Sunday, September 25, 2011

Si Anjing yang Tertawa Belakangan (by : Ajahn Brahm)

Tahun pertama saya sebagai seorang bhikkhu di timur laut Thailand bertepatan dengan tahun terakhir Perang Vietnam. Di dekat vihara Ajahn Chah, tak jauh dari Kecamatan Ubon, terdapat pangkalan udara Amerika. Ajahn Chah senang menceritakan kisah nyata berikut tentang bagaimana menghadapi pelecehan.

Seorang tentara Amerika sedang jalan-jalan dari pangkalan menuju kota dengan naik becak. Di pinggiran kota, mereka melewati sebuah kedai pinggir jalan, di mana terdapat beberapa orang teman si penarik becak di sana, yang sudah agak mabuk.
...
"Hei!" teriak mereka dalam bahasa Thai. "Kau bawa ke mana anjing kotor itu?" Lalu mereka tertawa-tawa sambil menunjuk si serdadu Amerika.

Sejenak, si penarik becak merasa keder. Si tentara berbadan sangat besar. Dan, memanggil seseorang sebagai "anjing kotor" merupakan ajakan perkelahian yang bukan main-main. Namun, si tentara hanya diam sambil melihat kiri-kanan, menikmati pemandangan indah. Jelas, dia tidak mengerti bahasa Thai.

Si penarik becak, memutuskan untuk ikut mengolok-olok si tentara Amerika, berteriak balik, "Aku membawa anjing kotor ini dan melemparnya ke sungai untuk mencuci baunya yang tak sedap!"

Sewaktu si penarik becak dan teman-temannya yang mabuk terbahak-bahak, si tentara tetap diam saja.

Sewaktu mereka sampai ke tujuan dan si penarik becak menadahkan tangannya untuk meminta ongkos perjalanan, si tentara Amerika dengan cueknya berjalan menjauh.

Dengan gerah, si penarik becak meneriakinya dalam bahasa Inggris yang amburadul tapi cukup jelas, "Hey! Sir! You pay me dollars!".

Dengan kalem si tentara bertubuh besar itu membalikkan badan dan berkata dalam bahasa Thai yang sangat fasih, "Anjing kan tidak punya uang..." 
Pesan : Jangan pernah mengolok2 orang dengan bahasa kita, karena orang tersebut barangkali saja mengerti bahasa kita. Dengan begitu, kita mungkin tidak akan pernah mengalami seperti yang dialami penarik becak itu...^^
 Sumber : Buku 'Si Cacing & Kotoran Kesayangannya' by Ajahn Brahm

No comments:

Post a Comment