Monday, June 1, 2015


SERIGALA

Buddha pernah melihat seekor serigala yang lari keluar dari hutan tempat beliau tinggal. Hewan itu berhenti sejenak, kemudian lari ke dalam semak belukar, dan kemudian keluar kembali. Selanjutnya, serigala itu masuk ke dalam lubang pohon, lalu keluar lagi. Setelah itu, masuk ke dalam gua, untuk selanjutnya keluar lagi. Sesaat hewan itu berdiri, setelah itu berlari, kemudian berbaring, lalu melompat. Serigala itu berkudis. Pada saat berdiri, kudisnya terasa menyakitkan sehingga ia berlari. Dengan berlari, ia juga tidak merasa nyaman, jadi ia berhenti. Berdiri, tidak nyaman, maka ia pun berbaring. Selanjutnya, ia melompat lagi, menerjang semak belukar, lubang pohon, tidak pernah diam.

Buddha berkata,"Wahai, bhikkhu sekalian, apakah Anda melihat serigala itu tadi siang? Berdiri, ia merasa tersiksa. Berlari, juga terasa sakit. Duduk, ia menderita. Berbaring, ia tidak merasa nyaman. Ia menyalahkan sikap berdiri atas ketidak-nyamanannya. Ia menyalahkan sikap duduk. Ia menyalahkan sikap berdiri dan berbaring. Ia menyalahkan pohon, semak belukar dan gua. Pada kenyataannya, kesalahan tidak terletak pada ini semua. Masalahnya adalah pada kudisnya."

Kita sama saja dengan serigala. Ketidak-puasan kita disebabkan oleh pandangan salah. Karena kita tidak melatih untuk mengendalikan indra, kita menyalahkan penderitaan kita pada hal-hal di sekitar kita. Walaupun kita tinggal di Thailand, Amerika, atau Inggris, kita tidak merasa puas. Mengapa? Karena kita masih saja memiliki pandangan salah. Hanya itu! Oleh karenanya, ke mana pun kita pergi, kita tidak akan merasa senang. Akan tetapi, seperti serigala itu yang akan merasa senang ke mana pun ia pergi setelah kudisnya itu diobati, kita akan merasa senang ke mana pun kita pergi apabila kita telah membebaskan diri dari pandangan salah.

No comments:

Post a Comment