Jangan kira dibalik foto penuh senyum di facebook, YM, atau friendster seseorang berarti dia orang yang suka senyum selalu. Ada kalanya manusia bisa marah, kesal, kecewa. Ada kalanya dia jatuh, gagal, terpuruk. Ada kalanya dia berusaha bangkit dengan susah payah, sesudah mampu berdiri malah terjatuh lagi. Lebih dalam terjerembap dan lebih menyakitkan.
Jangan dikira di balik kebisuan seseorang dalam diamnya, dia tak pernah mengeluh. Justru dalam doanya ditumpahkanlah semuanya : keluh-kesah, amarah, dan bahkan tawa. Dibalik sikap introvertnya, dia punya sisi ekstrovert juga. Dengan-Nya ketika berbicara dan berdoa, dia merasa nyaman untuk bicara apa saja. Dia bisa jadi dirinya sendiri.
Jangan dikira seseorang adalah orang yang hebat, selalu sukses dan penuh semangat. Justru dalam buku hariannya ternyata mencatat begitu banyak kesulitan yang harus dihadapi dan tak jarang berbuah kemunduran semangat. Bahkan patahnya motivasi !
Jangan dikira dibalik kemilau semua kemapanan, kekayaan, keuangan ataupun popularitas membuat seseorang terbebas dari masalah. Oh, itu yang banyak disangka oleh orang-orang yang belum mencapainya. Dengan harapan kalau suatu saat mereka ternama, mereka akan bahagia. Ketika mereka punya uang miliaran, rumah semegah vila plus kolam renang, ketika mereka mencapai gelar kesarjanaan tertentu, akan membuat mereka menjadi bahagia dan bebas dari masalah. Malah pada kenyataannya, mereka juga menderita dengan gelimang popularitas bahkan uangnya.
Jangan dikira orang yang kelihatannya rohani, rajin berdoa bahkan beribadah selalu mampu menghadapi kendala. Tak jarang, mereka malah memakai kedok rohani buat menutupi belangnya. Walau tak jarang dijumpai mereka yang tulus tanpa kedok, apa yang ada di luar memang terpancar dari hati yang tulus. Namun, pernah juga kita jumpai orang-orang yang bertopeng kemunafikan hanya untuk terlihat baik.
Atau sebaliknya !
Jangan dikira orang yang bertampang penjahat dan bertingkah laku seperti pencuri adalah maling yang kejam. Tak jarang, merekalah Sang Pahlawan kehidupan !
Apa yang kita kira, sering kali bukanlah apa yang sesungguhnya terjadi. Terlalu sering persepsi, asumsi dan perspektif kita menjadikan kita hakim-hakim yang handal. Sedangkan pada kenyataannya ? Bukanlah selalu demikian.
Jangan-jangan ilmu kira-kira itu yang menjadi andalan kita…
Jangan dikira kita sendiri tak tahu. Atau pura-pura tak tahu ?
Jangan mengira semua itu tak tercatat dalam buku kehidupanmu, lho :)
Masih mau main hakim atau jadi hakim sendiri ? Mudah-mudahan tidak :)
-Fonny Jodikin-
Untuk mengingatkan diri sendiri, bahwa asumsi-persepsi-perspektif tak selamanya benar. Dan berusaha untuk mengurangi jadi hakim bagi orang lain, juga hakim yang kejam bagi diri sendiri.
No comments:
Post a Comment