Wednesday, July 29, 2015

KARMA TAK PERNAH INGKAR JANJI


 Alkisah, adalah seorang tukang kayu yg hidup bersama istrinya di sebuah rumah sederhana di pinggir hutan. Meski sdh lama menikah, namun mereka blm punya anak. Si tukang kayu itu rutin bermeditasi, shg konsentrasinya menjadi sangat kuat & lama kelamaan indra pendengarannyapun makin tajam shg bisa mendengar suara2 makhluk halus di sekitarnya. 

Suatu hari, spt biasa ia mengambil kapak & ke hutan mencari kayu bakar. Ketika sdg membelah kayu, tiba2 dia mendengar suara dua anak kecil sdg bercakap2. 
"Hei, kamu mau kemana?" 
"Saya mau ke rumah itu, saya mau menagih karma." 
"Oh, saya juga mau kesana, kalau saya mau bayar karma." 

Si tukang kayu hanya diam, melanjutkan pekerjaaannya seolah tdk mendengar apa2. Dia mengumpulkan kayu bakar yg sdh dibelah, mengikat jadi satu & mengusung ke rumahnya . Setibanya di rumah, betapa kagetnya dia ketika mendapati seorang tabib tengah memeriksa istrinya. Ternyata istrinya sdg hamil anak kembar. Si tukang kayu berpikir "Ah... pastilah dua anak kecil tadi yg masuk ke rahim istriku." 

Tahun berganti tahun, si kembarpun mulai tumbuh. Sejak kecil, sdh tampak perbedaan mencolok diantara keduanya. Yg sulung malas & nakal, yg bungsu rajin & penurut. Seiring pertumbuhannya, si sulung terus menerus membuat masalah & keributan. Banyak perbuatannya yg membuat si tukang kayu terpaksa hrs menanggung malu. Tukang kayupun berpikir "Pasti ini anak yg datang utk menagih karma, makanya dia sering membuat aku susah & malu. Baiklah, aku tdk mau anak ini terus menerus menagih karmanya sampai aku tua. Akan aku usir dia." Akhirnya si sulungpun diusir, hanya tinggal si bungsu yg rajin dan penurut, tdk ada lagi yg membuat keributan. 

Si tukang kayu dpt hidup tentram & damai, mencurahkan seluruh harapan & kasih sayangnya pd si bungsu. Tahun berlanjut, rasa sayang kpd si bungsu semakin dlm, harapanpun makin besar. Namun tiba2 si bungsu jatuh sakit. Tukang kayu menghabiskan tabungannya utk membayar tabib2 terbaik, membeli obat terbaik, namun si bungsu blm sembuh juga. Karena tabungannya sdh habis, tukang kayupun menjual sawah serta ternak peliharaannya utk menambah biaya pengobatan. Tapi, penyakit anaknya ternyata sangat langka, blm pernah ada orang yg terserang penyakit spt itu, para tabib mulai kebingungan & akhirnya menyerah. Tukang kayu tdk kehabisan akal. Dia menjual rumah serta seluruh harta bendanya, pergi keluar kota utk mencari tabib lain. Tapi sampai di luar kota, dia memperoleh jawaban sama, blm ada obat utk penyakit itu. Tak lama kemudian, di tengah kemelaratan & keputus-asaan si tukang kayu, anaknya meninggal. 

Tak terlukiskan lagi kepedihan & kekecewaan yg dirasakan si tukang kayu... Ternyata, inilah anak yg datang utk menagih karma ... Tukang kayu sadar dia tdk bisa lari dari karmanya sendiri. Dulu dia berpikir, si sulung lah yg datang utk menagih karma krn anak itu seringkali membuat masalah. Ia teringat kembali pd si sulung & merasa sangat menyesal. 

Sementara si sulung, setelah diusir dia pergi keluar kota mencari pekerjaan. Dia bekerja dgn sangat rajin, sehingga dlm waktu singkat berhasil menabung. Setelah tabungannya cukup, dia pulang utk mencari orang tuanya. Meskipun telah diusir, tapi dia tdk dendam. Karena dialah anak yg datang utk membayar karmanya. Dgn tabungan yg dia kumpulkan, dia membelikan rumah baru & merekapun hidup dgn damai. ***** 

Buah karma selalu ada disana, spt buah yg tergantung pd cabang pohon. Menunggu kematangan pd waktu yg tepat, pd kondisi yg tepat. Dan saat buah itu matang, ia akan jatuh menghantam tanah dibawahnya. Sekeras apa buah itu menghantam tanah, tergantung berat dari buah itu sendiri. Seberat apa karma yg berbuah, sesakit apa derita yg hrs kita rasakan, tergantung dari berat karma yg telah kita lakukan, tdk lebih, tdk kurang. Lalu apa yg hrs kita lakukan? Apakah tdk ada cara utk menghapus karma? Kita tdk bisa menghapus karma, tapi bisa membuatnya menjadi lbh ringan, bahkan tdk terasa buahnya. Perbanyaklah berbuat kebajikan. Sekecil apapun kebajikan itu, jika dilakukan dgn hati tulus, akan lebih besar karmanya. spt halnya segelas air garam yg sangat asin, jika ditambah dgn air tawar, sampai gelas itu tak mampu lagi menampung & air mulai berceceran keluar, lama kelamaan air yg asin akan mengalir keluar & yg tersisa di gelas hanyalah air tawar saja. Spt itulah sehrsnya yg kita lakukan dlm kehidupan kali ini. Entah sdh berapa karma buruk yg tlh kita lakukan. Dan di kehidupan ini, di saat kita berkesempatan bertemu Dharma, sehrsnya kita banyak berbuat bajik. 

Patut diingat, jika ada karma buruk yg berbuah, jgnlah membalasnya, krn disaat kita berbuat, disitu karma baru diciptakan. Relakan saja & berpikirlah positif "Ah, karma burukku berkurang satu." Mungkin kedengarannya sangat susah utk dijalankan. Seberapa banyak dari kita yg bisa tetap baik & bersahabat dgn orang yg telah mencuri, menipu, memfitnah kita? Tapi pernahkah mencoba tetap bertahan tdk membalas, mencoba utk berdamai dgn perasaan kecewa & marah? Cobalah sekali saja, tutup rapat2 mulut saat hendak marah, kita akan tahu, mengalahkan diri sendiri jauh lebih susah daripada mengalahkan sepuluh orang. Dan disaat sdg menutup rapat mulut, menahan amarah, disitulah kita bertemu dgn Dharma yg mengatakan " Musuh terutama bagi manusia, adalah dirinya sendiri."


Sumber : unknown

No comments:

Post a Comment