Tuesday, January 15, 2013

Pikiran yang sibuk


Pagi itu saya baru saja tiba di kantor, Senin adalah hari yang sangat sibuk. Dalam kesibukan, saya mendapat kabar. Seorang teman baik saya mengalami kecelakaan saat berangkat ke kantor tadi. Saat ini sedang dibawa ke rumah sakit. Saya mulai gusar. Permisi dari kantor di jam sesibuk ini bukanlah sebuah hal yang bisa saya lakukan.

Saya hanya bisa berdoa, tapi tetap saya merasa serba salah. Dua jam setelahnya, saya mendapat kabar lagi bahwa ada bagian tubuhnya yang diamputasi. Makin kacau balaulah perasaan saya.

Rasanya ratusan pikiran melintas kesana kemari tentang kondisinya. Pertanyaan apakah bagian diamputasi tersebut bisa disambung kembali. Jika ternyata tidak maka dia akan cacat seumur hidupnya. Kasihan sekali padahal dia masih muda. Juga muncul pikiran yang menghibur diri sendiri, banyak orang cacat tapi masih bisa berkarya.

Sore, saya tiba di rumah sakit. Saat memasuki ruangan, dia melambaikan tangannya. Dari lambaiannya saya tahu bahwa yang diamputasi adalah jari telunjuk sebelah kiri. Saya merasa sedih, walau secara keseluruhan dia sehat. Saya mengatakan bahwa saya turut bersedih atas jari telunjuknya.

"Ya... Saya hanya masih bingung." Katanya.

"Tentang biaya rumah sakit?" Tanya saya.

"Oh bukan... Sudah ada asuransi yang akan membayarnya. Saya hanya bingung belum memutuskan jari mana yang akan saya gunakan untuk mengupil nanti. Kamu tahu biasanya saya gunakan jari ini."

Pikiran saya langsung sepi. Kesibukan di dalam pikiran saya berhenti. Perasaan saya menjadi hening.

Astagaaa.... Begitu sibuk pikiran saya dari pagi tadi, tapi tidak satupun ada yang menebak dengan tepat apa yang dipikirkannya.
Teman-teman, bukankah pengalaman saya ini sering juga kita alami. Tanpa kita sadari kita mengijinkan pikiran kita terlalu banyak memikirkan tentang orang lain. Apa yang mereka pikirkan tentang kita. Persepsi kita terhadap banyak hal terkadang membuat kita repot.

Yukk... Kita mawas pada isi pikiran kita. :) 
 

No comments:

Post a Comment