Seorang gadis di kampung nelayan hamil di luar nikah. Setelah berkali-kali dipukuli, akhirnya ia mengaku bahwa bapak dari anak yang dikandungnya adalah Guru Zen yang merenung sepanjang hari didalam kuil di luar desa.
Orang tua si gadis bersama banyak penduduk desa beramai-ramai menuju kuil. Dengan kasar mereka menyerbu Guru yang sedang berdoa. Mereka menghajarnya karena kemunafikannya dan menuntut bahwa ia sebagai bapak anak itu wajib menanggung biaya unuk membesarkannya. Jawaban Guru itu hanyalah, "Baiklah... Baiklah...."
Setelah orang banyak pergi meninggalkannya, ia memungut bayi itu dari lantai. Ia minta supaya seorang ibu dari desa memberi anak itu makan dan pakaian serta merawatnya atas tanggungannya.
Guru itu jatuh namanya. Tidak ada lagi orang yang datang untuk meminta wejangannya.
Ketika peristiwa itu sudah berlalu satu tahun lamanya, gadis yang melahirkan anak itu tidak kuat menyimpan rahasianya lebih lama lagi.
Akhirnya ia mengaku, bahwa ia telah berdusta. Ayah anak itu sebetulnya adalah pemuda di sebelah rumahnya. Orang tua si gadis dan para penduduk kampung amat menyesal. Mereka bersembah sujud di kaki Guru untuk mohon maaf dan meminta kembali anak tadi. Guru mengembalikannya dan yang dikatakannya hanyalah : "Baiklah... Baiklah..."
that's life! isn't it?
it keeps coming and going...
You're happy for a while, then frustrating for a while
You're frustrating for a while, then happy for a while
dengan menyadari fenomena seperti ini seharusnya kita tidak terlalu bersedih saat penderitaan menghampiri (karena ia akan hilang dengan sendirinya pada saat waktunya tiba), juga jangan terlalu senang saat kebahagiaan sedang kita alami (karena ia juga akan hilang dengan sendirinya pada saat waktunya tiba).
No comments:
Post a Comment