Sunday, July 17, 2011

Hidup Lajang Dan Hidup Menikah




 HIDUP LAJANG DAN HIDUP MENIKAH
 Kategori: Artikel - Pasangan Hidup
 
 
 Banyak orang yang masih single berpikir bahwa alangkah menyenangkannya
 hidup pernikahan itu. Ada seseorang untuk berbagi, dalam suka dan duka,
 dalam untung dan malang, dalam keadaan sehat dan sakit, sebagaimana yang
 dinyatakan dalam janji pernikahan.
 
 Itu benar adanya, saya tidak pernah memungkiri betapa benarnya kenyataan
 itu! Namun di lain pihak, terdapat harapan dan impian Hollywood,
 sebagaimana film-film dramanya memberikan gambaran, betapa kehidupan yang
 diarungi berdua itu indah-indah saja dan pasti endingnya sebagian besar
 adalah "Happy End".
 
 Saya tidak mengatakan bahwa kehidupan perkawinan tidak ada unsur yang
 menyenangkan. Sama sekali tidak! Namun sejak saya pribadi menjalani
 kehidupan perkawinan yang masih seumur jagung ini, saya pun mulai
 menyadari bahwa untuk benar-benar bertahan dalam kehidupan perkawinan,
 mimpi romantisme saja tidaklah cukup.
 Kehidupan sebagai seorang lajang, tidak lepas dari begitu banyak
 kebebasan. Kalaupun ada yang mengikat tentunya hanya sang pacar dan
 keluarga kita. 
 
 Namun ketika kita memutuskan untuk menikah, keterikatan itu tidak lagi
 sebatas apel di malam minggu, nonton atawa makan bersama yang mungkin cuma
 makan waktu sekitar 2-3 jam seminggu 2-3 kali misalnya.
 
 Keterikatan itu menyangkut penyesuaian diri dengan seseorang yang
 bisa-bisa selama 24 jam bersama-sama dengan kamu dan itu bukan main-main,
 untuk seumur hidupmu!
 
 Dua pribadi yang dipersatukan, tentunya memiliki banyak perbedaan. Mungkin
 ketika berpacaran, kamu dengan gampang menemukan begitu banyak persamaan
 antara kamu dengan pasangan. Dan ketika kamu memasuki mahligai perkawinan,
 kemudian kamu menjadi bingung, mengapa kamu semakin melihat begitu banyak
 perbedaan? Untuk itu penyesuaian dan pengertian yang terus menerus amat
 dibutuhkan oleh kedua belah pihak dalam rumah tangga.
 
 Dan bukan itu saja, keterikatan itu termasuk perkawinan plus plus di
 Indonesia. Kenapa saya katakan perkawinan ++ (baca: perkawinan plus plus)?
 Karena keterikatan dalam suatu perkawinan juga termasuk dengan keluarga
 suami/istri dan seluruh kerabatnya. Keluarga besar, begitu istilahnya.
 
 Dan tiba-tiba saja, saudara kita bertambah amat banyak, dikarenakan tali
 pernikahan yang kita jalani.
 Mungkin kamu pernah dengar pernyataan begini, " Itu lho... Pak Ade, adik
 dari ipar saya..." Atau mungkin, " Itu keponakan dari mertua saya..."
 
 Belum lagi terkadang istilah-istilah yang begitu kompleksnya, yang pasti
 ujung-ujungnya ada hubungan saudara dikarenakan perkawinan ...
 Berhadapan dengan semakin banyak orang, tentunya berhadapan pula dengan
 semakin banyak karakter. Dan disadari atau tidak, tentunya banyak kepala
 semakin banyak permasalahan yang dihadapi. Untuk banyak pasangan,
 pertengkaran tidaklah terjadi antar mereka, namun banyak kali dikarenakan
 campur tangan dari pihak ketiga, keempat, bahkan kelima yang semakin
 memperkeruh suasana.
 
 Jadi, pasangan yang menikah dengan kekerabatan plus plus hendaknya
 pandai-pandai memilah situasi, sehingga mereka tidak gampang terhasut oleh
 pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, walaupun itu adalah dari pihak
 keluarga sendiri.
 
 Perkawinan mengajarkan saya untuk hidup lebih realistis. Tidak selamanya
 pasangan kita berada pada 'top performance' sebagaimana yang ditunjukkan
 selama masa berpacaran atau masa ketika sang wanita tengah 'dikejar' oleh
 sang pria atau sebaliknya sang pria yang 'dikejar' wanita.
 
 Perkawinan membawa seseorang ke tahap di mana harus menerima kalau
 pasangannya tengah kelelahan selepas kerja dan mendengar celotehan yang
 penuh amarah adalah hal terakhir yang diinginkan pada saat itu karena
 tubuhnya penat amat membutuhkan istirahat.
 
 Menikah, apabila mendapatkan seseorang yang cocok, memang memberikan satu
 ketenangan batin dan ketentraman. Yang paling penting adalah azas yang
 diterapkan, tetap bersama dalam keadaan apa pun, tetap dijalankan.
 
