Friday, October 21, 2011

KISAH WANITA YANG SANGAT MENCINTAI KEKASIHNYA

Aku punya kisah tentang seorang gadis yang begitu mencintai seorang pria. Mereka baru dipertemukan beberapa bulan yang lalu, tetapi mereka memiliki kecocokan karena dapat saling melengkapi. Kekurangan yang ada dalam diri si gadis dapat ditutupi dengan kelebihan yang dimiliki sang pria, begitu pula sebaliknya kekurangan sang pria dapat dilengkapi kelebihan dari si gadis.

Si gadis seorang yang sangat realistis, ia memandang kehidupan secara nyata, sangat takut untuk memiliki impian karena takut tak sanggup memenuhinya dan berakhir dengan kekecewaan mendalam sementara sang pria adalah seorang pemimpi, hidupnya penuh impian dan cita-cita dan punya keyakinan suatu saat akan terwujud semua impian dan mimpi-mimpinya.

Si gadis seorang yang pesimis memandang hidup dalam ketidakpercayaan diri bahwa akan dimampukan untuk meraih cita-cita sementara sang pria seorang yang optimis, penuh percaya diri bahwa impian dan cita-cita akan tercapai.

Sang pria seorang yang tidak sabaran, emosional dan sedikit temperamental, sementara si gadis seorang yang sabar, tidak mengungkapkan sesuatu secara emosional dan tenang.

Sang pria seorang yang ekstrovert, terbuka dan dapat dengan mudah menampakkan emosinya saat berhadapan dengan orang lain, sementara sang gadis seorang yang sangat introvert, begitu tertutup, tidak menunjukkan emosinya saat berhadapan dengan orang lain. Karena punya trauma masa lalu yang sangat menghantuinya.

Si gadis seorang yang hemat malah sangat hemat bahkan untuk dirinya sendiri dia sangat pelit, sementara sang pria seorang yang royal, berpikir bahwa kalau kita mampu dan punya uang mengapa harus menahan keinginan kita untuk memiliki apa yang kita inginkan.

Si gadis seorang yang rajin, tekun dalam belajar dan bekerja dan tidak kenal kata menyerah berjuang sampai titik darah penghabisan, sementara sang pria kurang rajin belajar, mengerjakan sesuatu hanya serius diawalnya saja tetapi saat sudah berlanjut akan bosan dan meninggalkan pekerjaan itu, mudah menyerah dan patah semangat.

Sang pria seorang yang mengerti fashion dan menerapkannya dalam penampilannya sehari-hari, sementara si gadis seorang yang sederhana dan tampil dalam kebersahajaan. Si gadis bersifat periang, selalu tersenyum sementara sang pria seorang pemurung yang jarang tersenyum, baginya sebuah senyuman adalah mahal.

Sang pria seorang yang sangat prefeksionis menginginkan segala sesuatu sempurna, sementara si gadis menerima segala sesuatu dengan apa adanya. Sang pria memiliki badan yang tegap, gagah dan tinggi sementara si gadis kecil, mungil dan pendek.

Dari sang pria, si gadis banyak belajar berbagai hal bahwa tidak apa-apa punya mimpi, tidak apa-apa menampakkan emosi saat mengungkapkan kata hati, tidak apa-apa menikmati penghasilan yang didapat dari kerja keras untuk membeli apa yang diinginkan, sedikit bergaya dalam berpakaian juga tidak apa-apa malah akan membuat lebih percaya diri dan terlihat menarik.

Sang pria juga belajar untuk berhemat, sedikit bersabar, menahan emosi dan belajar dengan rajin serta semangat juang yang tidak kenal menyerah. Si gadis sangat bersyukur atas pertemuan mereka, berterima kasih atas semua kebaikan dan cinta kasih dari Sang Pencipta atas anugerah yang tak terhingga ini. Begitu pula sang pria juga bersyukur atas anugerah Sang Pemberi Hidup kepadanya.

Mereka sangat bersyukur karena Tuhan memberi anugerah sehingga keduanya merasa hidup sangat lengkap. Mereka berdua punya mimpi yang sama menjalin hubungan yang baik, berkenan di mata Tuhan, dan jika Tuhan kehendaki akan menjadi pasangan dalam rumah tangga yang bahagia. Di mana ada sang pria, di situ si gadis berada, di mana ada hati sang pria di situ hati si gadis tersimpan.

Sayang, suatu ketika terjadi kesalahpahaman yang membuat sang pria tersinggung, terkoyak dan terluka. Sang pria sangat marah dan terluka, meskipun sang gadis telah meminta maaf dengan penuh penyesalan, namun sang pria telah memutuskan untuk memutuskan hubungan ini berakhir sampai di sini.

Tiada lagi mimpi-mimpi dan harapan semua sirna, semua musnah, semuanya retak berkeping-keping seperti kaca pecah di batu. Kepingannya berserakan di mana-mana, dan si gadis dengan susah payah mengumpulkan serpihan itu, berusaha merekatkannya kembali dengan air mata berderai, penyesalan, kekecewaan, keputusasaan, hati yang terkoyak dan harapan yang hancur.

Hanya Tuhan yang mampu menghibur hati si gadis, mengobati dan memulihkankannya seiring perjalanan waktu. Mungkinkah kepingan-kepingan hatinya dapat direkatkan kembali menjadi sebuah impian yang utuh ????
Hanya sang pria yang dapat menjawabnya.

