Sunday, December 25, 2011

Kalau kamu tidak bisa berbuat baik, jangan menghalangi orang lain berbuat baik


Fwd :
KISAH NYATA
"Kalau kamu tidak bisa berbuat baik, jangan menghalangi orang lain yang berbuat baik terhadap sesama"


Peristiwa ini terjadi sudah puluhan tahun lalu, tetapi tetap membekas dan meinggalkan hikmah/pelajaran yang bukan main besarnya bagi saya.

Mungkin sudah karma buruk saya memiliki satu-satunya kakak laki-laki yang punya kecerdasan, kepandaian serta prestasi gemilang selama sekolah namun dia memiliki sperangai sangat buruk. Akan selalu menyalahkan orang lain setiap kali usahanya gagal. Siapa saja bisa dia anggap "pembawa sial" terhadap pekerjaannya yang tidak sukses itu. Parahnya, orang-orang tersebut tidak pernah diajaknya bicara lagi. Orang pertama yang dianggap pembawa sial adalah istrinya. Kemudian predikat pembawa sial kedua jatuh kepada saya! Selama 27 tahun jangankan bicara, melihat saya saja dia tidak mau. Dia dan istrinya bercerai pada usia masih sangat muda.

Suatu peristiwa:
Ada sebuah sumur di dekat pintu gerbang pabrik tempat papa saya menjalankan bisnisnya. Sumur itu tidak pernah kering bahkan pada musim kemarau sekalipun. Sumur tersebut sengaja disediakan oleh papa agar penduduk sekitar pabrik yang kesulitan mendapatkan air untuk keperluan sehari-hari terutama pada musim kemarau, dapat dengan mudah mendapatkan air. Banyak orang yang memanfaatkan satu-satunya sumber air yang tidak pernah kering itu. Hal ini membuat papa amat sangat bahagia. Beliau juga mengajarkan kepada saya, "Kapan saja ada orang minta air kepada kita, baik untuk makan/minum atau mandi, berikan. Coba bayangkan kalau kita tidak punya air, bagaimana mau makan dan minum".

Di tengah kebahagiaan papa, entah apa yang mendorong kakak saya untuk sengaja tinggal di mess pabrik. Ternyata, dia "menyumbat" air bersih di sumur dengan cara mengalirkan air selokan kotor ke dalam sumur tersebut. Tercemarlah air sumur itu. Mulanya papa saya tidak mengetahuinya. Lama-kelamaan papa bingung, mengapa tidak ada lagi penduduk yang mengambil air. Setelah dicek, ternyata sumur itu sengaja dicemarkan oleh kakak saya! Bisa dibayangkan, betapa marahnya papa, orang yang saya kenal berhati lembut dan penuh perhatian kepada sesama.

Di dalam amarahnya, saya mendengar papa mengatakan, "Kalau kamu tidak bisa berbuat baik, jangan menghalangi orang lain yang berbuat baik terhadap sesama!", demikian memuncak emosi papa ("pemandangan" yang belum pernah saya lihat sebelumnya!)

Papa stressed berat, keluar masuk Rumah Sakit. Suatu hari tiba2 saja kakak saya mendatangkan pengacara ke rumah, dan dibawah "tekanan" papa saya berhasil dimintai tandatangannya atas pernyataan bahwa papa mewariskan pebrik itu kepadanya. Papa menitikkan air mata, sambil berkata bahwa ia kehilangan pabrik hasil rintisannya yang masih sanggup ia jalankan walaupun kesehatannya terganggu. "Selama papa masih bisa bekerja, tidak mau menyandarkan hidup pada anak2", katanya...

Saya sering menghiburnya, saya katakan bahwa papa sudah waktunya istirahat, sejak muda tidak pernah berhenti bekerja sejenak pun, lagi pula cepat atau lambat pabrik itu kan juga akan diserahkan kepada kakak saya,

Sejak itu papa tidak lagi mengurus pabrik. Hal ini membuat sakitnya semakin parah dan meninggal.

Bukan cuma keburukan itu yang dilakukan kakak saya ini, sarjana lulusan ITB termuda dalam sejarah perguruan tinggi itu. Banyak hal lain yang dilakukannya, yang di luar batas kewajaran.

Bahkan ketika papa saya meninggal dan teman-teman suami saya dari Tridharma akan membaca Liam Keng, mereka DIUSIR.
Untung saja mama saya yang meminta group Paritta ini untuk melanjutkan acaranya.

Entah karena Alam & Semesta bekerja atau apa, tahun lalu (tepat 10 tahun setelah papa meninggal), tiba-tiba saja ketika sedang makan siang dengan dua orang teman bisnisnya, kakak saya terserang stroke.
Perdarahan di otaknya berlangsung terus tanpa bisa dihentikan.
Dokter mengatakan bahwa kalau tidak malam itu juga dioperasi, akan terlambat. Operasi dilaksanakan selama hampir 8 jam, dan ia selamat. Namun tidak bisa bicara, tidak bisa bergerak.

Ketika saya menemuinya, ia hanya bisa menangis tanpa bisa berkata apapun.
Tapi dia minta dipeluk dan dicium. Mungkin itulah penyesalannya.
Semakin hari semakin membaik keadaaannya walaupun tetap di kursi roda.
Setelah ia bisa bicara, ia minta maaf kepada mama, dan setiap kali melihat foto papa, ia akan menangis.
Ia berkata kepada saya, "Koko (demikian saya memanggilnya) dulu sangat congkak, menganggap diri paling unggul, sekarang cuma bisa di kursi roda, tidak berdaya". Saya menangis mendengar kata-katanya yang belum begitu jelas.

Saya bersyukur bahwa saya tidak pernah ada dendam padanya selama 27 tahun ini "dimusuhi", dan tidak dianggap adik olehnya (tapi dianggap pembawa sial).

Banyak yang mengatakan bahwa kakak saya sedang memetik buah dari bibit yg ditanam nya dahulu
Tapi dia juga masih punya bibit baik karena setiap orang yang dulu disakitinya, memaafkan dia.

Semoga kisah tsb menginspirasi kita semua. Tbu
 
Sumber : Marga Singgih
 

No comments:

Post a Comment