detikTravel Community -
Candi Angkor Wat adalah destinasi favorit traveler yang pergi ke Kamboja. Menyaksikan matahari terbit di tempat ini, rasanya sungguh dahsyat tak terkira!
Situs UNESCO ini didirikan oleh Raja Khmer Suryawarman di abad ke-12. Situs ini merupakan candi Hindu terluas di dunia dengan total area mencakup 3,6 kilometer persegi.
Akhirnya perjalanan impian menjadi kenyataan. Sudah hampir 5 tahun perjalanan ini saya simpan hingga awal tahun 2013. Dari Kuala Lumpur kami mengambil rute ke Phnom Penh, ibukota Kamboja. Saat ini tidak memerlukan visa masuk bagi Warga Negara Indonesia yang ingin berkunjung ke Kamboja.
Setiba di bandara, kami langsung membeli paket mingguan BlackBerry seharga USD 5 (Rp 57.000). Sekaligus top up USD 5 (Rp 57.000) agar bisa menelpon ke Indonesia. Cukup murah dan signalnya bagus!
Dari Kota Phonm Penh kami melanjutkan perjalanan ke Kota Siem Reap dengan moda bus yang menghabiskan waktu selama 6 jam perjalanan. Cuaca yang ideal untuk mengunjungi negeri ini yaitu bulan Desember-Februari yang bercuaca cerah, tetapi hawanya cukup sejuk karena hembusan angin dingin dari dataran China.
Sepanjang jalan mengingatkan saya akan suasana pedesaan di Jawa dan Sumatra. Ribuan hektar sawah siap panen dan jutaan pohon aren menjadi pemandangan eksotis dengan rumah panggung khas Kmer.
Kamboja sangat mirip dengan Indonesia bahkan masyarakatnya pun berkulit serta berwajah mirip dengan bangsa Indonesia. Sehingga kadang kami dianggap orang kamboja.
Setiba di Phonm Penh pukul 19.00 waktu lokal. Kami dijemput oleh supir tuk tuk atau becak motor yang bisa memuat 4 orang penumpang. Seluruh biaya wisata di Kamboja menggunakan pecahan dollar Amerika, walaupun mereka mempunyai mata uang sendiri yaitu Real Kamboja.
USD 1 setara 3.700-4.000 Real Kamboja. Harga tuk tuk dari stasiun bus Siem reap ke hotel dikenakan tarif USD 3 (Rp 34.000) per tuk tuk. Sehingga kalau kita berangkat 3-4 orang tentu bisa berbagi dan menjadi lebih irit biaya.
Dari stasiun bus menuju ke hotel di tengah Kota Siem Reap sekitar 15 menit. Kotanya kecil, namun turis-turis bule hilir mudik malam itu dan para turis Asia yang suka bergerombol.
Suasannya mirip dengan Legian di Bali. Setibanya di hotel kami ditawari oleh supir tuk-tuk untuk jemputan menuju ke Angkor Wat pagi hari pukul 05.00 waktu lokal ditambah dengan keliling candi seharga USD 20 (Rp 229.000) per tuk-tuk.
Akhirnya kami menyetujui harga tersebut dan sepakat untuk dijemput pukul 05.00 waktu lokal. Setelah check in dan rehat sejenak, kami pun mencari makan malam di seputaran night market yang tidak jauh dari hotel.
Mencari makanan halal juga tidak susah, cukup katakan bahwa kami tidak mau ada menu babi dan mereka akan mengerti. Harga makanan sekitar USD 3-5 (Rp 34.000-Rp 57.000) per orang. Air mineral 1,5 liter sekitar USD 1 (Rp 11.400). Setelah makan malam, kami kembali ke hotel untuk mempersiapkan bangun pagi.
Pukul 04.30 waktu lokal kami sudah siap di lobi dan supir tuk-tuk kami yang bernama Ken siap di tempat. Dengan sangat sopan, ia menyapa dan menyambut kami untuk menuju kawasan Angkor Wat.
Hawa dingin langsung menyergap kami sepanjang perjalanan dan sangat gelap sekali dengan penerangan jalan yang minim. Tetapi puluhan tuk-tuk dan mobil berlomba menuju ke Angkor Wat pagi itu. Perjalanan dari hotel menuju pintu masuk Angkor Wat menempuh waktu selama 15-20 menit.
Setiba di pintu masuk, kami langsung disambut dengan ramah oleh petugas wisata dan ratusan turis siap antre membeli tiket masuk. Biaya tiket masuk ke Angkor Wat ada beberapa pilihan. Yaitu paket satu hari seharga USD 20 (Rp 229.000) per orang, paket 3 hari USD 40 (Rp 458.000), paket seminggu USD 60 (Rp 687.000) per orang.
Pilihan kami jatuh ke paket harian yaitu USD 20 (Rp 229.000) per orang. Kemudian kami diminta foto badan. Wah, ternyata tiket masuk kami dibubuhi foto pribadi yang bisa menjadi souvenir bagi para pengunjung. Keren!
Setelah membeli tiket, kami kembali naik tuk-tuk dan petugas memeriksa dengan teliti tiket masuk kami. Jangan coba-coba nakal dengan tidak membeli tiket masuk, karena sangat ketat sekali penjagaan di sini. Apabila tertangkap bisa didenda sekitar USD 100-200 (Rp 1,1 juta-2,2 juta).
Gelap gulita dan hawa dingin menerkam kami kembali. Sekitar 15 menit kami sudah sampai di pintu masuk Angkor Wat. Jangan bayangkan memasuki candi dengan penerangan lampu di pintu masuk. Suasana yang gelap dan puluhan orang yang mencoba masuk sangat unik sekali. Beberapa pemandu wisata membawa senter untuk memandu para turis.
Setelah berjalan sekitar 10 menit, kami menemukan ratusan turis asing sudah siap duduk di pinggir kolam kecil depan candi. Beberapa penjaja makanan menawarkan kopi seharga USD 1 (Rp 11.400).
Perlahan-lahan sang surya hadir dan menunjukkan kemegahannya di balik candi Angkor Wat. Ratusan mata terpukau ketika melihat semburat sang surya yang begitu indah dan begitu mendamaikan pagi itu. Puluhan blitz dan decak kagum wisatawan asing memberikan nuansa tersendiri.
Terharu rasanya menyaksikan keindahan alam yang tiada tara dengan perpaduan kehebatan bangsa Khmer membangun kawasan candi Hindu yang sangat luas ini. Tidak terbayangkan kehebatan mereka. Menghirup udara pagi Angkor Wat yang bebas polusi dan menyejukkan, menjadi kenangan tersendiri.
Perlahan-lahan sang surya sudah menerangi sebagian kawasan candi dan para wisatawan tetap tidak beranjak pergi. Kami menatapnya dengan bangga dan haru.
No comments:
Post a Comment