Dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, Lee yang merupakan pendukung keras persatuan dengan Malaysia terlihat sangat terpukul dengan "perceraian" tersebut. Perdana Menteri Singapura selama 31 tahun itu sangat yakin bahwa akan sangat sulit bagi Singapura yang miskin sumber daya alam itu dapat bertahan tanpa menjadi bagian Malaysia.
Sambil terisak, Lee dengan berat hati mengumumkan perpisahan dengan Malaysia kepada seluruh rakyat Singapura yang gelisah menantikan ucapan sang pemimpin itu.
Lee sempat terhenti sejenak, menyeka air matanya sebelum kemudian melanjutkan pernyataannya yang kemudian menjadi salah satu momen paling bersejarah sejak Singapura bergabung dengan Federasi Malaysia pada tahun 1963.
Namun, "perkawinan" dengan Malaysia sempat diwarnai sejumlah ketegangan, terutama masalah hubungan etnis Tionghoa yang dominan di Singapura dan Melayu yang minoritas.
Ketegangan yang berpuncak pada kerusuhan etnis pada 1964 menjadi awal riak-riak "perceraian" dua negeri jiran itu. Akhirnya, Malaysia yang saat itu dipimpin Perdana Menteri Tunku Abdul Rahman memutuskan bahwa Singapura tak lagi menjadi bagian dari Federasi Malaysia.
Sumber :
No comments:
Post a Comment