Thursday, November 27, 2014

Synchrodestiny


Udah agak lama aku kena penyakit "Sulit-Menangis" tatkala kehilangan, berpisah, ditinggalkan, bahkan ditinggal selama-lamanya.

Dulu sih waktu kecil, ditinggal emak bentar aja udah jerit-jerit. Ditinggal anak kuliah ke Bandung aja, tiap minggu deh menempuh Cipularang, Bekasi Bandung ....

Ada yang berubah memang di dalam diri. Kusadari kini, apapun dan siapapun yang berada di sekitarku saat ini dan di sini, itulah yang harus kupikirkan, kusayangi, dan kuberi perhatian .... Mereka ada karena "syncronicity": (kejadian atau sesuatu yang muncul bertepatan karena keterhubungan yang tak tampak--Carl Jung)

Sedangkan yang sudah berlalu, yang minggat, yang kabur, yang mutusin, yang pergi diam-diam, maupun yang pergi sambil mencak-mencak, tak lagi kukenang sama sekali. Apalagi cuma di Dumay. Keciiiiiiiiiiil!

Kejam? Mungkin. Namun, hidup ini kuyakini benar-benar soal perjalanan ke dalam diri dan belajar tentang siapa diri ... terlebih dahulu. Semua yang ada di sekeliling kita adalah sarana bagi kita untuk membantu kita berjalan dan belajar tentang diri kita dan hidup ini. Menemukan arti, sesudah itu mati! Bila perjalanan sudah sampai di satu stasiun pencapaian, maka kenyataan dengan berbagai cara akan mempertemukan atau memisahkan kita dengan sesuatu, seseorang, atau suatu kondisi.

Jadi, bila sudah terlepas dari kita, apapun, siapapun, kondisi apapun, itu berarti ia sudah tak kita perlukan lagi. Pelajaran dan pesan-pesan darinya sudah tak lagi kita butuhkan untuk tumbuh sebagai manusia. Mengapa harus disesali dan ditangisi?

Namun, selama sesuatu, seseorang, atau suatu kondisi itu masih ada di dekat kita, melingkari kita, bahkan mengganggu kita, berarti masih ada pesan dan pelajaran darinya.

Nah, bila sesuatu, seseorang, atau suatu kondisi seolah-olah terus-menerus ada, tanpa bisa dijelaskan, misalnya meski sudah berpisah, lalu entah bagaimana menjadi dekat lagi, ketemu lagi, lengket lagi, atau terlibat lagi dalam suatu urusan, entah secara kebetulan, secara ajaib, atau dengan tak terduga, itulah synchodestiny: dia memang untuk kita, selamanya. Terimalah saja dengan sukacita!





Sumber : 
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10151900572904540&set=a.10150296178549540.377683.538519539&type=1

No comments:

Post a Comment