Sang pria menjawab tak mau lagi merekatkan apa yang telah retak, tak mau memaafkan dengan setulus hati tetapi penuh dendam dan kebencian. Tak akan ada lagi cinta kasih sayang untuk si gadis, hanya sumpah serapah dan caci maki.

Si gadis menerima semuanya dengan berlapang dada, menerima semua kemarahan dan caci maki dengan hati yang memaafkan dan penuh pengertian bahwa saat itu sang pria sangat terluka dan dapat meruntuhkan apapun juga disekitarnya seperti seekor singa yang terluka dapat mengamuk dan menyerang apa saja yang ada di hadapannya.

Kini semuanya telah musnah. Ibarat panas setahun hilang oleh hujan sehari tak berbekas. Si gadis belajar bahwa tak cukup hanya cinta harus ada kerelaan hati untuk menerima dengan penuh syukur kekurangan dan kelebihan pasangan, harus ada kerelaan hati untuk memaafkan dan memberi pengampunan, harus ada ketulusan hati untuk mendengarkan dan memperhatikan pasangannya, harus ada kerelaan hati untuk menerima semua sebagai rencana Tuhan bagi hidup dan kisah cintanya.

Tak boleh si gadis memaksakan kehendaknya sendiri, tak boleh si gadis mengingini tanpa menyerahkan semua keinginannya terlebih dahulu kepada Tuhan. Si gadis belajar bahwa selama ini cinta mereka tidak cukup kokoh dan kuat menghadapi gelombang masalah, tidak cukup tahan uji dalam perjalanannya menuju masa depan. Walaupun si gadis mau berjuang tak akan mampu jika ia sendirian. Ibarat sayap seekor burung telah patah sebelahnya, tentulah tak dapat terbang.

Ibarat kapal telah karam separuhnya, tak kan mungkin dapat berlayar. Ibarat tangan tak dapat bertepuk karena hanya ada satu. Ibarat jembatan akan ambruk jika hanya ditopang satu kaki. Akhirnya si gadis memasrahkan semuanya pada kehendak sang pria, hubungan mereka harus berakhir sampai di sini. Mungkin memang kisah cinta mereka hanya sampai di sini hanya berumur lebih kurang enam bulan saja.

Kisah cinta terpendek yang telah dialami si gadis karena dia bukan petualang cinta tetapi penjaga cinta. Dalam hatinya si gadis berjanji tetap menjaga cintanya pada sang pria meskipun hanya dalam hati saja. Karena niatnya tulus dalam menjalin kisah cinta ini, si gadis merasa perlu memelihara cintanya pada sang pria walaupun hanya dalam hati dan impian-impiannya. Si gadis merelakan sang pria pergi dari sisinya demi cita-cita, cinta dan harapan yang lebih baik bahwa suatu saat ada rencana indah bagi mereka berdua di masa depan. Walaupun mungkin bukan dalam kebersamaan, namun kebahagiaan dapat mereka berdua raih.

Si gadis sangat berterima kasih atas kebaikan hati, kemurahan, kesetiaan, cinta kasih sang pria padanya selama ini. Bagaimanapun mereka pernah melalui hari-hari indah berdua, merajut mimpi berdua, sedih senang berdua, tertawa menangis berdua, berjuang melawan badai penyakit berdua, berjuang melawan ketidakadilan berdua, berjuang melawan amarah orang lain berdua, banyak hal dan kenangan dilewati berdua, melakukan perjalanan berdua, menyusuri jalan-jalan kota Jakarta berdua dalam cuaca panas, hujan, dingin, berkabut, polusi, berdua.

Si gadis tak mampu untuk menguraikannya. Hanya bisa menyimpannya dalam hati dan membiarkan luka itu menganga tanpa dapat dibalut karena si gadis tak mampu membalutnya, tak berdaya merekatkan kembali menjadi sekeping hati yang utuh.

Kehilangan orang-orang yang dikasihi karena kematian bagi si gadis tidaklah seberapa bila dibandingkan luka hatinya saat ini. Kehilangan ini amat sangat menghantamnya hingga hampir tak mampu bangkit lagi. Bagi si gadis dunianya telah runtuh, hatinya telah hancur, jiwanya tercabik-cabik. Si gadis sangat rapuh tanpa pegangan, tanpa penopang, tanpa tempat untuk bersandar, tanpa tempat untuk mencurahkan rasa sakit hati, rasa penyesalan, rasa keputusasaan.Tetapi si gadis terus berdoa agar mereka bisa dipersatukan kembali.

Akhirnya sang pria menyadari kesalahannya dan memutuskan untuk memulai kembali kisah cinta mereka. Kini mereka berdua telah bersatu dan saling bahu membahu merajut kisah cintanya, hari demi hari dilewati dengan kebahagiaan. Tiada pernah sedikitpun mereka menyinggung masalah yang telah berlalu. "Semoga tidak akan pernah ada kesalahpahaman dan masalah yang bisa menggoyangkan kisah cinta ini lagi", Begitu doa mereka.

1 comment:

  1. cerita ini persis dengan apa yang aku alami mudah mudahan endingnya juga terjadi dalam hidupku.semoga aku bisa bersama lagi dengan orang yang sangat aku sayangi

    ReplyDelete