Tuesday, October 18, 2011

Bangku taman itu kosong waktu aku duduk membaca. Dibawah sebatang dahan pohon dedalu tua yang panjang dan rimbun terbebas dari ilusi-ilusi hidup penyebab kening mengerut, Karena dunia bermaksud menjatuhkanku. Dan jika itu belum cukup ‘tuk mengacau hari-hariku, Seorang anak yang tersengal-sengal menghampiriku, kelelahan habis bermain. Ia berdiri tepat di depanku dengan kepala memandang ke bawah dan berkata dengan semangat,

“Lihat yang kutemukan !!”
 
Ditangannya ada sekuntum bunga, namun mengenaskan sekali, Mahkotanya kusam—tak cukup hujan, atau kurang cahaya. Karena ingin ia dan bunga matinya pergi, Aku tersenyum kecut sambil melengos. Namun, bukannya menyingkir ia malah duduk disebelahku dan mendekatkan bunga itu ke hidungnya sambil berseru dengan sikap yang menurutku berlebihan,

“Baunya enak dan cantik juga. Itu sebabnya aku memetiknya; nih, untukmu !”
Bunga liar di depanku entah sekarat atau mati. Tak ada warna cemerlangnya, entah jingga, kuning, atau merah. Tapi kutahu harus mengambilnya, atau ia takkan pernah pergi. Maka kuraih bunga itu, dan kujawab, “Ini yang kubutuhkan.”

Akan tetapi, bukannya menaruh bunga itu di tanganku, Ia malah mengacungkannya ke atas, entah apa maksudnya. Saat itulah aku melihat untuk pertama kali bahwa anak pemberi bunga liar itu tak dapat melihat... ia buta. Kudengar suaraku gemetar, air mata menggenang.
 
“Terima kasih kembali,” katanya sambil tersenyum, langsung bermain lagi, Tanpa sadar pada dampak perbuatannya pada diriku. Aku duduk merenungkan caranya melihat seorang pria tua yang termenung lesu di bawah dedalu tua, bagaimana ia tahu aku sedang gundah ? Barangkali dalam hatinya, ia dikaruniai penglihatan sejati. Lewat mata seorang anak kecil buta, akhirnya aku dapat melihat yang bermasalah bukan dunia; yang bermasalah aku sendiri. Dan selama waktu itu diriku sendirilah yang buta, Kini kubersumpah ‘tuk menikmati hidup, dan menghargai setiap detik yang kumiliki. Maka kudekatkan bunga liar itu ke hidungku dan yang tercium adalah keharuman mawar merah yang indah dan tersenyum waktu kulihat anak yang sama, dengan bunga liar lain di tangannya.

No comments:

Post a Comment