wu Shu cina, yang memopulerkan Wu Shu di dunia. Peristiwa
pertama yang mengubah hidup Huo Yuanji adalah kekalahan ayahnya ? sebagai
ahli Wu Shu ? pada pertandingan bela diri antar sesama ahli bela diri.
Sebenarnya ayahnya telah menang, akan tetapi pada pukulan terakhir, ayahnya
menahan pukulan, sehingga membuat lawannya memanfaatkan kesempatan ini
untuk membuatnya ke luar arena, hingga dinyatakan kalah. Dan inilah
kekalahan pertama ayahnya.

Kekalahan itu membuat Huo Yuanji terpukul dan bersumpah untuk tidak
terkalahkan dengan mengalahkan lawan-lawannya, dengan menggunakan kemampuan
Wu Shu, yang menjadi tradisi bela diri di keluarganya. Inilah epifani
pertama dalam hidupnya.

Pertandingan demi pertandingan dilewati dan tidak satu pun lawannya yang
mampu mengalahkannya, hingga menjadikan dirinya sombong. Ibunya sering
menasehati bahwa lawan terbesarnya adalah dirinya sendiri. Hingga suatu
ketika, kesombongan dan kepongahannya membawa dendam pada keluarga lawan
yang dibunuhnya. Dan hal ini mengakibatkan kematian ibu dan anak
tercintanya. Inilah epifani kedua dari Huo Yuanji.

Epifani itu telah membawanya ke suatu desa, dimana penduduk desa itu
mengajarkan arti hidup yang sesungguhnya pada dirinya. Huo Yuanji pun
kemudian mengubah lagi hidupnya. Dia tampil sebagai ahli bela diri Wu Shu
yang bijaksana, yang bukan mencari lawan tapi senantiasa mencari teman.
Pertandingan bela diri dijadikan untuk intropeksi diri, melihat
kekurangan-kekurangan dirinya untuk kemudian diperbaiki. Ia
telah memahami nasehat ibunya untuk mengalahkan diri sendiri, dan telah
memahami kenapa ayahnya dulu tidak jadi melanjutkan pukulannya
di saat ayahnya hampir menang.

Huo Yuanji telah beberapa kali mengalami epifani. Dan, setiap epifani telah
menjadi pengubah dan pelajaran bagi hidupnya. Saya sendiri pun
telah mengalami epifani. Menurut saya epifani itu bukanlah peristiwa yang
dicari-cari. Anda tidak harus bertanding dengan beruang untuk menjadi
seperti Malcolm. Anda tidak harus menjadi penggerutu dan memiliki anak yang
menegur Anda untuk menjadi seperti Seligman. Begitu pula Anda tidak harus
menjadi ahli bela diri Wu Shu yang sombong untuk menjadi seperti Huo
Yuanji. Yang perlu Anda lakukan adalah membuka pikiran Anda untuk
senantiasa memperhatikan detil-detil kehidupan Anda. Karena boleh jadi
epifani itu terjadi ketika Anda membaca sebuah buku, atau mungkin ketika
Anda membaca artikel sederhana ini. Temukan Epifani Anda dengan senatiasa
membuka pikiran Anda setiap saat!


<Sumber: Temukan Epifani Anda oleh Syahril Syam>

No comments:

Post a Comment