 Jujur saja, kehidupan lajang yang belum memiliki pacar alias jomblo atau
 sedang 'kosong' sebetulnya juga sangat menyenangkan. Kamu bisa lakukan apa
 saja yang kamu mau, mau pergi karaoke keluarga bersama teman-temanmu, mau
 nonton, mau jalan-jalan ke luar negeri, mau pelayanan sana-sini, mungkin
 tidak jadi masalah. Itu bakal jadi sesuatu yang berbeda ketika ada seorang
 pacar dan kemudian menjadi pasangan, suami atau istri kita, harus
 dilakukan penyesuaian di sana-sini dan tentunya saling toleransi antara
 satu dengan yang lain.
 
 Namun, yang namanya manusia, sering kali tidak pernah puas, dan tidak
 jarang ada perasaan bosan menghinggapi hati kita apabila rutinitas itu-itu
 saja yang kita alami. Yang single berkeinginan segera mengakhiri kehidupan
 melajangnya dan melabuhkan hatinya kepada seseorang yang cocok. Sementara
 tidak jarang yang sudah menikah dan punya anak merindukan saat-saat
 lajang, di mana kebebasan menjadi begitu berarti di mata mereka.
 
 Rumput tetangga sepertinya kelihatan selalu lebih hijau...
 Bagaimana mencari penyelesaian agar kita bisa mensyukuri kehidupan yang
 kita jalani pada saat ini, sebetulnya merupakan kunci permasalahan.
 
 
 Pada akhirnya, saya menilai bahwa kehidupan perkawinan akan jadi sangat
 menyenangkan bila:
 
 1. Menikah dengan seorang yang cocok, dari segi intelektual, kepercayaan/
 agama, strata sosial, dan pemikiran akan masa depan berkeluarga yang bakal
 diarungi bersama.
 
 2. Menjalani cinta romantisme - denyut jantung yang berdetak semakin cepat
 saat bertemu dengan si Dia, muka yang memerah (blushing)- dengan penuh
 rasa syukur namun tidak terbius olehnya. Sehingga tidak kecanduan akan
 cinta romantis ini dan bisa menerima keadaan ketika cinta romantis menjadi
 cinta realistis.
 
 3. Berusaha mengerti kondisi pasangan, terutama pada saat-saat pasangan
 tengah menghadapi hal yang kurang menyenangkan ataupun menghadapi masalah
 besar. Pengertian adalah dasar yang utama yaitu dengan berusaha
 menempatkan diri pada posisi pasangan.
 
 4. Tanggung jawab yang tinggi akan keputusan untuk menikah dan menjalani
 kehidupan bersama. Dalam kondisi apa pun!
 
 5. Tetap setia dan menyertakan Tuhan dalam relasi ini. Adalah sangat
 beruntung apabila kedua orang yang terikat dalam satu mahligai rumah
 tangga adalah orang yang sama-sama memiliki hubungan pribadi yang indah
 dengan sang Pencipta. Karena banyak kali dalam kehidupan ini, kita
 mengalami kekecewaan dengan pasangan kita. Mungkin yang paling sering
 mengecewakan kita adalah pasangan kita, namun apabila kita punya relasi
 yang baik dengan Tuhan, yakinlah bahwa kita akan dimampukan memaafkan dan
 mengasihi pasangan kita.
 Namun, bila hanya salah satu pihak yang lebih dekat relasinya dengan Tuhan, 
sebaiknya mendoakan pasangannya agar bisa merasakan cinta Tuhan
 secara pribadi dan setia menunggu saatnya Tuhan tiba bagi pasangannya
 untuk merasakan hal itu.
 
 
 Jika belum menemukan yang cocok, apa yang harus dilakukan?
 
 1. Tetaplah mengasihi Tuhan secara sempurna, jangan marah-marah atau
 'complain'. Kalaupun ada 'complain' nyatakan kerinduan dan kegelisahan
 hatimu kepada Tuhan.
 
 2. Nikmati ke-single-an itu sebagai berkat Tuhan juga, karena kamu tidak
 pernah tahu apa yang harus kamu hadapi ketika kamu menikah. Tanggung jawab
 yang lebih berat, juga masalah yang lebih besar. Ketika kamu menghadapi
 itu semua, mungkin kamu tidak kuat, makanya Tuhan menunggu waktu yang
 tepat untuk memberikan seseorang yang tepat pula untuk kamu.
 
 3. Dan yakinlah, apabila Tuhan sudah bertindak, dan memberikan yang
 terbaik untukmu, Dia tidak pernah lepas tangan! Dia dengan setia terus
 membimbing agar kita siap mengalami semua perubahan yang terjadi. 
 
 
 Dengan demikian, sebagai seorang single, kita hidup dalam kepenuhan, dan
 kita mampu mengucap syukur dengan kehidupan melajang itu. Dan ketika
 saatnya kamu harus menikah, kamu pun memiliki rasa syukur yang tinggi atas
 kehidupan single yang sudah kamu jalani selama ini, dan mampu mengambil
 tanggung jawab akan kehidupan berumah tangga yang Tuhan percayakan kepada
 kamu.
 
 Jadi, lajang atau menikah, tidaklah jadi masalah asal kita menjalani
 kehidupan ini dengan realistis, sekaligus penuh pengharapan di dalam iman
 kita kepada Tuhan.
 
 Tuhan tahu yang terbaik untuk setiap kita, jangan pernah ragukan itu!
 Bersyukur atas apa yang Dia beri, itu adalah yang terbaik yang bisa kita
 lakukan pada saat ini...

No comments:

Post a Comment